Anda di halaman 1dari 32

TK-2203 OPERASI PERPINDAHAN KALOR

LAPORAN PERANCANGAN
HEAT EXCHANGER

22/04/2016 IOK AZA / DAW

DISIAPKAN
TANGGAL OLEH PENJELASAN CHECK APPR. DOSEN

HEAT EXCHANGER TIPE SHELL AND TUBE

Nudiya Salsabila 13014009


Dea Yulistia 13014015
Fathinah Islami Hasyyati 13014055
Ian Otard Kognac 13014111
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

LAPORAN 31
Daftar Isi
1 PENDAHULUAN 3
1.1 DESKRIPSI PROSES 3
1.2 PROCESS FLOW DIAGRAM PADA PROSES PENUKARAN PANAS 3
1.3 PROFIL PABRIK 3
2 DATA PERANCANGAN EXCHANGER 5
2.1 FLUIDA PROSES 5
2.1.1 DESKRIPSI SINGKAT 5
2.1.2 KOMPOSISI DAN PROPERTI FLUIDA PROSES 5
2.1.3 KONDISI ALIRAN FLUIDA PROSES 5
2.2 SERVICE FLUID 6
2.2.1 PERTIMBANGAN DASAR PEMILIHAN SERVICE FLUID 6
2.2.2 KOMPOSISI DAN PROPERTI SERVICE FLUID 6
2.2.3 KONDISI ALIRAN SERVICE FLUID 6
3 METODOLOGI PERANCANGAN 7
3.1 ASUMSI-ASUMSI YANG DIGUNAKAN 7
3.2 TAHAPAN-TAHAPAN PERANCANGAN 8
3.3 HEAT EXCHANGER YANG DIGUNAKAN 9
4 HASIL PERANCANGAN 10
4.1 HASIL 10
4.2 SKETSA HEAT EXCHANGER 10
4.3 TEMA SHEET HEAT EXCHANGER 10
5 ANALISIS 11
5.1 ANALISIS KELOGISAN PERANCANGAN 11
5.2 PARAMETER OPERASI PROSES HASIL PERANCANGAN 12
6 KESIMPULAN 13
7 REFERENSI 13
APPENDIX A – DATA FISIK ALIRAN 14
APPENDIX B – METODOLOGI PERANCANGAN 15
APPENDIX C – CONTOH PERHITUNGAN 19
APPENDIX D – SKETSA HEAT EXCHANGER 23
APPENDIX E – TEMA SHEET HEAT EXCHANGER 31

1 PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Proses
Pabrik PUSRI merupakan salah satu pabrik pupuk urea di Indonesia. Reaksi kimia untuk
menghasilkan urea berlangsung dalam reaktor urea dengan tekanan tinggi dan temperatur
tinggi. Suhu dan tekanan tinggi dapat meningkatkan konversi urea. Oleh karena itu, kita

2 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

perlu melakukan pengaturan temperatur reaktor. Salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk mengatur temperatur reaktor adalah dengan memanaskan ammonia yang akan
masuk ke reaktor. Pemanasan ammonia dilakukan pada heat exchanger jenis shell and
tube dengan memanfaatkan panas sensible dari fluida servis berupa air.

1.2 Process Flow Diagram Pada Proses Penukaran Panas


Berikut disajikan process flow diagram aliran masuk dan keluar fluida servis dan fluida
proses pada gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1 Process Flow Diagram Pada Proses Penukaran Panas

1.3 Profil Pabrik


PUSRI merupakan salah satu pabrik pupuk urea di Indonesia yang berlokasi di
Palembang. PUSRI IB adalah proyek pabrik baru dengan kapasitas produksi 446.000 ton
amonia per tahun dan 570.000 ton urea per tahun. Proyek ini diresmikan oleh Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 22 Desember 1994. Proyek ini menerapkan teknologi
proses pembuatan amonia dan urea hemat energi dengan efisiensi 30% lebih hemat dari
pabrik-pabrik PUSRI yang ada. Salah satu cara pemanasan ammonia yang akan masuk
ke reaktor di lakukan dengan heat exchanger jenis shell and tube dengan memanfaatkan
panas sensible dari fluida service berupa air.

3 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

4 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

2 Data Perancangan Exchanger


2.1 Fluida Proses
2.1.1 Deskripsi Singkat
Fluida yang diproses dengan heater merupakan amonia (NH3) dalam bentuk cair yang
berasal dari gas alam yang kemudian dibersihkan, di reaksikan dengan uap air dan udara,
lalu di purifikasi dan metanasi dan kemudian dimampatkan untuk mendapatkan fasa cair.
Amonia ini merupakan bahan baku pembuatan urea bersama dengan karbondioksida.

2.1.2 Komposisi dan Properti Fluida Proses


Komposisi amonia (NH3) sebagai fluida proses adalah 100% dengan properti yang
disajikan pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Kondisi Fisik Fluida Proses Saat P= 250 bar)


No. Properti Tinput Toutput Taverage

1. Temperatur (oC) 30 80 55

2. Densitas (kg/m3) 616.2 544.1 581.8


3.
Viskositas (Pa.s) 143.1 x 10-6 93.39 x 10-6 115.1 x 10-6
4.
Konduktivitas termal (W/m.K) 0.4901 0.4013 0.44645
5.
Npr 1.34 1.14 1.215
6.
Cp (kJ/Kg.K) 4.581 4.917 4.712

Sumber : www.peacesoftware.de/einigewerte/calc_nh3

2.1.3 Kondisi Aliran Fluida Proses


Laju alir umpan : 10000 kg/jam
Temperatur masuk : 30 oC
Temperatur keluar : 80 oC
Tekanan umpan : 250 bar

5 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

2.2 Service Fluid


2.2.1 Pertimbangan Dasar Pemilihan Service Fluid
Service fluid yang digunakan adalah H2O. Air yang digunakan dalam bentuk liquid untuk
memanaskan amonia. Air dipilih sebagai service fluid karena air mudah didapatkan dan
harganya murah.

2.2.2 Komposisi dan Properti Service Fluid


Komposisi air (H2O) sebagai service fluid adalah 100% dengan properti yang disajikan
pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Kondisi Fisik Service Fluid Saat P = 6 bar


No. Properti Tinput Toutput Taverage

1. Temperatur (oC) 156 114 135

2. Densitas (kg/m3) 911.35 948.077 930.687


3.
Viskositas (Pa.s) 1.75 x 10-4 2.45 x 10-4 2.044 x 10-4
4.
Konduktivitas termal (W/m.K) 0.6809 0.6827 0.6837
5.
Npr 1.18 1.59 1.35
6.
Cp (kJ/Kg.K) 4.326 4.23 4.274

Sumber: www.peacesoftware.de/einigewerte/calc_dampf

2.2.3 Kondisi Aliran Service Fluid


Laju alir umpan : 13123.937 Kg/jam
Temperatur masuk : 156 oC
Temperatur keluar : 114 oC
Tekanan umpan : 6 bar
3 METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 Asumsi-Asumsi yang Digunakan
Berikut disajikan asumsi-asumsi yang digunakan pada proses perancangan heat
exchanger tipe shell and tube dalam tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Asumsi-Asumsi yang Digunakan dalaem Perancangan Shell and Tube

6 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

No. Proses Asumsi Dasar Asumsi

1. Metode Kern memberikan


Penentuan metode Sesuai dengan
langkahlangkah perhitungan yang jelas
perancangan Metode Kern
dan mudah dipahami
2. Dalam proses penukaran panas tidak
Penukaran panas Steady State terjadi reaksi, sehingga tidak ada
komponen baru hasil yang dihasilkan
3.
Feed dan output
Penentuan laju dimasukkan dan Data dari pabrik tidak memuat informasi
aliran masuk dan dikeluarkan adanya perubahan laju alir
aliran keluar dengan laju tetap
4.
Penukaran
Kalkulasi akan lebih mudah
Penentuan Proses panas dilakukan
dilakukan pada proses adibatik
Termodinamika dengan proses
sehingga Qshell = Qtube
5. adibatik
Data Fisik bukan Data fisik fluida proses dan fluida servis
Penentuan Data merupakan sulit untuk ditemukan (terutama DEA)
fungsi dari
Fisik Service Fluid sehingga data fisik disesuaikan dengan
temperatur atau
dan Process Fluid aplikasi hysys,buku,dan paper referensi
tekanan
6. dan ditinjau pada temperatur rata-rata
Bilangan reynold
Penghitungan dihitung dengan Hanya informasi laju rata-rata yang
bilangan Reynold laju rata-rata tersedia
7.
Perhitungan
koefisien Tidak terjadi Proses dilakukan pada temperatur yang
perpindahan panas proses radiasi tidak terlalu tinggi
8. total
Belokan pada
pipa tidak
Penghitungan friksi Penyederhanaan proses perancangan
memberikan
9. gesekan
Penghitungan Aliran bersifat turbulen sehingga suhu
Tbulk=Twall
bilangan Nusselt fluida dan suhu dinding dianggap sama

7 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

3.2 Tahapan-Tahapan Perancangan

3.3 Heat Exchanger yang Digunakan


Heat exchanger yang digunakan berjenis U-tube. Heat exchanger jenis ini memungkinkan
terjadinya penukaran panas dengan efektif karena fluida servis yang berada di posisi tube

8 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

dapat melewati shell berkali-kali. Jenis aliran fluida yang digunakan adalah counter flow.
Dalam perancangan ini number of pass yang digunakan adalah 2 sehingga sering disebut
1 shell pass dan 2 tube pass heat exchanger. Dalam heat exchanger ini digunakan baffle
25% cut dengan spacing sebesar 0,5 kali diameter internal shell (Di shell). Konfigurasi tube
yang digunakan adalah triangular dengan besar pitch sebesar 1,25 kali diameter luar tube
(Do tube). Material heat exchanger ini adalah steel yang lebih bersifat ekonomis.

9 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

4 Hasil Perancangan
4.1 Hasil
Hasil perancangan heat exchanger disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel
4.1 Hasil Perancangan Heat Exchanger
No. Parameter Nilai Satuan

1. Luas perpindahan panas 10,858 m2


2. Perubahan suhu logaritmik 75,342 oC

(∆𝑇𝑙𝑚)
3.
Konduktivitas termal steel 45 W/(m2.oC)
4.
Koefisien perpindahan panas 656,061 W/(m2.oC)
keseluruhan (U)
5.
Pressure drop pada sisi tube 0,005 Bar
6.
Pressure drop pada sisi shell 0,017 Bar

Dimensi Alat Penukar Panas

1. Panjang 1,83 m
2. Lebar (shell outside diameter) 0,387 m
3.
Shell inside diameter 0,381 m
4.
Bundle diameter 0,371 m
5.
Tube outside diameter 0,030 m
6.
Tube inside diameter 0,020 m

4.2 Sketsa Heat Exchanger


(terlampir)

4.3 TEMA Sheet Heat Exchanger


(terlampir)

10 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

5 ANALISIS
5.1 Analisis Kelogisan Perancangan
Laju alir massa yang relatif besar dialirkan dalam heat exchanger jenis shell and tube
dengan aliran kontinu, dan aliran bertekanan tinggi. Heat exchanger yang kami desain ini
terdiri dari dua bagian utama yaitu shell dan tube.

Pertama akan dibahas bagian tube. Tube pada rancangan heat exchanger kami memiliki
dimensi panjang 1,83 m, diameter luar 30 mm, dan diameter dalam 20 mm. Sehingga tebal
tube yang digunakan adalah sebesar 5 mm. Pemilihan ketebalan ini dikarenakan tekanan
fluida proses yang sangat besar, yaitu 250 bar. Kami mengusahkan ukuran diameter tube
yang sekecil-kecilnya karena semakin kecil diameter tube, maka luas permukaan tube
yang dihasilkan akan semakin besar sehingga akan dihasilkan laju transfer panas yang
besar. Jumlah tube yang dibutuhkan pada desain ini sebanyak 64 buah yang disusun
dengan konfigurasi segitiga atau triangular dengan panjang pitch adalah 37,50 mm.

Luas perpindahan panas total pada perancangan heat exchanger ini adalah 10,858 mm2.
Luas perpindahan ini tergolong besar. Fluida proses diharapkan mengalami peningkatan
temperatur yang tinggi, yaitu 50 oC. Karena beban heat transfer yang cukup besar ini,
maka luas perpindahan panas total tersebut dapat diterima.

Pada bagian shell didesain dengan dengan diameter dalam 0,381 m dan diameter luar
0,387 m. Heat exchanger yang digunakan pada desain ini dilengkapi dengan baffle yaitu
baffle 25% cut. Semakin besar nilai cut yang digunakan, maka akan semakin besar pula
pressure drop yang dihasilkan. Menurut literatur, ukuran baffle optimum adalah baffle 25%
cut. Jumlah baffle pada desain ini sebanyak 9 buah. Baffle ini dapat meningkatkan
keefektivan perpindahan panas pada heat exchanger. Akan tetapi, jumlah baffle yang
terlalu banyak akan berakibat pada biaya yang tinggi pula. Pemilihan jumlah 9 baffle sudah
mempertimbangkan keefektivan dan keekonomisannya.

Dalam penentuan nilai diameter dan panjang tube harus dilakukan optimisasi untuk
membandingkan nilai heat transfer dan besar pressure drop yang dihasilkan. Peningkatan
heat transfer dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan
menurunkan jumlah pass, akan tetapi hal ini dapat berakibat pada panjang tube,
peningkatan diameter tube, maupun penambahan jumlah tube yang digunakan.

11 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Galat perhitungan kami cukup besar dengan nilai sekitar 17,9%, tapi tetap berada dibawah
batas maksimum 30%. Tebakan nilai U awal berpengaruh terhadap jumlah tube yang
mepengaruhi syarat-syarat aliran seperti nilai laju linier ammonia yang harus berada
diantara nilai 1-2. Akan tetapi, pada perancangan ini, laju alir linear amonia yang
didapatkan hanya sebesar 0,475 m/s. Tentunya hal ini akan berimbas kepada potensi
munculnya kerak atau timbulnya fouling pada permukaan dalam tube. Pembersihan shell
and tube kerap dilakukan secara berkala dengan metode chemical cleaning, contohnya
menggunakan high velocity liquid atau bisa juga dengan hot alkaline solution.

Material heat exchanger yang digunakan adalah steel. Dasar pemilihan steel adalah
karena steel tahan pada tekanan tinggi dengan ketebalan tube yang telah dibahas
sebelumnya, fluida proses pada kasus ini merupakan amonia yang bersifat basa sehingga
tidak bersifat korosif terhadap material steel, namun heat exchanger tetap harus
dibersihkan secara berkala. Selain itu, material steel tergolong mudah didapat dan
berharga jauh lebih murah dibandingkan dengan material antikorosi lainnya seperti
stainless steel.

5.2 Parameter Operasi Proses Hasil Perancangan


Berikut disajikan Tabel 5.1 yang berisi parameter operasi proses hasil perancangan heat
exchanger dengan standar literatur sebagai pembandingnya.

Tabel 5.1 Parameter Operasi Proses Hasil Perancangan


No. Parameter Standar Literatur Hasil Perancangan

1 Laju alir linear dalam 1-2 m/s (Hewitt) 0,04 m/s


tube

2 Laju alir fluida dalam 0,1-1 m/s 0,270 m/s


shell (R.K. Sinnot)
3 Baffle cut 15-45% (R.K. Sinnot) 25%
4 Tube pitch ≥ 0,0238125 m (R.K. Sinnot) 0,0375 m
5 Perhitungan pressure ∆P < 0,7 bar (shell side) dan ∆P shell side 0,017 bar
drop ∆P < 0,35 bar (tube side) ∆P tube side 0,005 bar

12 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

6 % Galat koefisien <30% 17,99%


perpindahan panas

6 KESIMPULAN
Pada proses perancangan shell and tube heat exchanger dihasilkan kesimpulan jumlah tube
yang digunakan adalah 64 buah sepanjang 1,83 m, di mana setiap tube memiliki diameter
luar sebesar 30 mm dan diameter dalam sebesar 20 mm. Heat exchanger yang dirancang ini
sesuai memenuhi standar turun tekan yang diperlukan dan standar-standar spesifikasi
perancangan heat exchanger shell and tube. Maka dapat disimpulkan desain heat exchanger
kami layak dipakai.

7 Referensi
Hewitt G. F. et al. 1994. Process Heat Transfer. USA: CRC Press Inc.
John, Geankoplis Christie. 2003. Transport and Separation Process Principles. USA:
Pearson.
McCabe L. Warren. 1993. Unit Operations of Chemical Engineering. USA: McGraw-Hill Inc.
Sinnott R. K. 2005. Chemical Engineering Design, Vol. 6, 4th Ed. UK: ELSEVIER.
Walas M. Stanley. 1988. Chemical Process Equipment. USA: Butterworth-Hcinemann.

13 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Appendix A – Data Fisik Aliran


Tabel 2.1 Kondisi Fisik Fluida Proses Saat P= 250 bar)
No. Properti Tinput Toutput Taverage

1. Temperatur (oC) 30 80 55

2. Densitas (kg/m3) 616.2 544.1 581.8


3.
Viskositas (Pa.s) 143.1 x 10-6 93.39 x 10-6 115.1 x 10-6
4.
Konduktivitas termal (W/m.K) 0.4901 0.4013 0.44645
5.
Npr 1.34 1.14 1.215
6.
Cp (kJ/Kg.K) 4.581 4.917 4.712

Sumber : www.peacesoftware.de/einigewerte/calc_nh3

Tabel 2.2 Kondisi Fisik Service Fluid Saat P = 6 bar


No. Properti Tinput Toutput Taverage

1. Temperatur (oC) 156 114 135

2. Densitas (kg/m3) 911.35 948.077 930.687


3.
Viskositas (Pa.s) 1.75 x 10-4 2.45 x 10-4 2.044 x 10-4
4.
Konduktivitas termal (W/m.K) 0.6809 0.6827 0.6837
5.
Npr 1.18 1.59 1.35
6.
Cp (kJ/Kg.K) 4.326 4.23 4.274

Sumber: www.peacesoftware.de/einigewerte/calc_dampf

Appendix B – Metodologi Perancangan

Langkah 1: Spesifikasi

14 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Spesifikasi pada perancangan heat exchanger tipe shell and tube ini menggunakan Kasus 11
sebagai berikut:
Amonia adalah salah satu bahan baku utama dalam pabrik urea. Amonia yang digunakan berada
dalam bentuk cair. Oleh karena itu, cairan amonia dibuat bertekanan tinggi yaitu 250 bar.
Sebelum masuk ke dalam reaktor, amonia terlebih dahulu dipanaskan oleh heater dari temperatur
30 oC hingga 80 oC. Fluida pemanas yang digunakan adalah steam condensate pada tekanan 6
bar. Tentukan kondisi operasi dan rancanglah HE seekonomis mungkin dalam hal luas area dan
hilang tekan yang minimal untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Fluida Tekanan Tin Laju Alir
Tout

Amonia 250 bar 30 oC 80 oC 10000 kg/jam

Steam 6 bar 156 oC 114 oC ?

Langkah 2: Sifat Fisik Fluida


Sifat fisik fluida proses dan fluida servis yang utama melalui densitas, viskositas, kapasitas panas,
dan konduktivitas termal. Perhitungan yang melibatkan sifat fisik dievaluasi sesuai dengan kondisi
temperatur dan tekanannya.

Langkah 3: Menebak Nilai Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)


Tebakan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan diperoleh dari referensi Sinnot, pada
tabel 12.1. Rentang nilai U untuk shell and tube heat exchanger dengan pelarut organik sebagai
fluida proses dan air sebagai fluida servis adalah 500-1000 W/m2 K.

Langkah 4: Tipe dan Dimensi Heat Exchanger


Selanjutnya dilakukan penentuan tipe dan dimensi heat exchanger yang akan didesain. Tipe heat
exchanger yang biasa digunakan untuk sistem kondensasi pada umumnya 2 sistem, yaitu vertikal
dan horizontal. Jenis-jenis shell and tube condenser dalam aplikasi proses antara lain: vertical
reflux in-tube, vertical shell-side, vertical tube-side, horizontal tube-side, shell-side with a
horizontal E-shell, shell-side of the cross-flow (X-shell), shell-side horizontal of the J-shell form,
dan shell-side with rod baffles. Pada perancangan heat exchanger kali ini, kami memilih horizontal
tube side dengan arah aliran counter current.

15 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Penentuan dimensi heat exchanger dirujuk dari buku Sinnot. Dimensi yang dipilih dalam
perancangan heat exchanger disesuaikan dengan data yang termuat dalam rule of thumb. Batas
atas dan batas bawah juga diperhatikan dalam penentuan dimensi. Singkatnya, konfigurasi
ditentukan sedemikian rupa sehingga memenuhi parameter kondisi yang dibutuhkan pabrik.

Langkah 5: Luas Perpindahan Panas Heat Exchanger


Luas perpindahan panas pada heat exchanger dapat dihitung dengan rumus berikut:

𝑞 = 𝑈𝑜 𝑥 𝐴𝑜 𝑥 ∆𝑇𝑚

Sebelumnya nilai ΔTm dihitung dengan melibatkan faktor koreksi temperatur (Ff) yang merupakan
fungsi dari temperatur inlet dan outlet fluida proses dan fluida servis.

Langkah 6: Layout dan Tube Side


Selanjutnya dilakukan penentuan layout dan tube side. Referensi yang digunakan dari berbagai
sumber situs, buku Sinnot dan Hewitt. Pertimbangan dalam pemilihan spesifikasi tube seperti
bundle dan pattern disesuaikan dengan baik kejaran turun tekan, nilai U, maupun hal-hal teknis
seperti kemudahan pembersihan heat exchanger.

Langkah 7: Banyak Tubes


Langkah awal yaitu menghitung permukaan selimut satu buah tube dengan menggunakan rumus
luas permukaan silinder biasa. Kemudian jumlah tube dihitung dengan operasi pembagian antara
luas perpindahan panas dan luas permukaan tube dengan pembulatan ke atas.

Langkah 8: Diameter Bundle and Shell


Perhitungan diameter bundle dan shell sesuai dengan rumus yang dimuat dalam buku Sinnot
dengan parameter K1 dan n1 yang ada pada table 12.4 sesuai dengan jumlah pass.

16 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Dengan demikian diperoleh nilai diameter dalam shell dengan menjumlah diameter bundle
dengan typical shell clearance pada fixed tube sheet sebagai fungsi diameter bundle itu sendiri.
Setelah dilinierisasi, diperoleh hubungan :

𝐷𝑠 = 𝐷𝑏 + 𝑡𝑦𝑝𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒

Langkah 9: Koefisien Perpindahan Panas Tube


Koefisien perpindahan panas pada tube terdiri yaitu peristiwa perpindahan panas dari tube ke air.
Berikut adalah perumusan menghitung koefisien perpindahan panas pada tube:

Langkah 10: Koefisien Perpindahan Panas Shell


Perhitungan koefisien perpindahan panas pada shell diawali dengan menghitung luas
penampang shell yang dilalui fluida servis dengan rumus :

Kemudian diperoleh debit volumetric dan kecepatan linier fluida dengan perhitungan sederhana.
Selanjutnya menghitung bilangan Reynold fluida dengan menggunkan parameter densitas,
viskositas, kecepatan linier, dan diameter. Diameter yang diikutsertakan dalam perhitungan
merupakan diameter efektif shell, yang dapat dihitung dengan rumus pada buku Sinnot :

Selanjutnya factor perpindahan panas jh ditentukan berdasarkan grafik pada buku Sinnot (Figure
12.29) sebagai fungsi dari Baffle Cut dan bilangan Reynold shell. Langkah terakhir yaitu
menghitung bilangan Prandtl dan Nusselt untuk menentukan koefisien perpindahan panas shell.

17 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Langkah 11: Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan


Nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan pada HE yang kami rancang melibatkan fouling
factor yang nilainya diinput berdasarkan Tabel 27.4 pada buku Hewitt. Koefisien perpindahan
panas secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:

Langkah 12: Turun Tekan Tube dan Turun Tekan Shell


Turun tekan shell and tube dari konfigurasi HE yang dirancang dihitung sesuai dengan rumus
pada buku Sinnot:

Parameter jF (faktor gesekan) sebelumnya ditentukan berdasarkan grafik di buku Sinnot (Figure
12.30) sebagai fungsi dari Baffle Cut dan bilangan Reynold tube.

Appendix C – Contoh Perhitungan

Langkah 1: Spesifikasi
Aliran fluida dingin pada kasus ini berupa amonia cair. Amonia cair akan menyerap panas dari
aliran fluida panas sebesar:

𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑚𝑎𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 𝑥 𝐶𝑝𝑎𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 𝑥 ∆𝑇

𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 10000 𝑥 4,712 𝑥 (353 − 303) = 2356000

Sementara itu aliran fluida panas pada kasus ini berupa steam condensate. Steam condensate
akan melepas panas sebesar Qserap yang diserap amonia. Sehingga untuk menghitung laju alir
massa steam condensate, digunakan persamaan sebagai berikut:

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑚𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 𝐶𝑝𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 ∆𝑇

2356000 = 𝑚𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 𝑥 4,274 𝑥 (429 − 417)

𝑘𝑔

18 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

𝑚𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑒 = 13124,76 ⁄𝑗𝑎𝑚

Langkah 2: Sifat Fisik Fluida


Sifat fisik fluida dapat dilihat pada lampiran A.

Langkah 3: Menebak Nilai Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)


Tebakan awal pada iterasi pertama dimulai dari nilai Uo = 800 W/m2 K.

Langkah 4: Tipe dan Dimensi Heat Excanger


Heat excanger disusun dengan jumlah tube genap seperti pada umumnya. Heat exchanger
dirancang dengan shell tipe one shell pass and 2 tube passes. Perhitungan ΔTlm adalah sebagai
berikut:

Langkah 5: Luas Perpindahan Panas Heat Exchanger

Langkah 6: Layout dan Tube Side


Heat Exchanger tipe shell and tube dirancang menggunakan material steel karena faktor dan
pertimbangan biaya yang murah serta ringan. Steel memiliki konduktivitas termal k = 45 W/m K.
Tube bundle yang dipilih adalah U-tube karena beda temperatur cukup besar sehingga tipe fixed
tube tidak dianjurkan untuk digunakan. U-tube memiliki jarak yang minimum antara batas tabung

19 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

luar dan bagian dalam shell untuk perpindahan kontruksi tube bundle apapun. Selain itu, U-tube
lebih murah daripada jenis yang lain karena hanya memerlukan satu tube sheet.
Heat exchanger ini dirancang dengan diameter dalam tube 30 mm, diameter luar tube 20 mm,
dan panjang 1,83 m. Tube pattern yang dibuat adalah triangular dengan pitch 1,25 kali diamater
luar, yakni 37,5 mm.

Langkah 7: Banyak Tubes


Luas permukaan satu tube (mengabaikan ketebalan tube sheets):

𝐴𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 𝜋 𝑥 𝐷𝑜 𝑥 𝐿 = 𝜋 𝑥 0,03 𝑥 1,83 = 0,172 𝑚2

Banyak tubes:

Jadi, untuk 2 passses, tubes per pass = 32.

Laju alir amonia:

Langkah 8: Diameter Bundle and Shell


Dari Tabel 12.4 buku Sinnot, untuk 2 tube passes, K1 = 0,249, n1 = 2,207, maka

Dari Grafik 12.10 buku Sinnot, didapat typical shell clearancenya sebesar 10,179 mm sehingga

𝐷𝑠 = 𝐷𝑏 + 𝑡𝑦𝑝𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 = 0,371 + 0,010 = 0,381 𝑚𝑚

Langkah 9: Koefisien Perpindahan Panas Tube

20 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Langkah 10: Koefisien Perpindahan Panas Shell

Langkah 11: Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan

21 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Langkah 12: Turun Tekan Tube dan Turun Tekan Shell


Turun tekan tube:

Turun tekan shell:

22 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

23 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

24 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

25 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

26 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

27 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

28 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

29 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

30 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

Appendix E – TEMA Sheet Heat Exchanger

1 ( customer ) Date : 21/04/16


2 ( address )
3 ( plant location )
4 Size mm Type Connected in
5 Surf/unit(eff.) m² Shells/unit 1 Surf/shell (eff.) m²
6 PERFORMANCE OF ONE UNIT
7 Fluid allocation Shell Tube
8 Fluid name Water Amonia
9 Fluid quantity, Total kg/jam 3,3
10 Vapor (In/Out) kg/jam 0 0 0 0
11 Liquid kg/jam 13123.937 13123.937 10 100
12 Noncondensable kg/jam 0 0 0 0
13
14 Temperature (In/Out) °C 156 114 30 8
15 Dew / Bubble point °C
16 Density Vapor/Liquid kg/m³ 911.35 948.077 616.2 544.1
17 Viscosity mPa.s 1.75 2.45 0,143 0,0934
18 Molecular wt, Vap
19 Molecular wt, Liquid Kg/Kmol 18.015 18.015 17.031 17.031
20 Specific heat kJ/(kg K) 1.18 1,59 4.581 4.917
21 Thermal conductivity W/(m K) 0,6809 0,6827 0,4901 0,4013
22 Latent heat kJ/kg
23 Pressure bar 6 6 250 250
24 Velocity m/s 0.27 0.475
25 Pressure drop, allow./calc. Pa 0 532.885 0, 1724.375
26 Fouling resist. (min) m² K/W - -
27 Heat exchanged 2356000 kJ/jam MTD
28 Transfer rate, Service Dirty Clean W/(m²°C)
29 CONSTRUCTION OF ONE SHELL
30 Shell Side Tube Side
31 Design/Vac/Test pressure bar 6 250
32 Design temperature °C 114-156 30-80
33 Number passes per shell 1 2
34 Corrosion allowance mm - -
35 Connections In mm - -
36 Size/rating Out - -
37 Nominal Intermediate - -
38 Tube No. 64 OD 30 ID 20 mm Length 1830 mm Pitch 37.5 mm
39 Tube type Triangular #/m Material Steel Tube pattern -
40 Shell Steel ID 381 OD 387.4 mm Shell cover -
41 Channel cover -
42 Tubesheet-floating -
43 Floating head cover - Impingement protection None
44 Baffle Cut (%d) 25 Spacing: c/c 190 mm Baffle No. 9
45 Baffle-long - Seal type Inlet - mm
46 Supports-tube Type
47 Bypass seal Tube-tubesheet joint Exp.
48 Expansion joint - Type
49 Bundle diameter 371 mm Bundle diameter clearence 10.179 mm

31 dari 32
Heat Exchanger Tipe Shell and Tube

50 Gaskets - Shell side Tube Side


51 Floating head -
52 Code requirements TEMA class
53 Weight/Shell Filled with water Bundle
54 Remarks
55

32 dari 32

Anda mungkin juga menyukai