Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA “ANALISIS VOLUME ATUR


– HEATING DAN COOLING”
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK
FISIKA TAHUN AJARAN 2020/2021

DISUSUN OLEH

AKHMAD FAIRUZ ABAADI 5009201148

ASISTEN PRAKTIKUM

SEKAR ARUM UMARINI 02311840000040

LABORATORIUM REKAYASA ENERGI DAN PENGONDISIAN


LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN REKAYASA SISTEM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Manusia pada umumnya lebih nyaman melakukan aktivitas pada kondisi
lingkungan yang memiliki udara yang sejuk. Untuk membuat kondisi suatu lingkungan
yang sejuk, terdapat suatu sistem yang terdapat volume atur combinated heating-cooling.
Sistem pengondisian udara pada suatu lingkungan merupakan fasilitas yang sering
digunakan untuk pelindung dari kondisi di udara di luar ruangan seperti angin, panas,
debu, dan kondisi lain yang tidak dikehendaki. Hal tersebut sudah menjadi kebutuhan
wajib bagi bangunan-bangunan besar seperti, perkantoran, supermarket, mall, rumah
sakit, rumah, dan lain-lain [1]. Bangunan- bangunan tersebut mayoritas menggunakan
unit pengondisian udara untuk hal kenyamanan [1]. Sistem pengondisian udara biasa
disebut dengan sistem Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC). Untuk
menggunakan unit pengondisian udara tersebut harus memperhatikan beberapa faktor
agar bekerja dengan optimal. Hal tersebut seperti mempertimbangkan beban alat
pendingin baik di dalam maupun di luar lingkungan.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara untuk menganalisis kesetimbangan massa-energi pada proses
termodinamika (pemanasan dan pendinginan) di dalam volume atur.
2. Bagaimana cara untuk menentukan laju kalor yang dilepaskan oleh heating coil
pada duct AC unit beserta efisiensinya.
3. Bagaimana cara untuk Menentukan properti termodinamis udara hasil pemanasan
dan pendinginan dari analisis volume atur.
I.3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat menganalisis kesetimbangan massa-energi pada proses termodinamika
(pemanasan dan pendinginan) di dalam volume atur.
2. Dapat menentukan laju kalor yang dilepaskan oleh heating coil pada duct AC unit
beserta efisiensinya.
3. Dapat Menentukan properti termodinamis udara hasil pemanasan dan
pendinginan dari analisis volume atur.
BAB II
METODOLOGI

II.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. AC Split 1 set.
2. Termometer dry dan wet bulb.
3. Tabel termodinamika.
4. Diagram Psikometrik (sea level).
II.2. Prosedur Praktikum
Prosedur yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan disiapkan dan perangkat AC split dioperasikan sesuai dengan petunjuk
operasional.
2. Heater pada duct AC lab unit diaktifkan sebesar 0,5 kW dengan kecepatan putar
fan sentrifugal 30 knop putar.
3. Ditunggu sampai steady selama 3 menit, temperatur dicatat pada T1 (DB & WB)
dan T2 (DB & WB) (posisi T1 dan T2 ditentukan asisten).
4. Kecepatan putar fan diubah menjadi 35 knop putar dan 40 knop putar dan langkah
pada poin ke-3 diulangi kembali.
5. Langkah-langkah poin ke-3 dan ke-4 dilangi kembali dengan heater pada duct AC
lab unit diubah menjadi 1 kW.
6. Setelah didapatkan 4 data, T1 (DB & WB) dan T2 (DB & WB) dicari nilai dari
h1 dan h2 (entalpi) dengan diagram psikometrik.
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Data


Berikut ini merupakan data hasil percobaan dan perhitungan pada percobaan
analisis volume atur.
Tabel 3.1 Hasil percobaan analisis volume atur
Daya Kecepatan T1 T1 T2 T2 .
he hi Qcv
Heater Putar Fan DB WB DB WB
30 28 27 28 28 89,952 85,219 3,208
Evaporator
40 26 26 26 25 76,444 80,781 -0,128
1,902 kW
50 26 26 25 24 72,332 80,781 -4,628
30 29 27 29 26 80,647 85,173 -0,75
Heating
40 31 27 30 28 89,856 85,081 2,74
0,5 kW
50 32 29 31 29 94,751 94,701 0,539
30 32 30 34 30 99,766 99,869 0,971
Heating 1
40 32 31 35 32 110,771 105,223 3,603
kW
50 33 31 36 32 110,715 105,170 5,285
Pada percobaan didapatkan nilai berupa temperatur pada inlet yakni T1 dry bulb
dan wet bulb dan juga pada exit yakni T2 dry bulb dan wet bulb. Nilai temeperatur tersebut
digunakan untuk mencari nilai entalpi pada masing-masing kondisi, baik inlet dan exit
(he dan hi) yang nantinya digunakan untuk mencari nilai panas yang digenerasikan dalam
volume atur. Nilai entalpi tersebut sudah didapatkan dan tertera pada Tabel 3.1. Setelah
itu, dilakukan perhitungan untuk mencari nilai panas yang digenerasikan dalam volume
atur (Qcv) sebagai berikut.
Diketahui
Tabel 3.2 Konversi kecepatan putar fan ke satuan m/s
Knop Kecepatan putar fan v (m/s)
30 1
40 1,7
50 2,8
ρ udara = 1,2 kg/m3
A (Luasan) = 0,23 m2
W evaporator = 1,902 kW
W1 Heating = 0,5 kW
W2 Heating = 1 Kw
Digunakan persamaan berikut untuk mencari nilai Qcv.

(3.1)
Terdapat beberapa asumsi pada percobaan ini sebagai berikut.
1. Proses yang terjadi dalam percobaan ini dalam posisi steady state dan
𝑑𝐸𝑐𝑣
tertutup. Maka = 0 karena tidak ada perubahan terhadap waktu.
𝑑𝑡

2. Ketinggian pada inlet dan exit/outlet sama, maka zi = ze


3. Volume nilai masuk (inlet) dan nilai keluar (outlet) sama maka Vi = Ve.
4. Nilai percepatan gravitasi sama g = 9,81 m/s2
Maka persamaan 3.1 akan menjadi lebih sederhana seperti berikut.
𝑄𝑐𝑣 = 𝑊𝑐𝑣 − 𝑚(ℎ𝑖 − ℎ𝑒) (3.2)
Dengan,
𝑚=𝜌𝐴𝑣
Setelah itu, kita masukkan nilai yang sudah diketahui ke dalam persamaan (3.2). setelah
dilakukan perhitungan didapatkan nilai Qcv pada setiap kondisi pada tabel 3.1.

IV.2. Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul analisis volume atur (heating dan cooling) ini
didapatkan nilai suhu pada T1 dan T2 pada dry bulb dan wet bulb . Setelah itu nilai entalpi
pada bagian inlet dan exit dapat dihitung menggunakan diagram Psikometrik dan hasilnya
terdapat pada tabel 3.1. Lalu, besar panas yang yang digenerasikan pada volume atur
(Qcv) dapat ditentukan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.1. Nilai tersebut didapatkan
melalui perhitungan menggunakan persamaan 3.1.
Hasil Qcv yang didapat dari percobaan terdapat perbedaan dengan teori yang ada.
Pada evaporator terdapat panas yang masuk sehingga ada Q masuk yang bernilai negatif
[1]. Lalu pada kondensor terdapat panas yang keluar dari kondensor sehingga Q bernilai
positif [1]. Dari hasil percobaan, didapatkan nilai Q pada evaporator saat putaran knop
fan pada 30 bernilai positif. Lalu pada heating 0.5 kW saat putaran knop fan pada 30
didapatkan Q bernilai negatif. Kedua hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada.
Seharusnya pada evaporator terjadi penurunan suhu agar nilai Q yang dihasilkan sesuai
dengan teori yang ada. Selanjutnya pada heating 0,5 kW seharusnya terjadi kenaikan suhu
agar nilai Q yang dihasilkan sesuai dengan teori yang ada.
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan hasil percobaan tidak
sesuai dengan teori yang sudah ada. Pertama, pada saat pengambilan data praktikan tidak
terlalu akurat dalam pembacaan data suhu pada termometer. Hal tersebut dikarenakan
pada percobaan masih menggunakan termometer sederhana yang seharusnya
menggunakan termometer digital yang memiliki nilai desimal sehingga memiliki tingkat
akurasi yang sedikit tinggi. Kedua, pada sistem HVAC terdapat kotoran yang dapat
mempengaruhi kinerja sistem HVAC khususnya pada koil. Misalnya berkurangnya aliran
udara panas dan dingin karena penyumbatan kotoran, fan harus bekerja lebih untuk
menarik udara melalui koil yang tersumbat kotoran atau dapat menyebabkan sistem mati
karena overheated [2].
Pada percobaan ini terdapat hubungannya dengan siklus refrigerasi. Pada
dasarnya siklus tersebut merupakan cairan yang mengalir di antara pipa-pipa yang
terhubung pada komponen utama sistem refrigerasi [3]. Cairan tersebut biasa disebut
refrigeran yang merupakan gas terkompresi dan diinjeksikan ke dalam sistem [3].
Terdapat empat komponen utama dalam siklus refrigerasi di antaranya, kompresor,
evaporator, expansion valve, dan kondensor. Komponen- komponen tersebut sebagian
besar sama dengan komponen yang digunakan dalam siklus pemanasan. Perbedaan kedua
siklus terdapat pada arah aliran siklus dan kondisi refrigeran pada saat mengalir di setiap
komponen sistem .
Pada siklus refrigerasi diawali dengan refrigeran masuk pada kompresor dalam
keadaan tekanan rendah dan suhu hangat dan keluar dari kompresor dalam keadaan
tekanan dan suhu tinggi, dan superheated vapor. Lalu refrigeran masuk pada kondensor
dan fan menghembuskan udara sekitar melewati kondensor sehingga udara akan memiliki
suhu yang lebih dingin dan membawa keluar energi panas dari refrigeran. Setelah itu
udara melewati expansion valve lalu udara berubah ke dalam keadaan tekanan dan suhu
rendah, dan liquid / vapor mix. Lalu fan pada evaporator menghembuskan udara ke dalam
ruangan. Hal tersebut menyebabkan panas berpindah dari udara ke refrigeran sehingga
refrigeran mencapai titik didih dan menghilangkan panasnya, sehingga refrigeran
meninggalkan evaporator pada tekanan dan suhu rendah, dan dalam keadaan sedikit
superheated. Setelah itu, refrigeran mengalir pada kompresor dan mengulangi siklus
tersebut[4].
Pada siklus pemanasan (heating) siklusnya berkebalikan dengan siklus
refrigerasi. Selain itu, kondisi refrigeran saat melewati komponen-komponen pemanasan
juga berbeda. Siklus ini diawali dengan refrigeran keluar dari kompresor dalam keadaan
suhu dan tekanan tinggi, superheated vapor. Setelah itu, refrigeran melewati evaporator
dan udara dingin dari ruangan dihembuskan oleh fan untuk menghilangkan sebagian
energi panas untuk mengeluarkan panas dan saat ini sistem bekerja sebagai pemanas.
Setelah itu, refrigeran akan mengembun menjadi cairan saat keluar dari evaporator dalam
keadaan tekanan tinggi dan cairan yang sedikit dingin. Lalu refrigeran akan masuk ke
expansion valve dan keluar dalam keadaan cairan atau vapor mixture dengan suhu dan
tekanan rendah. Lalu refrigeran akan memasuki kondensor dan fan menghembuskan
udara dari luar ke koil dan menambahkan panas pada refrigeran yang dingin sehingga
refrigeran akan mendidih pada suhu rendah dan akan membawa energi panas keluar dari
kondensor dalam keadaan sedikit superheated vapor dengan suhu dan tekanan rendah.
Lalu refrigeran akan masuk ke kompresor untuk mengulangi siklus tersebut [5].
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada volume atur terdapat kesetimbangan massa-energi pada proses
termodinamika (pemanasan dan pendinginan) yang dinamakan siklus refrigerasi.
2. Nilai Laju kalor bisa didapatkan dari sistem HVAC pada proses yang dilakukan
evaporator dan heating.
3. Terdapat kondisi tertentu pada suatu refrigeran saat berada pada masing-masing
komponen sistem refrigerasi.
IV.2. Saran
Adapun saran dalam melakukan percobaan ini adalah:
1. Praktikan harus lebih teliti saat melakukan pengambilan data suhu pada setiap
termometer supaya data yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Micheal J. Moran, Howard N. Shapiro., 2014,“Fundamentals of Engineering


Thermodynamics, Eight edition”. England, John Wiley & Sons Ltd,
[2]. Lozier. “How Does a Dirty Cooling Coil Affeect Your HVAC System?”. 9
Februari 2016. [online]. https://www.lozierheatingcooling.com/lozier-heating-
and-cooling-blog/how-does-a-dirty-cooling-coil-affect-your-hvac-system
[diakses: 29 Mei 2021]
[3]. Cengel, Yunus A., Michael A. Boles, and Mehmet Kanoglu.2019.
“Thermodynamics: An Engineering Approach, Ninth Edition”.New
York:McGraw-Hill.
[4]. Paul Evans. “Refrigeration Cycle”. The Enginneering Mindset. 7 June 2015.
[online]. Tersedia: https://theengineeringmindset.com/the-refrigeration-cycle-
essential-knowledge/ [diakses: 28 Mei 2021].
[5]. Paul Evans. “Heat Pumps Explained”. The Engineering Mindset. 12 November
2018. [online]. Tersedia: https://theengineeringmindset.com/heat-pumps-
explained/ [diakses: 28 Mei 2021].
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai