Anda di halaman 1dari 14

CATATAN POWER POINT :

1. Kata Pengantar (Slide 1)


Assalamualaikum wr.wb
Selamat Pagi, pak.
Terima kasih atas kesempatan dan waktunya pak. Perkenalkan nama saya
muhammad ihsan dari bulk material departement, divisi powerplant.
baiklah disini saya akan menyampaikan hasil training saya, terkait proses
yang ada di dalam powerplant khususnya bulk handling dan power
generation.
2. Layout (Slide 2)
Berikut ini adalah layout dari presentasi saya pak ada 3 bagian utama yaitu
power plant on global, kedua process dan kontrol pada power generation
dan yang terakhir adalah proses pada solid handling.
3. Power plant on Global (Slide 3)
Powerplant merupakan plant yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga
listrik dan steam. Di PT ASC terdapat 2 unit power plant yaitu unit 1 dan 2
yang menghasilkan daya sebesar 151,5 MW (gross) dan 125 MW (nett).
daya listrik yang dihasilkan akan digunakan pada beberapa plant yang ada
di PT ASC yaitu phase 1, CA 3 dan CA 4.
4. Slide 4
Power plant memiliki 3 mode utama yaitu island mode, paralel mode, dan
house mode.
 island mode adalah saat sumber listrik di sebuah pabrik/plant di supply
sendiri oleh power plant yang ada di pabrik tersebut tanpa terhubung atau
sinkron oleh PLN
 paralel mode adalah saat sumber listrik tersambung dengan grid (PLN)
 House mode adalah saat sumber listrik hanya digunakan untuk
menghidupi dirinya sendiri.
5. Block Diagram power plant (Slide 5)
air yang digunakan berasal dari air laut, maka perlu di lakukan proses
desalinasi dan demineralisasi pada water treathment, kemudian air di
konversi menjadi steam di dalam boiler dengan bahan bakar batubara, lalu
steam digunakan untuk memutar turbin yang di couple dengan generator
sehingga menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan di distribusikan ke
exhisting plant, dan steam di kondensasi untuk digunakan kembali.
6. Slide 6
bacakan yang ada di slide.
7. Water treathment (slide 7)
Air yang berasal dari laut di pompa menggunakan sea water pump, jenis
pompa yang digunakan mixed flow pump dengan total head 20,6m,
kapasitas 20.000 m3/jam dan daya nya 1500kW. filter pertama kali
menggunakan bandscreen untuk memisahkan organisme laut atau biota
laut yang mungkin terbawa oleh aliran pompa. bandscreen berjumlah 5
buah yaitu A-E, dimana bandscreen ini akan jenuh dan dilakukan
backwash saat 4 jam sekali. selain itu, pada bandscreen juga dilakukan
proses ijeksi NaClO untuk menghilangkan mikroorganisme yang terbawa
pada aliran. NaClO dibuat tangki penampungan agar injeksinya stabil
karena sebelumya sebagian NaClO berubah menjadi vapour karena kontak
dengan sinar matahari. Selain digunakan sebagai sumber utama dalam
proses desalinasi, air laut juga digunakan pada condensor sebagai
pendingin, WKS (water Cooling System).
8. Desalinasi (slide 8)
Desalinasi merupakan proses untuk menghilangkan kadar garam yang
terlarut didalam air. Tujuan utama desalinasi adalah untu menurunkan
kandungan TDS, SS, dan turbidity pada air laut. Terdapat 4 proses utama
yaitu amiad filter, ultrafiltrasi, SWRO, dan BWRO.
Pertama air laut di pompa kan kedalam amiad filter (P= 2kg/cm2 A T =
28oC) untuk memisahkan partikel dengan ukuran lebih dari 200 mikron.
Selanjutnya air di alirkan melalui ultrafiltrasi untuk menurukan kadar SS
apabila membrane sudah jenuh maka di lakukan backwash. Ukuran
membran ultrafiltrasi yaitu 0,08 mikron. Lalu permeat/filtrat ditampung
pada ultrafiltrasi tank. Selanjutnya filtrat di pompa dan diinjeksikan bahan
kimia berupa SMBS (sebagai anti chlorine untuk mencegah kerusakan
pada membrane), antiscalant (untuk menghambat laju silica scaling), dan
pH adjusment (untuk menjaga pH- NaOH) dengan menggunakan high
pressure pump hingga tekanan mencapai 50 kg/cm2 A- 67 kg/cm2 A untuk
melalui membrane SWRO sehingga mampu menurunkan kandungan TDS,
clorine, SS, dan turbidity. Tekanan pada SWRO berfungsi agar partikel air
mampu melawan tekanan osmosis yang secara alami dapat terjadi, dimana
tekanan osmosis bergantung dengan Konsentrasi zat terlarut, sehingga jika
semakin banyak zat terlarut maka semakin tinggi tekanan yang perlu
diberikan. Reject pada SWRO tekanannya digunakan untuk menaikan
tekanan inlet SWRO dengan menggunakan turbocharger. %reject RO
dapat dihitung menggunakan persamaan ECin-ECout/ECin x 100%.
Selanjutnya air dari SWRO di tampung sementara di dalam SWRO tank
dan di umpankan ke BWRO dengan tekanan 13-15 kg/cm2 A. membran
BWRO untuk menurunkan kembali TDS dan clorine pada air agar
mencapai spesifikasi yang diinginkan.
pada membran UF, SWRO, dan BWRO dilakukan EFM dan CIP untuk
melindungi membrane dari kerusakan. EFM berfungsi untuk mengurangi
kotoran yang tertahan di dalam membrane dengan menggunakan larutan
NaClO 12%. Sedangkan, CIP dilakukan apabila Trans Membrane Pressure
(Tfeed-Tpermeat) mencapai 1,5 bar. CIP menggunakan alkali (NaClO
12% + NaOH 1%) untuk menghilangkan microorganisme dan Acid (1%
HCl) untuk TDS (kesadahan).
9. Quality (Slide 9)
bacakan saja yang di slide.
10. Demineralisasi (slide 10)
Demineralisasi merupakan proses penurunan kadar mineral di dalam air
output dari proses desalinasi seperti Mg, Ca, SO42-, dan lain-lain. Terdapat
3 peralatan utama dalam proses demineralisasi yaitu, Multi Media Filter,
membran RO, dan ion exchange. Multi media filter merupakan alat yang
berisi antrasit (0,5-1,2 mm), fine sand (0,4-0,6mm), fine gravel, dan large
gravel berfungsi untuk menurunkan kadar TSS dari 9 ppm sampai <1 ppm.
Selanjutnya untuk menurunkan kadar mineral atau ion dilakukan proses
RO (bahan membrane dari poliamide) dengan tekanan 7 kg kg/cm2 A.
Selain itu sebelum masuk membrane juga dilakukan injeksi SMBS,
antiscalant, dan HCl Dosing. Dan di masukan kedalam mixed bed untuk
menurunkan ion-ion penyebab kesadahan permanen yaitu Ca, Mg, SO42-
dengan menggunakan resin, berikut ini adalah reaksi pemisahannya.
Setelah resin tersebut jenuh maka dilakukan proses regenerasi dengan
menggunakan HCL dan NaOH.
11. Slide 11
bacakan saja quality airnya.
12. Waste Water treatment (slide 12)
air buangan yang berasal dari berbagai proses di plant seperti, blowdown
boiler, reject RO, backwash peralatan (MMF, mixed bed), waste water dari
desalinasi plant, dan lain-lain sebagainya di tampung di dalam waste water
basin. Selanjutnya dilakukan proses pengolahan limbah air dengan 7
tahapan yaitu pertama limbah dilakukan proses koagulasi dengan
menggunakan koagulan berupa FeCl3 . setelah itu partikel-partikel
pengotor tersebut di lakukan proses flokulasi sehingga semakin membesar
partikelnya dan dipisahkan berdasarkan prinsip sedimentasi pada settle
tank. lalu partikel pengotor di masukan dalam sludge thickner dan di filter
press lalu di buang kepengolahan limbah. air yang dipisahkan pada settle
tank di lakukan pH adjusment pada pH adjustment tank dan di ambil
sample untuk di analisa kadar TSS, pH, dan COD apakah sesuai dengan
regulasi environtment, dimana TSS max 90 ppm, pH = 6,3 – 8,7 dan COD
<100 ppm. Apabila hasil analisa belum sesuai maka di kembalikan ke
waste water basin.
13. Condenser Polisher System (slide 13)
Condenser polisher system adalah proses pengolahan air keluaran dari
kondensor turbin dan proses return apabila kualitas air umpan boiler tidak
sesuai sehingga perlu di proses kembali pada sistem ini. terdapat 2 alat
utama pada CPS yaitu antracite filter dan Mixed bed exchange. Pada
antracite filter untuk menurunkan TDS dengan menggunakan antracite
atau karbon aktif. sedangkan pada mixed bed exchange untuk menurunkan
ion-ion kesadahan. sama halnya mixed bed exchange pada proses
demineralisasi.
14. Boiler (slide 14)
bacakan saja spesifikasinya
15. Boiler dll (slide 15)
Pada boiler terdapat 3 proses utama yaitu proses pembentukan steam,
proses pembakaran, dan pengolahan flue gas. Boiler yang digunakan ada
jenis Circulating Fluidize Bed dengan beberapa keuntungan yaitu rendah
temperatur pembakarannya (850-900oC), mampu menggunakan low/high
kualitas bahan bakar, rendah emisi SOx dengan ada nya injeksi limestone
(90-95% dihilangkan), rendah emisi NOx karena rendahnya temperatur
furnace, tinggi efisiensi pembakaran karena terdapat sirkulasi.
- Proses pembentukan steam berawal dari tangki air demin di pompa
dengan DFP hingga tekanan mencapai 23 kg/cm2 G dan temperatur
sebesar 38oC melalui LPH 1 dan 2 hingga temperatur naik mencapai
112 oC dan tekanan 9 kg/cm2 G. Dimana pemanas LPH adalah steam
ekstrak turbin 4 (LPH 2, T = 116 oC, P = 2 kg/cm2 A) dan 5 (LPH 1, T
= 70 oC, P = 0,073 kg/cm2 A). Setelah itu air di turunkan oksigen dan
gas terlarutnya (CO2) di dalam dearator (T = 116-121 oC P = 2 kg/cm2
A) secara mekanis dan kimiawi. secara mekanis air di atomizing
sehingga oksigen dan gas terlarut dapat terlepaskan dan ikut kedalam
aliran steam yang di ijeksikan dari ekstrak turbin 3 (T = 130-164 oC, P
= 2,2-7,4 kg/cm2 A). kemudian secara kimiawi di ijeksikan
Carbonhydrazine kedalam dearator sehingga oksigen terlarut dibawah
7ppb. Reaksi nya : N2H4 + O2 -> 2H2O + N2
6 Fe2O3 + N2H4 -> N2 + 2H2O + 4Fe3O4
Setelah itu air keluar dan menuju HPH 1 dan 2 di pompa menggunakan
BFW hingga tekananya 162-200 kg/cm2 G dan T = 154 oC). Pemanas
HPH 1 dan 2 adalah ekstrak turbin 1 (P = 32 kg/cm2 A T = 333 oC) dan
2 (P = 25 kg/cm2 A, T 291 oC) sehingga air sebelum masuk
ekonomizer sudah berada pada T = 223 oC dan P = 145 kg/cm2 A).
Air di panas kan kembali untuk memanfaatkan panas Flue gas hasil
pembakaran di dalam economizer hingga temperatur keluarannya
sebesar 290 oC dan tekanannya 142 kg/cm2 A. Pemanasan air ini
bertujuan agar menaikan efisiensi termodinamika dari boiler (jelaskan
persamaan effisiensi boiler). Air selanjutnya masuk kedalam steam
drum untuk pemisahan pertama antara uap air yang sebagian sudah
terbentuk dengan air. Pemisahan di stream drum menggunakan turbo
separator dengan gaya sentrifugal sehingga uap akan mengalir ke top
untuk di lanjutkan pemanasan ke superheater panel dan alir di
blowdown ke bottom untuk masuk ke evaporation panel. Pada steam
drum juga dilakukan blowdown air untuk menjaga kandungan mineral
di dalam air dan penambahan trisodium phospate sebagai larutan
penyangga untuk menjaga pH (8,8-9,5). Blowdown ini terbagi 2 ada
yang continue ada yang must, dimana continue di hilangkan sebesar
1% load dan must dilakukan apabila kualitas air di steam drum buruk
baik itu pH, kandungan silica, mineral Ca Mg dan lain-lain.
Selanjutnya air di evapotion panel di ubah menjadi saturated steam dan
di pisahkan kembali di steam drum. Saturated steam akan di panaskan
kembali hingga superheated steam (T = 387 oC) di dalam superheater
panel. Lalu keluaran Superheater di jaga temperatur nya dengan
desuperheater agar temperatur turbine dapat tercapai. Desuperheater
adalah proses spray BFW kedalam aliran steam agar temperatur nya di
kontrol. Terdapat 2 stage Desuperheater, pertama sebelum masuk
LTSH dan sebelum masuk Finishing superheater. Sehingga temperatur
dan tekanan steam sesuai dengan kebutuhan masuk turbine yaitu
sebesar 541oC dan 125 kg/ cm2 A.
- Proses Pembakaran
Bahan bakar yang digunakan pada proses pembakaran adalah batubara
dengan jenis sub bituminus dengan media pemanas berupa pasir silica.
Proses pembakaran terjadi di dalam furnace secara fluidisasi dalam
temperatur 850-900 oC dan tekanan -15mmH2O. Dimana pasir silica
diberikan aliran udara dari primary air fan agar terjad fludisasi dan
secondary air fan sebagai penambah udara pembakaran di dalam
furnace. udara yang disupply dipanaskan terlebih dahulu di dalam air
preheater dengan memanfaatkan panas dari flue gas (T1 = 308oC, T2 =
140oC). Selain itu udara yang disupply juga di distribusikan secara
merata menggunakan air distribution agar fludisasi terjadi secara
merata. Panas hasil dari pembakaran ini di pindahkan ke air untuk
berubah menjadi steam.
- Pengolahan Flue gas
Gas hasil pembakaran atau flue gas di hisap menuju cyclone
menggunakan IDF untuk memisahkan pasir yang mungkin terbawa ke
aliran atau batubara yang belum terbakar. Cylclone bekerja
berdasarkan gaya centrifugal dan perbedaan densitas antar partikel.
sehingga partikel yang lebih berat akan kembali ke bottom furnace
untuk melanjutkan proses pembakaran (circulating) dibantu dengan FA
fan. Gas hasil pembakaran batubara ini bisa menghasilkan SOx dimana
SOx ini di reduce dengan menggunakan ijeksi limestone pada furnace
untuk memenuhi regulasi environment. Penambahan injeksi limestone
apabila terjadi SOx pada bacaan stack naik.
Reaksinya : CaCO3 + heat -> CaO + CO2,
CaO + SO2 + ½ O2 -> CaSO4 + heat
Selanjutnya flue gas di alirkan menuju backpass untuk di manfaatkan
panasnya pada LTSH, FSH, Economizer, dan air preheater. flue gas ini
mengandung debu batu bara ringan (fly ash) sehingga di treatment
terlebih dahulu sebelum dibuang melalui stack di dalam ESP. ESP
merupakan alat pemisah antara debu atau fly ash dengan flue gas . ESP
bekerja dengan cara memberikan muatan negatif pada debu yang tidak
bermuatan sehingga dapat di collecting dan di rapping dengan kondisi
operasi T = 140oC P = -515mmH2O G. Pertama partikel debu di
distribusikan secara merata dengan menggunakan Gas distribution
screen (80mm). Setelah itu di lakukan proses pemberian muatan pada
discharge electrode dengan menjebak partikel debu menggunakan
listrik tegangan tinggi (+90kV dan arus 500mA) pada elektroda dan
terjadi korona sehingga elektron berpindah ke partikel debu dan
menjadi bermuatan negatif. Lalu debu ini karena ada medan listrik
akan begerak ke collecting electrode. Setelah itu dilakukan proses
rapping dengan cara menggetarkan electrode sehingga debu tersebut
jatuh ke dalam hopper lalu di transfer menuju fly ash silo. setelah itu
flue gas dibuang melalui stack (70-80m) dengan T = 130oC dan
dengan kualitas yang sudah memenuhi regulasi environment. Selain
fly ash pembakaran batubara juga membentuk bottom ash, dimana
bottom ash ini dikeluarkan dengan cara di dumping, lalu di dinginkan
dengan menggunakan screw coolers, di transfer menggunakan chain
conveyor dan bucket elevator untuk dipisahkan kembali yang
sekiranya ada pasir yang terbawa dengan vibrator screen dan di simpan
sementara di buffer tank lalu di kembalikan ke silo daily. Sedangkan
bottom ash akan masuk ke dalam bottom ash silo. Jumlah dari ash ini
kurang lebih 4-8% dengan 80% nya adalah fly ash dan 20% adalah
bottom ash.
16. 15 K steam header (Slide 16)
Fungsi dari 15 K steam header adalah untuk menampung sementara steam
yang akan di kirimkan ke exhisting plant. 15 steam header menerima
steam dari mainly steam dan dari ekstrak 2 apabila load melebihi 120 MW
dengan T = 240-250oC dan P = 14 kg/cm2 G.
17. Boiler Control (slide 17)
bacakan parameter yang perlu dikontrol.
- Pertama untuk steam yang digunakan untuk penggerak turbin atau
superheated steam. Dimana temperatur main steam ini harus dicontrol
pada 541oC+- 5 oC dan tekanan 125-130 kg/cm2 G (desain 154).
Apabila temperatur pada main steam ini melebihi yang dibutuhkan
makan akan terjadi overheating pada turbin dan akan merusak sudu-
sudu turbin. maka temperatur turbin apa bila naik maka dijaga dengan
desuperheater agar temperatur tetap sesuai. Hal ini dapat terjadi
penurunan supply listrik pada exhisting plant. Sedangkan, apabila
temperatur main steam terlalu rendah maka supply dari Coal harus
dilebihkan hal ini sesuai dengan persamaan Q = m HV. nilai Q ini
yang akan diserap oleh air dan apabila air menerima Q lebih besar dan
massa steam tetap maka temperatur steam akan naik sesuai dengan
yang diinginkan. Hal ini terjadi apabila terjadi kenaikan jumlah supply
listrik pada exhisting plant.
- Kedua proses fluidisasi didalam furnace juga perlu di kontrol terutama
pada excess udara dan flowrate udara , delta pressure furnace, dan PDS
(coal dan silica sand). Pada furnace terdapat PAF dan SAF yang
berfungsi sebagai control excess udara dan flowrate udara tersebut.
Dinmana PAF utama nya berfungsi sebagai supply udara untuk proses
fludisasi tetapi juga untuk proses pembakaran, sedangkan SAF
berfungsi sebagai udara tambahan untuk proses pembakaran (25%
excess). karena untuk pembakaran batubara memerlukan excess karena
rantai C dari batubara panjang jadi memerlukan udara excess agar
semua rantai terbakar sempurna. Berdasarkan jurnal yang saya baca
untuk batubara itu diberi excess 15-60%). Apabila excess pada salah
satu reaktan maka laju reaksi hanya bergantung pada salah satu reaktan
dan menjadi reaksi pembatas sehingga batubara akan habis terbakar.
Selain itu, flowrate udara perlu di atur karena hal ini sangat diperlukan
untuk menjaga kestabilan fluidisasi pasir sesuai dengan persamaan :
pada persamaan tersebut kecepatan udara mempengaruhi partikel pasir
yang terfludisasi sehingga perlu di control flowrate dari udara ini sendiri.
Selain itu, pada furnace terdapat delta pressure baik pada bed maupun
pada chamber furnace. Delta pressure ini perlu kita kontrol karena akan
mempengaruhi proses fludisasi terutama pada distribusi bed material dan
berhubungan dan particle size distribution (PDS). PDS sendiri di kontrol
untuk coal itu 9 mm dan silica sand (50-80 mesh) hal ini berhubungan
dengan flowrate dan delta pressure, apabila delta pressure pada bed
mengalami kenaikan (dijaga 1100-1200 mmH2O) maka dapat mengin
dikasikan bahwa banyak partikel besar maka dari itu perlu di dumping
agar pemanasan merata keseluruh chamber tidak hanya di sekitar burner
nya saja proses pemanasan yang terjadi. Biasanya partikel yang terlalu
besar dapat diakibatkan karena adanya bottom ash yang terlalu banyak (7-
8% ashnya). Sebaliknya jika delta pressure bed terlalu rendah artinya
partikel halus terlalu banyak bisa juga diindikasikan terlalu banyak fly ash
(4-5% ashnya) sehingga kita perlu injeksi silica sand untuk stabilisasi
kembali karena pembakaran nya akan ke top furnace apabila terlalu ringan
dan membahayakan material furnace. Kenapa diindikasikan sebagai ash
content karena pasir silica biasanya sudah dalam spesifikasi yang
diinginkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika pasirnya juga tidak on
spect.
- Ketiga untuk tekanan dan temperatur furnace . tekanan furnace di
control pada -15mmH2O. Kenapa ? ... tekanan ini dikontrol dengan
IDF pada dumpper sectionnya. Sedangkan temperatur furnace juga
perlu di kontrol karena jika melebihi pasir atau coal justru akan
meleleh dan jika kekurangan (<700) maka mengindikasikan bahwa
banyak coal yang tidak terbakar. Maka dari itu untuk control
temperatur furnace adalah dengan menggunakan jumlah / massa dari
coal itu sendiri sesuai persamaan Q = m x Hv.
- Keempat Flue gas dan duct. Pada powerplant kita flue gas hasil
pembakaran digunakan sebagai pemanas pada Backpass (LTSH, FSH,
dan Economizer) dan air preheater hal ini tentunya agar temperatur dan
tekanan flue gas sebelum di lepaskan ke udara turun sehingga
panasnya bisa dipanaskan untuk memanaskan steam dan air umpan
boiler. sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya pemanasan air
umpan boiler bertujuan menaikan efisiensi termodinamika boiler
begitu juga halnya dengan pemanas udara pada air preheater,
pemanasan ini juga akan meningkatkan efisiensi pembakaran pada
boiler dengan memanfaatkan temperatur flue gas yang tinggi, dimana
panas tersebut yang bisa saja langsung di lepas ke udara tapi disini
adalah salah satu cara agar dimanfaatkan dengan baik. Temperatur flue
gas ini dari 308oC akan turun sampai 140oC. Selain temperatur dan
tekananya, kualitas flue gas ini harus dijaga agar sesuai dengan
regulasi pemerintah karena pada stack kita dipasang CEMS yang dapat
kontrol langsung oleh pemerintah. SOx dapat direduksi pada boiler
dengan menggunakan limestone, pembentukan NOx pun dapat
direduksi karena Temperatur furnace yang rendah dan dust kita jaga
dengan menggunakan ESP. temperatur keluaran stack kurang lebih
130oC.
18. Control Limit on Stack (Slide 18)
Bacakan saja di slide.
19. Turbin, Condenser, dan generator (Slide 19)
Turbin adalah peralatan yang digunakan untuk mengkonversikan energi
panas dari steam menjadi energi listrik.
Condenser adalah peralatan yang terhubung dengan turbin yang berfungsi
untuk mengkondensasi steam menjadi air.
bacakan saja di slide speknya.
20. Generator
Generator adalah peralatan yang digunakan untuk menghasilkan energi
listik dari sumber energi mekanik melalui induksi elektromagnetik.
induksi elektromagnetik sendiri merupakan prinsip hukum faraday “jika
terjadi perubahan medan magnet yang terhubung ke sebuah kawat loop
tertutup maka akan menimbulkan gaya gerak listrik”. induksi
elektromagnetik terjadi karena rotor (konduktor) yang berputar karena di
couple oleh turbin dimana pada stator terdapat lilitan stator yang dapat
menimbulkan gaya gerak listrik sehingga membentuk voltase dan elektron
akan berpindah. Persamaan GGL :
e = - N (delta ø / delta t). ø = B A cos α
tanda negatif artiya bahwa arus listrik yang terjadi bertolak belakang
dengan penyebab perubahan medan magnet tersebut.
bacakan saja di slide speknya.
21. Komponen turbine (slide 21)
- Low pressure turbine
- High presuure turbine
- Governoor valve
- Front glad seal
- Trust bearing
- Rear glad seal
- Turning device
22. Turbine Extraction (slide 22)
Turbine extraction atau extraction steam adalah steam yang diambil dari
stage-stage tertentu pada turbin yang dapat digunakan dalam berbagai hal.
Seperti pre-heating, dearator, dan lain-lain. Terdapat 5 extraction turbin
yaitu sebagai berikut (pada slide). Ekstrak turbin diperlukan agar...
23. Turbin Mode (slide 23)
- Governoor Valve (mode)
Full act setelah dijelaskan sebelumnya pada satu unit turbin terdapat 4
buah GV. Ketika full act 4 GV ini akan bekerja secara bersamaan
untuk supply bukaan steam pada turbin, biasanya mode ini digunakan
pada saat star-up.
Partial act adalah mode operasi turbin setelah kondisi berlangsung
secara normal atau continouse, biasaya GV di buka sebsar 15%
- Turbine control mode
Terdapat 4 buah control mode turbine yaitu Automatic Power Control,
Manual Frekuensi Control, Automatis Frekuensi Control, dan Inlet
Pressure Control.
Automatic Power Control memiliki ciri-ciri dapat dipakai apabila salah
satu turbin mengcontrol frekuensi. karena mode ini tidak dapat control
frekuensi maka tidak dapat digunakan secara single running.
Manual Frekuensi Control memiliki ciri-ciri dapat digunakan secara
single running karena mampu menjaga power dan frekuensi. Tetapi
kekurangannya mode ini apa bila ada kelebihan atau kekurangan daya
akan menjadi losses.
Automatis frekuensi control memiliki ciri-ciri dapat dipakau secara
single running karena mampu menjaga frekuensi yang dihasilkan dan
bisa di gunakan secara bersamaan dengan APC.
Inlet pressure control memiliki ciri-ciri tekanan minimum sampai 60
kg/cm2 G dengan rpm dan frekuensi tetap. tetapi kelemahannya jika
terjadi kehilangan daya pada turbin maka user harus diputus dan
governoor akan fluktuatif.
Secara umum digukan APC dan AFC. karena power dan frekuensi
dapat dikontrol dengan baik. apabila terjadi kehilangan daya pada
exchisting plant.
24. Process on Solid Handling (slide 24)
Pada Bulk material departement menghandle 3 bahan yaitu batubara, silica
sand, dan limestone.
25. Process Coal Handling (slide 25)
Batubara yang digunakan adalah jenis sub bituminus dengan nilai caloric
value sebesar 4000-5000kcal, sumber batubara kita diambil dari PT Bukit
Asam, PT muara alam sejahtera (Sumsel), dan PT adaro (kalimantan).
Kandungan ash pada batu bara ini kurang lebih 4-8%.
Berikut ini adalah proses transfer batubara dari jetty menuju daily silo:
1. CSU (coal ship unloader) teknologi swedia
Bagian-bagian utama dari CSU yaitu vertikal screw (pendulum),
horizontal screw (luffting), dan slewing (+-135o). Pendulum akan
mentrasfer batubara dari jetting dengan menggunakan screw pada rate
1000-1600 ton/jam, pendulum ini mampu bergeser sebesar +- 30o.
Lalu dari pendulum akan bergeser ke luffting menggunakan screw dan
mampu bergeser ke atas dan kebawah sebesar +- 15o. Lalu masuk ke
chute dan masuk conveyor 801 A/B.
2. Transfer tower 1
Pada TT 1 dari CNV 801 akan di transfer ke CNV 802 untuk di simpan
di dalam coal warehouse (capacity = 55.000 ton). Pengisian
coalwarehouse menggunakan triper car sebagai pengarah aliran
batubara untuk pengisian ke cell (1-10).
3. Coal Warehouse
Didalam coal warehouse terdapat reclaimer dan CNV 803. Dimana
reclaimer ini berfungsi untuk pengerukan batubara dari cell di dalam
WH dan masuk ke chute CNV 803. Dimana reclaimer memiliki
kapasitas 400-600 T/h dengan maximal angel main boom dan support
boom 37o +- 6o . Selain itu, terdapat Emergency Hooper apabila
reclaimer uncondition. Emergency hooper ini akan mentransfer ke
CNV 803.
4. Transfer tower 2
pada TT 2 coal akan di transfer CNV 001 (sebagai batas OSBL). Dan
terdapat jalur backpass dari TT1 melalui CNV 804 untuk langsung
ditansfer dari jetty tanpa disimpan di WH apabila ada kendala pada
CNV 802.
5. Transfer tower 3
Pada TT3 coal di transfer dari CNV 001A/B (ISBL) menuju CNV 002
A/B.
6. Crusher room
Crusher room merupakan ruangan yang berfungsi untuk size reduction
dan filtering coal. dari CNV 002 ke disvelter valve untuk proses
vibrator screen untuk memisahkan coal yang oversize (>75mm)
dengan bantuan getaran. lalu ditampung sementara pada BIN 003 A/B
baru selanjutnya ditransfer ke crusher jenis hammer mill hingga
ukuran 9 mm. Coal yang berukuran 9 mm akan di tranfer ke CNV 003.
PDS ini akan mempengaruhi proses fluidisasi, jika size terlalu besar
maka batubara akan lama terbakar, dan jika dibawah spesifikasi akan
terjadi pembakaran pada chamber furnace bukan di burner.
7. Transfer tower 4
pada TT 4 coal di transfer dri CNV 003 A/B ke CNV 004 B. lalu
dengan menggunakan v-flow coal akan masuk ke dalam daily silo A B
C. Pada daily silo terdapat control CO2 apabila terjadi hotspot maka
pada kandungan 50 ppm pada daily silo akan di injeksikan N2 sebagai
gas inert agar oksigen tidak terus teroksidasi dengan carbon dari
batubara.
26. Coal Handling Control (Slide 26)
Coal temperature atau temperatur of roller conveyor selalu di kontrol di
bawah 65oC dengan menggunakan heat detector (fiber optic) hal ini dapat
menunjukan indikasi hotspot pada batubara. Hotspot terjadi karena adanya
spontaneous combution yaitu reaksi pembakaran yang terjadi karena
adanya oksigen yang terkosidasi dengan karbon sehingga membentuk Co2
dan panas. Apabila temperatur naik mencapai 65oC dan panas bertahan
kurang lebih 10 detik maka akan di spray pada titik tersebut dan conveyor
akan stop.
Selanjutnya untuk flowrate coal juga perlu di control karena dapat terjadi
plugging pada chute di perpindahan conveyor satu dengan yang lainnya
dan akan menyetuh till switch sebagai salah satu proteksi overflow dari
conveyor.
Dust collector, dust collector berfungsi untuk menyerap atau
meminimalisir debu yang terdapat pada batubara dengan sistem vacum
yang terpasang pada discharge chute. pada dust collector terdapat bag filter
sebagai penyaring debu. Debu batubara yang tersaring di kembalikan ke
conveyor. selain itu, pada control DC terdapat pada delta P manometer,
apabila delta T terlalu tinggi maka dapat mengindikasikan ada kebocoran,
bag fiter jenuh sehingga perlu di maintenance atau di cleaning.
magnetic separator dan metal detector, berfungsi untuk memisahkan zat
metal yang mungkin terbawa pada aliran baturbara. Magnetic separator
akan di menangkap zat metal. Kemudian, apabila pada metal detector
masih terdapat metal maka conveyor akan stop dan di cari secara manual.
Limit switch pada counter weight. jadi pada belt conveyor terdapat counter
weight sebagai penyeimbang beban pada belt agar tetap dalam kondisi
tegang. limit switch ini akan mengindasikan bahwa belt perlu di adjust
apabila menyentuh low nya karena kondisi rubber sudah mulai kendor.
Dan kondisi ini juga akan menyetuh highnya apabila terdapat beban yang
lebih dari normal operation.
Selanjutnya pada keadaan emergency, sebagai proteksi dari conveyor
apabila ada permasalahan yaitu menggunakan pull cord. Selain itu pada
keadaan emergency juga terdapat fire protection dengan sistem hydrant
dan sprinkle. Jenis sensor yang digunakan dapat berupa heat detector,
sprinkle, thermal camera, dan metal detector.
27. Process bulk handling (slide 27)
Bulk handling pada powerplant ini terdapat 2 material yaitu silica sand dan
limestone. Silica sand berfungsi sebagai media pemanas di dalam furnace
pada proses fluidisasi, dengan penggunaannya 1% dari jumlah batubara
yang digunakan. kemudian limestone digunakan sebagai senyawa untuk
mereduksi SOx yang akan dilepaskan ke udara, dengan penggunaannya
untuk jenis batu bara sub bituminus kurang lebih sebesar 4%.
28. Silica sand transfer (slide 28)
Dari penyimpanan atau warehouse lalu pasir di masukkan kedalam sand
hopper lalu di transfer menggunakan bucket elevator dan di keringkan di
dalam rotary dryer hingga kandungan air 0,1%. Hal ini kembali ke prinsip
pembakaran apabila di pasir masih mengandung air makan pemanasan
pasir akan lebih lama karena harus menguapkan air terlebih dahulu dan
proses transfer menggunakan pneumatic akan semakin berat. pada rotary
dryer menggunakan bahan bakar NG sebagai sumber panas untuk
pengeringan, temperaturnya kurang lebih 120-130oC. lalu pasir yang telah
kering di transfer menggunakan CNV 934 menuju scalper screen untuk
memisahkan pasir yang memiliki ukuran lebih dari 5mm (0,15-0,3mm)
dan di tampung pada collecting hooper dan melalui bucket elvator masuk
ke Silica sand storage. menggunakan sistem pneumatic di transfer ke daily
silo sand, melalui denphase vessel dan bantuan air plant +- 3,5kg/cm2 G
sebagai penggeraknya. Lalu dari daily silo sand menggunakan lock dan
dephase vessel di transfer menuju furnace sama prinsipnya dengan
bantuan air plant. Pada transfer silica sand bisa menggunakan jalur
emergency apabila terjadi trouble pada jalur utama, dan menggunakan
jumbo bag dan di screen terblebih dahulu dan dimasukan ke storage
menggunakan bucket elevator.
29. Limestone transfer (slide 29)
Dari bulk tanker langsung menggunakan air pressure menuju limestone
storage lalu di transfer menggunakan sistem pneumatic dengan denphase
vessel ke daily silo dari daily silo menuju furnace menggunakan lock dan
dephase vessel serta bantuan air plant sehingga masuk ke furnace. jenis
pipa nya keramic pipe. kemudian pada jalur emegency menggunakan
hopper bin lalu ditransfer menggunakan bucket elvator dan disimpan ke
limestone storage.
30. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai