Anda di halaman 1dari 16

MENULIS

AKADEMIKDISUSUN OLEH
[KELOMPOK 8]
1. DEWI ATIKA PUJI A.
NIM. 21030119120010
2. NURHIDAYATUL FADILA W.
NIM. 21030119120008
3.M. RIZKY ADHYAKSA MULYANA
NIM. 21030119140173
4. SULTAN ERICO DEWATAMA
NIM. 21030119140181
TEMA: KUALITAS TAYANGAN STASIUN TELEVISI
NASIONAL
JUDUL:
“PENGARUH KUALITAS TAYANGAN STASIUN
TELEVISI NASIONAL
TERHADAP PERKEMBANGAN KUALITAS
MASYARAKAT INDONESIA”
Pendahuluan

Munculnya Teknologi Digital dan berkembangnya Ilmu Telekomunikasi


menyebabkan terbentuknya metode-metode baru dalam berkomunikasi. Dahulu
informasi diperoleh melalui percakapan langsung di dunia nyata , sedangkan kini
informasi dapat dilihat dan didengar secara virtual melalui layar kaca. Televisi
merupakan perangkat elektronik yang dimiliki oleh beberapa ruang interaksi sosial,
seperti lingkungan keluarga dan perkantoran. Media ini dirasa dapat menjadi
pengganti rekreasi dikarenakan konten hiburan yang diberikan.
Sebagian besar masyarakat lebih memilih mengatur diri di depan televisi
dibandingkan merogoh saku dan waktu mereka untuk berekreasi. Sehingga
kebanyakan informasi dan edukasi diperoleh dari media ini. Oleh karena itu, penting
bagi stasiun TV nasional untuk menyediakan konten tayangan yang terakreditasi demi
terbentuknya masyarakat yang berkualitas.
RUMUSAN MASALAH
1. Konten apa saja yang wajib ditayangkan oleh stasiun TV nasional?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengontrol dan menyaring
konten yang ditayangkan oleh stasiun TV nasional?

TUJUAN
1. Mengetahui konten-konten yang wajib ditayangkan oleh stasiun TV
nasional.
2. Meninjau peran pemerintah dalam mengontrol dan menyaring konten
yang ditayangkan oleh stasiun TV nasional.

RUMUSAN MASALAH
& TUJUAN
PEMBAHASAN

Televisi merupakan perangkat elektronik yang tersedia hampir di setiap


keluarga. Selain itu, alat audiovisual ini juga banyak ditemukan di tempat umum
seperti cafe dan pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, semua tayangan dapat
dinikmati oleh setiap mata yang menangkapnya. Tayangan atau konten yang
ditampilkan terkadang tidak semestinya ditonton oleh anak pada usia tertentu.
Menurut Yuliandre Darwis, ada empat program siaran televisi yang belum
memenuhi standar kualitas program penyiaran televisi yang ditetapkan oleh KPI
yakni, berita dengan nilai 2.93, variety show 2.75, infotainment 2.56 dan sinetron
2.53 (ayobandung.com, 2019).
Bisnis media televisi di Indonesia dianggap hedonistic, yang lebih memunculkan gaya
kehidupan mewah dari kelas sosial tinggi di tengah masyarakat, baik berupa produk dalam
negeri maupun luar negeri (Mulyana, 2001 dalam Mustika, 2012). Media televisi
mengajarkan kepada masyarakat ke arah budaya konsumtif, hura-hura dan sebagainya
(Mustika, 2012).
Semakin pesatnya perkembangan ilmu telekomunikasi dan
dengan semakin tingginya pengguna media sosial, dimana banyak
konten menarik dan kreativitas yang ditawarkan dari media tersebut.
Dari sini banyak masyarakat yang menginginkan konten yang viral dan
menjadi pusat perhatian di media sosial untuk diangkat ke layar kaca,
terutama oleh stasiun televisi nasional. Menurut Sari Kusumaningsih,
kebanyakan masyarakat Indonesia menyukai konten gosip dan
sensasional, oleh karenanya mau tidak mau stasiun televisi harus
mengikuti pasar dibandingkan menciptakan pasar (medium.com,
2019).
Sejalan dengan keinginan penonton, dengan begitu kebanyakan stasiun
televisi nasional berusaha untuk mengangkat konten yang terkenal di media
sosial ke layar kaca televisi nasional. Konten yang diangkat terkadang terlepas
dari batasan nilai yang dapat ditayangkan oleh televisi nasional. Konten terkenal
yang diangkat dari media sosial dianggap kurang mempertimbangkan dampak
yang dihasilkan setelah menonton konten tersebut. Sudah diketahui bahwa
program televisi itu bersifat kompetitif dan didominasi acara yang berpedoman
pada rating (gosip, kekerasan, sensasional, dan sebagainya), karena hal tersebut
memang “menjual” dan disukai pemirsanya (Mustika,2012).
Satu dari sekian stasiun televisi nasional yang dianggap telah memenuhi
kriteria kreativitas dan inovatif yang diinginkan yaitu NET TV. Stasiun televisi ini
dianggap mampu membawakan konten yang sedang viral tanpa melunturkan
nilai kreativitas dan inovatif. Menurut Sari Kusumaningsih, NET secara kualitas
penayangan maupun program sudah baik. Program mereka memberi wawasan,
edukatif, faktual, dan nggak menjual sensasi (medium.com, 2019).
Fungsi penyiaran menurut KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) diantaranya, informatif,
edukatif, pengawasan, hiburan yang sehat, perekat sosial/empati sosial, dan kebudayaan
(KPI, 2015). Arah penyiaran menurut KPI yaitu, penghormatan terhadap nilai-nilai
kesukuan, agama, ras dan antar golongan; penghormatan terhadap nilai dan norma
kesopanan dan kesusilaan; kepentingan publik, penghormatan hak privasi, perlindungan
kepada anak, dan masih banyak lagi (KPI,2015).
Ketentuan operasional tentunya dibutuhkan untuk membentuk perusahaan yang
disiplin dan sistematis. Ketentuan ini memuat aturan yang harus dipatuhi serta disediakan
oleh setiap stasiun televisi nasional. Stasiun televisi nasional mestinya memilih anak negeri
sebagai tenaga kemediaannya. Hal ini mempertimbangkan dari sisi nasionalisme dan
seberapa besar perhatian dari tenaga kemediaan terhadap situasi yang dihadapi oleh
negara Indonesia. Dengan begitu stasiun televisi nasional memiliki arah yang jelas dalam
pengambilan konten yang ingin diangkat dan ditayangkan. Menurut Mustika (2012)
diperlukan kebijakan dalam pengelolaan industri televisi, agar tujuan penyelenggaraan
siaran yakni “untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa
yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan
umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan
sejahterah” (Bab II, Pasal 3, UU. Penyiaran 2001) dapat terwujud.
Kehausan akan input yang ingin diperoleh, membuat beberapa stasiun televisi
nasional kurang memperhatikan output yang akan diberikan kepada masyarakat.
Keadaan ini menyebabkan lunturnya nilai-nilai yang harusnya wajib disajikan oleh
stasiun televisi nasional sebagai garda terdepan penyedia informasi negeri. Sehingga
perlu adanya tindak lanjut bagi stasiun televisi nasional yang menayangkan konten
tanpa memperhatikan output nilai yang diberikan. Menurut Sari Kusumaningsih rating
yang dijadikan pegangan oleh media pertelevisian adalah rating yang dibuat oleh
Nielsen, dimana rating dianggap tinggi apabila jumlah penonton banyak. Di sisi lain
stasiun televisi membutuhkan pemasukan dari perusahaan melalui iklan. Sementara
itu, perusahaan tentu ingin mengiklankan produknya pada stasiun televisi dengan
rating yang tinggi terlepas dari kualitas konten tayangan yang dimiliki (medium.com,
2019).
Oleh karena itu, diharapkan adanya upaya pemerintah dalam mendorong
kreativitas dan kualitas stasiun televisi nasional. Upaya ini diperlukan untuk memacu
semangat stasiun televisi nasional dalam menyediakan konten tayangan yang
terakreditasi. Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh pemerintah yaitu dengan
memberikan penghargaan kepada stasiun televisi nasional dengan konten terkreatif
dan terinovatif. Selain itu dibuat pula pemeringkatan yang ditujukan untuk seluruh
stasiun televisi nasional. Pemeringkatan ini menunjukkan tingkat kualitas konten
stasiun televisi nasional. Menurut Dewi upaya yang dilancarakan pemerintah melalui
KPI guna memperbaiki kualitas tayangan konten di media penyiaran Indonesia yaitu,
dilakukannya survei indeks kualitas program siaran televisi dan memperbanyak edukasi
literasi digital di daerah-daerah. Hal ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat agar
cerdas memilah dan memilih tayangan yang layak untuk mereka konsumsi
(Kompas.com, 2018).
Dengan adanya pemberian penghargaan dan pemeringkatan
terhadap stasiun televisi nasional, diharapkan dapat menumbuhkan sifat
kompetitif dari setiap perusahaan dalam menyediakan konten-konten
yang diharapkan. Pemerintah juga dapat memberikan masukan maupun
membantu untuk mewujudkan lahirnya konten yang berkualitas dengan
mempertahankan sifat edukatif serta sesuai dengan adab sopan santun
negara Indonesia. Menurut Onibala (2015) TV edukasi merupakan
jawaban dari permasalahan kualitas stasiun televisi nasional yang sering
kali hanya memberikan tayangan yang bersifat hiburan dan tidak
mendidik. Stasiun televisi ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan
Nasional RI Abdul Malik Fadjar sejak pada tanggal 12 Oktober 2004.
Kualitas informasi yang diberikan oleh TV edukasi adalah sangat baik, hal
ini sangat jelas karena unsur pendidikan memang menjadi fokus utama
TV edukasi dalam memberikan informasi kepada masyarakat luas.
Tentunya diharapkan konten seperti ini dapat diangkut oleh stasiun
televisi nasional dan menjadi viral di kalangan masyarakat Indonesia.
SIMPULAN
SIMPULAN MASALAH 1
Setiap stasiun TV sudah pasti berusaha menyediakan konten yang
menarik agar memperoleh jumlah penonton yang tinggi. Semua yang
tampil di dalam layar kaca diumpamakan sebagai seorang aktor. Seorang
pembaca berita ataupun host suatu acara mesti menampilkan
kepribadian yang sesuai dengan berita ataupun acara yang dibawakan.
Hal ini tentunya dapat menjadi faktor yang membuat penonton tertarik
untuk menyaksikan berita ataupun acara tersebut. Akan tetapi, konten
yang ditayangkan semestinya disesuaikan dengan adab sopan santun
negara Indonesia serta perlu adanya penanaman nilai edukatif dan
kreativitas kepada khalayak penonton.
SIMPULAN MASALAH 2
Selama menjalani perannya sebagai penyedia informasi negeri,
perlu adanya pengawasan dan pembatasan dalam penayangan konten
dari stasiun televisi nasional. Selain itu, perlu adanya transisi paradigma
bahwa rating suatu stasiun televisi terpaku pada banyaknya penonton
melainkan seharusnya rating dapat dijadikan alat ukur kualitas konten
yang ditayangkan oleh suatu stasiun televisi. Oleh karena itu, perlu
adanya peran pemerintah dalam mendorong kreativitas stasiun televisi
dalam menyediakan konten yang berkualitas, serta perlunya bimbingan
kepada masyarakat dalam memilih konten yang baik untuk ditonton.
0DAFTAR PUSTAKA

Onibala, Toar. 2015. Tanggapan Masyarakat dengan Hadirnya Channel TV Edukasi di


Indonesia. Journal Acta Diurna IV(1).
Mustika, Rieka. 2012. Budaya Penyiaran Televisi di Indonesia. Pusat Litbang Aptika IKP,
Badan Litbang SDM, Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi. Maret-April (2015). Komisi
Penyiaran Indonesia.
Medium.com. (2017, 22 Oktober). Idealisme TV Nasional Bersinggungan Realita. Diakses
pada 17 November 2020, dari https://hot.liputan6.com/read/3924215/5 -cara-
menulis-daftar-pustaka-dari-internet-wajib-tahu-agar-tidak-salah
Kompas.com. (2018, 9 Oktober). Upaya KPI agar Tayangan Televisi Berkualitas dan
Tidak Terpaku Rating. Diakses pada 17 November 2020, dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/09/09365051/upaya-kpi-agar -tayangan-te
levisi-berkualitas-dan-tak-terpaku-rating?page=all
Ayobandung.com. (2019, 12 September). KPI: Hanya 5 Stasiun TV yang Penuhi Standar
Kualitas. Diakses pada 17 November 2020, dari
https://ayobandung.com/read/2019/09/12/63430/kpi-hanya-5-stasiun-tv- yang-penuhi-
standar-kualitas

Anda mungkin juga menyukai