HEAT EXCHANGER
Oleh
Bandar Lampung
2021
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................................................... 9
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 11
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 16
DAFTA PUSTAKA ........................................................................................................... 17
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Transfer energi dalam bentuk panas banyak terjadi dalam proses kimia.
Perpindahan panas terjadi karena perbedaan temperatur dan aliran panas dari
daerah yang tinggi ke daerahyang rendah. Perpindahan panas mungkin dapat
terjadi oleh satu atau lebih dari mekanismedasar dari perpindahan panas, yaitu
konduksi, konveksi dan radiasi.
a. Konduksi
Panas dapat dikonduksi melalui zat padat, liquid dan gas.
Contohnya adalah perpindahan panas melalui dinding exchangers
atau alat pendingin, pengolahan besi danlain-lain.
b. Konveksi
Perpindahan panas melalui konveksi melibatkan perpindahan panas
dan pencampuran dari element mikroskopis dari bagian hangat
4
dan bagian dingin dari gas atauliquid. Contohnya adalah
kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan darisecangkir
kopi dan lain-lain.
c. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan energi melalui suatu ruangan karena
adanyagelombang elektromagnet. Contohnya adalah pemindahan
panas ke bumi pemanasan fluida pada koil dari tabung furnace dan
lain-lain.
( Geankoplis, 2003)
Pada proses industri perpindahan panas diantara dua fluida secara umum
dikerjakanoleh alat perpindahan panas (heat exchanger). Pemindahan panas
terjadi dari fluida panas kedinding tabung oleh konveksi, melalui dinding tabung
atau plate dengan konduksi laludengan konveksi ke fluida dingin.
( Geankoplis, 2003)
b. Penukar panas tipe shell dan tube (shell and tube heat exchanger)
5
Jika arus yang lebih besar yang terlibat, penukar panas shell dan
tube digunakan, yang merupakan jenis yang paling penting dari
penukar panas yang digunakan di industri. Penukar panas ini
menggunakan arus yang kontinyu. Banyak tabung secara paralel
digunakan di mana satu cairan mengalir di dalam tabung tersebut.
Tabung diatur dalam sebuah kemasan, yang menyertakan di shell
tunggal dan aliran fluida lain di luar tabung di sisi shell.
(Geankoplis, 1993).
Salah satu jenis alat penukar panas telah disebutkan, bahwa dari
pengaturan double pipa seperti yang ditunjukkan pada. Kontra flow atau paralel
flow dapat digunakan dalam jenis alat penukar panas, dengan fluida panas atau
6
dingin menempati ruang annular dan fluida lainnya menempati bagian dalam pipa.
Suatu jenis alat penukar panas yang banyak digunakan dalam proses industri
kimiaadalah Shell and Tube Heat Exchanger. satu fluida mengalir di bagian dalam
tabung, sedangkan fluida lainnya melalui shell di luar tabung. Untuk memastikan
bahwa bagian shell cairan akan mengalir di tabung sehingga mendorong
perpindahan panas yang lebih tinggi, baffles ditempatkan di shell seperti yang
ditunjukkan dalam angka. Tergantung pada pengaturan ujung kepala heat
exchanger, satu atau lebih melewati tabung dapat dimanfaatkan.
7
d. Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan
panasnya dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas
dapat dihindarkan.
e. Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube
karena pengaliran fluida dengan viscositas tinggi di dalam penampang
alir yang kecil membutuhkan energi yang lebih besar. Fluida dengan
viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle
untuk menambah laju perpindahan.
f. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube
yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih
cukup tinggi, sehingga menghambat fouling dan mempercepat
perpindahan panas.
g. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube,
karena adanya cukup ruangan.
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Air
9
Fluida panas dan fluida dingin dialirkan secara counter current
dengan tetap menjaga temperature masuk fluida panas.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data pengamatan , ditemukan hasil ∆H terbaik yaitu pada ∆H= 0,4
11
Counter Current
4.2 Pembahasan
Heat Exchanger adalah alat yang berfungsi untuk menukarkan panas dari
suatu fluida ke fluida lain dengan driving force berupa perbedaan temperatur yaitu
dari fluida yang bersuhu lebih tinggi ke fluida yang bersuhu lebih rendah. Dalam
praktikum ini digunakan jenis heat exchanger berupa Double Pipe Heat
Exchanger (DPHE) dengan panjang 2 meter. Prinsip alat ini adalah memindahkan
panas dari fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah tanpa adanya
kontak langsung antar kedua fluida dimaksudkan agar kedua fluida tidak
12
bercampur. fluida mengalir secara counter current, yaitu tipe aliran dimana kedua
fluida mengalir berlawanan arah.
Fluida yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air. Suhu fluida yang
panas yaitu 50°C sedangkan suhu fluida yang dingin yang digunakan yaitu 25°C .
Fluida panas dialirkan pada bagian annulus (pipa bagian luar) dan fluida dingin
dialirkan di dalam pipa bagian dalam. Penempatan fluida panas di bagian annulus
dikarenakan air panas bersifat korosif dan dapat menyebabkan fouling atau
scaling (pembentukan kerak) bila ditempatkan di pipa bagian dalam. Untuk fluida
yang memiliki laju alir yang lebih besar sebaiknya diletakkan di dalam annulus
karena bila ditempatkan di pipa bagian dalam akan menimbulkan pressure drop
(∆P) yang semakin besar.
Pada praktikum HE yang kami lakukan kami menggunakan alat HE yang
memiliki aliran counter-current dan laju alir rata-rata fluida yang keluar dari HE
adalah 32,1024 ml/s untuk fluida panas dan 44,1662 ml/s untuk fluida dingin.
Selanjutnya adalah mengukur Tho (Temperatur fluida panas keluar) dan Tco
(Temperatur fluida dingin keluar). Untuk Thi (Temperatur fluida panas masuk)
adalah sebesar 50oC dan Tci (Temperatur fluida dingin masuk) adalah sebesar
25oC yang dijaga konstan. Kemudian dilakukan pengambilan data untuk melihat
perubahan temperatur yang terjadi. Setelah didapatkan data Tco dan Tho,
selanjutnya dilakukan pengolahan data. Dari data pengamatan terlihat adanya
perbedaan suhu pada masing-masing fluida dari suhu awal ke suhu akhirnya.
Fluida dingin yang awalnya 25°C dengan laju alir dan ΔH tetap, suhunya berubah
menjadi 32°C . Demikian pula pada fluida panas dengan suhu awal 50°C berubah
menjadi 42°C. perbedaan suhu inilah yang menandakan terjadinya peristiwa
transfer panas di dalam Heat Exchanger double pipe, yaitu panas berpindah dari
fluida satu ke fluida lain. Secara teoritis, jumlah panas yang diterima oleh fluida
dingin seharusnya sama dengan panas yang dilepaskan oleh fluida panas. Akan
tetapi pada hasil praktikum yang kami lakukan perubahan temperatur pada fluida
pans tidak terlalu signifikan seperti pada fluida dingin, hal tersebut dikarenakan
pada saat melakukan proses transfer panas didalam double pipe kompor untuk
13
memanaskan fluida panas masih hidup, yang menyebabkan temperatur air fluida
panas cenderung semakin tinggi.
Peristiwa transfer panas pada double pipe terjadi secara konveksi dan
konduksi. Proses Konveksi terjadi antara fluida itu sendiri sampai ke dinding pipa,
konveksi ini memindahkan panas dengan molekulnya ikut berpindah. Sedangkan
proses konduksi, transfer panasnya terjadi antara dinding pipa bagian dalam ke
dinding pipa bagian luar di sepanjang pipa tersebut, tetapi molekulnya tidak ikut
berpindah. Perpindahan panas juga dipengaruhi oleh sifat-sifat fluida, seperti
densitas, viskositas, kapasitas panas, dan konduktifitas panas dari fluida. Sifat-
sifat tersebut bergantung pada suhu fluida (fungsi temperatur). Perpindahan panas
yang terjadi di sepanjang Double Pipe Heat Exchanger memberikan perbedaan
suhu disetiap titik. Perbedaan temperatur di setiap bagian tidak sama, sehingga
dalam menentukan besarnya transfer panas digunakan ∆TLMTD yaitu Logaritmic
Mean Temperature Difference (Temperatur Rata-rata Logaritmik). Sedangkan
panas yang dikandung oleh fluida bergantung pada temperatur awal dan
temperatur akhir.
Nilai bilangin Reynold (NRe) yang diperoleh dari perhitungan seluruhnya
lebih dari 4000. Dengan demikian, aliran yang dihasilkan fluida tersebut adalah
aliran turbulen. Nilai NRe ini dapat mempengaruhi koefisien perpindahan panas
overall. Dimana semakin besar NRe, semakin besar koefisien perpindahan panas
overall. Perpindahan panas juga dipengaruhi oleh nilai dari bilangan Prandl (NPr).
14
Berikut adalah grafik dari fluida dingin dan fluida panas
60
50
40
30
20
10
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
∆H (cm)
25
20
15
10
5
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
∆H (cm)
15
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan antara
lain:
1. Semakin besar H yang digunakan maka laju alirnya semakin
meningkat.
2. Semakin besar nilai ∆h maka semakin besar laju alir volumetrik
(Q)
3. Proses transfer panas sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fluida,
seperti densitas, viskositas, kapasitas panas, dan konduktifitas
panas dari fluida. Sifat-sifat tersebut bergantung pada suhu fluida
(fungsi temperatur).
4. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan Reynold lebih dari 4000
sehingga kecepatan aliran fluida dikategorikan sebagai aliran
turbulen.
5. Nilai koefisien perpindahan panas overall mengalami kenaikan dan
penurunan yang cukup signifikan dalam rentang waktu 0-15 menit
6. Nilai Fouling factor mempengaruhi laju perpindahan panas,
koefisien perpindahan panas, serta efektivitas heat exchanger
7. Semakin kecil nilai fouling factor maka laju perpindahan panas,
efisiensi, dan efektivitas heat exchanger semakin besar
8. Efesiensi dan efektivitas heat exchanger dapat meningkat dengan
cara membersihkan heat exchanger tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
DATA HASIL PENGAMATAN
19
0,2 4 185 46,25 44,167 15 260 17,33 16,89
T in cold : 250C
T in hot : 500C
Counter current
20
12 0,4 32,102 29 31 0,4 44,166 49 42
4 2
Mengetahui,
Laboran Asisten
21
PERHITUNGAN
=w
=
= = 32,08 ml/s
Untuk t=0
Tci = 25°C
Tco= 29°C
ThAV= = = 27°C
ρ=
ρ= 0,99568
22
Untuk t= 3
Tci = 26°C
Tco= 29°C
ThAV= = = 27,5°C
M=
M= 0,99568
Untuk t= 6
Tci = 28°C
Tco= 29°C
ThAV= = = 28,5°C
M=
M= 0,99568
23
= 32,08 mL/s x 0,99631g/cm3
= 31,9616248 mL g/cm3s
Untuk t= 9
Tci = 28°C
Tco= 30°C
ThAV= = = 29°C
M=
M= 0,99568
Untuk t= 12
Tci = 29°C
Tco= 31°C
ThAV= = = 30°C
24
= 31,9414144 mL g/cm3s
=w
=
= = 25,483 ml/s
Untuk t=0
Tci = 50°C
Tco= 44°C
ThAV= = = 47°C
ρ=
ρ= 0,98807
Untuk t= 3
Tci = 50°C
Tco= 44°C
ThAV= = = 47°C
25
Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui:
T= 40°C ; ρ=0,99225
T= 50°C ; ρ=0,98807
ρ=
ρ= 0,98807
Untuk t= 6
Tci = 50°C
Tco= 42°C
ThAV= = = 46°C
ρ=
ρ= 0,98807
Untuk t= 9
26
Tci = 49°C
Tco= 42°C
ThAV= = = 45,5°C
ρ=
ρ= 0,98807
Untuk t= 12
Tci = 49°C
Tco= 42°C
ThAV= = = 45,5°C
ρ=
ρ= 0,98807
27
= 25,226921 mL g/cm3s
Untuk t= 15
Tci = 48°C
Tco= 42°C
ThAV= = = 45°C
ρ=
ρ= 0,98807
2. Menghitung ∆TLMTD
∆TLMTD dapat dihitung dengan persamaan:
∆TLMTD =
Untuk menit ke 0
∆T1 = (44-25)°C = 19°C = 292°K
∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K
Maka ∆TLMTD = = 292,998°K
( )
Untuk menit ke 3
∆T1 = (44-26)°C = 18°C = 291°K
28
∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K
Maka ∆TLMTD = = 292,497°K
( )
Untuk menit ke 6
∆T1 = (42-28)°C = °C = 287°K
∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K
Maka ∆TLMTD = = 290,485°K
( )
Untuk menit ke 9
∆T1 = (42-28)°C = 14°C = 287°K
∆T2 = (49-30)°C = 19°C = 292°K
Maka ∆TLMTD = = 289,492°K
( )
Untuk menit ke 12
∆T1 = (42-29)°C = 14°C = 286°K
∆T2 = (49-31)°C = 18°C = 291°K
Maka ∆TLMTD = = 288,492°K
( )
Untuk menit ke 15
∆T1 = (42-30)°C = 12°C = 285°K
∆T2 = (48-32)°C = 16°C = 289°K
Maka ∆TLMTD = = 286,995°K
( )
Pada menit ke 0
TC∆V = = = 27°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 dan A.2-6 di buku
Geankoplis:
Cp = 4,181 kJ/kg
ρ = 995,588 kg/m3
μ = 0,3567 x 103 Pa
k = 0,99999 W/m.K
Pada menit ke 3
TC∆V = = = 27,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,183 kJ/kg
29
ρ = 995,435 kg/m3
μ = 0,7589 x 103 Pa
k = 0,62077 W/m.K
Pada menit ke 6
TC∆V = = = 28,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,183 kJ/kg
ρ = 995,358 kg/m3
μ = 0,7509 x 103 Pa
k = 0,62155 W/m.K
Pada menit ke 9
TC∆V = = = 29°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,183 kJ/kg
ρ = 995,2819 kg/m3
μ = 0,7429 x 103 Pa
k = 0,6223 W/m.K
Pada menit ke 12
TC∆V = = = 30°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,183 kJ/kg
ρ = 995,2054 kg/m3
μ = 0,734918 x 103 Pa
k = 0,62312 W/m.K
Pada menit ke 15
TC∆V = = = 31°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,183 kJ/kg
ρ = 995,2054 kg/m3
μ = 0,734918 x 103 Pa
k = 0,62312 W/m.K
30
Th∆V = = = 47,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,193671 kJ/kg K
ρ = 978,8501 kg/m3
μ = 0,412080 x 103 Pa
k = 0,66656 W/m.K
Pada menit ke 3
Th∆V = = = 47,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,187606 kJ/kg K
ρ = 981,6227 kg/m3
μ = 0,412080 x 103 Pa
k = 0,663149 W/m.K
Pada menit ke 6
Th∆V = = = 46°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,19084 kJ/kg K
ρ = 982,40647 kg/m3
μ = 0,44189 x 103 Pa
k = 0,663149 W/m.K
Pada menit ke 9
Th∆V = = = 45,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,18662 kJ/kg K
ρ = 983,09712 kg/m3
μ = 0,45538 x 103 Pa
k = 0,65966 W/m.K
Pada menit ke 12
Th∆V = = = 45,5°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,18641 kJ/kg K
ρ = 983,7877 kg/m3
μ = 0,468870 x 103 Pa
k = 0,6577 W/m.K
31
Pada menit ke 15
Th∆V = = = 45°C
Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis:
Cp = 4,18612 kJ/kg K
ρ = 984,7086 kg/m3
μ = 0,4868 x 103 Pa
k = 0,6553 W/m.K
= Qh ρh Ch (Tho – Thi)
t (menit) Qh
26,4350
0
26,49381
3
26,5158
6
26,5378
9
26,559
12
26,5892
15
32
L=2m
dL = diameter rata-rata logaritmik
dL = = = 0,02981 m
0 0 0 0 0
9 0 0 0 0
12 0 0 0 0
15 0 0 0 0
Nrei = =
Nreo = =
Di mana:
Deq = = = 0,1482889 m
ao = = = 0,0038879 m2
ai = = = 0,00055543 m2-
sehingga,
t (menit) NRei NReo
0 23493,83481 2392,4661
3 23975,7142 2301,9346
6 24222,7948 2248,4525
33
9 24475,1625 2181,84521
12 24732,4891 2122,4681
15 24732,5058 1948,1091
0 5,235505 2,1963460
5 5,1143526 2,71652681
10 5,053925 2,7995324
15 4,993653 2,890392
20 4,9334991 2,984464
25 4,9334991 3,1097256
t (menit) hi ho
0 36478,4595 89,74053
3 36879,58066 87,99788
6 36548,459327 87,002980
9 37294,46331 85,58830
12 37507,0710 84,36590
15 37507,0904 79,85017
34
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Overall Ui(Theo) Dan Uo(Theo)
Persamaan yang digunakan yaitu:
Ui (Theo) =
( )
Uo (Theo) =
( )
Untuk mencari nilai Ui(theo) dan Uo(Theo) dicari terlebih dahulu nilai k steel 1%
karbon menggunakan table appendix A.3-16 di buku Geankoplis dengan
menggunakan data Thav dan Tcav
0 32 45,1858 70 44,8758
3 33 45,1776 66 44,9085
9 34 45,16950 63 44,9329
35
μ= x100%
E=
0 0 0
3 0,101611
6 0,0546
9 0
12 0
15 0
36