Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK

LINGKUNGAN (AMDAL) KEGIATAN


PENGOPERASIAN PLTU YANG MEMBUANG
AIR BAHANG

NAMA (NIM) : 1. Rizky Travian Ghasha (201811005)


2. Putu Deby Ari Saputra (201811238)
3. Anugrah Noventridio (201811014)
4. Achmad Ryan Al-khafi (201811029)
5. Jaka Abdul Khoir (201711077)
KELAS :G
KELOMPOK :5

AMDAL
IT-PLN JAKARTA
2020
ANALISA TERHADAP PENURUNAN KUALITAS AIR
PERMUKAAN DARI PEMBUANGAN AIR BAHANG
PADA TAHAP KEGIATAN PENGOPERASIAN PLTU CIREBON

PLTU Cirebon memiliki kapasitas 1x1000 MW dengan luas lahan 204,3 Ha.
Tentunya dari tahap operasional ini dapat menimbulkan berbagai dampak lingkungan
disekitar lokasi PLTU Cirebon. Adapun dampak yang akan timbul dari tahap operasional ini
antara lain dari segi pencemaran udara, pencemaran air, dan kebisingan. Pada narasi ini,
pokok pembahasan lebih terfokuskan pada penurunan kualitas air permukaan, dimana untuk
melengkapi narasi sebelumnya, yang akan membahas mengenai Analisa Terhadap Penurunan
Kualitas Air Permukaan dari Pembuangan Air Bahang pada Tahap Kegiatan Pengoperasian
PLTU Cirebon. Dampak yang di timbulkan akibat operasional PLTU Cirebon pada
pencemaran air ialah peningkatan temperatur air laut dan penurunan kualitas air laut di
sekitar perairan PLTU yang menimbulkan dampak pada komunitas plankton dan bentos.

Untuk acuan Baku Mutu, Kegiatan PLTU Cirebon menggunakan Peraturan


Pemerintah No.8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangkit Listrik. Sebagai langkah upaya penanganan pencemaran air, PLTU Cirebon
menggunakan Cooling Tower sebagai solusi. Dimana dibutuhkannya penggunaan air laut
sekitar 6.405 m3/jam untuk kebutuhan total dan sekitar 5.949 m3/jam untuk kebutuhan air
pendingin pada Cooling Tower.

Perlu kita ketahui bahwa, ketika uap sudah memutar turbin, uap akan menuju
kondesor, dimana kondesor adalah alat penukar panas (Heat Exchanger). Didalam kondesor,
uap tersebut akan berubah menjadi air (peristiwa kondensasi). Didalam kondesor terdapat
suatu ruangan yang berisi pipa-pipa. Uap akan mengalir diluar pipa, sedangkan air laut
sebagai pendingin akan mengalir di dalam pipa-pipa. Selanjutnya air hasil kondensasi
tersebut di alir kan menuju Cooling Tower. Air hasil kondensasi itu masih panas / bersuhu
tinggi. Berdasarkan Adendum AMDAL PLTU Cirebon, suhu air yang masuk ke cooling
tower sekitar 39,2°C. Suhu tersebut apabila di buang ke laut akan merusak biota laut seperti
plankton dan bentos. Telah dilakukan pengujian parameter kualitas air laut disekitar lokasi
PLTU Cirebon dari tujuh titik lokasi yang berbeda, dimana rona awal / suhu awal air laut
memiliki rata-rata 28-32 °C.

Maka dari itu sebagai solusi, PLTU Cirebon menggunakan Cooling Tower sebagai
media pendinginan. Cooling Tower yang digunakan bertipe Mechanical draft (Mechanical
draft merupakan suatu tipe cooling tower yang memanfaatkan pergerakan udara secara
mekanik yang digunakan untuk menaikkan udara panas). Dalam pengoperasiannya,
Kondenser ini menggunakan sistem sirkulasi air pendingin (circulating cooling water
system), yang nantinya air sirkulasi yang melalui kondenser akan didinginkan kembali
menggunakan menara pendingin (forced draft cooling towers). Dalam tahap ini sistem
sirkulasi air pendingin menggunakan sistem tertutup dengan unit menara pendingin (cooling
tower). Environmental Manajer Cirebon Power, Edi Wibowo mengatakan bahwa PLTU
Cirebon tidak memiliki limbah bahang, karena PLTU Cirebon adalah PLTU pertama yang
menggunakan cooling tower sehingga suhu air limbah yang keluar tidak jauh beda dari suhu
air laut yang masuk.

Dalam Adendum PLTU Cirebon di jelaskan bahwa suhu air bahang yang di keluarkan
oleh Cooling Tower adalah 30,9°C. Karena suhu yang di keluarkan Cooling Tower tidak
melebihi batas suhu tertinggi pada rona awal yakni 32°C, maka bisa di katakan air bahang
dari PLTU Cirebon masih aman terhadap ekosistem air laut di sekitar PLTU Cirebon.

Akan tetapi jika kita tinjau dari batas suhu terendah pada rona awal yaitu 28°C terjadi
peningkat suhu, dimana peningkatan suhu tersebut di sebabkan adanya pengaruh reaksi
kimia. Banyak reaksi yang mempengaruhi kualitas air laut seperti reaksi biokimia. Rasa dan
bau terjadi pada air yang hangat karena terjadinya penurunan kelarutan terutama gas H2S,
SO2, CH4, Sox. Pada narasi ini kami lebih fokuskan terhadap penurunan H2S, Di dalam
cooling tower sebenarnya sudah terdapat filter, akan tetapi itu tidak 100% menghilangkan
polutan H2S, maka dari itu dengan beberapa pempertimbangkan kami mengasumsikan bahwa
kadar polutan berupa H2S sebesar 0,04 mg/L.

Air yang masuk ke Cooling Tower melalui pipa yang berasal dari kondenser,
memiliki debit sebesar 112.112 m3/jam (Qb) dengan membawa kadar polutan berupa H2S
sebesar 0,04 mg/L. Dan air laut yang di gunakan untuk mendinginkan memiliki debit 4.200
m3/jam (Qs) dengan kadar H2S sebesar 0,01 mg/L (diambil dari nilai rata-rata nya). Sehingga
akan diperoleh Kadar polutan yang tercampur antara air yang berasal dari condenser dengan
air laut yang di gunakan sebagai pendingin di dalam condenser (La) adalah sebagai berikut:

L s Q s + Lb Q b
La=
Qs +Qb

mg m3 mg m3
0,01 ∗4.200 + 0,04 ∗112.112
L jam L jam
La= 3 3
m m
4.200 + 112.112
jam jam
mg
La=0,0108
L

Jika mengambil 2 angka di belakang koma dari hasil Kadar Polutan tepat setelah
pencampuran (La) di dalam Cooling Tower adalah 0,01 mg/L, dimana angka tersebut tidak
melebihi baku mutu, maka dapat dikatakan aman jika air bahang tersebut dibuang ke perairan
Laut di sekitar PLTU.
Dan Berikut adalah Tabel Perbandingan Antara Hasil Analisa dengan Baku Mutu:

Baku Mutu
Parameter Hasil Analisa Kepmen LH 51/2004
Lampiran III
Suhu 30,9°C 28-32 °C

Kadar Polutan 0,01 mg/L 0,0108 mg/ L

Oleh sebab itu harus dilaksanakan upaya pengolahan yang dilakukan terhadap limbah
air bahang tersebut, Salah satunya yaitu dengan membuat aliran sungai buatan mengelilingi
PLTU dan air bahang akan dialirkan ke sungai tersebut sebelum dibuang ke laut, hal ini
bertujuan agar air bahang yang semula bersuhu tinggi akan turun suhunya secara alami.
Solusi ini juga dapat menjadi salah satu penghematan biaya operasional PLTU Cirebon,
Karena dengan menggunakan cara tersebut maka biaya operasional Cooling Tower dapat
diminimalkan.
Sumber:
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/download/27/19
Adendum AMDAL PLTU CIrebon 1x1000 MW_selected_opt_1.pdf
Adendum AMDAL PLTU CIrebon 1x1000 MW_selected_opt_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai