Oleh :
Fakhri Ramadhan
Fitria Wulansari
Erlinda Pebri Hasibuan
Hanindianti Dewi Intiyani
Hendy Rahmat Gazali
2016
Proteksi Tenaga Listrik
1. Sensitif
2. Selektif
3. Andal
4. Reaksi cepat
Komposisi sistem proteksi tenaga listrik terdapat proteksi mekanik dan proteksi
elektrik, proteksi mekanik biasanya terdapat pada transformator daya seperti relay
bucholz, relay tekanan, dan relay suhu. Sedangkan proteksi elektrik adalah proteksi
yang menggunakan parameter pada penyaluran tenaga listrik tersebut seperti parameter
tegangan dan arus yang digunakan pada relay-relay proteksi seperti distance relay,
differential relay, over current relay dll.
Agar sistem proteksi pada penyaluran tenaga listrik seperti yang diharapkan
maka perlu dilakukan pengujian pada relay-relay proteksi, pengujian ini terbagi dua
yaitu :
Gambar 1. Skema pengolahan air laut menjadi air demin di PLTGU Tanjung Uncang
Uraian proses pengolahan air laut menjadi air demin adalah :
A. Pengolahan Awal
1. Lamella Clarifier
Air laut yang mengandung garam dan mineral yang ditandai dengan tingginya nilai
konduktivitasnya yang mencapai 40.000 – 50.000 μS, selain itu mengandung partikel
padatan tersuspensi, plankton dan lainnya sehingga memerlukan proses pengolahan
awal sebelum masuk ke dalam proses reverse osmosis. Proses pengolahan awal ini
juga bertujuan untuk memenuhi standar kualitas air untuk umpan unit reverse
osmosis contohnya nilai kekeruhan harus kurang dari 20 NTU, kandungan besi
kurang dari 2 ppm, mangan 1,3 ppm, klorida 4 ppm, bahan organik 40 ppm dan TDS
12.000 ppm, untuk mencapai syarat tersebut diperlukanya pengolahan awal yaitu
lamella clarifier. Di dalam peralatan lamella clarifier terdapat beberapa proses
pengolahan yaitu koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Dalam lamella clarifier ini
secara berkelanjutan air laut diinjeksikan koagulan berupa fero cloride (FeCl3) yang
berfungsi sebagai penggumpal pengotor yang terkandung pada air laut, mekanisme
reaksi penggumpalan FeCl3 dalam larutan adalah:
Partikel- partikel kecil akan menggumpal membentuk flok – flok kecil dan juga
kemudian diinjeksikan dengan NaOCl (Natrium Hipoklorit) yang berfungsi sebagai
bahan kimia penghambat terbentuknya lumut (lumut dapat menyebabkan
penyumbatan pada aliran pipa dan juga menyumbat pori dari membran yang
digunakan), kemudian diinjeksikan juga dengan bahan coagulant air berupa polimer
biasanya yang digunakan adalah PAC, fungsi koagulan aid adalah koagulan sekunder
yang ditambahkan setelah koagulan primer (FeCl3) yang bertujuan untuk
mempercepat pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok. Setelah
penginjeksian dari beberapa jenis bahan kimia tersebut maka terjadilah mekanisme
proses pengolahan yaitu flok- flok kecil yang terbentuk pada proses koagulasi akan
mengalami proses flokulasi yaitu dengan pengadukan lambat yang berakibat pada
pembentukan flok- flok besar dan kemudian dengan menggunakan gaya gravitasi
maka flok- flok yang berukuran besar tersebut akan turun sebagai endapan pada
proses sedimentasi dan akan dipisahkan melalui kran bawah.
2. Roughing and polishing filter
Roughing dan polishing filter adalah proses pengolahan kedua setelah lamella
clarifier yaitu dengan melewatkan air yang telah diolah pada lamella clarifier ke
dalam roughing and polishing filter. Dalam proses pengolahan melalui roughing and
polishing filter ini terdapat filter berupa pasir silika yang digunakan untuk menyaring
komponen pengotor yang masih terkandung di dalam air umpan sehingga padatan
yang lebih besar akan tertahan pada pori yang dibentuk oleh pasir- pasir silika dan air
akan lolos menuju bawah keran.
3. SWRO ( Seawater Reverse Osmosis ) Cartridge Filter
Air umpan kemudian akan dialirkan menuju SWRO Cartridge Filter yang bertujuan
untuk melindungi membran RO dari suspended solid yang masih terkandung di
dalamnya dengan mengalirkan air umpan tersebut melalui filter yang biasanya
memiliki pori-pori yang sangat kecil mencapai 5μm.
Udara dimasukkan kedalam Comproser dengan melalui alur filter/Penyaring udara agar
partikel debu tidak masuk kedalam Compresor Tersebut,Pada compressor tekanan udara
dinaikkan lalu di alirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama
Peralatan yang digunakan di PLTGU Tj.Uncang
Dua buah turbin gas (SGT-800 Siemens) dan turbin uap (SST-400 Siemens)
Daya terpasang turbin gas : 2 x 40 MW
Daya mampu turbin gas : 2 x37.8 MW
Daya terpasang turbin uap : 20 MW
Daya mampu turbin uap : 18,7 MW
Putaran engine turbin gas : 6608 rpm
Jumlah Burner : 30 buah (ignitor no. 26)
Generator : ABB AMS 1250 A
Menggunakan prime mover berupa motor yang memutar turbin sampai dengan 5600
rpm pada saat start up
Memiliki 2 unit trafo triwinding 150/20/6.6 kV, 1 unit trafo 150/20 kV, 2 unit trafo
6.6kV/690 V dan 2 unit trafo 6.6kV/400V