Kelas : X Mipa 5
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya
vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta
orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun
masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui serum darah pada 21 responden sebagai
kasus dan 21 responden sebagai responden control. Didapatkan hasil kadar protein serum
dengan nilai normal dan protein serum lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi pada 42
responden tersebut baik. Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-14 tahun,
yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin mencoba jenis
makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik di rumah maupun di sekolah.
Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam, lemak dan kolesterol, dan kebutuhan tinggi
kalori pada anak memicu tingginya kadar albumin serum ( Muscari, M,2001 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala
klinis campak. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak cukup mampu untuk
melawan infeksi virus. Pertahanan tubuh terhadap infeksi virus memerlukan pertahanan
yang bersifat spesifik, sedangkan protein serum merupakan pertahan tubuh yang bersifat
non spesifik. Kekebalan terhadap infeksi virus didasarkan pada pembentukan respon imun
terhadap antigen khusus yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang
terinfeksi oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan yang berbeda dari respon
terhadap bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan terjadi infiltrasi sel berinti satu dan
limfosit. Protein yang disandikan oleh virus, biasanya protein kapsid, merupakan sasaran dari
respon imun. Sel yang terinveksi oleh virus dapat menjadi lisis oleh limfosit T sitotoksik
yang mengenali polipeptida-poipeptida virus pada permukaan sel. Imunitas humoral akan
melindungi inang terhadap infeksi ulang oleh virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelberg’s,
2001).
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih
masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima
tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti,
namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat
pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles
dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut
(dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan
selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan kemudian timbul
gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
Ø Gejala klinis
Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya tinggi ) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
4. Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka dan kemudian ke
seluruh tubuh.
Ø Pemeriksaan laboratorium
Meliputi :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit cenderung
menurun disertai limfositosis relative.
2. Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan
puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko
terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih
sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai
pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada
pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak.
Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai
materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-
faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak
b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi
Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan
adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan
secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak
dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai
vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak
usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada
temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.
b .3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak
dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-
30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-
kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang
telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah
penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang
peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan
tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Dalam
penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah :
1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan
komplikasi kronik. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait
juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
2.4 PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1) Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin
dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas campak yang tinggi. Daerah
ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan
kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
2) Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi penurunan
tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua,
dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat jarang dan KLB hampir
tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan
diberikan imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan
Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN) dan Reduksi Campak
(RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh
tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak
tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b. Imunisasi tambahan (suplemen)
c. Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa).
d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki
dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus,
pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi,
perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,
sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium
3.1 KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi
penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun
1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian
yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang
3.2 SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik. Selalu menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak
lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya
secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah
sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau balita
yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk terkena penyakit
campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA