Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SIMULASI

SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER


Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai tugas Mata Kuliah Perpindahan Panas
dan Massa

Disusun oleh :
1. Carollina Kusumawidjaya (02311840000073)
2. Dian Permana (02311840000076)

Kelas : B

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2019
I. DEFINISI KASUS
Heat exchangers adalah alat yang digunakan untuk menukar panas antara
dua fluida yang memiliki temperatur berbeda tanpa terjadi percampuran dua fluida
kerja tersebut. Perpindahan panas pada heat exchanger yg terjadi melibatkan panas
konveksi dari setiap fluida kerjanya dan konduksi melalui dinding pemisah diantara
dua fluida tersebut.Heat exchanger paling sederhana adalah heat exchanger fluida
panas dan dingin dengan arah yang sama atau berlawanan dalam konstruksi tabung
konsentris (atau pipa ganda). Pada gambar dibawah ini merupakan gambar dari
jenis-jenis perpindahan panas. Gambar a) merupakan gambar parallel-flow di mana
arah arus masuk dan keluarnya searah dan gambar b) merupakan arus counter flow
di mana arus keluar dan masuknya berlawanan arah.

Gambar 1.2 Skema gambar a) parallel-flow dan b) counter flow

Tipe heat exchanger yang umum digunakan di aplikasi di industri adalah tipe shell-
and-tube heat exchanger, seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah ini. Di
mana tipe shell-and-tube heat exchanger memiliki banyak tube :

Gambar 1.2 Skema HE jenis shell-and-tube


CFD adalah metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan aliran fluida
secara numerik dengan bantuan komputer. Aliran fluida dalam kehidupan nyata
memiliki banyak sekali jenis dan karakteristik tertentu yang begitu kompleks, CFD
melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta menggunakan persamaan-
persamaan fluida. CFD menggunakan metode penghitungan dengan sebuah kontrol
dimensi, luas dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi komputer
untuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya. Prinsipnya adalah
suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya
dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontol
penghitungan yang akan dilakukan oleh aplikasi atau software. Kontrol-kontrol
penghitungan ini beserta kontrol-kontrol penghitungan lainnya merupakan
pembagian ruang yang disebut meshing.
Agar dapat lebih memahami kinerja heat exchanger, faktor-faktor yang
mempengaruhi keluaran atau prosesnya, dan metode perhitungannya, dibuat sebuah
simulasi CFD.

II. SIMULASI
Pada simulasi yang dilakukan, penyusun ingin menguji pengaruh dari
jumlah tube terhadap pressure drop, heat flux, dan temperatur keluaran dengan
menetapkan tipe heat exchanger, jenis aliran, temperatur dan kecepatan fluida baik
pada inlet panas maupun inlet dingin, dan jenis fluida yang digunakan dalam heat
exchanger.
Tabel 1.1 Variabel Kontrol Simulasi
Tipe heat exchanger : Shell-and-tube

Jenis aliran : Counter-flow

Ukuran
a) Diameter tube : 0,2 m
b) Diameter shell :1m
c) Panjang heat exchanger :2m

Jenis fluida
a) Inlet dingin (tube) : water-liquid
b) Inlet panas (shell) : engine oil

Kecepatan fluida
a) Inlet dingin (tube) : 0,2 m/s
b) Inlet panas (shell) : 0,2 m/s

Temperatur fluida
c) Inlet dingin (tube) : 290 K
d) Inlet panas (shell) : 390 K
Simulasi CFD terdiri atas 5 tahap, yakni geometri, meshing, setup,
solution, dan result. Berikut merupakan perlakuan yang diberikan pada masing-
masing tahap dalam simulasi CFD ini :

2.1 Geometri
Pada tahap geometri, dibentuk rancangan bentuk heat exchanger dalam
tiga dimensi. Model yang dipakai adalah 1 shell dengan 5 tube, dan 1 shell dengan
7 tube. Berikut merupakan gambar hasil dari tahap geometri untuk kedua variasi :

Gambar 2.1 Geometri Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes)

Gambar 2.2 Geometri Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes)

2.2 Meshing
Pada tahap meshing, desain dibagi menjadi beberapa bagian untuk
menyederhanakan perhitungan. Berikut merupakan tampilan meshing untuk kedua
variasi :
Gambar 2.3 Meshing Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes)

Gambar 2.4 Meshing Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes)


2.3 Inisialisasi
Pada tahap inisialisasi, fluida yang mengalir pada tube ditetapkan sebagai
water-liquid sedangkan fluida yang mengalir pada shell ditetapkan sebagai engine
oil dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Engine Oil
Density = 889 kg/m
Viscosity = 1,06 kg/m.s
Velocity = 0,2 m/s
Inlet temperature = 390 K
b) Water fluid
Density = 998,2 kg/m
Viscosity = 0,001003 kg/m.s
Velocity = 0,2 m/s
Inlet temperature = 290 K

2.4 Hasil
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, diperoleh data dan skema
sebagai berikut :
Gambar 2.5 Kontur Tekanan Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes) Tampak Belakang

Gambar 2.6 Kontur Tekanan Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes) Tampak Samping

Gambar 2.7 Kontur Tekanan Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes) Tampak Depan
Gambar 2.8 Kontur Tekanan Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes) Tampak Depan

Gambar 2.9 Kontur Tekanan Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes) Tampak Samping

Gambar 2.10 Kontur Tekanan Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes) Tampak Belakang

Tabel 2.1 Data Perhitungan Temperatur dan Tekanan Simulasi


Var. Temperatur (K) Tekanan (Pa)

Dingin Panas Dingin Panas

Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet

1 290,104 336,050 389,978 359,611 36,721 2,323 129,336 0,852

2 290 337,809 389,997 343,282 36,892 4,135 129,623 3,029

Tabel 2.2 Data Perhitungan Heat Transfer Rate dan Mass Flow Rate

Var. Heat Transfer Rate (W) Mass Flow Rate (kg/s)

Dingin Panas Dingin Panas

Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet

1 -5185321 - 769172 - 124,220 - 447,569 -


31816352 72 609930 144,924 426,859
56

2 -8898891 - 719613 - 173,908 - 403,011 -


44691056 04 472454 191,181 9 385,733
36
III. ANALISIS DATA
Pada simulasi heat exchanger ini digunakan tipe counter flow shell-and-tube
heat exchanger. Fluida yang digunakan adalah engine oil sebagai fluida panas dan
water-liquid sebagai fluida dingin. Temperatur inlet, diameter tube, diameter shell,
dan panjang heat exchanger dibuat sama, sedangkan yang dibuat bervariasi adalah
jumlah tube dalam shell. Variasi pertama menggunakan desain heat exchanger
dengan lima tube dalam satu shell sedangkan variasi kedua menggunakan desain
heat exchanger dengan tujuh tube dalam satu shell. Terhadap kedua variasi
kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Ansys untuk menemukan tekanan,
temperatur, heat transfer rate, dan mass flow rate pada setiap inlet dan outlet.
Berdasarkan perhitungan tersebut kemudian diperoleh hasil percobaan
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Apabila diamati, antara
setiap inlet dingin dengan outlet dingin terjadi peningkatan temperatur dan tekanan,
sedangkan antara setiap inlet panas dengan outlet panas terjadi penurunan
temperatur dan tekanan. Hal ini sesuai dengan teori, karena dalam heat exchanger
terjadi perpindahan panas antara dua fluida dengan temperatur berbeda tanpa
bersentuhan secara langsung, yakni dari fluida dengan temperatur lebih tinggi
(engine oil) ke fluida dengan temperatur lebih rendah (water-liquid), sehingga
membuat temperatur fluida yang lebih rendah meningkat pada bagian outlet
sedangkan temperatur fluida yang lebih tinggi menurun pada bagian outlet. Dari
Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 pula dapat diamati bahwa antara variasi 1 dengan variasi 2
terdapat perbedaan tekanan yang cukup besar antara inlet panas dengan outlet panas
serta inlet dingin dengan outlet dingin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah tube dapat menurunkan pressure drop. Ini sesuai dengan teori,
karena dengan meningkatnya jumlah tube, berarti cross sectional meningkat dan
menurunkan pressure drop.

Grafik Hubungan antara Tekanan


dengan Variasi yang Digunakan
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Variasi 1 Category 2

P Inlet Dingin P Outlet Dingin P Inlet Panas P Outlet Panas


Grafik Hubungan antara Temperatur
dengan Variasi yang Digunakan
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Variasi 1 Variasi 2

T Inlet Dingin T Outlet Dingin T Inlet Panas T Outlet Panas

IV. VERIFIKASI ANALITIK


4.1 Metode NTU

A. Variasi 1 (1 Shell dan 5 Tubes)


Properties
Th,in = 390 K = 117 °C Th,out = 360 K = 87 °C
Tc,in = 290 K= 17 °C Tc,out = 336 = 63 °C
mh= 447,5 kg/s Cph =1845 kJ/kg · °C
mc =124,22 kg/s Cpc = 4183 kJ/kg · °C

Perhitungan
Tmax = Th,in – Tc,in = 117 °C - 17 °C = 100 °C
Ch = mhCph = (447,5 kg/s)( 1845 J/kg · °C) = 825637 W/°C
Cc = mcCpc = (124,22 kg/s)( 4183 J/kg · °C) = 519488 W/°C
Qmax = Cmin ΔTmax = (519488 W/°C)(100 °C)= 51948800 W

B. Variasi 2 (1 Shell dan 7 Tubes)


Properties
Th,in = 390 K = 117 °C Th,out = 360 K = 87 °C
Tc,in = 290 K= 17 °C Tc,out = 336 = 63 °C
mh= 403 kg/s Cph =1845 kJ/kg · °C
mc =173,9 kg/s Cpc = 4183 kJ/kg · °C

Perhitungan
ΔTmax = Th,in – Tc,in = 117 °C - 17 °C = 100 °C
Ch = mhCph = (403kg/s)( 1845 J/kg · °C) = 742376 W/°C
Cc = mcCpc = (173,9kg/s)( 4183 J/kg · °C) = 727249 W/°C
Qmax = Cmin ΔTmax = (727249 W/°C)(100 °C)= 72724900 W

Anda mungkin juga menyukai