Anda di halaman 1dari 7

Hari/Tanggal : Sabtu/ 24 April 2021

Dosen : Dr. Sahirman

ALAT PENUKAR PANAS

Disusun oleh :

Kelompok 9

1. Irwin Santika B.2010004


2. Elsa Amalia Indyaratri B.2010012
3. Feranica B.2010101
4. Alif Fakhrudin B.1910968

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2021
1. Judul alat heat exchanger yang dibahas
Jawab :
Judul : Penentuan Waktu Tinggal Optimum Pasteurisasi Susu dengan Plate Heat
Exchanger
Penulis : Ninik Lintang Edi Wahyuni
Link jurnal : https://docplayer.info/43354388-Penentuan-waktu-tinggal-optimum-
pasteurisasi-susu-dengan-plate-heat-exchanger.html

2. Gambar alat heat exchanger


a. Heat Exchanger Tipe Tubular
 Shell & Tube

Satu jalur shell, satu jalur tube

Satu jalur shell, dua jalur tube


 Double-Pipe
 Spiral Tube

b. Heat Exchanger Tipe Plate


 Heat exchanger tipe plat dengan gasket

 Welded Plate Heat Exchanger (WPHE)

 Spiral Plate Heat Exchanger

 Lamella Heat Exchanger


 Panelcoil Heat Exchanger

3. Deskripsikan fungsi heat exchanger tersebut


a. Heat Exchanger Tipe Tubular
 Shell & Tube
Shell & tube sering digunakan dalam industri kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigrasi, dan industri makanan.
 Double-Pipe
Double pipe heat exchanger memiliki kegunaan untuk memindahkan panas
secara efektif dan efesien sesuai dengan konstruksinya yang baik supaya tidak
banyak membuang waktu, dan sering disinkronkan dalam bidang industri
seperti yang sering digunakan pada pemanas ruangan, mesin pendingin,
pembangkit tenaga listrik, pabrik kimia, kilang minyak bumi dan pengolahan
limbah, bahkan sudah diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari seperti pada
alat pemanas air.
 Spiral Tube

b. Heat Exchanger Tipe Plate


 Heat exchanger tipe plat dengan gasket
Heat exchanger tipe ini termasuk tipe yang banyak dipergunakan pada dunia
industri, bisa digunakan sebagai pendingin air, pendingin oli, dan sebagainya.
Prinsip kerjanya adalah aliran dua atau lebih fluida kerja diatur oleh adanya
gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing fluida
dapat mengalir di plat-plat yang berbeda.
 Welded Plate Heat Exchanger (WPHE)
 Spiral Plate Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini sangat cocok digunakan untuk fluida dengan
viskositas tinggi atau juga fluida yang mengandung material-maerial pengotor
yang dapat menimbulkan tumpukan kotoran di dalam elemen heat exchanger.
Hal ini disebabkan karena desainnya yang satu lintasan, sehingga apabila
terjadi penumpukan kotoran di satu titik, maka secara alami kecapatan aliran
fluida pada titik tersebut akan meningkat, sehingga kotoran tadi akan terkikis
sendiri oleh fluida kerja tersebut. Karena kelebihan inilah sehingga heat
exchanger tipe ini sangat cocok untuk digunakan pada fluida kerja dengan
viskositas sangat tinggi, fluida slurries (semacam lumpur), air limbah
inidustri, dan sejenisnya.
 Lamella Heat Exchanger
Lamella Heat Exchanger memiliki berat total yang lebih ringan daripada heat
exchanger tipe shell & tube dengan beban kerja yang sama. Tipe ini juga
dapat bekerja pada temperatur yang tinggi apabila gasket yang digunakan
tepat, yakni hingga 500°C jika menggunakan gasket berbahan non-asbestos.
Penggunaan heat exchanger tipe ini biasanya ada pada industri kertas, industri
kimia, serta industri lain yang sejenisnya.
 Panelcoil Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini menggunakan semacam pipa yang dipasangkan ke
sebidang plat dengan proses pengelasan, stamping, atau proses roll-bond
sehingga didapatkan sebuah desain heat exchanger yang diberi istilah
panelcoil. Material yang digunakan untuk panelcoil umumnya adalah baja
karbon, staenless steel, titanium, nikel, dan monel. Penggunaan heat
exchanger tipe ini ada pada industri farmasi, industri fiber, industri kimia,
industri makanan, dan juga pada penyerap panas tenaga matahari.

4. Deskripsikan karakteristik heat exchanger

5. Deskripsikan cara kerja heat exchanger

6. Deskripsikan penggunaannya dalam produk pangan


Jenis heat exchanger yang digunakan yaitu tipe plate dengan gasket. Pada jurnal yang
kami gunakan, heat exchanger tipe plate gasket digunakan dalam proses pembuatan susu.
Sebelum proses pasteurisasi, air susu mendapat perlakuan pemanasan awal hingga 56°C
dalam bejana steril secara batch, kemudian masuk ke ‘plate heat exchanger’ dengan
media pemanas air pada temperature 78-80°C dan laju alir konstan 500 liter/jam. Alat
penukar panas yang digunakan terdiri atas 25 pelat stainless steel dengan permukaan
bergelombang, berdimensi 47 cm x 10 cm, luas perpindahan panas 1m 2 , dengan 3
lintasan aliran. Laju alir air susu divariasikan antara 60 hingga 200 liter/jam, berdasarkan
hasil percobaan pendahuluan. Air susu keluaran dari plate heat exchanger dengan
temperatur antara 70°C-72°C. Laju alir air susu yang bervariasi akan memberikan
koefisien pindah panas overall dan waktu tinggal yang bervariasi, demikian pula dengan
temperatur produk, dan pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah bakteri hidup yang
terkandung di dalam produk. Waktu tinggal optimum adalah waktu pemanasan minimum
yang memberikan jumlah mikroba hidup pada rentang standar yang diijinkan.

7. Jika memungkinkan berikan perhitungan-perhitungan untuk memperjelas diskripsi alat


exchanger
a. Konduksi yaitu perpindahan panas antara molekul-molekul yang berdekatan diikuti
dengan perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul yang panas
bergetar lebih cepat dibandingkan dengan yang dingin. Daya hantar panas konduksi
(k) tiap zat berbeda-beda.
Q = k x A x (T1-T2)/X
Dimana A = luas bidang perpindahan panas; X = tebal perpindahan panas; Q = panas
yang dipindahkan
b. Konveksi adalah perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain disertai dengan gerakan
partikel.
Q = h x A x (T2-T1)
Dimana h = koefisien perpindahan panas fluida; Q = panas yang dipindahkan; A =
luas perpindahan panas
c. Persamaan yang menghubungkan kedua persamaan tersebut yaitu
Q = A x (T2-T1) / R = U x A x (T2-T1)
Dimana Q = jumlah panas yang dipindahkan; R = tahanan terhadap perpindahan
panas; U = I/R = Koefisien perpindahan panas keseluruhan konduksi dan konveksi
(k.W/m2.C)
d. Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju perpindahan panas.
Perbedaan suhu ini disebut perubahan suhu rata-rata logaritma (log mean temperature
difference) disingkat menjadi LMTD
( T 2−t 2 )−(T 1−t 1)
ΔT =
ln ( T 2−t 2 ) /(T 1−t 1)
Q = U x A x (ΔT) LMTD
Prinsip kerja dari alat tukar panas yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada
temperature yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai