Anda di halaman 1dari 72

TKS 4057 TUGAS PERANCANGAN PABRIK

Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019

Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil


Kapasitas 86.490 kg/jam

LAPORAN III C
ALAT PENUKAR PANAS

Pembimbing
Komalasari, ST. MT

Koordinator
Prof. Edy Saputra, ST. MT. Ph.D.

Kelompok I
Harfiah Faradila 1407123436
Ulhunk Aulia Kayabi 1407110496
Tantri Wilinda Julia 1407120358

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
Mei 2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN
TKS 4057 TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019

LAPORAN III C
Alat Penukar Panas

Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil Kapasitas 86.490 kg/jam

Kelompok I
Harfiah Faradila 1407123436
Ulhunk Aulia Kayabi 1407110496
Tantri Wilinda Julia 1407120358

Catatan:

Pekanbaru,
Disetujui Pembimbing,

Komalasari ST., MT
NIP. 197101141998032001
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat
serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan III C Tugas Akhir Perancangan Pabrik
yang berjudul Alat Penukar Panas Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil dengan kapasitas
86.490 kg/jam. Tugas akhir ini merupakan rangkaian akhir dari seluruh tugas kami dalam
menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Selama menyelesaikan tugas akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada dosen pembimbing Ibu Komalasari ST., MT. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan sara dari pembaca demi kesempurnaan
tugas akhir ini lebih lanjut. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia.

Pekanbaru, Mei 2019

Penulis
iv

DAFTAR ISI
Halaman
Cover i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II Deskripsi Proses
2.1 Perpindahan Kalor 3
2.2 Alat Penukar Kalor 5
2.3 Jenis-Jenis Alat Penukar Kalor 5
2.4 Komponen Alat Penukar Kalor 9
2.5 Langkah-langkah Perancangan Heat Exchanger 13
BAB III Asumsi dan Pendekatan
3.1 Pemanas (Heater) 20
3.2 Pendingin (Cooler) 20
BAB IV Spesifikasi Alat
4.1 Heater 1 22
4.2 Heater 2 24
4.3 Heater 3 26
4.4 Heater 4 28
4.5 Cooler 1 30
4.6 Cooler 2 32
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN PERHITUNGAN
v

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Konstruksi Alat Penukar Panas Jenis Shell and 6
2.2 Skema Aliran Shell and Tube Exchanger (1-1 Exchanger) 7
2.3 Skema Aliran Fluida dalam Double Pipe Exchanger 8
2.4 Skema Aliran Box Cooler 9
2.5 Susunan pipa 10
2.6 Bentuk-bentuk Shell dan Penutupnya 11
vi

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Dimensi Standar untuk Pipa Steel 10
2.2 Ketebalan Minimum Shell 12
2.3 Baffle Clearance dan Toleransi 12
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat fenomena perpindahan panas dari material
atau fluida yang mempunyai temperatur lebih tinggi ke material atau fluida yang mempunyai
temperatur lebih rendah. Dalam dunia industria fenomena perpindahan panas tersebut
dimanfaatkan untuk keperluan proses dengan menggunakan suatu alat yang biasa disebut
sebagai penukar panas atau heat exchanger. Heat exchanger merupakan alat yang digunakan
sebagai media untuk memindahkan panas dari fluida yang bertemperatur lebih tinggi menuju
fluida yang bertemperatur lebih rendah. Dalam aplikasinya alat ini digunakan untuk
menaikkan maupun menurunkan temperatur, dan juga mengubah fase fluida. Salah satu tipe
heat exchanger yang banyak digunakan di dunia industri adalah shell and tube heat
exchanger.
Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang dapat
terjadi melalui kontak langsung maupun secara kontak tidak langsung. Fluida yang bertukar
energi dapat berupa fluida satu fasa atau dua fasa. Jenis penukar panas berdasarkan
bentuknya antara lain:
1. Alat penukar kalor shell and tube
2. Alat penukar kalor coil dan box
3. Alat penukar kalor double dan pipe
4. Alat penukar kalor plate.
Alat penukar kalor sangat berpengaruh dalam industri terhadap keberhasilan
keseluruhan rangkaian proses, karena kegagalan operasi alat ini baik akibat kegagalan
mekanikal maupun operasional dapat menyebabkan berhentinya operasi unit. Sehingga alat
penukar panas diharuskan untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang
maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap suatu operasional unit. Salah satu
karakteristik keberhasilan alat penukar panas adalah efektivitas penukar panas. Untuk
mendapatan efisiensi dari penukar panas dilakukan dengan meningkatkan luas permukaan
perpindahan panas dan dengan jarak antar plat (rongga) yang tidak terlalu jauh.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
2

Hal terpenting dalam proses perancangan heat exchanger adalah perhitungan


perpindahan panas yang terjadi dalam heat exchanger. Ada beberapa metode untuk
menghitung perpindahan panas untuk heat exchanger tipe shell and tube yaitu metode
delaware dan metode Wills and Johnston. Metode-metode tersebut digunakan untuk
menganalisis perpindahan panas dan aliran fluida didalam shell.
Perancangan heat exchanger disuatu perusahaan yang digunakan sebagai cooler
kompresor atau pendingin udara hasil kompresi yang akan didistribusikan kealat dan
instrumen lain. Pada perancangan heat exchanger ini, untuk heater fluida dingin adalah air
dan fluida panas menggunakan steam untuk menaikkan temperatur produk yang diinginkan.
Pada cooler, fluida pendingin yang digunakan adalah air. Air tersebut dialirkan didalam shell
sedangkan produk heavy organik dialirakn didalam susunan pipa-pipa atau tube.

1.2 Tujuan
Tujuan perancangan ini adalah untuk memperoleh desain heat exchanger yang paling
optimal dengan perhitungan perpindahan panas fluida didalam shell and tube. Selain itu
utnuk mengetahui pola aliran serta distribusi kecepatan, temperatur dan tekanan fluida pada
sisi shell.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpindahan Kalor


Panas atau kalor dapat ditransfer melalui sumber panas dengan cara konduksi, konveksi
dan radiasi. Pada banyak kasus, pertukaran terjadi pada suatu kombinasi dari dua atau tiga
dari mekanisme ini. Ketika laju transfer panas konstan dan tidak bergantung pada waktu,
maka laju alir panas dapat diasumsikan steady state. Pada industri, kondisi operasi dimana
transfer panas terlibat, dilakukan dibawah kondisi steady state. Akan tetapi, kondisi unsteady
state dilakukan didalam proses batch, pemanasan dan pendinginan bahan seperti logam, kaca
dan beberapa tipe dengan regenerasi, atau proses aktivasi (Peters, 1991).
2.1.1 Perpindahan Kalor Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui medium oleh
perpindahan momentum dari molekul atau atom tanpa proses pencampuran. Laju
perpindahan panas konduksi sebanding dengan area transfer panas dan gradien temperatur
didalam aliran transfer panas. Persamaan transfer panas pada suatu aliran sebagai berikut:

(2.1)

Dimana Q = jumlah panas yang berpindah terhadap waktu θ jam, btu


k = konstanta konduktivitas panas, btu/jam(ft2)(°F/ft)
A = luas area perpindahan panas, ft2
t = temperatur, °F
x = jarak perpindahan panas kearah perpindahan panas.
Dimana q adalah laju perpindahan panas dimana tanda minus diselipkan agar memenui
hukum kedua termodinamika yaitu bahwa kalor mengalir dari suhu yang tinggi ke suhu yang
lebih rendah. Konduktivitas panas merupakan sifat dari masing-masing bahan dan nilai
diperoleh melalui percobaan. Untuk bahan padat, pengaruh temperatur pada konduktivitas
panas relatif kecil pada temperatur normal, hal ini dikarenakan perubahan perubahan
konduktivitas sebanding dengan temperatur, perancangan dapat diperoleh dengan mengambil
nilai rata-rata nilai konduktivitas panas berdasarkan rata-rata temperatur bahan (Peters, 1991).
Untuk kondisi steady state, digunakan persamaan berikut:

(2.2)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
4

2.1.2 Perpindahan Kalor Konveksi


Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas dari pencampuran fisik
antara bagian panas dan dingin dari fluida. Pencampuran ini terjadi sebagai akibat dari
perbedaan densitas yang dikenal sebagai konveksi natural atau sebagai akibat dari
pengadukan secara mekanikal yang dikenal sebagai konveksi forced. Untuk menghitung laju
perpindahan panas digunakan persamaan berikut:

(2.3)

Dimana h adalah koefisien perpindahan panas dan merupakan fungsi dari jenis pengadukan
dan jenis fluida (Peters, 1991). Pada kondisi steady-state, persamaan yang digunakan adalah:
(2.4)
Perpindahan panas secara konveksi merupakan perpindahan panas yang melibatkan
bulk transport dan pencampuran elemen makro dari komponen panas dengan komponen
dingin dari gas atau cairan. Perpindahan ini juga umumnya melibatkan pertukaran energi
antara permukaan padatan dengan fluida. Perpindahan panas dengan konveksi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu secara paksaan atau secara natural. Perpindahan konveksi
secara paksaan (forced) merupakan perpindahan panas dimana fluida dipaksakan untuk
melewati suatu permukaan padatan menggunakan pompa, kipas atau alat mekanik lainnya.
Perpindahan konveksi secara alami (natural) merupakan perpindahan dimana fluida yang
lebih panas atau lebih dingin pada suatu permukaan padat menyebabkan sirkulasi karena
perbedaan densitas sebagai akibat perbedaan temperatur fluida (Geankoplis, 1978).
2.1.3 Perpindahan Kalor Radiasi
Perpindahan panas terjadi dari sumber panas menuju penerima panas tanpa adanya
medium perpindahan panas merupakan perpindahan panas secara radiasi. Radiasi merupakan
perpindahan energi pada ruang kosong melalui gelombang elektromaknetik, perpindahan ini
hampir sama dengan pergerakan pada gelombang elektromaknetik cahaya. Bahan padat dan
cairan cenderung menyerap panas yang diradiasikan, sehingga perpindahan panas secara
radiasi umumnya dilakukan pada gas atau ruang hampa udara (Geankoplis, 1978).
Laju perpindahan panas secara radiasi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

(2.5)

Dimana σ merupakan konstanta stefan-boltzmann (0,1713 x 10-8 btu/(h)(ft2)(°R)4,


sedangkan ε merupakan emisiviti permukaan, nilai emisifitas ini bergantung pada permukaan

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
5

emisi dan diperoleh berdasarkan data percobaan. A merupakan area perpindahan panas yang
terekspos (ft2), sedangkan T merupakan temperatur absolut R (Peters, 1991).
2.2 Alat Penukar Kalor
Alat penukar panas berdasrkan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
yaitu:
1. Chiller alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan fluida sampai temperatur
yang rendah. Temperatur fluida hasil pendinginan didalam chiller lebih rendah
dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dihasilkan dari alat pendingin air. Media
pendingin pada chiller biasanya digunakan amoniak atau freon.
2. Kondensor merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap sehingga terjadi perubahan fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
digunakan umumnya adalah air. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas laten
pada pendingin yang mengalir.
3. Cooler merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan cairan at ugas dengan
menggunakan air sebagai media pendingin. Akan tetapi tidak terjadi perubahan fasa.
4. Evaporator merupakan alat penukar opanas yang digunakan untuk penguapan cairan
menjadi uap. Dimana alat ini terjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari fasa cair
menjadi uap.
5. Reboiler merupakan alat penukar panas yang berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering
digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses.
6. Heat exchanger adalah alat penukar panas yang berujuan untuk memanfaatkan panas suatu
aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu untuk memanaskan
fluida dan mendinginkan fluida yang panas.

2.3 Jenis-jenis alat penukar panas


2.3.1 Jenis Shell and Tube
Alat penukar panas jenis shell and Tube merupakan alat yang terdiri dari sebuah shell
(tabung/silinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan
diameter yang relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida
lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Jenis ini banyak digunakan
dalam industri.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
6

Gambar 2.1 Konstruksi Alat Penukar Panas Jenis Shell and Tube (Coulson, 2005).
Keterangan:
1. Saluran ujung yang tetap
2. Topi ujung yang tetap
3. Saluran atau tepi ujung yang tetap
4. Tutup saluran (chanel cover)
5. Nosel ujung stasioner (Stationary head nozzle)
6. Pelat tube stasioner(Stationary tubes sheet)
7. Tube
8. Shell
9. Tutup shell(shell cover)
10. Flens shell pada ujung stasioner (shell flange stationary head end)
11. Flens shell ujung yang dibelakang (shell flange – Rear Head End)
12. Nossel shell (Shell Nozzle)
13. Flens penutup shell (shell cover flange)
14. Sambungan ekspansi (Expansion Joint)
15. Pelat tube yang mengambang (Floating Head Cover)
16. Tutup kepala yang mengambang (Floating Head Cover)
17. Flens kepala yang mengambang (Floating Head Flange)
18. Penahan kepala yang mengambang (Floating Head Backing Device)
19. Cincin pemisah (Split Shear Ring)
20. Flens penahan dengan slip – on – slip – on backing flange

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
7

21. Tutup kepala yang mengambang sebelah luar (Floating Head Cover)
22. Pelat tutup yang mengambang yang menyusur (Floating Tube Sheet Skirt)
23. Flens packing (Packing box flange)
24. Packing
25. Cincin penekan packing (Packing follower ring)
26. Cincin latern (Latern Ring)
27. Batang pengikat dan spasi (Tie Rod and Spacer)
28. Pelat penahan atau sekat transverse (Transverse Baffles or Support Plate)
29. Sekat yang disentuh langsung (Impingement Buffles)
30. Sekat yang longitudinal (Longitudinal Baffles)
31. Pemisah aliran pass (PassPartition)
32. Sambungan untuk venting (Vent Connection)
33. Sambungan untuk buangan (Drain Connection)
Jenis shell and tube digunakan pada proses yang melibatkan aliran besar. Pada
exchanger ini, aliran mengalir secara kontinu, banyak tube yang dipasang secara parallel
digunakan untuk mengalirkan fluida didalam tube ini. Tube tersusun dalam sebuah bundel
dan dibungkus dengan shell. Aliran dingin masuk dan mengalir didalam melewati semua tube
secara parallel. Fluida aliran panas masuk melalui ujung lainnya dan mengalir secara
counterflow pada bagian luar tube. Skema aliran dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Skema Aliran Shell and Tube Exchanger (1-1 Exchanger) (Geankoplis, 1978).

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
8

2.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)


Jenis pipa ganda merupakan alat penukar panas paling sederhana, dimana satu aliran
fluida masuk didalam sebuah pipa dan fluida lainnya mengalir berlawanan arah pada jarak
diantara pipa. Fluida dapat mengalir searah atau berlawanan arah. Exchanger dapat dibuat
dari sepasang pipa yang dipasang sambungan pada ujungnya atau dari beberapa pasang pipa
yang saling bersambung secara seri. Jenis exchanger ini banyak digunakan untuk laju alir
rendah, skema aliran dapat dilihat dari Gambar 2.3 (Geankoplis, 1978).

Gambar 2.3 Skema Aliran Fluida Dalam Double Pipe Exchanger (Geankoplis, 1978).
2.3.3 Jenis Koil Pipa
Alat penukar panas jenis koil pipa merupakan pemana dengan pipa berbentuk koil yang
dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir didalam pipa. Jenis ini dikenal sebagai box cooler
yang biasanya digunakan untuk memindahkan kalor yang relatif kecil dan fluida didalam
shell yang akan diproses lanjut. Skema aliran dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
9

Gambar 2.4 Skema Aliran Box Cooler


2.3.4 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada alat penukar panas jenis pipa terbuka, pipa tidak ditempatkan didalam shell tetapi
dibiarkan diudara. Pendinginan ini dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian
pipa. Umumnya pipa cukup panjang dimana bagian luar pipadiberi sirip-sirip untuk
memperluas permukaan perpindahan panas.

2.4 Komponen-komponen Heat Exchanger


2.4.1 Tube
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara dua jenis fluida yang mengalir
didalamnya sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemilihan pipa adalah dimensi pipa, susunan pipa didalam alat, dan bahan pipa.
Dimensi pipa yang sering digunakan adalah dengan diameter 16 mm (5/8 in.) hingga 50 mm
(2 in.). Pipa dengan diameter lebih rendah dengan diameter 5/8 hingga 1 in. (16 hingga 25
mm) lebih banyak digunakan karena desain lebih mudah dan biaya lebih murah. Sedangkan
pipa yang lebih besar memiliki kemudahan pada proses pencucian dan lebih disukai untuk
fluida dengan pengotor tinggi. Ketebalan pipa dipilih dengan pertimbangan tekanan internal
dan memadai untuk pertimbangan korosi. Standar untuk diameter dan ketebalan pipa dapat
dilihat pada Tabel 2.1 (Coulson, 2005).
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
10

Tabel 2.1 Dimensi Standar untuk Pipa Steel


OD (diameter luar) (mm) Ketebalan dinding (mm)
16 1,2 1,6 2,0 - -
20 - 1,6 2,0 2,6 -
25 - 1,6 2,0 2,6 3,2
30 - 1,6 2,0 2,6 3,2
38 - - 2,0 2,6 3,2
50 - - 2,0 2,6 3,2
Sumber: Coulson, 2005

Susunan pipa didalam alat penukar panas juga harus diperhatikan untuk memastikan
area pertukaran panas lebih besar dan pertukaran berlangsung sempurna. Pipa dapat disusun
berbentuk segitiga, segiempat atau ketupat seperti pada gambar 2.5. Penggunaan bentuk
segitiga dan ketupat memberikan laju transfer panas yang lebih besar tapi memiliki pressure
drop yang lebih tinggi dibandingkan bentuk segiempat. Bentuk segiempat dan ketupat
umumnya digunakan pada fluida dengan pengotor yang tinggi dimana dibutuhkan
pembersihan mekanik bagian luar tutup. Tube pitch (jarak antara bagian tengah pipa) adalah
1,25 kali dari diameter luar pipa. Bentuk segiempat digunakan untuk kemudahan
pembersihan, jarak antar pipa minimum yang adalah 0,25 in (6,4 mm) (Coulson, 2005).

Gambar 2.5 Susunan Pipa (Coulson, 2005)


2.4.2 Shell
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan ditempatkan
didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat logam yang
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
11

diroll. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat tube bundle. Untuk
temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan
sambungan ekspansi.

Gambar 2.6 Bentuk-bentuk Shell dan Penutupnya


Jenis shell yang banyak dipergunakan adalah jenis shell 1 pass, sedangkan jenis shell 2
pass digunakan apabila kondisi temperatur pada sisi shell dan tube tidak dapat diatasi pada
jenis shell 1 pass. Pertimbangan dilakukan untuk memilih aliran yang dibelah dan aliran yang

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
12

dibagi untuk mengurangi penurunan tekanan pada sisi shell disebabkan penurunan tekanan,
merupakan faktor kontrol dalam perencanaan dan operasi alat penukar kalor.
Tabel 2.2 Ketebalan Minimum Shell
Diameter Shell Carbon Steel Alloy
(mm) Pipe Plate Steel
150 7,1 3,2
200-300 9,3 3,2
330-580 9,5 7,9 3,2
610-740 7,9 4,8
760-990 9,5 6,4
1010 - 1520 11,1 6,4
1550 – 2030 12,7 7,9
2050 - 2540 12,7 9,5
Sumber: Coulson, 2005

2.4.3 Baffle (Sekat)


Sekat digunakan didalam shell untuk mengarahkan aliran fluida melewati pipa, untuk
meningkatkan kecepatan fluida dan laju perpindahan serta sebagai penahan dari tube bundle,.
Jenis baffle yang digunakan bergantung pada kontruksinya dapat dibagikan menjadi empat
kelompok, yaitu sekat plat bentuk segmen, sekat bintang (rod baffle) sekat mendatar dan
sekat impingement.
Tabel 2.3 Baffle Clearance dan Toleransi
Diameter Shell Ds Diameter Baffle Toleransi
Pipe Shell
6 hingga 25 in Ds – in (1,6 mm) + in (0,8 mm)

Plate Shell
6 hingga 25 in Ds – in (3,2 mm) +0, - in (0,8 mm)

27 hingga 42 in Ds – in (4,8 mm) +0, - in (1,6 mm)

Sumber: Coulson, 2005

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
13

2.5 Langkah-Langkah Perancangan Heat Exchanger


Perancangan heat exchanger dapat dilakukan dengan mencari jenis heat exchanger yang
digunakan berdasarkan perhitungan asumsi. Penentuan ini dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Heat balance, Q diperoleh dari neraca energi dalam satuan btu/hr.
(2.6)
Dimana q = kalor yang dilepas atau diterima
U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh
A = Luas perpindahan panas
ΔT = selisih temperatur rata-rata
2. True temperatur difference Δt.
Untuk aliran counter-current, perbedaan temperatur rata-rata mengikuti persamaan
berikut:
( ) ( )
( ) (2.7)
( )

Dimana LMTD = log mean temperature difference


T1 = temperatur fluida panas, inlet
T2 = temperatur fluida panas, outlet
t1 = temperatur fluida dingin, inlet
t2 = temperatur fluida dingin, outlet.
Dalam perancangan alat penukar panas, harus dicari LMTD sebenarnya, sehingga
digunakan faktor koreksi (Ft), dimana nilai LMTD dikalikan dengan nilai faktor koreksi.
Faktor koreksi merupakan fungsi dari temperatur dinding dan pipa fluida, dan jumlah
pipa dan dinding yang dilewati (Coulson, 2005). Umumnya faktor korosi merupakan
angkat tak berdimensi mengikuti persamaan berikut:
( )
√( ) *( +
)
(2.8)
[ √( )]
( ) [ ]
[ √( )]

Dimana
( )
( )
(2.9)
( )
( )
(2.10)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
14

Sehingga diperoleh beda temperatur sebenarnya dengan persamaan:


(2.11)
3. Heat tranfer area (A), ditentukan untuk mengetahui jenis exchanger. Jika nilai A yang
diperoleh lebih besar dari 200 ft2 maka digunakan exchanger jenis shell and tube. Jika
lebih kecil dari 200 ft2 maka digunakan jenis double pipe. Penentuan ini dilakukan
dengan trial UD berdasarkan jenis fluida dengan rentang nilai yang diperoleh dari Tabel
8 (Kern,1965) menggunakan persamaan berikut:

(2.12)

2.5.1 Shell and Tube


Perancangan shell and tube heat exchanger dilakukan apabila nilai A yang diperoleh
lebih besar 200 ft2

1. Tentukan klasifikasi tube dari Tabel 9 dan Tabel 10 (Kern, 1965) untuk memilih bentuk
dan ukuran tube pitch serta OD tube, surface per lin ft2 (a”)
2. Penentuan temperatur kalorik, Tc dan tc

(2.14)

(2.15)

3. Koreksi Design overall coefficient, UD


(2.16)

(2.17)

5. Perhitungan flow area


Shell:

(2.18)

Tube:
(2.19)

6. Menghitung mass velocity,G


Shell:
(2.20)

Tube:
(2.21)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
15

7. Menghitung bilangan reynold, Re


Shell:
(2.22)

De diperoleh dari Figure 28 (Kern, 1965)


Tube:
(2.23)

D diperoleh dari Tabel 10 (Kern, 1965)


8. Menentukan heat transfer factor, JH
Nilai JH untuk shell didapat dari Figure 28 (Kern,1965).
Nilai JH untuk tube didapat dari Figure 24 (Kern, 1965).
9. Menentukan nilai termal function

( ) (2.24)

10. Menentukan nilai hi dan hio


Film koefisien hi dan ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit permukaan dan unit
perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju perpindahan panas
Shell:

( ) ( ) ( ) (2.25)

Tube:

( ) ( ) ( ) (2.26)

11. Menentukan tube-wall temperature, tw

( ) (2.27)

12. Menentukan Koefisien koreksi hi dan hio terkoreksi pada temperatur dinding tw
Shell:

( ) (2.28)

(2.29)

Tube:
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
16

( ) (2.30)

(2.31)

13. Menghitung clean overall coefficient, Uc:

(2.32)

14. Menghitung dirt factor correction, Rd:


Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat exchanger.
Pengotoran ini dapat berupa endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh
korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang
dialirkan. Selama heat exchanger ini dioperasikan, pengaruh pengotoran pasti akan
terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi
temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau mempengaruhi koefisien
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Rd required dapat diperoleh dari
Tabel 8 (Kern, 1965) sebesar 0,003. Jika nilai Rd hitung lebih besar atau sama dengan
0,003, maka pressure drop akan memenuhi persyaratan.

(2.33)

15. Menghitung pressure drop, ΔP


Shell:
Penurunan tekanan atau pressure drop pada sisi shell dari alat penukar panas adalah
berapa kali fluida menyebrangi tube bunddle diantara sekat.
( )
∆Ps (2.34)

Nilai f diperoleh dari Figure 29, nilai s adalah spesifik gravity (Kern, 1965)
Tube:
Besar pressure drop pada bagian pipa dapat dihitung menggunakan persamaan terhadap
faktor gesekan fluida yang dipanaskan atau didinginkan didalam tube.
∆PT (2.35)

∆Pt (2.36)

∆Pr (2.37)

Dimana ΔP allowable untuk gas adalah 1 psi dan untuk liquid adalah 10 psi. Sedangkan
untuk nilai ΔP pada kondisi tertentu dapat dilihat pada Tabel 8 (Kern, 1965).
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
17

2.5.2 Double Pipe


1. Tentukan klasifikasi tube dari Tabel 6.1 dan 6.2 (Kern, 1965) untuk memilih jenis double
pipe yang digunakan serta ukuran annulus dan inner pipe yang digunakan. Dimensi pipa
yang digunakan diperoleh dari Tabel 11 (Kern, 1965).
2. Penentuan temperatur kalorik, Tc dan tc

(2.38)

(2.39)

3. Perhitungan flow area


Annulus:
( )
(2.40)

Inner pipe:
( )
(2.41)

4. Menghitung mass velocity,G


Annulus:
(2.42)

Inner pipe:
(2.43)

5. Menghitung bilangan reynold, Re


Annulus:
(2.44)

( )
(2.45)

Inner pipe:

(2.46)

6. Menentukan heat transfer factor, JH


Nilai JH didapat dari Figure 24 (Kern, 1965).
7. Menentukan nilai termal function

( ) (2.47)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
18

8. Menentukan nilai hi dan hio


Film koefisien hi dan ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit permukaan dan unit
perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju perpindahan panas
Annulus :

( ) ( ) ( ) (2.48)

Inner Tube:

( ) ( ) ( ) (2.49)

9. Menghitung clean overall coefficient, Uc:

(2.50)

10. Menghitung Design overall coefficient, UD


Nilai Rd diperoleh dari Tabel 8.
(2.51)

11. Perhitungan required surface, A:

Surface (A) = (2.52)

12. Menghitung jumlah hairpin


DPHE biasanya disusun dalam 12ft, 15ft dan 20ft effective length. Penentuan effective
lenght dilakukan dengan trial hingga nilai actual design cofficient mendekati nilai Ud
design.

Jumlah Hairpin (2.53)

Required Lenght (2.54)

Actual Surface = (2.55)


13. Actual design coefficient
UD = (2.56)

(2.57)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
19

14. Menghitung pressure drop, ΔP


Annulus:

Rea’ (2.58)

Nilai f diperoleh dari persamaan


(2.59)
( )

( )
∆Pa (2.60)

∆Fa (2.61)

Nilai s diperoleh dari Tabel 6, sehingga diperoleh nilai densitas.

Ft 3x( ) (2.62)

Dimana ΔP allowable untuk gas adalah 1 psi dan untuk liquid adalah 10 psi. Sedangkan
untuk nilai ΔP pada kondisi tertentu dapat dilihat pada Tabel 8 (Kern, 1965).
Inner pipe:

Rep (2.63)

Nilai f diperoleh dari persamaan


(2.64)
( )

∆Pp (2.65)

Nilai s diperoleh dari Tabel 6, sehingga diperoleh nilai densitas.

∆Fp (2.66)

Dimana ΔP allowable untuk gas adalah 1 psi dan untuk liquid adalah 10 psi. Sedangkan
untuk nilai ΔP pada kondisi tertentu dapat dilihat pada Tabel 8 (Kern, 1965).

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
20

BAB III
ASUMSI DAN PENDEKATAN

3.1 Pemanas (Heater)


a. Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah Standard
TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
b. Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas adalah
metode Kern.
c. Fluida pemanas yang digunakan adalah steam.
d. Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Tabel 8 Kern, 1950).
e. Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar panas jenis
shell and tube heat exchanger.
f. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang memiliki laju
alir yang kecil dialirkan di shell.
g. Jika nilai A yang didapat kecil dari 200 ft2 maka digunakan jenis alat penukar panas
jenis double pipe heat exchanger.
h. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di Annulus dan yang memiliki
laju alir yang kecil dialirkan di Inner Pipe.
3.2 Pendingin (Cooler)
a. Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah Standard
TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
b. Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas adalah
metode Kern.
c. Fluida pendingin yang digunakan adalah air.
d. Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Tabel 8 Kern, 1950).
e. Jika nilai A yang didapat kecil dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar panas jenis
double pipe heat exchanger.
f. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di Annulus dan yang memiliki
laju alir yang kecil dialirkan di Inner Pipe.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
21

g. Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan jenis alat penukar panas
jenis shell and tube heat exchanger.
h. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang memiliki laju
alir yang kecil dialirkan di shell.
i. Data Desain yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11 Kern,
1950)
j. Nilai jH pada double pipe heat exchanger ditentukan dari nilai bilangan reynold yang
didapat (Figure 24 Kern, 1950).
k. Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Figure 3 Kern, 1950).
l. Tebakan nilai specific heat panas diambil pada rentang yang terdapat di literatur (Tabel
4 Kern, 1950).
m. Double pipe exchanger selalu dipasang dalam 12ft, 15ft atau 20ft panjang efektif.
n. UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD asumsi dan
diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.
o. Tebakan RD diambil pada Tabel 8 Halaman 840 Kern, 1950. Nilai RD tidak boleh
kurang dari 0,003.
p. Tebakan nilai specific gravity panas diambil pada rentang yang terdapat di literatur (Hal
281 Kern, 1950).
q. Untuk jenis fluida heavy organic, nilai pressure drop boleh melebihi 10 psi
(Kern,1950).

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
22

BAB IV
SPESIFIKASI ALAT

4.1 Heater 1
Lembar Spesifikasi
Nama alat Heater 1 Kode alat E-101
Fungsi Menaikkan temperatur CPO sebelum memasuki reaktor R-101
Jenis Double pipe Heat Exchanger
Kondisi operasi
Cold fluid Hot fluid
Laju alir massa (lb/hr) 22812,7012 106,6569
Temperatur masuk (°F) 122 392
Temperatur keluar (°F) 149 392
Δt (°F) 256,2630
Beban panas, Q (btu/hr) 88976,3489
Luas perpindahan panas, A,
(ft2) 11,5736
Clean overall coefficient, UC
(Btu/hr.ft2.°F) 37,0417
Design overall coffiecient, UD
(Btu/hr.ft2.°F) 23,2588
Jumlah hairpin 1
Effective lenght, (ft) 12
Allowable Calculated
Dirt factor, RD 0,003 0,0160
Desain alat
Annulus Inner pipe
IPS 3 2
Schedule number 40 40
Inside Diameter, ID (in) 3,0680 2,0670
Outside diameter, OD (in) 3,5 2,38
Jenis fluida Steam Heavy organic
2
Flow area, a (ft ) 0,0204 0,0233
Pressure drop, ΔP (psi) 0,0001 0,0139

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
23

Gambar Alat

Steam 200°C

Komponen keluar 65°C

Komponen masuk 50°C

Steam 200°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
24

4.2 Heater 2
Lembar Spesifikasi Alat
Nama Alat Heater 2 Kode alat E-102
Fungsi Memanaskan umpan metanol sebelum memasuki reaktor R-101
Jenis Shell and tube
Shell side Tube side
Fluida Steam Fluida MeOH
Laju alir fluida (kg/jam) 3647,019 Laju alir fluida (kg/jam) 62334,02
Temperatur masuk (°F) 392 Temperatur masuk (°F) 77
Temperatur keluar (°F) 392 Temperatur keluar (°F) 149
Kalor umpan, Qumpan (kj/h) 7077952,132
Δt, LMTD koreksi 277,445
Luas Perpindahan panas (A), ft2 397,936
Clean overall coefficient, UC
(Btu/hr)(ft2)(°F) 3,380
Design overall coefficient, UD (Btu/hr) (ft2)
(°F) 60,763
Allowable Corrected
2
Dirt factor, RD (hr) (ft ) (°F)/btu 0,003 0,279
Shell side Tube side
Shell ID (in) 15,25 Tube OD (in) 1
Baffle space, B (in) 3,05 Tube ID (In) 0,856
Pass 1 Number of tube, Nt 76
Clearance, C' (in) 0,3 Tube length, L (ft) 20
Equivalent diameter, de
(in) 0,99 BWG 16
Flow area/tube a' (in) 0,594
Surface Area Per Lin, A" (In) 0,2618
Pitch (Square) 1,25
Passes 2
Allowable Calculated Allowable Calculated
Pressure Pressure drop, ΔP
drop, ΔP (psi) 1 0,99 (psi) 10 2,199

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
25

Gambar alat

Steam
65°C
200°C

Steam 25°C
200°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
26

4.3 Heater 3
Lembar Spesifikasi Alat
Nama Alat Heater 3 Kode alat E-104
Fungsi Untuk memanaskan umpan sebelum memasuki distilasi
Jenis Shell and Tube
Shell side Tube side
Fluida Steam Fluida Campuran ME
Laju alir fluida (kg/jam) 1874,320 Laju alir fluida (kg/jam) 70329,04
Temperatur masuk (°F) 392 Temperatur masuk (°F) 122
Temperatur keluar (°F) 392 Temperatur keluar (°F) 158
Kalor umpan, Qumpan (kj/h) 3447765,780
Δt, LMTD koreksi 251,571
Luas perpindahan panas (A), ft2 235,620
Clean overall coefficient, UC
(Btu/hr)(ft2)(°F) 3,756
Design overall coefficient, UD (Btu/hr) (ft2)
(°F) 58,165
Allowable Corrected
2
Dirt factor, RD (hr) (ft ) (°F)/btu 0,003 0,249
Shell side Tube side
Shell ID (in) 12 Tube OD (in) 1
Baffle space, B (in) 3,6 Tube ID (In) 0,87
Pass 1 Number of tube, Nt 45
Clearance, C' (in) 0,3 Tube length, L (ft) 20
Equivalent diameter, de (in) 0,99 BWG 16
Flow area/tube a' (in) 0,594
Surface Area Per Lin, A" (In) 0,2618
Pitch (Square) 1,25
Passes 2
Allowable Calculated Allowable Calculated
Pressure drop, Pressure drop,
ΔP (psi) 1 0,103 ΔP (psi) 10 4,758

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
27

Gambar alat

Steam
70°C
200°C

Steam 50°C
200°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
28

4.4 Heater 4
Lembar Spesifikasi Alat
Nama Alat Heater 4 Kode alat E-107
Fungsi Untuk memanaskan biodiesel sebelum memasuki distilasi 2
Jenis Shell and tube
Shell side Tube side
Fluida Steam Fluida Campuran ME
Laju alir fluida (kg/jam) 436,813 Laju alir fluida (kg/jam) 10333,31
Temperatur masuk (°F) 392 Temperatur masuk (°F) 107,816
Temperatur keluar (°F) 392 Temperatur keluar (°F) 320
Kalor umpan, Qumpan (kj/h) 847745,404
Δt, LMTD koreksi 154,545
Luas Perpindahan panas (A), ft2 293,216
Clean overall coefficient, Uc
(Btu/hr)(ft2)(°F) 1,562
Design overall coefficient, Ud (Btu/hr) (ft2)
(°F) 17,732
Allowable Corrected
2
Dirt factor, Rd (hr) (ft ) (°F)/btu 0,003 0,584
Shell side Tube side
Shell ID (in) 13,25 Tube OD (in) 1
Baffle space, B (in) 3,975 Tube ID (In) 0,87
Pass 1 Number of tube, Nt 56
Clearance, C' (in) 0,3 Tube length, L (ft) 20
Equivalent diameter, de (in) 0,99 BWG 16
Flow area/tube a' (in) 0,594
Surface area per lin, a" (in) 0,2618
Pitch (square) 1,25
Passes 2
Allowable Calculated Allowable Calculated
Pressure drop, Pressure drop,
ΔP (psi) 1 0,0086 ΔP (psi) 10 0,4962

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
29

Gambar alat

Steam
160°C
200°C

Steam 42,12°C
200°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
30

4.5 Cooler 1
Lembar Spesifikasi Alat
Nama Alat Cooler 1 Kode alat E-103
Fungsi Untuk mendinginkan produk keluaran reaktor R-101
Jenis Shell and tube
Shell side Tube side
Fluida Cooling Water Fluida Campuran ME
Laju alir fluida (kg/jam) 27041,691 Laju alir fluida (kg/jam) 72655,69
Temperatur masuk (°F) 77 Temperatur masuk (°F) 149
Temperatur keluar (°F) 122 Temperatur keluar (°F) 122
Kalor umpan, Qumpan (kj/h) -2825856,667
Δt, LMTD koreksi 28,327
Luas Perpindahan panas (A), ft2 1275,264
Clean overall coefficient, UC
(Btu/hr)(ft2)(°F) 21,541
Design overall coefficient, UD (Btu/hr) (ft2)
(°F) 74,145
Allowable Corrected
2
Dirt factor, RD (hr) (ft ) (°F)/btu 0,003 0,0329
Shell side Tube side
Shell ID (in) 23,25 Tube OD (in) 0,75
Baffle space, B (in) 6,975 Tube ID (In) 0,62
Pass 1 Number of tube, Nt 324
Clearance, C' (in) 0,3 Tube length, L (ft) 20
Equivalent diameter, de (in) 0,99 BWG 16
Flow area/tube a' (in) 0,594
Surface area per lin, a" (in) 0,1968
Pitch (square) 1
Passes 2
Allowable Calculated Allowable Calculated
Pressure Pressure drop,
drop, ΔP (psi) 10 1,3416 ΔP (psi) 10 0,7435

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
31

Gambar alat

Air Pendingin
65°C
25°C

Air pendingin 50°C


50°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
32

4.6 Cooler 2
Lembar Spesifikasi Alat
Nama Alat Cooler 2 Kode alat E-110
Fungsi Mendinginkan produk biodiesel sebelum menuju tangki penyimpanan
Jenis Shell and tube
Shell side Tube side
Fluida Air Fluida Biodiesel
Laju alir fluida (kg/jam) 4190,802 Laju alir fluida (kg/jam) 9810,63
Temperatur masuk (°F) 77 Temperatur masuk (°F) 212
Temperatur keluar (°F) 122 Temperatur keluar (°F) 86
Kalor umpan, Qumpan (kj/h) -437938,801
Δt, LMTD koreksi 35,178
Luas Perpindahan panas (A), ft2 586,432
Clean overall coefficient, Uc
(Btu/hr)(ft2)(°F) 8,569
Design overall coefficient, Ud (Btu/hr) (ft2)
(°F) 20,121
Allowable Corrected
2
Dirt factor, Rd (hr) (ft ) (°F)/btu 0,003 0,0670
Shell side Tube side
Shell ID (in) 17,25 Tube OD (in) 1
Baffle space, B (in) 5,175 Tube ID (In) 0,87
Pass 1 Number of tube, Nt 112
Clearance, C' (in) 0,3 Tube length, L (ft) 20
Equivalent diameter, de (in) 0,99 BWG 16
Flow area/tube a' (in) 0,594
Surface area per lin, a" (in) 0,2618
Pitch (square) 1,25
Passes 2
Allowable Calculated Allowable Calculated
Pressure drop, Pressure drop,
ΔP (psi) 10 0,2208 ΔP (psi) 10 1,3771

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
33

Gambar alat

Air Pendingin
30°C
25°C

Air pendingin 100°C


50°C

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
34

DAFTAR PUSTAKA

Coulson, J. M., Richardson, J. F., 2005, Chemical Engineering Design, 6th ed, Elsevier
Butterworth-heinemann.
Geankoplis, C. J., 1978, Transport Processes and Unit Operations, 3rd ed, Prentice- Hall
International, Inc.
Kern, D.G., 1950, Process Heat Transfer, McGraw-Hill International Book Company.
Peters, M. S., Temmerhaus, K. D., 1991, Plant Design and Economics For Chemical
Engineers International Edition, 4th ed, McGraw-Hill International Book Company.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
36

Peralatan pemanas
Alat Heater 1 Kode
Fungsi Memanaskan CPO sebelum memasuki reaktor E-101

Tout kondensat 200 °C

Tin = 50°C Tout = 65°C

Tin steam 200°C

Gambar 1. Skema Aliran Pemanas E-101


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Heater 1 terletak sebelum umpan CPO dimasukkan kedalam reaktor CSTR.
2. Laju alir umpan sebesar 10345,90 kg/jam.
3. Umpan memiliki tin = 50°C yang dipanaskan menuju tout = 65°C.
4. Aliran panas (steam) memiliki Tin = Tout = 200°C.
5. Umpan termasuk kedalam heavy organic karena memiliki nilai µ > 1 cp, sehingga rentang
UD yang digunakan yaitu 6 – 60 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sedangkan nilai UD diasusmsikan
sebesar 30 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = 93875 kJ/jam
Keterangan Heavy organics Steam
Jenis Fluida Fluida Dingin Fluida Panas
Laju Alir (lb/h) 22812,701 106,656
Suhu Masuk (F) 122 392
Suhu Keluar (F) 149 392
Tav (F) 135,5 392
Cp (Btu/lb.F) 0,3895 0,49
Q (btu/h) 88993528,06

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
37

1. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 392 t2 149 Δt2 243
T2 392 t1 122 Δt1 270
0 27 Δt1-Δt2 -27
= 256,262


R= = 0, maka nilai FT=1. Sehingga Δt = LMTD = 256,262

2. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk = 0
Tabel 1. Hasil Perhitungan Panas Bahan Keluar Heater
aliran Komponen N (kmol/jam) Integral Cpdt Q
5 TG 11,235 8090,983 90905,125
ALB 1,145 2593,119 2969,905
air 2,874 1133,105 3256,386
dirt 0,862
Qout.total 93875,03

dQ/dt = 93875,03 – 0 kJ/jam = 93875,03 kJ/jam


Heater membutuhkan steam sebagai pemanas untuk menaikkan suhu bahan yang
dialirkan. Steam yang digunakan adalah saturated steam pada suhu 200°C. Untuk menghitung
kebutuhan steam.
ΔH = ΔH steam (200°C) – ΔH saturated liq (200ºC)
= 2783,2 – 852,4 = 1940,75 kJ/kg

Steam yang dibutuhkan:

m = = 48,3704 kg/jam.

3. Menghitung Coloric Temperature

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
38

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan heaters, dengan cold fluid berupa
heavy organics karena fluida yang digunakan memiliki viskositas > 1 cp dengan rentang nilai
UD yaitu 6-60. Untuk asumsi awal dipilih nilai UD sebesar 30 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sehingga
didapatkan :

ft2

Nilai A yang didapatkan kecil dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A lebih kecil
dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe double pipe heat exchanger.
Jenis double pipe exchanger fittings yang dipilih adalah 3 x 2 (Tabel 6.1). dengan data flow
area dan annulus (Tabel 6.2) sebagai berikut:
Flow Area (in2) Annulus, in
Exchanger, IPS
Annulus Pipe de dej
3x2 2,93 3,35 1,57 0,69
Dimensi pipa yang digunakan berupa steel pipe (Tabel 11):
Pipa IPS OD (in) ID (in)
Annulus 3 3,5 3,068
Inner pipe 2 2,38 2,067

5. Desain Alat
Hot Fluid : Annulus Cold fluid : Inner pipe
(6’) Flow Area (6) Flow Area

( ) ( )

( )
(7) Mass velocity,
( )

(8) Pada T = 135,5 °F,


( ) ( )
(Pers. 6.3) ( )( )

= 5164,148

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
39

(7’) Mass Velocity, (9) Dari nilai Rep, 30 (Fig. 24)


(10) Pada Tav
c 0,389 Btu/(lbm)(°F)
(8’) µ= 0,024 cp
k 0,1697 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
Pada T = 392 ºF,
( )( )
( ) ( )

(11) ( ) ( ) ( )

( )( )( )
(Pers. 6.15a)
(9’)Dari nilai Rea maka 440 (Fig. 24)
(10’) Pada Tav, (12) (Pers. 6.5)

c 0,389 Btu/(lb)(°F)
k 0,02279 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) (Tabel 5)

( ) ( )

(11’) ( ) ( ) ( )

( )( )( )
13. Clean Overall Coefficient:

= 37,0417 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

Rd Ketentuan = 0,003 (Tabel 12)


14. = 33,337 Btu/hr ft2 F (Pers. 6.10)

15. Required Surface :


Surface (A) = = 10,415 ft2

a 0,622 ft2 (Tabel 11)

Required Lenght

Karena Required Length sepanjang 16,744 lin ft, menurut Kern (1983), DPHE biasanya
disusun dalam 12ft, 15ft dan 20ft effective length. Trial menggunakan 12ft effective length:
Jumlah Hairpin

Actual Surface = ft2

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
40

16. Actual design cofficient


UD = ( )( )( )

= 0,01599 hr/(ft2)(F/btu) (Pers. 6.13)

Pressure Drop
Hot Fluid, Steam, Annulus Cold Fluid, heavy organic, Inner pipe
(1’) De’ (D2 – D1) (Pers. 6.4) (1) Rep 979464,2627
= (0,2556 – 0,1983)
= 0,0573 ft
( )
Rea’

(Spesifikasi CPO)
(Pers. 3.47b)
( )

(Tabel 6) (2) ∆Fp

2,279 ft
(2’) ∆Fa 0,0001506ft ∆Pp

(3’) V 0,0232 fps Allowable ∆Pp = 10 psi (Kern, 1983)

Fl 3x( ) 2,507 x 10-5 ft


( )
∆Pa 7,628 x 10-5 psi

Allowable ∆Pa = 10 psi (Kern, 1983)

Summary
h outside
UC 37,041
UD 23,258
Rd Calculated 0,016
Rd required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
41

Alat Heater 2 Kode


Fungsi Memanaskan umpan campuran metanol E-102

Tout kondensat 200 °C

Tin = 25°C Tout = 65°C

Tin steam 200°C

Gambar 2. Skema Aliran Pemanas E-102


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Heater 2 terletak sebelum umpan metanol dimasukkan kedalam reaktor CSTR.
2. Laju alir umpan sebesar 62334,02 kg/jam.
3. Umpan memiliki tin = 25°C yang dipanaskan menuju tout = 65°C.
4. Aliran panas (steam) memiliki Tin = Tout = 200°C.
5. Umpan termasuk kedalam Medium organic karena memiliki nilai 1cp < µ < 0,5 cp,
sehingga rentang UD yang digunakan yaitu 50-100 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sedangkan nilai UD
diasusmsikan sebesar 62 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = 7077952,132 /jam
Keterangan Medium organics Steam
Jenis Fluida Fluida Dingin Fluida Panas
Laju Alir (lb/h) 137446,522 8041,677
Suhu Masuk (F) 77 392
Suhu Keluar (F) 149 392
Tav (F) 113 392
Cp (Btu/lb.F) 0,604 0,49
Q (btu/h) 6709898,621

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
42

1. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk = 0
Tabel 1. Hasil Perhitungan Panas Bahan Keluar Heater
Integral cpdt
Aliran Komponen N (kmol/jam) (kJ/kmol) Q (kJ/jam)
Methanol 1901,06 3606,05947 6855329,8
4 Air 68,97 3011,95286 207742,35
(338,15 K) KOH 4,62 3221,68727 14880,019
Qout.total 7077952,1

dQ/dt = 7077952,13 kJ/jam


Heater membutuhkan steam sebagai pemanas untuk menaikkan suhu bahan yang
dialirkan. Steam yang digunakan adalah saturated steam pada suhu 200°C. Untuk menghitung
kebutuhan steam.
ΔH = ΔH steam (200°C) – liquid (200°C) = 1940,75 kJ/kg

Steam yang dibutuhkan:

m = = 3647,02 kg/jam.

2. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 392 t2 ΔT2 243
149
T2 392 t1 ΔT1 315
77
0 72 ΔT1-ΔT2 -72
Aliran diasumsikan counterflow, maka LMTD (Pers. 5.14):


R= = 0, maka nilai FT=1.

Sehingga Δt = LMTD = 277,44


3. Menghitung Coloric Temperature
Untuk fluida dengan µ<1 cp, maka persamaan Tc dan tc sebagai berikut:

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
43

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan heaters, dengan cold fluid berupa
medium organics karena fluida yang digunakan memiliki viskositas 1 cp < µ < 0,5 cp dengan
rentang nilai UD yaitu 50-100. Untuk asumsi awal dipilih nilai UD sebesar 62
Btu/(hr)(ft2)(°F). Sehingga didapatkan :

Nilai A yang didapatkan lebih besar dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A
lebih besar dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube. Jenis
shell and tube exchanger yang dipilih adalah 1 in tube 1¼-in square pitch (Tabel 9) dengan
data flow area sebagai berikut:
Dipilih diameter luar (OD) pipa 1 in :
a’’ = 0,2618 ft2/ft (Tabel 10)
Panjang tube (L) = 20 ft

= 74,484

Dipilih jumlah tube 76, sehingga diperoleh tube passes= 2, ID shell 15,25 in (Tabel 9)
Koreksi koefisien UD :
76 x 20 ft x 0,2618 ft2/ft = 397,936 ft2

60,763

Data Shell: Data Tube:


ID = 15,25 in Number of tubes = 76
Baffle space = 3,05 in L= 20 ft
Pass = 1 OD = 1 in
B/ds = 0,3 ID = 0,856 in
C= 0,25 BWG = 16
Pitch = 1,25
Passes = 2

5. Desain Alat
Hot fluid : Shell side, Steam Cold fluid : Tube side, Metanol
Steam dialirkan pada shell side karena laju Metanol sebagai fluida dingin dialirkan
alir steam lebih kecil dibanding laju alir pada tube side karena laju alirnya lebih
umpan dingin. besar dibandingkan laju alir steam.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
44

(1’) Flow Area (1) Flow Area

De= 0,99 in = 0,825 ft (Fig. 28)


(2) Mass velocity,
(2’) Mass Velocity,

(3’) Bilangan Reynold (3) Bilangan Reynold


Pada Tav = 135.5°F, Pada Tav = 392 °F,
( )( ) ( )( )

= 43185,18
(4) 140 (Fig. 24 Kern, 1965)
(4’) 240 (Fig. 28 Kern, 1965)
(5) Pada Tav =113 °F
(5’) Pada Tav = 392°F c 0,6042 Btu/(lbm)(°F)
C 0,49 Btu/(lb)(°F) (Fig. 24 Kern, 1965)
k 0,0187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) k 0,1216 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
(Tabel 5 Kern, 1965)
( ) ( )
( ) ( )

(6’) ( ) ( ) ( )
(6) ( ) ( ) ( )
( )( )( )
( )( )( )
(7’) Tube-wall temperature, tw
(7)
( ) °F
(8) Pada tw = 116,422°F
(8’) Pada tw = 116,422°F

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
45

( ) ( )

(9’) Koefisien koreksi, (9) Koefisien koreksi,

btu/hr (ft2 )°F

17. Clean Overall Coefficient Uc:

= 3,3799 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

(Tabel 12)
18. Dirt Factor, RD:
UD ; 60,763 btu/hr(ft2)(°F)
Rd Ketentuan = 0,003

= 0,2794 hr/(ft2)(F/btu)

Pressure Drop
Hot Fluid, Steam, Shell Cold Fluid, light organic, Tube

(1’) Rea’ = 176822,1983 (1) Rep 43185,176

0,0018 ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965) ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965)


(Tabel 6 Kern, 1965)

(2) ∆Pt 1,8676 psi


(2’) Number of crosses
76,688 (3) ∆Pr 0,3317 psi

(3’) Pressure Drop


( ) (4) Total Pressure Drop
∆Ps 0,9908 psi
∆PT psi
ΔP allowable untuk steam 1 psi
ΔP allowable 10 psi
Summary
3,4086 h outside 401,22
UC 3,3279
UD 60,763
Rd Calculated 0,2794
Rd Required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
46

Alat Cooler 1 Kode


Fungsi Mendinginkan umpan keluaran reaktor E-103

Tin Air 25°C

Tin = 65°C Tout = 50°C

Tout kondensat 50 °C

Gambar 3. Skema Aliran Pendingin E-103


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Cooler terletak pada aliran keluaran reaktor R-101.
2. Laju alir umpan sebesar 72655,688 kg/jam.
3. Umpan memiliki Tin = 65°C yang didinginkan menuju Tout = 50°C.
4. Aliran pendingin (air) memiliki tin = 25°C ,tout = 50°C.
5. Umpan termasuk kedalam medium organic karena memiliki nilai 1 cp > µ > 0,5 cp,
berdasarkan Tabel 8, rentang UD yang digunakan yaitu 50-125 Btu/(hr)(ft2)(°F).
Sedangkan nilai UD diasumsikan sebesar 60 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = -2825857 kJ/jam
7. Data :
Komponen Laju Alir (kg/h) Laju Alir (lb/h) Fraksi µ (cp) µ (cp) * Fraksi
ME 9810,494 21632,139 0,135 1,9 0,256551671
Gliserol 1012,980 2233,622 0,014 1,8 0,025095964
Metanol 59776,847 131807,948 0,823 0,44 0,362006244
TG 198,641 438,004 0,003 18,089 0,049456422
Air 1313,852 2897,045 0,018 0,46 0,008318304
KOH 194,510 428,896 0,003 2,2 0,005889739
sabun 296,633 654,076 0,004 0
dirt 51,729 114,064 0,001 0
Total 72655,688 160205,792 1 0,707318344

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
47

Keterangan Medium organics Cooling water


Jenis Fluida Fluida panas Fluida dingin
Laju Alir (lb/h) 160205,792 59626,92775
Suhu Masuk (F) 149 77
Suhu Keluar (F) 122 122
Tav (F) 135,5 99,5
Cp (Btu/lb.F) 0,123 1
Q (btu/h) 267894,988

1. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk = 0
Aliran Komponen Fraksi N Integral cpdt Q= n.cpdt
mol (kmol/jam)
Keluar Metil ester 0,0166 33,0320 2777,7401 91754,2149
Tg 0,0001 0,2247 8090,9829 1818,1025
Gliserol 0,0055 11,0107 3358,9229 36983,9421
Air 0,0367 72,9918 1133,1052 82707,3931
Metanol 0,9383 1868,0265 1395,6376 2607088,0228
Sabun 0,0006 1,1453 1133,1052 1297,7478
Dirt 0,0004 0,8622 0 0,0000
Alb 0,0000 0,0000 0 0,0000
Koh 0,0017 3,4734 1211,2748 4207,2436
Total 1 1990,7665 2825856,6668

kJ/jam

Cooler membutuhkan air pendingin sebagai fluida pendingin untuk menurunkan suhu
bahan yang dialirkan. Air yang digunakan adalah air pada suhu 25°C dan keluar pada 50°C
ΔH = 104,8 – 209,3 kJ/kg = -104,5 kJ/kg

Air pendingin yang dibutuhkan:

m = = 27041,6906 kg/jam.

2. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 149 t2 122 ΔT2 27
T2 122 t1 77 ΔT1 45
27 45 ΔT1-ΔT2 -18
Aliran diasumsikan counterflow, maka LMTD (Pers. 5.14):

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
48

= 32,237

– –
R= = 0,6 S= = 0,625

maka nilai FT=0,803. Sehingga Δt = 28,326 °F


3. Menghitung Coloric Temperature
Untuk fluida denga µ<1 cp, maka persamaan Tc dan tc sebagai berikut:

= 392 ºF

= 135,5 ºF

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan coolers, hot fluid berupa medium
organics karena fluida yang digunakan memiliki viskositas 1 cp< µ < 0,5 cp dengan rentang
nilai UD yaitu 50 – 125. Untuk asumsi awal dipilih nilai UD sebesar 60 Btu/(hr)(ft2)(°F).
Sehingga didapatkan :

Nilai A yang didapatkan lebih besar dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A
lebih besar dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube. Jenis
shell and tube exchanger yang dipilih adalah ¾ in in tube 1-in square pitch (Tabel 9) dengan
data flow area sebagai berikut:
Dipilih diameter luar (OD) pipa ¾ in:
a’’ = 0,1968 ft2/ft (Tabel 10)
Panjang tube (L) = 20 ft
= 321,86

Dipilih jumlah tube 324, sehingga diperoleh tube passes= 2, ID shell 23,25 in (Tabel 9)
Koreksi koefisien UD :
324 x 20 ft x 0,1968 ft2/ft = 1275,264 ft2

59,603

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
49

Data Shell: Data Tube:


ID = 23,25 in Number of tubes = 324
Baffle space = 6,975 in L= 20 ft
Pass = 1 OD = 0,75 in
B/ds = 0,3 ID = 0,62 in
C= 0,25 BWG = 16
Pitch = 1
Passes = 2

6. Desain Alat
Cold fluid : Shell side, Air pendingin Hot fluid : Tube side, metanol
Air pendingin dialirkan pada shell side Campuran metanol, biodiesel dan air
karena laju alir steam lebih kecil dibanding sebagai fluida panas dialirkan pada tube
laju alir umpan dingin. side karena laju alirnya lebih besar
dibandingkan laju alir air pendingin.
(1’) Flow Area (1) Flow Area

Dc = 0,99 in = 0,825 ft (Fig. 28) (2) Mass velocity,

(2’) Mass Velocity,

(3) Bilangan Reynold


(3’) Bilangan Reynold Pada Tav = 135,5 °F,
Pada Tav = 99,5°F, ( )( )
( )( )

= 7236,35
(4) 25 (Fig. 24 Kern, 1965)
(4’) 48 (Fig. 28 Kern, 1965)
(5) Pada Tav =113 °F
(5’) Pada Tav = 99,5°F c 0,1233 Btu/(lbm)(°F)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
50

C 1 Btu/(lb)(°F) k 0,154 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)


k 0,3376 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
( ) ( )
( ) ( )
(6) ( ) ( ) ( )
(6’) ( ) ( ) ( ) ( )( )( )
( )( )( ) (7)
(7’) Tube-wall temperature, tw

( ) °F (8) Pada tw = 127,138°F


lb/ft hr

( )
(8’) Pada tw = 124,145°F
lb/fthr
(9) Koefisien koreksi,
( ) 1,331
67,997 btu/hr (ft2 )°F

(9’) Koefisien koreksi,

19. Clean Overall Coefficient Uc:

= 21,541 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

Rd Ketentuan = 0,003 (Tabel 12)


20. Dirt factor, RD:
= 0,0329 hr/(ft2)(F/btu)

Pressure Drop
Cold Fluid, air pendingin, Shell Hot Fluid, medium organic, Tube

(1’) Rea’ = 7241,710 (1) Rep 7236,347

0,0021 ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965) ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965)


0,82

(2) ∆Pt 0,4118 psi

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
51

(2’) Number of crosses (3) ∆Pr 0,3317 psi


34,408

(4’) Pressure Drop


(3’) Pressure Drop ∆PT psi
( )
∆Ps 1,341 psi
∆Pallowable = 10 psi
∆Pallowable = 10 psi
Summary
31,529 h outside 67,997
UC 21,540
UD 74,144
Rd Calculated 0,0329
Rd Required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
52

Alat Heater 3 Kode


Fungsi Memanaskan campuran metanol dan metil ester sebelum masuk ke E-104
distilasi 1

Tout kondensat 200 °C

Tin = 50°C Tout = 70°C

Tin steam 200°C

Gambar 4. Skema Aliran Pemanas E-104


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Heater 3 terletak sebelum campuran methanol dan metil ester dimasukkan kedalam
distilasi 1.
2. Laju alir umpan sebesar 70329,038 kg/jam.
3. Umpan memiliki tin = 50°C yang dipanaskan menuju tout = 70°C.
4. Aliran panas (steam) memiliki Tin = Tout = 200°C.
5. Umpan termasuk kedalam Medium organic karena memiliki nilai 1cp < µ < 0,5 cp,
sehingga rentang UD yang digunakan yaitu 50-100 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sedangkan nilai UD
diasusmsikan sebesar 60 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = 3637586,926 kj/jam
Keterangan Medium organics Steam
Jenis Fluida Fluida Dingin Fluida Panas
Laju Alir (lb/h) 155075,528 4132,875
Suhu Masuk (F) 122 392
Suhu Keluar (F) 158 392
Tav (F) 140 392
Cp (Btu/lb.F) 0,159 0,49
Q (btu/h) 3447765,780

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
53

1. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk = 0
Aliran Komponen Fraksi Mol N (kmol/jam) Integral Cpdt Q= N.Cpdt
Metil ester 0,017320 33,032 3731,656 123263,942
TG 0,000118 0,225 10869,544 1008,002
Gliserol 0,000101 0,193 4485,845 2094,414
Air 0,000096 0,182 1511,691 275,853
7
Metanol 0,979491 1868,026 1875,562 3503599,968
sabun 0,000601 1,145 1511,691 1731,343
dirt 0,000452 0,862 0 0
KOH 0,00182 3,473 1615,824 5612,406
Total 1 1907,139 25601,812 3637585,926

dQ/dt = 3637585,926 kJ/jam


Heater membutuhkan steam sebagai pemanas untuk menaikkan suhu bahan yang
dialirkan. Steam yang digunakan adalah saturated steam pada suhu 200°C. Untuk menghitung
kebutuhan steam.
ΔH = ΔH steam (200°C) – liquid (200°C) = 1940,75 kJ/kg

Steam yang dibutuhkan:

m = = 1874,319 kg/jam.

2. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 392 t2 158 ΔT2 243
T2 392 t1 122 ΔT1 270
0 72 ΔT1-ΔT2 -36
Aliran diasumsikan counterflow, maka LMTD (Pers. 5.14):

= 251,571


R= = 0, maka nilai FT=1. Sehingga Δt = LMTD = 251,571

3. Menghitung Coloric Temperature


Untuk fluida dengan µ<1 cp, maka persamaan Tc dan tc sebagai berikut:

= 392

=140

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
54

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan heaters, cold fluid berupa medium
organics karena fluida memiliki viskositas 1 cp < µ < 0,5 cp dengan rentang nilai UD yaitu
50-100. Untuk asumsi awal dipilih nilai UD sebesar 60 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sehingga:

Nilai A yang didapatkan lebih besar dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A
lebih besar dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube. Jenis
shell and tube exchanger yang dipilih adalah 1 in OD tube 1¼-in square pitch (Tabel 9)
dengan data flow area sebagai berikut:
a’’ = 0,2618 ft2/ft (Tabel 10)
Panjang tube (L) = 20 ft

= ⁄
= 43,624

Dipilih jumlah tube 45, sehingga diperoleh tube passes= 2, ID shell 12 in (Tabel 9)
Koreksi koefisien UD :
45 x 20 ft x 0,2618 ft2/ft = 253,620 ft2

58,165

Data Shell: Data Tube:


ID = 12 in Number of tubes = 45
Baffle space = 3,6 in L= 20 ft
Pass = 1 OD = 1 in
B/ds = 0,3 ID = 0,87 in
C= 0,25 BWG = 16
Pitch = 1,25
Passes = 2

5. Desain Alat
Hot fluid: Shell side, Steam Cold fluid: Tube side, Metanol
Steam dialirkan pada shell side karena laju Campuran metanol dan metil ester sebagai
alir steam lebih kecil dibanding laju alir fluida dingin dialirkan pada tube side karena
umpan dingin. laju alirnya lebih besar dibandingkan laju
alir steam.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
55

(1’) Flow Area (1) Flow Area

Dc= 0,99 in = 0,825 ft (Fig. 28) (2) Mass velocity,


(2’) Mass Velocity,

(3) Bilangan Reynold


Pada Tav = 140 °F,
( )( )
(3’) Bilangan Reynold
Pada Tav = 392°F,
( )( )
= 81928,331
(4) 80 (Fig. 24 Kern, 1965)
(5) Pada Tav =140 °F
,682
c 0,1588 Btu/(lbm)(°F)
(4’) 190 (Fig. 28 Kern, 1965)
(Fig. 24 Kern, 1965)
(5’) Pada Tav = 392°F
k 0,187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
C 0,49 Btu/(lb)(°F)
(Tabel 5 Kern, 1965)
k 0,0187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
( ) ( )
( ) ( )

(6’) ( ) ( ) ( ) (6) ( ) ( ) ( )

( )( )( ) ( )( )( )

(7’) Tube-wall temperature, tw (7)

(8) Pada tw = 162,682°F


( ) °F

(8’) Pada tw = 162,687 °F


( )

(9) Koefisien koreksi,

( ) /hr (ft2 )°F

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
56

(9’) Koefisien koreksi,

6. Clean Overall Coefficient Uc:

= 3,756 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

Rd Ketentuan = 0,003 (Tabel 12)


7. Dirt Factor RD:
Btu/hr ft2 F

= 0,249 hr/(ft2)(F/btu)

Pressure Drop
Hot Fluid, Steam, Shell Cold Fluid, medium organic, tube

(1’) Rea’ = 97842,68236 (1) Rep 81928,331

0,00014 ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965) ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965)


(Tabel 6 Kern, 1965)

(2) ∆Pt 4,426 psi


(2’) Number of crosses
66,667

(3’) Pressure Drop (3) ∆Pr 0,332 psi

∆Ps
( )
0,103 psi ∆PT psi
∆P allowable = 10 psi
∆P allowable = 1 psi

Summary
4,128 h outside 41,725
UC 3,756
UD 58,165
Rd Calculated 0,249
Rd Required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
57

Alat Heater 4 Kode


Fungsi Memanaskan umpan masuk distilasi 2 E-107

Tout kondensat 200 °C

Tin = 46,12°C Tout = 160°C

Tin steam 200°C

Gambar 5. Skema Aliran Pemanas E-107


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Heater terletak sebelum umpan dimasukkan kedalam distilasi 2.
2. Laju alir umpan sebesar 10333,31 kg/jam.
3. Umpan memiliki tin = 46,12°C yang dipanaskan menuju tout = 160°C.
4. Aliran panas (steam) memiliki Tin = Tout = 200°C.
5. Umpan termasuk kedalam heavy organis dengan nilai µ > 1 cp, berdasarkan Tabel 8,
rentang UD yang digunakan yaitu 6-60 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sedangkan nilai UD diasumsikan
sebesar 18 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = 847745,404 kJ/jam
Data :
Komponen Laju Alir Laju Alir Fraksi µ (cp) µ (cp) *
(kg/h) (lb/h) Fraksi
ME 9810,49 21632,138 0,949 1,9 1,813
TG 198,64 438,003 0,019 0,35 0,0067
dirt 51,73 114,063 0,005 0
Air 272,45 600,750 0,026 0,65 0,0172
Total 10333,31 22784,956 1 1,837

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
58

Keterangan Heavy organics Steam


Jenis Fluida Fluida Dingin Fluida Panas
Laju Alir (lb/h) 22784,956 763,087
Suhu Masuk (F) 125,94 392
Suhu Keluar (F) 320 392
Tav (F) 217,97 392
Cp (Btu/lb.F) 0,133 0,49
Q (btu/h) 803507,5055

1. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk
Aliran Komponen N (kmol/jam) Integral Cpdt Q
26 Air 3,515 9019,731 31701,312
Metil ester 33,032 24704,68 816044,092
Trigliserida 0,225 71959,62 16169,849
Dirt 0,862 0
Qout.total 847745,40
= 847745,40 - 0 kJ/jam

Heater membutuhkan steam sebagai pemanas untuk menaikkan suhu bahan yang
dialirkan. Steam yang digunakan adalah saturated steam pada suhu 200°C.
ΔH = ΔH steam (200°C) = 2793,2 – 852,45 kJ/kg = 1940,75 kJ/kg

Steam yang dibutuhkan:

m = = 438,813 kg/jam.

2. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 392 t2 107,816 ΔT2 72
T2 392 t1 320 ΔT1 284,184
0 212,184 ΔT1-ΔT2 -212,184
Aliran diasumsikan counterflow, maka LMTD (Pers. 5.14):

154,545


R= = 0, maka nilai FT=1. Sehingga Δt = LMTD = 154,545

3. Menghitung Coloric Temperature


Untuk fluida denga µ<1 cp, maka persamaan Tc dan tc sebagai berikut:

= 392 ºF
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
59

= 213,91 ºF

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan heaters, cold fluid berupa medium
organics karena fluida yang digunakan memiliki viskositas µ > 1 cp, berdasarkan Tabel 8,
rentang UD yang digunakan yaitu 6-60 Btu/(hr)(ft2)(°F). Untuk asumsi awal dipilih nilai UD
sebesar 18 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sehingga didapatkan :

Nilai A yang didapatkan lebih besar dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A
lebih besar dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube. Jenis
shell and tube exchanger yang dipilih adalah 1 in OD tube 1¼-in square pitch (Tabel 9)
dengan data flow area sebagai berikut:
a’’ = 0,2618 ft2/ft (Tabel 10)
Panjang tube (L) = 20 ft

= ⁄
= 55,164

Dipilih jumlah tube 56, sehingga diperoleh tube passes= 2, ID shell 13,25 in (Tabel 9)
56 x 20 ft x 0,2618 ft2/ft = 193,216 ft2

17,731

Data Shell: Data Tube:


ID = 13,25 in Number of tubes = 56
Baffle space = 3,975 in L= 20 ft
Pass = 1 OD = 1 in
B/ds = 0,3 ID = 0,87 in
C= 0,25 BWG = 16
Pitch = 1,25
Passes = 2
Koreksi koefisien UD :
5. Desain Alat
Hot fluid: Shell side, Steam Cold fluid: Tube side, Metanol
Steam dialirkan pada shell side karena laju Campuran metil ester sebagai fluida dingin
alir steam lebih kecil dibanding laju alir dialirkan pada tube side karena laju alirnya
umpan dingin. lebih besar dibandingkan laju alir steam.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
60

(6’) Flow Area (6) Flow Area


a’t = 0,594 in2 (Tabel 10)

Dc= 0,99 in = 0,825 ft (Fig. 28)

(7’) Mass Velocity, (7) Mass velocity,

(8’) Bilangan Reynold


Pada Tav = 392°F,
(8) Bilangan Reynold
( )( )
Pada Tav = 213,908 °F,
( )( )

= 3217,33
(9’) 88 (Fig. 28 Kern, 1965)
(9) 12 (Fig. 24 Kern, 1965)

(10’) Pada Tav = 392°F


(10) Pada Tav =140 °F
C 0,49 Btu/(lb)(°F)
c 0,1337 Btu/(lbm)(°F)
k 0,0187 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
(Fig. 24 Kern, 1965)
( ) ( ) k 2
0,0187 Btu/(hr)(ft )(°F/ft)
(Tabel 5 Kern, 1965)
(11’) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
( )( )( )
(12’) Tube-wall temperature, tw
(11) ( ) ( ) ( )
( ) °F
( )( )( )

(13’) Pada tw = 226,514 °F (12)

(13) Pada tw = 162,682°F

( )

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
61

(14’) Koefisien koreksi,


( )

(14) Koefisien koreksi,

/hr (ft2 )°F

15. Clean Overall Coefficient Uc:

= 1,562 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

Rd Ketentuan = 0,003 (Tabel 12)


16. Dirt Factor RD:
Btu/hr ft2 F

= 0,5838 hr/(ft2)(F/btu)

Pressure Drop
Hot Fluid, Steam, Shell Cold Fluid, Heavy organic, Tube

(1) Rep 3217,334


(1’) Rea’ = 18702,999
ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965)
2 2
0,0023 ft /in (Fig. 29 Kern, 1965)
(Tabel 6 Kern, 1965)

(2) ∆Pt 0,1645 psi


(2’) Number of crosses
30,377
(3) ∆Pr 0,3317 psi
(3’) Pressure Drop
( )
∆Ps 0,0085 psi ∆PT psi
∆P allowable 1 psi ∆P allowable 10 psi
Summary
1,9119 h outside 8,531
UC 1,5619
UD 17,731
Rd Calculated 0,5838
Rd Required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
62

Alat Cooler 2 Kode


Fungsi Menurunkan suhu produk sebelum menuju tangki E-110
penyimpanan

Tin Air 25°C

Tin = 100°C Tout = 30°C

Tout kondensat 50 °C

Gambar 6. Skema Aliran Pendingin E-110


Data yang dibutuhkan untuk perancangan:
1. Cooler terletak sebelum biodiesel dimasukkan kedalam tangki penyimpanan.
2. Laju alir umpan sebesar 9810,63 kg/jam.
3. Umpan memiliki Tin = 100°C yang dipanaskan menuju Tout = 30°C.
4. Aliran pendingin (water) memiliki tin =25 °C, tout = 50°C.
5. Umpan termasuk kedalam heavy organic karena memiliki nilai µ > 1 cp, berdasarkan
Tabel 8, rentang UD yang digunakan yaitu 5-75 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sedangkan nilai UD
diasusmsikan sebesar 21 Btu/(hr)(ft2)(°F).
6. Beban panas (Q) = -437938,8012 kJ/jam
7. Data :
Laju Alir Laju Alir µ (cp) *
Komponen Fraksi µ (cp)
(kg/h) (lb/h) Fraksi
ME 9810,49 21632,139 0,99998 1,9 1,89997
-5
Air 0,14 0,300 2 x10 0,0125 1,73x10-7
Total 9810,63 21623,439 1 1,89997

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
63

Keterangan Heavy organics Air pendingin


Jenis Fluida Fluida panas Fluida dingin
Laju Alir (lb/h) 21632,439 9240,718
Suhu Masuk (F) 212 77
Suhu Keluar (F) 86 122
Tav (F) 149 99,5
Cp (Btu/lb.F) 0,133 0,49
Q (btu/h) 415085,841

1. Neraca Panas (Heat Balance)


Tref = Tin, panas masuk = 0
Aliran Komponen Fraksi Mol N (kmol/jam) Integral Cpdt Q= N.Cpdt
Air 0,0002 0,0076 5296,9731 40,0877
30
Metil ester 0,9998 33,0320 13256,8167 437898,7135
Total 1,0000 33,0395 437938,8012
= -437938,8012 kJ/jam

Cooler membutuhkan air pendingin pada suhu 25°C. Maka:.


ΔH = ΔH air pendingin (25°C) - ΔH air keluar (50°C) = -104,5 kJ/kg

Steam yang dibutuhkan:

m = = 4190,802 kg/jam.

2. Menghitung LMTD
Fluida Panas Fluida Dingin Diff
T1 212 t2 122 ΔT2 90
T2 86 t1 77 ΔT1 9
126 45 ΔT1-ΔT2 81
Aliran diasumsikan counterflow, maka LMTD (Pers. 5.14):

3. Menghitung Coloric Temperature


Untuk fluida denga µ<1 cp, maka persamaan Tc dan tc sebagai berikut:

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
64

4. Luas Permukaan Perpindahan Panas


Menggunakan Tabel 8 (Kern, 1983) pada peralatan cooler, hot fluid berupa heavy
organics karena fluida yang digunakan memiliki viskositas > 1 cp dengan rentang nilai UD
yaitu 5-75. Untuk asumsi awal dipilih nilai UD sebesar 21 Btu/(hr)(ft2)(°F). Sehingga
didapatkan :

Nilai A yang didapatkan lebih besar dari 200ft2. Menurut Kern (1983), jika nilai A
lebih besar dari 200ft2, maka heat exnhanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube. Jenis
shell and tube exchanger yang dipilih adalah 1 in OD tube 1¼-in square pitch (Tabel 9)
dengan data flow area sebagai berikut:
a’’ = 0,2618 ft2/ft (Tabel 10)
Panjang tube (L) = 20 ft

= ⁄
= 107,312

Dipilih jumlah tube 112, sehingga diperoleh tube passes= 2, ID shell 17,25 in (Tabel 9)
Koreksi koefisien UD :
122 x 20 ft x 0,2618 ft2/ft = 586,432 ft2

20,121

Data Shell: Data Tube:


ID = 17,25 in Number of tubes = 112
Baffle space = 5,175 in L= 20 ft
Pass = 1 OD = 1 in
B/ds = 0,3 ID = 0,87 in
C= 0,25 BWG = 16
Pitch = 1,25
Passes = 2
6. Desain Alat
Cold fluid: Shell side, Air pendingin Hot fluid: Tube side, Biodiesel
Air pendingin dialirkan pada shell side Metil ester sebagai fluida panas dialirkan
karena laju alir air pendingin lebih kecil pada tube side karena laju alirnya lebih besar
dibanding laju alir umpan panas. dibandingkan laju alir air pendingin.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
65

(1’) Flow Area (1) Flow Area


a’t = 0,594 in2 (Tabel 10)

Dc = 0,99 in = 0,825 ft (Fig. 28)


(2’) Mass Velocity, (2) Mass velocity,

(3’) Bilangan Reynold 3) Bilangan Reynold


Pada Tav = 149°F, Pada Tav = 99,5 °F,
( )( ) ( )( )

= 1476,62
(4’) 28 (Fig. 28 Kern, 1965) (4) 6,9 (Fig. 24 Kern, 1965)

(5’) Pada Tav = 149°F (5) Pada Tav =99,5 °F


C 0,49 Btu/(lb)(°F) c 0,1337 Btu/(lbm)(°F)
k 0,3375 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) (Fig. 24 Kern, 1965)
k 0,156 Btu/(hr)(ft2)(°F/ft)
( ) ( )
(Tabel 5 Kern, 1965)

( ) ( )
(6’) ( ) ( ) ( )

( )( )( ) (6) ( ) ( ) ( )
(7’) Tube-wall temperature, tw ( )( )( )

( ) °F (7)

(8) Pada tw = 128,254°F


(8’) Pada tw = 128,254 °F

( )
( )

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.
66

(9’) Koefisien koreksi, (9) Koefisien koreksi,

/hr (ft2 )°F.

17. Clean Overall Coefficient Uc:

= 8,569 Btu/jam ft2 °F (Pers. 6.7)

Rd Ketentuan = 0,003 (Tabel 12)


18. Dirt Factor RD:
Btu/hr ft2 F

= 0,067 hr/(ft2)(F/btu)

Pressure Drop
Cold Fluid, air pendingin, Shell Hot fluid, heavy organic, Tube
(1’) Res 2419,847 (1) Ret 1476,62
0,0028 ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965) ft2/in2 (Fig. 29 Kern, 1965)
(Tabel 6, Kern, 1965)

(2) ∆Pt 0,0454 psi


(2’) Number of crosses
46,377

(3’) Pressure Drop (3) ∆Pr 0,3317 psi


( ) ∆PT psi
∆Ps 0,221 psi
∆P allowable = 10 psi
∆P allowable = 10 psi
Summary
1,912 h outside 8,531
UC 1,562
UD 17,731
Rd Calculated 0,584
Rd Required 0,003

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
Tantri W. J. Harfiah F.
Ulhunk A. K.

Anda mungkin juga menyukai