Assalamualaikum wr.wb Selamat Pagi, pak. Terima kasih atas kesempatan dan waktunya pak. Perkenalkan nama saya muhammad ihsan dari bulk material departement, divisi powerplant. baiklah disini saya akan menyampaikan hasil training saya, terkait proses yang ada di dalam powerplant khususnya bulk handling dan power generation. 2. Layout (Slide 2) Berikut ini adalah layout dari presentasi saya pak ada 3 bagian utama yaitu power plant on global, kedua process dan kontrol pada power generation dan yang terakhir adalah proses pada solid handling. 3. Power plant on Global (Slide 3) Powerplant merupakan plant yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga listrik dan steam. Di PT ASC terdapat 2 unit power plant yaitu unit 1 dan 2 yang menghasilkan daya sebesar 151,5 MW (gross) dan 125 MW (nett). daya listrik yang dihasilkan akan digunakan pada beberapa plant yang ada di PT ASC yaitu phase 1, CA 3 dan CA 4. 4. Slide 4 Power plant memiliki 3 mode utama yaitu island mode, paralel mode, dan house mode. island mode adalah saat sumber listrik di sebuah pabrik/plant di supply sendiri oleh power plant yang ada di pabrik tersebut tanpa terhubung atau sinkron oleh PLN paralel mode adalah saat sumber listrik tersambung dengan grid (PLN) House mode adalah saat sumber listrik hanya digunakan untuk menghidupi dirinya sendiri. 5. Block Diagram power plant (Slide 5) air yang digunakan berasal dari air laut, maka perlu di lakukan proses desalinasi dan demineralisasi pada water treathment, kemudian air di konversi menjadi steam di dalam boiler dengan bahan bakar batubara, lalu steam digunakan untuk memutar turbin yang di couple dengan generator sehingga menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan di distribusikan ke exhisting plant, dan steam di kondensasi untuk digunakan kembali. 6. Slide 6 bacakan yang ada di slide. 7. Water treathment (slide 7) Air yang berasal dari laut di pompa menggunakan sea water pump, jenis pompa yang digunakan mixed flow pump dengan total head 20,6m, kapasitas 20.000 m3/jam dan daya nya 1500kW. filter pertama kali menggunakan bandscreen untuk memisahkan organisme laut atau biota laut yang mungkin terbawa oleh aliran pompa. bandscreen berjumlah 5 buah yaitu A-E, dimana bandscreen ini akan jenuh dan dilakukan backwash saat 4 jam sekali. selain itu, pada bandscreen juga dilakukan proses ijeksi NaClO untuk menghilangkan mikroorganisme yang terbawa pada aliran. NaClO dibuat tangki penampungan agar injeksinya stabil karena sebelumya sebagian NaClO berubah menjadi vapour karena kontak dengan sinar matahari. Selain digunakan sebagai sumber utama dalam proses desalinasi, air laut juga digunakan pada condensor sebagai pendingin, WKS (water Cooling System). 8. Desalinasi (slide 8) Desalinasi merupakan proses untuk menghilangkan kadar garam yang terlarut didalam air. Tujuan utama desalinasi adalah untu menurunkan kandungan TDS, SS, dan turbidity pada air laut. Terdapat 4 proses utama yaitu amiad filter, ultrafiltrasi, SWRO, dan BWRO. Pertama air laut di pompa kan kedalam amiad filter (P= 2kg/cm2 A T = 28oC) untuk memisahkan partikel dengan ukuran lebih dari 200 mikron. Selanjutnya air di alirkan melalui ultrafiltrasi untuk menurukan kadar SS apabila membrane sudah jenuh maka di lakukan backwash. Ukuran membran ultrafiltrasi yaitu 0,08 mikron. Lalu permeat/filtrat ditampung pada ultrafiltrasi tank. Selanjutnya filtrat di pompa dan diinjeksikan bahan kimia berupa SMBS (sebagai anti chlorine untuk mencegah kerusakan pada membrane), antiscalant (untuk menghambat laju silica scaling), dan pH adjusment (untuk menjaga pH- NaOH) dengan menggunakan high pressure pump hingga tekanan mencapai 50 kg/cm2 A- 67 kg/cm2 A untuk melalui membrane SWRO sehingga mampu menurunkan kandungan TDS, clorine, SS, dan turbidity. Tekanan pada SWRO berfungsi agar partikel air mampu melawan tekanan osmosis yang secara alami dapat terjadi, dimana tekanan osmosis bergantung dengan Konsentrasi zat terlarut, sehingga jika semakin banyak zat terlarut maka semakin tinggi tekanan yang perlu diberikan. Reject pada SWRO tekanannya digunakan untuk menaikan tekanan inlet SWRO dengan menggunakan turbocharger. %reject RO dapat dihitung menggunakan persamaan ECin-ECout/ECin x 100%. Selanjutnya air dari SWRO di tampung sementara di dalam SWRO tank dan di umpankan ke BWRO dengan tekanan 13-15 kg/cm2 A. membran BWRO untuk menurunkan kembali TDS dan clorine pada air agar mencapai spesifikasi yang diinginkan. pada membran UF, SWRO, dan BWRO dilakukan EFM dan CIP untuk melindungi membrane dari kerusakan. EFM berfungsi untuk mengurangi kotoran yang tertahan di dalam membrane dengan menggunakan larutan NaClO 12%. Sedangkan, CIP dilakukan apabila Trans Membrane Pressure (Tfeed-Tpermeat) mencapai 1,5 bar. CIP menggunakan alkali (NaClO 12% + NaOH 1%) untuk menghilangkan microorganisme dan Acid (1% HCl) untuk TDS (kesadahan). 9. Quality (Slide 9) bacakan saja yang di slide. 10. Demineralisasi (slide 10) Demineralisasi merupakan proses penurunan kadar mineral di dalam air output dari proses desalinasi seperti Mg, Ca, SO42-, dan lain-lain. Terdapat 3 peralatan utama dalam proses demineralisasi yaitu, Multi Media Filter, membran RO, dan ion exchange. Multi media filter merupakan alat yang berisi antrasit (0,5-1,2 mm), fine sand (0,4-0,6mm), fine gravel, dan large gravel berfungsi untuk menurunkan kadar TSS dari 9 ppm sampai <1 ppm. Selanjutnya untuk menurunkan kadar mineral atau ion dilakukan proses RO (bahan membrane dari poliamide) dengan tekanan 7 kg kg/cm2 A. Selain itu sebelum masuk membrane juga dilakukan injeksi SMBS, antiscalant, dan HCl Dosing. Dan di masukan kedalam mixed bed untuk menurunkan ion-ion penyebab kesadahan permanen yaitu Ca, Mg, SO42- dengan menggunakan resin, berikut ini adalah reaksi pemisahannya. Setelah resin tersebut jenuh maka dilakukan proses regenerasi dengan menggunakan HCL dan NaOH. 11. Slide 11 bacakan saja quality airnya. 12. Waste Water treatment (slide 12) air buangan yang berasal dari berbagai proses di plant seperti, blowdown boiler, reject RO, backwash peralatan (MMF, mixed bed), waste water dari desalinasi plant, dan lain-lain sebagainya di tampung di dalam waste water basin. Selanjutnya dilakukan proses pengolahan limbah air dengan 7 tahapan yaitu pertama limbah dilakukan proses koagulasi dengan menggunakan koagulan berupa FeCl3 . setelah itu partikel-partikel pengotor tersebut di lakukan proses flokulasi sehingga semakin membesar partikelnya dan dipisahkan berdasarkan prinsip sedimentasi pada settle tank. lalu partikel pengotor di masukan dalam sludge thickner dan di filter press lalu di buang kepengolahan limbah. air yang dipisahkan pada settle tank di lakukan pH adjusment pada pH adjustment tank dan di ambil sample untuk di analisa kadar TSS, pH, dan COD apakah sesuai dengan regulasi environtment, dimana TSS max 90 ppm, pH = 6,3 – 8,7 dan COD <100 ppm. Apabila hasil analisa belum sesuai maka di kembalikan ke waste water basin. 13. Condenser Polisher System (slide 13) Condenser polisher system adalah proses pengolahan air keluaran dari kondensor turbin dan proses return apabila kualitas air umpan boiler tidak sesuai sehingga perlu di proses kembali pada sistem ini. terdapat 2 alat utama pada CPS yaitu antracite filter dan Mixed bed exchange. Pada antracite filter untuk menurunkan TDS dengan menggunakan antracite atau karbon aktif. sedangkan pada mixed bed exchange untuk menurunkan ion-ion kesadahan. sama halnya mixed bed exchange pada proses demineralisasi. 14. Boiler (slide 14) bacakan saja spesifikasinya 15. Boiler dll (slide 15) Pada boiler terdapat 3 proses utama yaitu proses pembentukan steam, proses pembakaran, dan pengolahan flue gas. Boiler yang digunakan ada jenis Circulating Fluidize Bed dengan beberapa keuntungan yaitu rendah temperatur pembakarannya (850-900oC), mampu menggunakan low/high kualitas bahan bakar, rendah emisi SOx dengan ada nya injeksi limestone (90-95% dihilangkan), rendah emisi NOx karena rendahnya temperatur furnace, tinggi efisiensi pembakaran karena terdapat sirkulasi. - Proses pembentukan steam berawal dari tangki air demin di pompa dengan DFP hingga tekanan mencapai 23 kg/cm2 G dan temperatur sebesar 38oC melalui LPH 1 dan 2 hingga temperatur naik mencapai 112 oC dan tekanan 9 kg/cm2 G. Dimana pemanas LPH adalah steam ekstrak turbin 4 (LPH 2, T = 116 oC, P = 2 kg/cm2 A) dan 5 (LPH 1, T = 70 oC, P = 0,073 kg/cm2 A). Setelah itu air di turunkan oksigen dan gas terlarutnya (CO2) di dalam dearator (T = 116-121 oC P = 2 kg/cm2 A) secara mekanis dan kimiawi. secara mekanis air di atomizing sehingga oksigen dan gas terlarut dapat terlepaskan dan ikut kedalam aliran steam yang di ijeksikan dari ekstrak turbin 3 (T = 130-164 oC, P = 2,2-7,4 kg/cm2 A). kemudian secara kimiawi di ijeksikan Carbonhydrazine kedalam dearator sehingga oksigen terlarut dibawah 7ppb. Reaksi nya : N2H4 + O2 -> 2H2O + N2 6 Fe2O3 + N2H4 -> N2 + 2H2O + 4Fe3O4 Setelah itu air keluar dan menuju HPH 1 dan 2 di pompa menggunakan BFW hingga tekananya 162-200 kg/cm2 G dan T = 154 oC). Pemanas HPH 1 dan 2 adalah ekstrak turbin 1 (P = 32 kg/cm2 A T = 333 oC) dan 2 (P = 25 kg/cm2 A, T 291 oC) sehingga air sebelum masuk ekonomizer sudah berada pada T = 223 oC dan P = 145 kg/cm2 A). Air di panas kan kembali untuk memanfaatkan panas Flue gas hasil pembakaran di dalam economizer hingga temperatur keluarannya sebesar 290 oC dan tekanannya 142 kg/cm2 A. Pemanasan air ini bertujuan agar menaikan efisiensi termodinamika dari boiler (jelaskan persamaan effisiensi boiler). Air selanjutnya masuk kedalam steam drum untuk pemisahan pertama antara uap air yang sebagian sudah terbentuk dengan air. Pemisahan di stream drum menggunakan turbo separator dengan gaya sentrifugal sehingga uap akan mengalir ke top untuk di lanjutkan pemanasan ke superheater panel dan alir di blowdown ke bottom untuk masuk ke evaporation panel. Pada steam drum juga dilakukan blowdown air untuk menjaga kandungan mineral di dalam air dan penambahan trisodium phospate sebagai larutan penyangga untuk menjaga pH (8,8-9,5). Blowdown ini terbagi 2 ada yang continue ada yang must, dimana continue di hilangkan sebesar 1% load dan must dilakukan apabila kualitas air di steam drum buruk baik itu pH, kandungan silica, mineral Ca Mg dan lain-lain. Selanjutnya air di evapotion panel di ubah menjadi saturated steam dan di pisahkan kembali di steam drum. Saturated steam akan di panaskan kembali hingga superheated steam (T = 387 oC) di dalam superheater panel. Lalu keluaran Superheater di jaga temperatur nya dengan desuperheater agar temperatur turbine dapat tercapai. Desuperheater adalah proses spray BFW kedalam aliran steam agar temperatur nya di kontrol. Terdapat 2 stage Desuperheater, pertama sebelum masuk LTSH dan sebelum masuk Finishing superheater. Sehingga temperatur dan tekanan steam sesuai dengan kebutuhan masuk turbine yaitu sebesar 541oC dan 125 kg/ cm2 A. - Proses Pembakaran Bahan bakar yang digunakan pada proses pembakaran adalah batubara dengan jenis sub bituminus dengan media pemanas berupa pasir silica. Proses pembakaran terjadi di dalam furnace secara fluidisasi dalam temperatur 850-900 oC dan tekanan -15mmH2O. Dimana pasir silica diberikan aliran udara dari primary air fan agar terjad fludisasi dan secondary air fan sebagai penambah udara pembakaran di dalam furnace. udara yang disupply dipanaskan terlebih dahulu di dalam air preheater dengan memanfaatkan panas dari flue gas (T1 = 308oC, T2 = 140oC). Selain itu udara yang disupply juga di distribusikan secara merata menggunakan air distribution agar fludisasi terjadi secara merata. Panas hasil dari pembakaran ini di pindahkan ke air untuk berubah menjadi steam. - Pengolahan Flue gas Gas hasil pembakaran atau flue gas di hisap menuju cyclone menggunakan IDF untuk memisahkan pasir yang mungkin terbawa ke aliran atau batubara yang belum terbakar. Cylclone bekerja berdasarkan gaya centrifugal dan perbedaan densitas antar partikel. sehingga partikel yang lebih berat akan kembali ke bottom furnace untuk melanjutkan proses pembakaran (circulating) dibantu dengan FA fan. Gas hasil pembakaran batubara ini bisa menghasilkan SOx dimana SOx ini di reduce dengan menggunakan ijeksi limestone pada furnace untuk memenuhi regulasi environment. Penambahan injeksi limestone apabila terjadi SOx pada bacaan stack naik. Reaksinya : CaCO3 + heat -> CaO + CO2, CaO + SO2 + ½ O2 -> CaSO4 + heat Selanjutnya flue gas di alirkan menuju backpass untuk di manfaatkan panasnya pada LTSH, FSH, Economizer, dan air preheater. flue gas ini mengandung debu batu bara ringan (fly ash) sehingga di treatment terlebih dahulu sebelum dibuang melalui stack di dalam ESP. ESP merupakan alat pemisah antara debu atau fly ash dengan flue gas . ESP bekerja dengan cara memberikan muatan negatif pada debu yang tidak bermuatan sehingga dapat di collecting dan di rapping dengan kondisi operasi T = 140oC P = -515mmH2O G. Pertama partikel debu di distribusikan secara merata dengan menggunakan Gas distribution screen (80mm). Setelah itu di lakukan proses pemberian muatan pada discharge electrode dengan menjebak partikel debu menggunakan listrik tegangan tinggi (+90kV dan arus 500mA) pada elektroda dan terjadi korona sehingga elektron berpindah ke partikel debu dan menjadi bermuatan negatif. Lalu debu ini karena ada medan listrik akan begerak ke collecting electrode. Setelah itu dilakukan proses rapping dengan cara menggetarkan electrode sehingga debu tersebut jatuh ke dalam hopper lalu di transfer menuju fly ash silo. setelah itu flue gas dibuang melalui stack (70-80m) dengan T = 130oC dan dengan kualitas yang sudah memenuhi regulasi environment. Selain fly ash pembakaran batubara juga membentuk bottom ash, dimana bottom ash ini dikeluarkan dengan cara di dumping, lalu di dinginkan dengan menggunakan screw coolers, di transfer menggunakan chain conveyor dan bucket elevator untuk dipisahkan kembali yang sekiranya ada pasir yang terbawa dengan vibrator screen dan di simpan sementara di buffer tank lalu di kembalikan ke silo daily. Sedangkan bottom ash akan masuk ke dalam bottom ash silo. Jumlah dari ash ini kurang lebih 4-8% dengan 80% nya adalah fly ash dan 20% adalah bottom ash. 16. 15 K steam header (Slide 16) Fungsi dari 15 K steam header adalah untuk menampung sementara steam yang akan di kirimkan ke exhisting plant. 15 steam header menerima steam dari mainly steam dan dari ekstrak 2 apabila load melebihi 120 MW dengan T = 240-250oC dan P = 14 kg/cm2 G. 17. Boiler Control (slide 17) bacakan parameter yang perlu dikontrol. - Pertama untuk steam yang digunakan untuk penggerak turbin atau superheated steam. Dimana temperatur main steam ini harus dicontrol pada 541oC+- 5 oC dan tekanan 125-130 kg/cm2 G (desain 154). Apabila temperatur pada main steam ini melebihi yang dibutuhkan makan akan terjadi overheating pada turbin dan akan merusak sudu- sudu turbin. maka temperatur turbin apa bila naik maka dijaga dengan desuperheater agar temperatur tetap sesuai. Hal ini dapat terjadi penurunan supply listrik pada exhisting plant. Sedangkan, apabila temperatur main steam terlalu rendah maka supply dari Coal harus dilebihkan hal ini sesuai dengan persamaan Q = m HV. nilai Q ini yang akan diserap oleh air dan apabila air menerima Q lebih besar dan massa steam tetap maka temperatur steam akan naik sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini terjadi apabila terjadi kenaikan jumlah supply listrik pada exhisting plant. - Kedua proses fluidisasi didalam furnace juga perlu di kontrol terutama pada excess udara dan flowrate udara , delta pressure furnace, dan PDS (coal dan silica sand). Pada furnace terdapat PAF dan SAF yang berfungsi sebagai control excess udara dan flowrate udara tersebut. Dinmana PAF utama nya berfungsi sebagai supply udara untuk proses fludisasi tetapi juga untuk proses pembakaran, sedangkan SAF berfungsi sebagai udara tambahan untuk proses pembakaran (25% excess). karena untuk pembakaran batubara memerlukan excess karena rantai C dari batubara panjang jadi memerlukan udara excess agar semua rantai terbakar sempurna. Berdasarkan jurnal yang saya baca untuk batubara itu diberi excess 15-60%). Apabila excess pada salah satu reaktan maka laju reaksi hanya bergantung pada salah satu reaktan dan menjadi reaksi pembatas sehingga batubara akan habis terbakar. Selain itu, flowrate udara perlu di atur karena hal ini sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan fluidisasi pasir sesuai dengan persamaan : pada persamaan tersebut kecepatan udara mempengaruhi partikel pasir yang terfludisasi sehingga perlu di control flowrate dari udara ini sendiri. Selain itu, pada furnace terdapat delta pressure baik pada bed maupun pada chamber furnace. Delta pressure ini perlu kita kontrol karena akan mempengaruhi proses fludisasi terutama pada distribusi bed material dan berhubungan dan particle size distribution (PDS). PDS sendiri di kontrol untuk coal itu 9 mm dan silica sand (50-80 mesh) hal ini berhubungan dengan flowrate dan delta pressure, apabila delta pressure pada bed mengalami kenaikan (dijaga 1100-1200 mmH2O) maka dapat mengin dikasikan bahwa banyak partikel besar maka dari itu perlu di dumping agar pemanasan merata keseluruh chamber tidak hanya di sekitar burner nya saja proses pemanasan yang terjadi. Biasanya partikel yang terlalu besar dapat diakibatkan karena adanya bottom ash yang terlalu banyak (7- 8% ashnya). Sebaliknya jika delta pressure bed terlalu rendah artinya partikel halus terlalu banyak bisa juga diindikasikan terlalu banyak fly ash (4-5% ashnya) sehingga kita perlu injeksi silica sand untuk stabilisasi kembali karena pembakaran nya akan ke top furnace apabila terlalu ringan dan membahayakan material furnace. Kenapa diindikasikan sebagai ash content karena pasir silica biasanya sudah dalam spesifikasi yang diinginkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika pasirnya juga tidak on spect. - Ketiga untuk tekanan dan temperatur furnace . tekanan furnace di control pada -15mmH2O. Kenapa ? ... tekanan ini dikontrol dengan IDF pada dumpper sectionnya. Sedangkan temperatur furnace juga perlu di kontrol karena jika melebihi pasir atau coal justru akan meleleh dan jika kekurangan (<700) maka mengindikasikan bahwa banyak coal yang tidak terbakar. Maka dari itu untuk control temperatur furnace adalah dengan menggunakan jumlah / massa dari coal itu sendiri sesuai persamaan Q = m x Hv. - Keempat Flue gas dan duct. Pada powerplant kita flue gas hasil pembakaran digunakan sebagai pemanas pada Backpass (LTSH, FSH, dan Economizer) dan air preheater hal ini tentunya agar temperatur dan tekanan flue gas sebelum di lepaskan ke udara turun sehingga panasnya bisa dipanaskan untuk memanaskan steam dan air umpan boiler. sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya pemanasan air umpan boiler bertujuan menaikan efisiensi termodinamika boiler begitu juga halnya dengan pemanas udara pada air preheater, pemanasan ini juga akan meningkatkan efisiensi pembakaran pada boiler dengan memanfaatkan temperatur flue gas yang tinggi, dimana panas tersebut yang bisa saja langsung di lepas ke udara tapi disini adalah salah satu cara agar dimanfaatkan dengan baik. Temperatur flue gas ini dari 308oC akan turun sampai 140oC. Selain temperatur dan tekananya, kualitas flue gas ini harus dijaga agar sesuai dengan regulasi pemerintah karena pada stack kita dipasang CEMS yang dapat kontrol langsung oleh pemerintah. SOx dapat direduksi pada boiler dengan menggunakan limestone, pembentukan NOx pun dapat direduksi karena Temperatur furnace yang rendah dan dust kita jaga dengan menggunakan ESP. temperatur keluaran stack kurang lebih 130oC. 18. Control Limit on Stack (Slide 18) Bacakan saja di slide. 19. Turbin, Condenser, dan generator (Slide 19) Turbin adalah peralatan yang digunakan untuk mengkonversikan energi panas dari steam menjadi energi listrik. Condenser adalah peralatan yang terhubung dengan turbin yang berfungsi untuk mengkondensasi steam menjadi air. bacakan saja di slide speknya. 20. Generator Generator adalah peralatan yang digunakan untuk menghasilkan energi listik dari sumber energi mekanik melalui induksi elektromagnetik. induksi elektromagnetik sendiri merupakan prinsip hukum faraday “jika terjadi perubahan medan magnet yang terhubung ke sebuah kawat loop tertutup maka akan menimbulkan gaya gerak listrik”. induksi elektromagnetik terjadi karena rotor (konduktor) yang berputar karena di couple oleh turbin dimana pada stator terdapat lilitan stator yang dapat menimbulkan gaya gerak listrik sehingga membentuk voltase dan elektron akan berpindah. Persamaan GGL : e = - N (delta ø / delta t). ø = B A cos α tanda negatif artiya bahwa arus listrik yang terjadi bertolak belakang dengan penyebab perubahan medan magnet tersebut. bacakan saja di slide speknya. 21. Komponen turbine (slide 21) - Low pressure turbine - High presuure turbine - Governoor valve - Front glad seal - Trust bearing - Rear glad seal - Turning device 22. Turbine Extraction (slide 22) Turbine extraction atau extraction steam adalah steam yang diambil dari stage-stage tertentu pada turbin yang dapat digunakan dalam berbagai hal. Seperti pre-heating, dearator, dan lain-lain. Terdapat 5 extraction turbin yaitu sebagai berikut (pada slide). Ekstrak turbin diperlukan agar... 23. Turbin Mode (slide 23) - Governoor Valve (mode) Full act setelah dijelaskan sebelumnya pada satu unit turbin terdapat 4 buah GV. Ketika full act 4 GV ini akan bekerja secara bersamaan untuk supply bukaan steam pada turbin, biasanya mode ini digunakan pada saat star-up. Partial act adalah mode operasi turbin setelah kondisi berlangsung secara normal atau continouse, biasaya GV di buka sebsar 15% - Turbine control mode Terdapat 4 buah control mode turbine yaitu Automatic Power Control, Manual Frekuensi Control, Automatis Frekuensi Control, dan Inlet Pressure Control. Automatic Power Control memiliki ciri-ciri dapat dipakai apabila salah satu turbin mengcontrol frekuensi. karena mode ini tidak dapat control frekuensi maka tidak dapat digunakan secara single running. Manual Frekuensi Control memiliki ciri-ciri dapat digunakan secara single running karena mampu menjaga power dan frekuensi. Tetapi kekurangannya mode ini apa bila ada kelebihan atau kekurangan daya akan menjadi losses. Automatis frekuensi control memiliki ciri-ciri dapat dipakau secara single running karena mampu menjaga frekuensi yang dihasilkan dan bisa di gunakan secara bersamaan dengan APC. Inlet pressure control memiliki ciri-ciri tekanan minimum sampai 60 kg/cm2 G dengan rpm dan frekuensi tetap. tetapi kelemahannya jika terjadi kehilangan daya pada turbin maka user harus diputus dan governoor akan fluktuatif. Secara umum digukan APC dan AFC. karena power dan frekuensi dapat dikontrol dengan baik. apabila terjadi kehilangan daya pada exchisting plant. 24. Process on Solid Handling (slide 24) Pada Bulk material departement menghandle 3 bahan yaitu batubara, silica sand, dan limestone. 25. Process Coal Handling (slide 25) Batubara yang digunakan adalah jenis sub bituminus dengan nilai caloric value sebesar 4000-5000kcal, sumber batubara kita diambil dari PT Bukit Asam, PT muara alam sejahtera (Sumsel), dan PT adaro (kalimantan). Kandungan ash pada batu bara ini kurang lebih 4-8%. Berikut ini adalah proses transfer batubara dari jetty menuju daily silo: 1. CSU (coal ship unloader) teknologi swedia Bagian-bagian utama dari CSU yaitu vertikal screw (pendulum), horizontal screw (luffting), dan slewing (+-135o). Pendulum akan mentrasfer batubara dari jetting dengan menggunakan screw pada rate 1000-1600 ton/jam, pendulum ini mampu bergeser sebesar +- 30o. Lalu dari pendulum akan bergeser ke luffting menggunakan screw dan mampu bergeser ke atas dan kebawah sebesar +- 15o. Lalu masuk ke chute dan masuk conveyor 801 A/B. 2. Transfer tower 1 Pada TT 1 dari CNV 801 akan di transfer ke CNV 802 untuk di simpan di dalam coal warehouse (capacity = 55.000 ton). Pengisian coalwarehouse menggunakan triper car sebagai pengarah aliran batubara untuk pengisian ke cell (1-10). 3. Coal Warehouse Didalam coal warehouse terdapat reclaimer dan CNV 803. Dimana reclaimer ini berfungsi untuk pengerukan batubara dari cell di dalam WH dan masuk ke chute CNV 803. Dimana reclaimer memiliki kapasitas 400-600 T/h dengan maximal angel main boom dan support boom 37o +- 6o . Selain itu, terdapat Emergency Hooper apabila reclaimer uncondition. Emergency hooper ini akan mentransfer ke CNV 803. 4. Transfer tower 2 pada TT 2 coal akan di transfer CNV 001 (sebagai batas OSBL). Dan terdapat jalur backpass dari TT1 melalui CNV 804 untuk langsung ditansfer dari jetty tanpa disimpan di WH apabila ada kendala pada CNV 802. 5. Transfer tower 3 Pada TT3 coal di transfer dari CNV 001A/B (ISBL) menuju CNV 002 A/B. 6. Crusher room Crusher room merupakan ruangan yang berfungsi untuk size reduction dan filtering coal. dari CNV 002 ke disvelter valve untuk proses vibrator screen untuk memisahkan coal yang oversize (>75mm) dengan bantuan getaran. lalu ditampung sementara pada BIN 003 A/B baru selanjutnya ditransfer ke crusher jenis hammer mill hingga ukuran 9 mm. Coal yang berukuran 9 mm akan di tranfer ke CNV 003. PDS ini akan mempengaruhi proses fluidisasi, jika size terlalu besar maka batubara akan lama terbakar, dan jika dibawah spesifikasi akan terjadi pembakaran pada chamber furnace bukan di burner. 7. Transfer tower 4 pada TT 4 coal di transfer dri CNV 003 A/B ke CNV 004 B. lalu dengan menggunakan v-flow coal akan masuk ke dalam daily silo A B C. Pada daily silo terdapat control CO2 apabila terjadi hotspot maka pada kandungan 50 ppm pada daily silo akan di injeksikan N2 sebagai gas inert agar oksigen tidak terus teroksidasi dengan carbon dari batubara. 26. Coal Handling Control (Slide 26) Coal temperature atau temperatur of roller conveyor selalu di kontrol di bawah 65oC dengan menggunakan heat detector (fiber optic) hal ini dapat menunjukan indikasi hotspot pada batubara. Hotspot terjadi karena adanya spontaneous combution yaitu reaksi pembakaran yang terjadi karena adanya oksigen yang terkosidasi dengan karbon sehingga membentuk Co2 dan panas. Apabila temperatur naik mencapai 65oC dan panas bertahan kurang lebih 10 detik maka akan di spray pada titik tersebut dan conveyor akan stop. Selanjutnya untuk flowrate coal juga perlu di control karena dapat terjadi plugging pada chute di perpindahan conveyor satu dengan yang lainnya dan akan menyetuh till switch sebagai salah satu proteksi overflow dari conveyor. Dust collector, dust collector berfungsi untuk menyerap atau meminimalisir debu yang terdapat pada batubara dengan sistem vacum yang terpasang pada discharge chute. pada dust collector terdapat bag filter sebagai penyaring debu. Debu batubara yang tersaring di kembalikan ke conveyor. selain itu, pada control DC terdapat pada delta P manometer, apabila delta T terlalu tinggi maka dapat mengindikasikan ada kebocoran, bag fiter jenuh sehingga perlu di maintenance atau di cleaning. magnetic separator dan metal detector, berfungsi untuk memisahkan zat metal yang mungkin terbawa pada aliran baturbara. Magnetic separator akan di menangkap zat metal. Kemudian, apabila pada metal detector masih terdapat metal maka conveyor akan stop dan di cari secara manual. Limit switch pada counter weight. jadi pada belt conveyor terdapat counter weight sebagai penyeimbang beban pada belt agar tetap dalam kondisi tegang. limit switch ini akan mengindasikan bahwa belt perlu di adjust apabila menyentuh low nya karena kondisi rubber sudah mulai kendor. Dan kondisi ini juga akan menyetuh highnya apabila terdapat beban yang lebih dari normal operation. Selanjutnya pada keadaan emergency, sebagai proteksi dari conveyor apabila ada permasalahan yaitu menggunakan pull cord. Selain itu pada keadaan emergency juga terdapat fire protection dengan sistem hydrant dan sprinkle. Jenis sensor yang digunakan dapat berupa heat detector, sprinkle, thermal camera, dan metal detector. 27. Process bulk handling (slide 27) Bulk handling pada powerplant ini terdapat 2 material yaitu silica sand dan limestone. Silica sand berfungsi sebagai media pemanas di dalam furnace pada proses fluidisasi, dengan penggunaannya 1% dari jumlah batubara yang digunakan. kemudian limestone digunakan sebagai senyawa untuk mereduksi SOx yang akan dilepaskan ke udara, dengan penggunaannya untuk jenis batu bara sub bituminus kurang lebih sebesar 4%. 28. Silica sand transfer (slide 28) Dari penyimpanan atau warehouse lalu pasir di masukkan kedalam sand hopper lalu di transfer menggunakan bucket elevator dan di keringkan di dalam rotary dryer hingga kandungan air 0,1%. Hal ini kembali ke prinsip pembakaran apabila di pasir masih mengandung air makan pemanasan pasir akan lebih lama karena harus menguapkan air terlebih dahulu dan proses transfer menggunakan pneumatic akan semakin berat. pada rotary dryer menggunakan bahan bakar NG sebagai sumber panas untuk pengeringan, temperaturnya kurang lebih 120-130oC. lalu pasir yang telah kering di transfer menggunakan CNV 934 menuju scalper screen untuk memisahkan pasir yang memiliki ukuran lebih dari 5mm (0,15-0,3mm) dan di tampung pada collecting hooper dan melalui bucket elvator masuk ke Silica sand storage. menggunakan sistem pneumatic di transfer ke daily silo sand, melalui denphase vessel dan bantuan air plant +- 3,5kg/cm2 G sebagai penggeraknya. Lalu dari daily silo sand menggunakan lock dan dephase vessel di transfer menuju furnace sama prinsipnya dengan bantuan air plant. Pada transfer silica sand bisa menggunakan jalur emergency apabila terjadi trouble pada jalur utama, dan menggunakan jumbo bag dan di screen terblebih dahulu dan dimasukan ke storage menggunakan bucket elevator. 29. Limestone transfer (slide 29) Dari bulk tanker langsung menggunakan air pressure menuju limestone storage lalu di transfer menggunakan sistem pneumatic dengan denphase vessel ke daily silo dari daily silo menuju furnace menggunakan lock dan dephase vessel serta bantuan air plant sehingga masuk ke furnace. jenis pipa nya keramic pipe. kemudian pada jalur emegency menggunakan hopper bin lalu ditransfer menggunakan bucket elvator dan disimpan ke limestone storage. 30. Terima kasih