Anda di halaman 1dari 18

Modul Bahan Ajar

Termodinamika Teknik
(Basic Engineering Thermodynamics)
DME 110 (2 SKS)

Oleh :
Dr. Ir. Muhibbuddin, M.Eng., IPM
NIP. 19830313 200904 1 008

Program Studi Diploma III Teknik Mesin


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
2020
Bab 6
Entropi (Lanjutan)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menjelaskan diagram entropi untuk fluida kerja uap.
2. Memahami dan menjelaskan diagram entropi untuk fluida kerja gas.
3. Menjelaskan dan menghitung entropi untuk proses irreversible.
4. Menjelaskan dan menghitung siklus motor bensin dan diesel.
5. Menjelaskan dan menghitung siklus gabungan.

B. Uraian Materi
3. Proses Reversibel Pada Diagram T-s
Bermacam-macam proses reversibel dan berikut ini akan dibahas
hubungannya dengan diagram T-s. Proses volume konstan dan tekanan
konstan telah dijelaskan dalam diagram T-s pada bagian terdahulu,
sehingga tidak dibahas lagi pada bagian ini.
a. Proses Reversibel Isothermal
Sebuah proses reversibel isothermal akan digambarkan sebagai
suatu garis lurus pada sebuah diagram T-s, dan daerah yang berada
dibawah garis harus dinyatakan sebagai daerah aliran panas selama proses
berlangsung. Sebagai contoh, gambar 6.11 menunjukkan sebuah proses
ekspansi isothermal reversibel dari uap basah ke daerah uap panas lanjut.
Daerah yang diarsir menujukkan panas yang diberikan selama proses
berlangsung.
Panas yang diberikan = T (S2 – S1)
Perlu dicatat, bahwa temperatur absolut harus digunakan. Suhu
yang ditabulasikan dalam daftar uap adalah t0 C dan harus dirubah ke
dalam TK.
Gambar 6.11 Proses Reversibel Isothermal

Apabila proses isothermal untuk uap yang dinyatakan dalam


bagian yang lalu, tak ada metode yang dapat digunakan untuk evaluasi
dari aliran panas. Pengenalan tentang diagram T-s memungkinkan aliran
panas dapat dihitung, seperti ditunjukkan pada contoh di bawah ini :

Contoh Soal :
1) Uap kering jenuh pada tekanan 100 bar mengembang secara isothermal
dan dikembalikan pada tekanan 10 bar. Hitunglah panas yang
diberikan dan kerja yang dihasilkan per kg uap selama proses. Proses
ini ditunjukkan pada gambar 6.12 dan daerah yang diarsir
menunjukkan panas yang diberikan.

Gambar 6.12 Diagram T-s untuk Contoh Soal 1


Penyelesaian :
Dari tabel uap jenuh pada tekanan 100 bar,
S1 = Sg = 5,615 kJ/kg K dan t1 = 3110 C pada tekanan 100 bar dan
suhu 3110 C, uap adalah panas lanjut, didapatkan dengan interpolasi,
311−300
𝑆2 = 7,124 + (350−300 ) (7,301 − 7,124)

S2 = 7,124 + 0,039 = 7,163 kJ/kg K


Selanjutnya didapatkan,
Panas yang diberikan = luas yang diarsir
= T (S2 – S1)
= 584 (7,163 – 5,615)
= 584 x 1,548
(dimana T = 311 + 273 = 584 K
Panas yang diberikan = 584 x 1,548 = 904 kJ/kg
Untuk menentukan jumlah kerja yang dilakukan, perlu digunakan
persamaan energi non aliran, yakni :
Q = (u2 – u1) + W atau W = Q – (u2 – u1)
Dari tabel tekanan 100 bar untuk uap jenuh kering,
u1 = ug = 2545 kJ/kg
Pada tekanan 10 bar dan suhu 3110 C, diinterpolasikan,
311−300
𝑢2 = 2794 + ( ) (2875 − 2794)
350−300

= 2794 + 17,8
= 2811,8 kJ/kg
Selanjutnya,
W = Q – (u2 – u1)
= 904 – (2811,8 – 2545)
= 637,2 kJ/kg
Kerja yang dilakukan oleh uap = 637,2 kJ/kg
Sebuah proses isothermal untuk gas sempurna ditunjukkan pada
sebuah diagram dalam gambar 6.13. Luas yang diarsir menyatakan
energi panas yang diberikan selama proses yakni:
Q = T (s2 – s2)
Gambar 6.13 Proses Isothermal untuk Gas Sempurna

Untuk gas sempurna yang mengalami proses isothermal


memungkinkan untuk menghitung s – s. dari persamaan non aliran,
kita mendapatkan untuk proses reversibel adalah berikut ini :
dQ = du + p dV
Juga untuk suatu gas sempurna dari hukum Joule du = C v dT, yakni:
dQ = Cv dT + p dV
Untuk suatu proses isothermal, dT = 0, sehingga :
dQ = p dV
Selanjutnya, karena p V = R T, kita dapatkan :
dQ = RT dV /V
Dari persamaan (3), maka :
𝑑𝑄 𝑅𝑇 𝑑𝑉 𝑑𝑉
𝑆2 − 𝑆1 = = =𝑅
𝑇 𝑇𝑉 𝑉
𝑉2 𝑃1
𝑆2 − 𝑆1 = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑉1 𝑃2
Kemudian panas yang diberikan adalah sebagai berikut :
𝑉2 𝑃1
𝑄 = 𝑇 (𝑆2 − 𝑆1 ) = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑉1 𝑃2
Catatan, bahwa hubungan ini sama dengan penjelasan yang telah lalu,
yakni:
𝑃2 𝑃1
𝑄 = 𝑊 = 𝑅𝑇 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 𝑝1 𝑉1 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑃1 𝑃2
2) 0,03 m3 Nitrogen (berat molekul 28) dimasukan ke dalam silinder
disamping sebuah piston pada tekanan awal 1,05 bar dan suhu 150 C.
gas dikompresikan isothermal dan dikembalikan sampai tekanan
menjadi 4,2 bar. Hitunglah perubahan entropi, aliran panas, dan kerja
yang dilakukan serta gambarkanlah proses pada sebuah diagram p-V
dan T-s. Anggap Nitrogen sebagai gas sempurna.
Penyelesaian :
Proses ini ditunjukkan dalam diagram p-V dan T-s pada gambar 6.14 a
dan b. Daerah yang diarsir pada gambar 6.14a menyatakan kerja yang
dilakukan dan daerah yang diarsir pada gambar 6.14b menyatakan
jumlah panas yang hilang.

Gambar 6.14 Diagram T-s untuk Contoh Soal 2

Dari persamaan :
𝑅𝑜 8314 𝑁𝑚
𝑅= = = 297 𝐾
𝑀 28 𝑘𝑔
Apabila p V = mRT, maka :
𝑝𝑉 1,05 𝑥 105 𝑥 0,03
𝑚= =
𝑅𝑇 28
m = 0,0368
(dimana T = 15 + 273 = 288 K)
Kemudian dari persamaan (8), untuk m kg,
𝑃1
𝑆1 − 𝑆2 = 𝑚 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑃2
0,0368 𝑥 297 1,05
𝑆1 − 𝑆2 = 3
𝐿𝑜𝑔𝑒
10 4,2
0,0368 𝑥 297 4,2
𝑆1 − 𝑆2 = 3
𝐿𝑜𝑔𝑒
10 1,05
𝑆1 − 𝑆2 = −0,01516 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Jadi pengurangan entropi (S1 – S2) = 0,01516 kJ/kg K
Panas yang hilang = luas (daerah) yang diarsir pada gambar 6.14b
= T (S1 – S2)
= 288 x 0,01516
= 4,37 kJ
Selanjutnya untuk sebuah proses isothermal untuk gas sempurna,
W = Q = 4,37 kJ
Jadi kerja yang dilakukan = 4,37 kJ

b. Proses Reversibel Adiabatis


Untuk sebuah proses reversibel adiabatis entropi tetap konstan, dan
dimana proses tadi dinamakan suatu proses isentropik. Catatan bahwa
untuk suatu proses akan menjadi isentropik tidak hanya membutuhkan
adiabatis atau reversibel, tetapi proses tadi akan selalu digambarkan
sebagai garis vertikal pada sebuah diagram T-s. Dalam hal ini suatu proses
isentropik tidak hanya mengandung masalah adiabatis atau reversibel, dan
akan dibahas lebih lanjut dalam materi ini.
Sebuah proses isentropik untuk uap panas lanjut mengembang
menjadi uap basah seperti ditunjukkan pada gambar 6.15. Apabila proses
reversibel adiabatis pada bagian yang lalu, hal ini memerlukan suatu
metode yang tidak mudah pada akhirnya. Sekarang, kita hanya
menggunakan pernyataan bahwa entropi tetap konstan, keadaan
(penyelesaian) akhirnya akan didapatkan dengan mudah dari tabel. Ini
diilustrasikan dalam contoh berikut ini :

Contoh Soal :
1) Uap dengan tekanan 100 bar, suhu 3750 C mengembang secara
isentropik dalam sebuah silinder dibawah piston dengan tekanan 10
bar. Hitunglah kerja yang dihasilkan per kg uap.
Gambar 6.15 Diagram T-s untuk Contoh Soal 1

Penyelesaian :
Dari daftar uap panas lanjut pada tekanan 100 bar, dan suhu 375 0C,
kita mendapatkan :
S1 = S2 = 6,091 kJ/kg K
Pada tekanan 100 bar dan S2 = 6,091 kJ/kg K, uap tadi dalam keadaan
uap basah, karena S2 lebih kecil dari pada Sg2.
Dari persamaan (7),
𝑆2 − 𝑆𝑓2 6,091 − 2,138
𝑋2 = = = 0,889
𝑆𝑓𝑔2 4,448
Selanjutnya,
U2 = (1 – x2) Uf2
U2 = (0,111 x 762) + (0,889 x 2584)
U2 = 2381,6 kJ/kg
Pada tekanan 100 bar dan suhu 375 0C, kita dapatkan dari tabel, h1 =
3017 kJ/kg, dan v1 = 0,02453 m3/kg. Kemudian didapatkan,
100 𝑥 105 𝑥 0,02453
𝑢1 = ℎ1 − 𝑝1 𝑣1 = 3017 −
103
𝑢1 = 3017 − 245,3
𝑢1 = 2771,7 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Untuk sebuah proses adiabatis,
W = u1 – u2 = 2771,7 – 238,6
W = 390,1 kJ/kg
Jadi kerja yang dihasilkan (W) = 390,1 kJ/kg

Gambar 6.16 Diagram T-s untuk Proses Isentropik

Untuk gas sempurna dalam proses isentropik pada sebuah diagram


T-s ditunjukkan pada gambar 6.16. hal ini ditunjukkan pada bagian yang
lalu, bahwa untuk sebuah proses reversibel adiabatis untuk gas sempurna,
maka proses mengikuti hukum P V = konstan. Oleh karena itu proses
reversibel yang terjadi pada entropi konstan, dan dinamakan sebagai indek
isentropik dari gas.

c. Proses Reversibel Politropis


Untuk mendapatkan perubahan entropi pada sebuah proses
politropis untuk uap, bila keadaan akhirnya tetap digunakan rumus p1V1n
= p2V2n, harga (besar) entropi pada keadaan akhir padat dibaca dari tabel.

Contoh Soal :
1) Dalam sebuah mesin uap, pada awal ekspansi tekanan 7 bar, faktor
kekeringan 0,95 dan ekspansi mengikuti hukum = konstan, tekanan
turun menjadi 0,34 bar. Hitunglah perubahan entropi per kg uap
selama proses.

Penyelesaian :
Gambar 6.17 Diagram T-s untuk Soal 1

Pada tekanan 7 bar, vg = 0,2728 m3/kg, maka :


v1 = x1 vg1 = 0,95 x 0,2728 = 0,26 m3/kg
Selanjutnya,
𝑃1 𝑣 1,1 𝑣2 𝑃 1,1
= ( 2) atau = ( 1)
𝑃2 𝑣1 𝑣1 𝑃2

7 0,909
𝑣2 = ( ) = 0,26 x 20.590,909
0,34
Pada tekanan 0,34 bar, dan v2 = 4,06 m3/kg, uap adalah uap basah,
karena vg = 4,649 m3/kg.
Kemudian :
𝑣2 4,06
𝑋2 = = = 0,876
𝑣𝑔2 4,649
Dari persamaan (5)
S1 = Sf1 + x1 . Sfg1
S1 = 1,992 + 0,95 x 4,717 = 6,472 kJ/kg K
dan
S2 = Sf2 + x2 . Sfg2
S2 = 0,98 + 0,876 x 6,745 = 6,889 kJ/kg
Proses ini ditunjukkan pada sebuah diagram T-s dalam gambar 6.16.
Pada proses politropis, untuk menentukan perubahan entropi untuk
gas sempurna maka perhatikan persamaan non aliran untuk proses
reversibel, yakni :
dQ = du + p dV
Juga untuk massa satu kg gas sempurna, dari hukum Joule’s du = Cv
dT, dan p v = RT, sehingga :
𝑅𝑇 . 𝑑𝑉
𝑑𝑄 = 𝐶𝑣 𝑑𝑇 +
𝑉
Dari persamaan (2),
𝑑𝑄 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑅 𝑑𝑉
𝑑𝑠 = = +
𝑇 𝑇 𝑉
Dimana antara keadaan 1 dan 2,
𝑇2 𝑉2
𝑑𝑇 𝑑𝑉
𝑆1 − 𝑆2 = 𝐶𝑣 ∫ +𝑅∫
𝑇1 𝑇 𝑉1 𝑉

𝑇 𝑉
𝑆1 − 𝑆2 = 𝐶𝑣 𝐿𝑜𝑔𝑒 𝑇2 + 𝑅𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑉2 …………….……………… (10)
1 1

Ini dapat diilustrasikan pada sebuah diagram T-s dalam gambar 6.20.
Oleh karena proses pada gambar 6.19, dimana T2 < T1 persamaan (10)
dapat ditulis :
𝑉 𝑇
𝑆1 − 𝑆2 = 𝑅𝐿𝑜𝑔𝑒 𝑉2 + 𝐶𝑣𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑇1 ………………………….… (11)
1 2

Untuk S1 – S2 dalam persamaan (11) adalah perubahan entropi pada


suatu proses isothermal dari V1 dan V2, yakni persamaan (9) :
𝑉
𝑆𝐴 − 𝑆1 = 𝑅𝐿𝑜𝑔𝑒 𝑉2 (lihat gambar 6.18)
1

Untuk S2 – S1 dalam persamaan (11) adalah perubahan entropi pada


suatu proses volume konstan dari T1 ke T2, yakni sesuai dengan gambar
6.18,
𝑇1
𝑆𝐴 − 𝑆1 = 𝐶𝑣𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑇2

Gambar 6.18 Diagram T-s untuk Proses Politropis


Dapat dilihat bahwa perhitungan perubahan entropi pada sebuah
proses politropis dari keadaan 1 ke keadaan 2, pengaruhnya diganti
dengan proses yang lebih sederhana, dari 1 ke A dan A ke 2. Hal ini
jelas dari gambar 6.18, bahwa :
S2 – S1 = (SA – S1) – (SA – S2)
Setiap dua proses dapat dipilih untuk mengganti sebuah proses
politropis agar dapat menentukan perubahan entropi. Sebagai contoh,
dari 1 ke B dan dari B ke 2 seperti dalam gambar 6.18, kita dapatkan :
S2 – S1 = (SB – S1) – (SB – S2)
Pada temperatur konstan antara p1 dan p2, gunakan persamaan (9) :
𝑃1
𝑆𝐵 − 𝑆1 = 𝑅 𝑙𝑜𝑔𝑒
𝑃2
Pada tekanan konstan antara T1 dan T2 kita dapatkan :
𝑇1
𝑆𝐵 − 𝑆1 = 𝐶𝑝 𝑙𝑜𝑔𝑒
𝑇2
Dimana,
𝑃1 𝑇1
𝑆2 − 𝑆1 = 𝑅 𝑙𝑜𝑔𝑒 − 𝐶𝑝 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑃2 𝑇2
𝑇 𝑃
𝑆2 − 𝑆1 = 𝐶𝑝 𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑇2 + 𝑅𝐿𝑜𝑔𝑒 𝑃1 ……………………………. (12)
1 2

Persamaan (12) dapat juga diperoleh dengan lebih mudah dari


persamaan (10). Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan
untuk menentukan perubahan entropi pada sebuah proses politropis,
dan tak perlu mencoba mengingat semua persamaan tersebut. Tiap
masalah dapat dicari dengan membuat gambar diagram T-s dan
menempatkan lagi proses dengan proses reversibel lain yang lebih
sederhana, seperti pada gambar 6.18.

2) Hitunglah perubahan entropi 1 kg udara yang mengembang secara


politropis dalam sebuah silinder di bawah piston dari tekanan 6,3 bar
dan suhu 550 0C menjadi tekanan 1,05 bar. Indek ekspansi 1,3. Proses
digambarkan pada sebuah diagram T-s dalam gambar 6.19.

Penyelesaian :
Temperatur pemuaian (T2) didapat dengan,
𝑇1 𝑝1 (𝑛−1)/𝑛 6,3 (1,3−1)/1,3
=( ) = ( ) = 1,512
𝑇2 𝑝2 1,05
823
𝑇2 = = 544 𝐾
1,512
(dimana T1 = 550 + 273 = 823 K)

Gambar 6.19 Diagram T-s untuk Contoh Soal 2

Selanjutnya dengan mengganti proses 1 ke 2 menjadi dua proses, yakni


dari 1 ke A dan A ke 2, maka temperatur konstan dari 1 ke A
didapatkan :
𝑃1 6,3
𝑆𝐴 − 𝑆1 = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 0,287 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑃2 1,05
= 0,287 x 1,792 = 0,515 kJ/kg K
Pada tekanan konstan dari A ke 2 didapatkan :
𝑇1 823
𝑆𝐴 − 𝑆1 = 𝐶𝑝 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 1,005 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑇2 544
= 1,005 x 0,413 = 0,415 kJ/kg K
Selanjutnya,
S1 – S2 = 0,515 – 0,415 = 0,1 kJ/kg K
Jadi pertambahan entropi = 0,1 kJ/kg K.
Catatan, jika SA – S2 lebih besar dari SA – S1, hal ini berarti S1 lebih besar
dari S2 dan prosesnya dinyatakan pada gambar 6.20 di bawah ini :
Gambar 6.20 Diagram T-s untuk S1 > S2

3) 0,05 kg Carbon dioksida (berat molekul 44) ditekan dari tekanan 1 bar
dan suhu 15 0C sampai tekanan 8,3 bar dan volumenya menjadi
0,004m3. Hitunglah perubahan entropi. Ambil C p untuk Carbon
dioksida adalah 8,8 kJ/kg K, dan karbon dianggap sebagai gas
sempurna.

Penyelesaian :
Sesuai dengan diagram yang dibuat pada 6.21, maka proses antara 1
dan 2 dapat menjadi reversibel atau irreversibel, perubahan entropi
adalah sama antara kedua proses tadi. Sesuai dengan gambar 6.22,
untuk menentukan S1 – S2 kita terlebih dahulu mencari SA – S2 dan
selanjutnya dikurangi dengan SA – S1. Sebelumnya kita perlu mencari R
dan T2. Besar R dapat ditentukan dengan :
𝑅0 8314 𝑁𝑚
𝑅= = = 189 𝐾
𝑀 44 𝑘𝑔
Sedangkan T2 dapat ditentukan dari persamaan pV = mRT, sehingga :
𝑝2 𝑉2 8,3 𝑥 105 𝑥0,004
𝑇2 = = = 351 𝐾
𝑚𝑅 0,05 𝑥 189
Selanjutnya dari persamaan (8) didapatkan :
𝑃2 8,3
𝑆𝐴 − 𝑆2 = 𝑅 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 0,189 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑃𝐴 1
= 0,4 kJ/kg K
Juga pada tekanan konstan dari 1 ke A :
𝑇2 3,51
𝑆𝐴 − 𝑆2 = 𝐶𝑝 𝐿𝑜𝑔𝑒 = 0,88 𝐿𝑜𝑔𝑒
𝑇1 288
= 0,174 kJ/kg K
(dimana T1 = 15 + 273 = 288 K).
Kemudian :
S1 – S2 = 0,4 – 0,174 = 0,226 kJ/kg K
Dimana untuk 0,05 kg Carbon dioksida,
penurunan entropi = 0,05 x 0,226 = 0,0113 kJ/kg K

Gambar 6.21 Diagram T-s untuk Contoh Soal 3

C. Rangkuman
Sebuah proses reversibel isothermal akan digambarkan sebagai suatu garis
lurus pada sebuah diagram T-s, dan daerah yang berada dibawah garis harus
dinyatakan sebagai daerah aliran panas selama proses berlangsung. Sebagai
contoh, gambar 6.11 menunjukkan sebuah proses ekspansi isothermal
reversibel dari uap basah ke daerah uap panas lanjut. Daerah yang diarsir
menujukkan panas yang diberikan selama proses berlangsung. Panas yang
diberikan = T (S2 – S1). Perlu dicatat, bahwa temperatur absolut harus
digunakan. Suhu yang ditabulasikan dalam daftar uap adalah t0 C dan harus
dirubah ke dalam TK. Apabila proses isothermal untuk uap yang dinyatakan
dalam bagian yang lalu, tak ada metode yang dapat digunakan untuk evaluasi
dari aliran panas. Pengenalan tentang diagram T-s memungkinkan aliran
panas dapat dihitung.
Untuk sebuah proses reversibel adiabatis entropi tetap konstan, dan dimana
proses tadi dinamakan suatu proses isentropik. Catatan bahwa untuk suatu
proses akan menjadi isentropik tidak hanya membutuhkan adiabatis atau
reversibel, tetapi proses tadi akan selalu digambarkan sebagai garis vertikal
pada sebuah diagram T-s. Dalam hal ini suatu proses isentropik tidak hanya
mengandung masalah adiabatis atau reversibel. Sebuah proses isentropik
untuk uap panas lanjut mengembang menjadi uap basah seperti ditunjukkan
pada gambar 6.15. Apabila proses reversibel adiabatis pada bagian yang lalu,
hal ini memerlukan suatu metode yang tidak mudah pada akhirnya.
Sekarang, kita hanya menggunakan pernyataan bahwa entropi tetap konstan,
keadaan (penyelesaian) akhirnya akan didapatkan dengan mudah dari tabel.
Untuk gas sempurna dalam proses isentropik pada sebuah diagram T-s
ditunjukkan pada gambar 6.16. Hal ini ditunjukkan pada bagian yang lalu,
bahwa untuk sebuah proses reversibel adiabatis untuk gas sempurna, maka
proses mengikuti hukum P V = konstan. Oleh karena itu proses reversibel
yang terjadi pada entropi konstan, dan dinamakan sebagai indek isentropik
dari gas.
Untuk mendapatkan perubahan entropi pada sebuah proses politropis untuk
uap, bila keadaan akhirnya tetap digunakan rumus p 1V1n = p2V2n, harga
(besar) entropi pada keadaan akhir padat dibaca dari tabel.

D. Tugas
Soal :
1. 0,05 kg uap pada tekanan 10 bar dan faktor kekeringan 0,84 dipanaskan
secara reversibel dalam sebuah vessel sampai tekanan 20 bar. Hitunglah
perubahan entropi dan panas yang diberikan. Tunjukkan daerah yang
menyatakan aliran panas pada sebuah diagram T-s.

2. Sebuah silinder berisi 0,006 m3 nitrogen (berat molekul 28) pada tekanan
1,04 bar, suhu 15 0C dipanaskan secara reversibel sampai temperature 900C.
Hitunglah perubahan entropi dan panas yang diberikan. Buat proses pada
sebuah diagram T-s. Ambil indek isentropik (n) untuk gas nitrogen 1,4 dan
anggap nitrogen adalah gas sempurna.
E. Referensi
1. Anwari. (1978). Sistem Satuan International (SI). Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2. Arismunandar, Wiranto. (1986). Termodinamika Teknik. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
3. Cengel, Yunus. A. and Michael A Boles. (2006). An Engineering Approach.
New York : McGraw-Hill Company.
4. Eastop, T.D, dan A. Mc. Conkey. (1778). Applied Thermodynamics for
Engineering Technolist. Logman: Group Limited.
5. Granet, Living. (1980). Thermodynamics and Heat Power. Virginia: Reston
Publishing Company, Inc.
6. Jr, Earn Logan. (1999). Thermodynamics, Process and Application. USA:
Marcel Dekker, Inc.
7. Kamil, Sulaiman dan Pawito. (1983). Termodinamika and Perpindahan
Panas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
8. Kondepudi, Dilip. (1998). Modern Thermodynamics. New York: John Wiley
& Sons.
9. O’Connell, John P and J. M. Haile. (2005). Thermodynamics, Fundamentals
for Application. Cambridge. Cambridge University Press.
10. S. Nainggolan, Werlin. (1978). Termodinamika, Teori, Soal, dan
Penyelesaian. Bandung. Armico.
11. Seddon, John M & Julian D. Gale. (1998). Thermodynamics and Statistical
Mechanics. London. Royal Society and Chemistry.
12. Singh, Onkar. (2009). Applied Thermodynamics. New Delhi: New Age
International Publisher.
13. Theraja, B.L. (1984). Element of Electrical and Mechanical Engineering.
New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
14. Thomas, T.H dan R. Hunt. (1979). Applied Heat. London: Heinemann
Educational Books Ltd.
15. Winterbone, D. E. (1997). Advanced Thermodynamics for Engineer.
London: John Wiley & Sons, Inc.
16. Zemansky, Mark W and Rechard H. Dittman. (1997). Heat and
Thermodynamics. Seventh Edition. New York: McGraw – Hill Companies.
17. Ambiyar. (2010). Termodinamika. Padang: Universitas Negeri Padang
Press.

F. Lembar Kerja
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai