Anda di halaman 1dari 8

Tugas Besar Utilitas

Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar


Note* Ditulis tangan (diserahkan minggu ke 7 melalui kormat)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air merupakan elemen yang penting bagi kehidupan makhluk hidup. Air dapat
diperoleh dari berbagai sumber, misalnya air tanah, air sungai, air danau, dan air laut
(Indriatmoko dan Herlambang, 1999). Air digunakan dalam berbagai kegiatan, mulai
dari keperluan rumah tangga hingga keperluan industri. Peningkatan kebutuhan akan
air sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah (Rakhmawati et
al., 2011). Akan tetapi, tidak semua daerah mempunyai sumber daya air yang baik.
Wilayah pesisir adalah daerah yang miskin akan sumber air bersih. Air laut secara
kuantitas tidak terbatas, tetapi air jenis ini memiliki TDS (Total Dissolved Solid) yang
sangat tinggi sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Said, 2003).
Indonesia berada pada peringkat ke-51 dunia dengan tingkat krisis tinggi (High
40-80% possibility) terhadap sumber daya air tawar yang dimiliki (Dewantara et al.,
2018). Dengan semakin berkurangnya ketersediaan air layak pakai, maka diperlukan
teknologi yang dapat mendaur ulang air dengan kualitas rendah dari sumber yang
melimpah menjadi air dengan kualitas yang lebih baik dan layak dikonsumsi
(Rakhmawati et al., 2011). Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km dan luas wilayah laut sekitar 5,8 juta km2. Dengan jumlah
sumber daya air laut yang melimpah diharapkan Indonesia dapat memenuhi
kebutuhan air bersih melalui pengolahan air yang sesuai. Proses pengolahan air laut
menjadi air tawar disebut proses desalinasi (Dewantara et al., 2018).

Permasalahan
Air asin atau air payau mengandung zat terlarut seperti garam dengan
konsentrasi 3-4,5% dan beberapa jenis logam. Desalinasi ialah pemisahan air tawar
dari air laut. Beberapa teknologi desalinasi yang banyak digunakan hingga saat ini
yaitu proses distilasi, proses desalinasi dengan teknologi membran, dan proses
pertukaran ion. Mengingat semakin bertambahnya permintaan air bersih baik untuk
kegiatan rumah tangga maupun industri, maka penyediaan air tawar dengan biaya
yang terjangkau perlu diwujudkan. Beberapa negara telah melakukan penelitian
sekaligus pengembangan terhadap metode desalinasi guna meningkatkan efisiensi
pengolahan air laut menjadi air tawar. Pada tulisan ini akan dibahas terutama
mengenai penggunaan teknologi filtrasi membran semipermeable yang dikenal
sebagai proses osmosis balik (Reverse Osmosis).
TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Proses Desalinasi Air Asin


a. Proses Distilasi
Pada proses distilasi, air laut dipanaskan untuk memperoleh uap air. Uap
air yang dihasilkan dikondensasi untuk memperoleh air tawar. Air laut mendidih
pada 100 ℃ dan tekanan 1 atm. Penguapan air memerlukan panas penguapan
yang tertahan pada uap air sebagai panas laten. Apabila uap air dikondensasi
maka panas laten akan dilepaskan dan dapat dimanfaatkan untuk pemanasan
awal air laut.
Korosi yang terjadi pada peralatan ataupun sistem perpipaan dapat
mengakibatkan sistem pengolahan tidak dapat beroperasi. Apabila terjadi kerak
pada tube penukar panas evaporator, maka efisiensi panas dan produksi air tawar
akan berkurang. Pengolahan desalinasi harus diberhentikan guna membersihkan
tube menggunakan asam. Oleh karena itu, penerapan pengolahan yang efektif
sangat diperlukan.
Proses distilasi dibagi menjadi 3 sistem utama yakni :
1. Multi stage distilation

Evaporator dibagi dalam beberapa stage. Setiap stage selanjutnya


dibagi menjadi bagian flash chamber dan kondensor yang mana kedua
bagian tersebut dipisahkan oleh pemisah kabut. Air laut dialirkan dengan
pompa ke dalam bagian kondensor melalui tabung penukar panas. Hal ini
menyebabkan terjadinya pemanasan air laut oleh steam dalam setaip flash
chamber. Setiap stage dipertahankan dalam kondisi vakum dengan sistem
vent ejector, dan beda tekanan tiap stage dipertahankan dengan sistem vent
orifices.
Sejumlah tertentu penghilang kerak disuntikkan ke dalam air laut
sebelum masuk ke dalam tabung penukar panas. Air laut yang telah
dipanaskan dialirkan dari stage dengan temperature tinggi ke stage dengan
temperature rendah melalui brine orifice. Sementara itu, flash evaporates
terjadi dalam setiap chamber, air laut dikeluarkan dari stage terakhir
menggunakan brine pump. Uap air yang dihasilkan dalam flash chamber
mengalir melalui pemisah kabut dan mengeluarkan panas laten ke dalam
tabung penukar panas. Air laut mengalir dari bagian dalam yang
mengakibatkan uap berkondensasi. Air yang terkondensasi dikumpulkan
dalam tray.
2. Multiple Effect Distilation

Terdiri dari beberapa chamber flash yang disebut “effect”. Dalam


evaporator, air laut disemprotkan ke bagian luar tabung penukar panas.
Panas saat uap air yang lebih panas dalam tabung berkondensasi dan
menghasilkan air tawar, sementara air laut di luar tabung mendidih dan
menghasilkan uap air baru yang akan mengalir ke tabung penukar panas
berikutnya. Air tawar dan air laut pekat yang diproduksi akhirnya mengalir
ke dalam ruang lain mengandung effect penolakan panas. Vent ejector
dipasang dengan maksud yang sama seperti pada sistem multistage flash
distillation dan zat penghambat kerak disuntikkan ke dalam air baku.

3. Vapour Compression Method

Dalam sistem ini terdapat empat komponen utama yaitu, pemanas awal
air baku, tabung evaporator horizontal dan thin film evaporation, blower uap,
dan penukar panas. Air baku mula-mula dipanaskan, kemudian dialirkan ke
bagian atas evaporator dan disemburkan ke seluruh bagian luar tabung
penukar panas. Air laut berupa lapisan tipis di atas permukaan tabung,
kemudian menguap karena terjadi kondensasi uap air yang lebih panas di
dalam tabung. Uap air yang terbentuk ditekan oleh blower uap sehingga
temperature naik beberapa derajat. Uap air kemudian dialirkan ke dalam
tabung penukar panas, yang mana akan terkondensasi menjadi air tawar.
Sejumlah panas meninggalkan evaporator bersama air tawar dan air pekat.
Panas tersebut dapat digunakan untuk pemanasan awal air baku.
b. Desalinasi Air Laut dengan Proses Osmosis Balik (Reverse Osmosis)

Tidak mungkin untuk memisahkan seluruh garam dari air laut


menggunakan proses osmosis balik, hal ini dikarenakan oleh tekanan yang
dibutuhkan akan sangat tinggi. Pada kenyataannya, pada proses osmosis balik
pompa dengan tekanan tinggi digunakan untuk mentransfer air laut ke dalam
modul membrane osmosis balik. Modul membrane osmosis balik terdiri atas dua
buah outlet yakni outlet untuk air tawar yang dihasilkan dan outlet untuk air
garam yang telah dipekatkan (reject water).
Di dalam membrane RO terjadi proses penyaringan dengan ukuran
molekul, dimana partikel dengan ukuran yang lebih besar daripada air akan
terpisah sebagai reject water. Proses pengolahan air dengan system RO terdiri
atas dua unit yaitu unit pengolahan pendahuluan dan unit RO. Pengolahan
pendahuluan terdiri atas pompa air baku, bak koagulasi-flokulasi, tangki reaktor,
saringan pasir, filter mangan zeolite, filter penghilangan warna, dan filter
cartridge ukuran 0,5 μm. Sedangkan unit RO terdiri dari pompa tekanan tinggi,
membrane RO, pompa dosing untuk anti scalant, anti-biofouling, dan sterilisator
ultra violet.
Air baku dipompa ke bak koagulasi-flokulasi untuk mengendapkan zat
padat tersuspensi, kemudian air baku dialirkan ke rapid sand filter dan
selanjutnya ditampung ke bak penampung. Dari bak penampung air laut dipompa
ke pressure filter sambal diinjeksi dengan larutan kalium permanganat agar zat
besi atau mangan yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi senyawa
yang tidak larut dalam air. Selain itu, diinjeksikan larutan anti scalant dan anti
biofluoling yang dapat berfungsi untuk mencegah pengkerakan serta membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan biofouling di dalam membrane RO.
Dari pressure filter, air dialirkan ke saringan filter multi media agar senyawa besi
atau mangan yang telah teroksidasi dan juga padatan tersuspensi dan
mikroorganisme dapat disaring. Selanjutnya, air baku dialirkan ke filter
penghilang warna, yang mana senyawa warna dalam air baku dapat mempercepat
penyumbatan membrane RO. Setelah melalui filter penghilang warna air
dialirkan ke filter cartridge yang dapat menyaring partikel dengan ukuran 0,5 μm.
Selanjutnya, air dialirkan ke unit RO menggunakan pompa tekanan tinggi sambal
diinjeksi dengan zat anti kerak dan zat anti biofouling. Air yang keluar dari
modul membrane RO ada dua yakni air tawar dan reject water. Air tawar
dipompa ke tangki penampung sambal dibubuhi dengan klorin agar air tidak
terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan reject water dibuang lagi ke
laut (Said, 2003).

ISI

KESIMPULAN & SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai