Anda di halaman 1dari 2

Menumbuhkan Rasa Cinta Bahasa Indonesia

Merawat Kebhinekaan Lewat Bahasa dan Sastra


Kabar Banten 11 Oktober 2017
Bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa. Menggunakan
bahasa Indonesia berarti memiliki jiwa nasionalisme yang
tinggi kepada NKRI melalui bahasa Indonesia. Penggunaan Semarak Bulan Bahasa kembali digelar pihak Himpunan Mahasiswa Jurusan
bahasa Indonesia harus dilakukan secara nasional karena (HMJ) Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dalam rangka
dengan berbahasa Indonesia mampu memperkokoh persatuan menyambut Bulan Bahasa Oktober 2017 ini. Rangkaian kegiatan dilakukan mulai
dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini selaras dengan salah Rabu (4/10/2017) hingga Ahad (29/10/2017) mendatang di dua tempat berbeda, yaitu
satu butir isi sumpah pemuda 1928 “…kami putra dan putri Auditorium Untirta Serang dan Aula Serba Guna FKIP Ciwaru, Kota Serang.
Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia”.
Bermacam event akan dihelat menjadi dua katagori, yaitu kategori pertama
umum se-nasional untuk mahasiswa dan masyarakat umum, seperti baca puisi, cipta
Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi puisi, dan debat bahasa, sedangkan kategori dua, yaitu pelajar se-Banten dengan
antarindividu, kelompok, dan organisasi sosial dalam berbagai perlombaan baca pusi, cipta puisi, musikalisasi puisi, serta debat bahasa.
konteks kehidupan. Hal ini dapat dilihat pemanfaatan bahasa
Indonesia di 34 provinsi yang ada di Indonesia ternyata telah
berdampak positif sebagai alat pemersatu antarwilayah dan Ketua Pelaksana Semarak Bulan Bahasa, Melia Agustin mengatakan, kegiatan
antarsuku yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. tersebut untuk menumbuhkan rasa kecintaan para pelajar maupun mahasiswa terhadap
bahasa Indonesia. “Ada berbagai macam perlombaan pada kegiatan semarak Bulan
Bahasa ini dari tingkat SMP/MTs, SMA/MA, dan sederajat se-Banten, serta
Kita sebagai warga negara Indonesia harus cinta kepada mahasiswa perguruan tinggi se-Indonesia dan masyarakat umum di Lingkungan
bahasa Indonesia. Cinta terhadap bahasa Indonesia artinya Provinsi Banten. Tujuan kegiatan ini untuk menumbuhkan minat dan apresiasi dan
harus mengenal, memahami, mencintai, dan menggunakan bakat mahasiswa serta masyarakat umum terhadap bahasa Indonesia,” ujarnya.
bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Seluruh rakyat Indonesia harus
bangga memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Selain itu, ucap dia, kegiatan tersebut juga sebagai ajang mengasah kreativitas
Dengan bahasa Indonesia, berbagai suku, ras, dan golongan para pelajar serta meningkatkan wawasan terutama dalam bidang sastra Indonesia.
menyatu dalam kebhinekaan tunggal ika. Segala perbedaan “Seperti nanti kan ada debat bahasa, di situ juga akan menguji wawasan mereka
tidak dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat karena terhadap bahasa Indonesia yang mereka pergunakan,” tuturnya.
disatukan dengan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Ketua Prodi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Arif Sanjaya menuturkan,
Bersatulah negeriku, bangsaku, dan seluruh rakyat Bulan Bahasa dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas berbahasa secara
Indonesia kuatkan jiwa nasionalismemu, satukan semangatmu baik. “Di Indonesia Bulan Bahasa dilaksanakan selama sebulan, kalau di luar negeri
untuk membangun dan menyatukan NKRI melalui bahasa hanya seminggu, jadi kami harus bangga dengan bahasa Indoensia, karena berbahasa
Indonesia. Cintai dan banggakan bahasa Indonesia dalam merupakan proses yang harus dibiasakan. Semakin terbiasa untuk berbahasa dengan
berbagai konteks kehidupan di negeri ini sebagai upaya untuk baik, semakin menolong kita untuk meningkatkan kualitas berbahasa,” tuturnya.
bekerja sama dan bergotong royong untuk mewujudkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dalam rangka Bahasa dan sastra dianggap perlu untuk menanamkan kesadaran pentingnya
memperingati janji dan komitmen sumpah pemuda 28 Oktober meningkatkan kualitas berpikir dan menghargai bahasa sendiri. “Semarak Bulan
1928. Salam satu bahasa, bahasa Indonesia. Bahasa ini sebagai momentum untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa
Indonesia, menumbuhkan kreativitas mereka saat mengikuti perlombaan,” katanya.
Sumber: https://uns.ac.id/id/uns-berkarya/cinta-dan-bangga-
menggunakan-bahasa-indonesia-wujud-nasionalisme-kita.html Sumber: https://www.kabar-banten.com/menumbuhkan-rasa-cinta-bahasa-indonesia/
Merawat Toleransi dan Persatuan Bangsa Indonesia Melalui Sastra

SOLO, solotrust.com- Ada banyak hal menarik dalam Festival Sastra 2018 yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
(KEMASINDO) di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Minggu (29/4/2018).
Selain lomba cipta puisi dan cerpen, acara ini juga turut menghadirkan beberapa sastrawan kondang sebagai pembicara dalam Seminar Nasional
yang bertajuk "Rasa Juang Rasa Persatuan".
Dalam kesempatan tersebut, Penulis Buku "Tuhan Tidak Makan Ikan" Gunawan Tri Atmodjo mengatakan, sastra bisa menjadi sebagai sarana untuk
menjaga toleransi di Indonesia.
"Sastra bisa dimaknai dengan berbagai hal atau multi tafsir. Jika bisa memahami sastra yang punya banyak makna, kita juga bisa menghargai
perbedaan pendapat seperti kita menikmati sastra," kata Gunawan.
Pernyataan itu menarik, karena belakangan ini masyarakat Indonesia kian sensitif terhadap isu perbedaan. Sastrawan Joko Pinurbo yang turut hadir
sebagai pembicara juga setuju dengan pernyataan tersebut.
"Kita sekarang ini kalau diperhatikan, sebetulnya sudah masuk dalam suasana perang saudara. Tak lagi perang fisik, tapi perang kata-kata," kata dia.
Bahasa Indonesia yang dulunya menjadi bahasa pemersatu, kini berubah menjadi pisau tajam yang siap memecah belah persatuan. Maka di sinilah,
peran penting para sastrawan untuk mengembalikan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdamaian.
Namun masalahnya, karya sastra yang lebih banyak beredar saat ini yaitu tentang kesedihan yang termehek-mehek. Jika hal itu terus dibiarkan, maka
masyarakat Indonesia bisa jadi makin tidak memiliki semangat berjuang.
Oleh karena itu, Joko menyarankan kepada peserta seminar untuk meneladani sikap sastrawan zaman dulu. Kata dia, sastrawan tenar seperti W.S
Rendra, Chairil Anwar, Wiji Tukul menyuarakan rasa persatuan dan toleransi dalam karya-karyanya.
"Chairil Anwar itu penyair muslim. Tapi kalian tahu siapa yang menulis puisi tentang Isa Almasih yang paling bagus? Chairil Anwar. Sitor
Situmorang yang Kristen menulis puisi berjudul 'Malam Lebaran'. Menurut saya, itu puisi tentang lebaran yang paling bagus. Mereka bisa lebih dewasa
dalam penghayatan keagamaan," jelasnya.
Pemaparan materi dari kedua sastrawan Indonesia itu pun sukses menarik perhatian 200 peserta yang memenuhi Aula Gedung F FKIP UNS pagi
ini. Aji selaku Ketua Panitia Festival Sastra 2018 mengaku memang sengaja mengambil tema "Rasa Juang Rasa Persatuan" lantaran relevan dengan
kondisi saat ini.
"Ketika kita membahas agama sedikit yang tidak sependapat, langsung ada konflik. Nah, kita menekankan bahwa kita masih satu Indonesia dan
menekankan pada rasa toleransinya," ujarnya.

Sumber: http://www.solotrust.com/read/6000/Merawat-Toleransi-dan-Persatuan-Bangsa-Indonesia-Melalui-Sastra

Bhineka Tunggal Ika


Oleh: El HIda Suku bangsa di Indonesia
Bhineka tunggal ika Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Beragam adat dan budaya
Jump to navigation Jump to search
Berbagai agama dan suku bangsa
Bersatu di tubuh Indonesia
Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di
Indonesia.[1] atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus
BPS tahun 2010.[2]
Bhineka tunggal ika
Tak peduli beda selalu bersama
Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia
Tak peduli banyak harta selalu berbagi dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa
Tidak peduli tinggi tahta selalu selalu rendah hati kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa
telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di
Nusantara [3] bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke
Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Batak, dan Suku
Bhineka tunggal ika
Madura adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. [4]
Manunggal dalam dada
Melekat di palung jiwa Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan
Menjadi nyawa berbangsa dan bernegara Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan
ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam
golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian
Bhineka tunggal ika sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa
Papua atau Melanesia.
Jangan jadi slogan saja
Harus dijadikan nyata Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan
Itu namanya Indonesia tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran
budaya, dan saling mempengaruhi; sebagai contoh sebagian
pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri
dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak
lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah subetnik dari
suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula suku Baduy
dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka
sebagai bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain
percampuran suku bangsa adalah suku Betawi yang
merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku
bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan
Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Anda mungkin juga menyukai