Anda di halaman 1dari 56

Buku Ajar Pegangan Mahasiswa

AZAS TEKNIK KIMIA


(Bagian I NERACA MASSA)

Oleh:
Dr. ELIDA PURBA, S.T., M.Sc.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

AZAS TEKNIK KIMIA


(Bagian I NERACA MASSA)

1. Judul : Azas Teknik Kimia


2. Ketua Penulis
a. Nama lengkap dan gelar : Dr. Elida Purba, S.T., M.Sc.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Golongan, Pangkat dan NIP : IIId, Penata Tk. I/ 132 170387
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Jabatan Struktural :-
f. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Kimia
3. Anggota Penulis : Yuli Darni, S.T., M.T.
4. Alamat
a. Alamat Kantor : Jurusan Teknik Kimia-Fakultas Teknik
Universitas Lampung
b. Alamat Rumah : Jl. Turi Raya Gg. Kelapa Warna No. 84
Tanjung Senang, B Lampung
c. Email/hp : elida_purba@unila.ac.id/0813 7974 5320

Bandar Lampung, 3 Agustus 2020

Penulis

Elida Purba, S.T., M.Sc, Ph.D.


NIP 1968 0902 1997 02 2005

ii
KATA PENGANTAR

Buku ini dibuat untuk memberikan sebuah pengenalan tentang prinsip-prinsip


dan teknik perhitungan dasar dalam bidang proses-proses kimia yang melibatkann
konversi bahan baku menjadi bahan jadi dengan proses kimia, fisika, dan biologi atau
gabungan dari ketiganya.
Buku ini akan menjelaskan tentang konsep dasar perhitungan dengan
menggunakan diagram dan skema proses, contoh-contoh permasalahan dan
penyelesainnya, dan soal-soal latihan untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa
tentang konsep.
Kompetensi umum yang harus dicapai termasuk kompetensi tersembunyi mata
kuliah ini adalah:
1. mengembangkan penalaran dan “problem solving skill”, dan melatih kebiasaan-
kebiasaan menjadi lebih teliti.
2. mempelajari cara memformulasikan neraca massa dan energi dalam suatu
sistem proses, menyelesaikan persoalan teknik kimia.
Mahasiswa tidak akan mampu memahami isi buku ini tanpa berlatih yang banyak
dan rutin berbagai contoh soal dan soal yang disajikan dalam buku ini. Langkah-
langkah penyelesaian soal tidak dapat dihafalkan atau dicarikan formula baku,
melainkan setiap soal harus diidentifikasi dan diformulasikan sesuai dengan data
yang tersedia. Logika berfikir tidak cukup hanya dengan menggunakan kemampuan
matematika yang kuat, tetapi juga harus menggunakan pertimbangan-pertimbangan
engineering atau “engineering judgement”. Contoh, secara matematika, apabila satu
orang dapat mendirikan 10 m2 dinding bata dalam 10 hari, maka 10 orang dapat
menyelesaikannya dalam 1 hari. Oleh karena itu, 240 orang dapat menyelesaikannya
dalam 1 jam, dan 14.400 orang dapat menyelesaikannya dalam 1 menit, hal ini tidak
mungkin karena (1) tempat berdiri 14.400 orang ini saja sudah tidak cukup membuat
dinding tersebut, dan baru mulai berdiri saja, waktu sudah habis. Jadi perhitungan-
perhitungan yang dilakukan dalam Azas Teknik Kimia harus benar secara engineering
dengan menggunakan ilmu pengetahuan metematika. Inilah yang membuat mata
kuliah ini menjadi menarik sekaligus menantang. Logika dan nalar lebih
dikedepankan daripada hitungan matematis.

iii
Cakupan buku ini yaitu Bagian I meliputi dimensi dan satuan serta konversi berbagai
satuan. Pada bagian II akan dibahas cara menyatakan konsentrasi gas, cair dan padat,
konsep suhu dan tekanan, penentuan basis, konsep mol, persamaan kimia dan
stoikiometri. Pada bagian III akan dibahas neraca massa tanpa reaksi dalam satu
sistem dan multi sistem, neraca massa tanpa dan melibatkan reaksi dengan Recycle,
Bypass dan Purging. Pada Bagian IV akan dibahas neraca energi pada system tanpa
reaksi dengan satu sistem dan multi sistem, serta neraca energi yang meibatkan reaksi
pada satu system dan multi sistem.

Hampir semua isi diktat ini dikembangkan dan dijelaskan lebih lanjut dari penjelasan
contoh soal yang ada pada buku referensi mahasiswa Himmelblau, D.M, 1996.
Langkah-langkah dalam diktat ini lebih detail, sehingga mahasiswa diharapkan lebih
mudah memahami metodologi penyusunan dan penyelesaian neraca massa dan
energi.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Selamat belajar dan berlatih !

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I Dimensi dan Satuan


1.1 Pendahuluan 1
1.2 Defenisi Dimensi dan Satuan 1
1.3 Sistem Internasional dan Amerika 3
1.4 Konversi Satuan 3
1.5 Evaluasi 5
Bab II Perhitungan Dasar dalam Teknik Kimia
2.1 Kompetensi 7
2.2 Densitas 8
2.3 Gravitas Spesifik (specific gravity) 10
2.4 Volume Spesifik 10
2.5 Fraksi Massa dan Mol 10
2.6 Penentuan Basis Perhitungan 11
2.7 Temperatur 14
2.8 Tekanan 18
2.9 Persamaan Reaksi dan Stoikiometri 17
2.9.1 Reaktan Pembatas dan Berlebih 23
2.9.2 Konversi 24
2.9.3 Yield dan Selektivitas 24
2.10Evaluasi 27
Bab III Neraca Massa
3.1 Pendahuluan 28
3.2 Strategi Menganalisis Neraca Massa 28
3.3 Neraca Massa pada Sistem Tanpa Reaksi 30
3.4 Neraca Massa pada Sistem Dengan Reaksi 33
3.5 Neraca Massa Dengan Recycle 39
3.6 Neraca Massa Dengan Bypas dan Purge 42
3.7 Neraca Massa Dengan Bypas dan Purge 46
3.8 Evaluasi 48
DAFTAR PUSTAKA 50

v
vi
BAB I

DIMENSI DAN SATUAN

1.1 Pendahuluan
Pada bagian ini kita akan melihat ulang sistem Satuan Indonesia (SI)
dan Sistem British atau Amerika dan cara mengkonversi dari satu satuan ke
satuan lainnya. Kemampuan mengkonversi ini perlu dimiliki untuk
memudahkan kita pada perhitungan-perhitungan Teknik Kimia yang lebih
kompleks. Pengalaman menunjukkan bahwa konversi satuan sering membuat
rasa jenuh dan frustasi ketika seorang sarjana Teknik Kimia menyelesaikan
persoalan-persoalan proses kimia. Pada sub-bab berikut akan diuraikan tips
mempermudah kita dalam menyelesaikan soal-soal yang melibatkan perlunya
konversi satuan.

1.2 Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa harus mampu :
1. menjelaskan perbedaan satuan Sistem Internasional dan British atau
Amerika.
2. menjelaskan definisi dimensi dan satuan.
3. mengkonversi suatu satuan menjadi satuan lainnya.

1.3 Definisi Dimensi dan Satuan


Dimensi adalah konsep dasar dari pengukuran, seperti panjang, waktu,
massa, suhu, tekanan, dan yang lainnya; sedangkan satuan adalah cara
mengekspresikan nilai dari dimensi itu seperti feet atau meter untuk panjang,

1
detik atau menit untuk waktu, kilogram atau gram untuk massa, celsius untuk
suhu dan atmosfir untuk tekanan. Pernyataan sebuah satuan dalam mengukur
dimensi sangat diperlukan agar perhitungan menjadi logis dan benar. Jadi hanya
dimensi dan satuan yang sama daoat ditambah atau dikurangi. Kita tidak dapat
menambahkan, mengurangkan atau menyamakan secara numeris satuan dari
dimensi yang berbeda. Jadi 10 cm + 2 detik tidak dapat dijumlahkan atau
dikurangkan atau disamakan karena dimensi dan satuannya berbeda. Satuan
yang dapat dijumlahkan adalah 10 cm dengan 2 m yaitu 10 cm + 200cm sama
dengan 210 cm atau 2,1 m, karena dimensinya sama yaitu panjang.

Contoh Soal 1.1 Jumlahkanlah satuan berikut ini :

a. 2 ft + 3 menit
b. 1 hp + 373 wat
c. 2 kg + 1,1 lb
d. 50 gr + 5 m
Penyelesaian
a. Tidak dapat dijumlahkan karena dimensinya berbeda yaitu panjang dan
waktu
b. 1 hp = 764 watt, jadi 1 hp + 0.5 hp = 1.5 hp atau 764 wat + 373 wat = 1.119
wat
c. 1 kg = 2,2 lb, jadi 2 kg + 1,1 lb = 2,5 kg atau 4,4 lb + 1,1 lb = 5,5 lb
d. Tidak dapat dijumlahkan karena dimensinya berbeda yaitu massa dan
panjang
TIPS : Ada beberapa satuan yang sering dipergunakan dalam Teknik Kimia, di
mana bila kita dapat menghafalkannya, waktu mengerjakan soal dalam
latihan dan ujian akan dapat dihemat secara signifikan. Satuan tersebut dapat
dilihat pada kolom di bawah ini.

2
Panjang Massa Lainnya
1 m = 100 cm 1 kg = 2,2 lb 1 jam = 3600 detik
1 m = 3.2808 ft 1 ton = 1000 kg 1 galon = 3.75 liter
1 in = 2.54 cm 1 kg = 1000 gr 0 °C = 273 K
1 ft = 12 in 1 atm = 760 mmHg
1 mil =1.6 km 1 atm = 101,5 kPa
0 °F = 460 °R
°F = (°C x 1.8) + 32
°C = (°F - 32)/1.8

1.4 SI dan Sistem British/ Amerika

Tabel di bawah ini menunjukan SI dan Sistem Amerika untuk dimensi yang
sama

Dimensi SI Amerika/British
Panjang Meter, m Feet, ft
Massa Kilogram, kg; ton, Pound, lbm
gram
Waktu Detik, menit, jam, hari, Detik, jam
tahun
Suhu Kelvin, K; Celsius, C; Rankine, R atau
Fahrenheit, F
Energi Joule, J Btu
Gaya Newton, N lbf
Daya Watt Horsepower, hp
Kecepatan m/s Ft/s
Tekanan Pascal, N/m2 Lbf/in2

1.5 Konversi Satuan


Untuk memudahkan kita menyelesaikan konversi satuan, format di
bawah ini disarankan untuk menggunkan dalam perhitungan. Kita harus

3
menuslikan angka dan satuan nya secara jelas. Konsep dari konversi ini
adalah mengalikan sesuatu dengan angka satu, dimana apabila suatu
harga atau angka di kalikan dengan satu, maka nilainya tidak berubah.
Suatu bilangan akan bernilai satu pembilang dan penyebutnya sama
Misalnya:
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1𝑘𝑔
,
1 𝑗𝑎𝑚 2,2𝑙𝑏

Contoh Soal 1.2


Jika sebuah mobil melau dengan kecepatan 60 km/jam, maka berapa
kecepatannya dalam ft/s ?

Penyelesaian:

60𝑘𝑚 1 𝑗𝑎𝑚 1000𝑚 3,2808𝑓𝑡 𝑓𝑡


= 54,68
1 𝑗𝑎𝑚 3600𝑠 1𝑘𝑚 1𝑚 𝑠

A B C D

Jadi secara prinsip B, C, dan D adalah bilangan 1,0 karena penyebut dan
pembilangnya sama, dan A dikalikan dengan 1 sehingga

60km/jam = 56,84 ft/s

Kesalahan yang sering terjadi pada konversi di atas adalah mengalikannya


dengan angka satu, tetapi mahasiswa menuliskannya terbalik yaitu
mengalikan dengan 3600 detik/1 jam atau 1 km/1000 m yang juga angka
1,0; tetapi aplikasinya tidak tepat untuk soal di atas, karena yang akan
diganti adalah km dan jam menjadi masing-masing ft dan s. Waspadalah!!!!.

4
1.5. Evaluasi:

1. Sebuah tangki akan diisi dengan air melalui sebuah pipa dengan diameter 3 4

in. Kecepatan air dalam pipa tersebut 3ft/det. Skema bentuk tangki
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Diameter tangki = 0,5 meter, dan
tingginya 3 ft. Tinggi kerucut tangki bagian bawah 15 cm. Tentukanlah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tangki tersebut sampai
penuh dalam menit.

2. Konversilah (a) 12 gal/jam ke m^3/det,

(b) 12 lbf/in2 ke N/m2

3. Konversilah (a) 3 l/det ke ft3/hari;

(b) 10 (in)(cm2)/(tahun)(lbm)(ft2) ke SI

4. Konduktivitas termal, k, sebuah cairan logam dapat diprediksi dari sebuah


persamaan empiris, k=A exp (B/T), dimana k dalam J/(s)(m)(K), A dan B
konstanta. Apakah satuan A dan B.

5
6
BAB II

PERHITUNGAN DASAR DALAM TEKNIK KIMIA

Pada bab ini kita akan mengkaji ulang beberapa ketetapan umum yang
digunakan dalam menyatakan sifat-sifat fisik dari suatu bahan termasuk
densitas, gravitasi spesifik, dan cara menyatakan konsentrasi atau
kandungan suatu fluida atau padatan. Anda juga mempelajari penentuan
basis perhitungan, temperatur, tekanan, serta persamaan reaksi dan konsep
mol.

Pemaham yang mendalam tentang bab ini akan memudahkan anda


dalam mempelajari bab-bab berikutnya, karena banyak konsep dasar pada
bab ini akan digunakan dalam perhitungan-perhitungan dasar teknik kimia,
baik neraca energi maupun neraca panas dalam sistem proses.

2.1 Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu:

1. menjelaskan dan menentukan densitas specific gravity, specific volume,


suatu zat atau campuran.
2. menentukan fraksi mol dan fraksi berat suatu zat
3. menentukan basis dan menentukan fraksi mol atau fraksi berat dari basis
tersebut
4. menjelaskan tentang temperatur, satuannya, skalanya, dan menghitung
konversi suatu satuan menjadi satuan lainnya

7
5. menjelaskan tentang tekanan, satuannya, skalanya, dan menghitung
konversi suatu satuan ke satuan lainnya
6. menjelaskan persamaan reaksi dan stoikiometri untuk menentukan
konversi, yield, selektivitas, reaktan pembatas dan reaktan berlebih.

2.2 Densitas

Densitas (ρ) adalah rasio satuan massa per satuan volume, misalnya
kg/m3, lb/ft3. Densitas cairan dan padatan tidak berubah secara signifikan
pada tekanan atmosfir, tetapi berubah sedikit apabila suhu berubah.
Densitas akan menurun dengan kenaikan suhu.

2.3 Gravitasi Spesifik (Specific gravity)

Specific gravity (s.g.) merupakan rasio yang tak berdimensi, karena


merupakan perbandingan antara dua densitas. Kedua densitas ini adalah
densitas sesuatu yang ingin dianalisis. A, dibandingkan dengan densitas suatu
zat referensi, yang biasanya densitas air pada 4ºC. Jadi, sg = (ρA)/(ρref) . Ini
berarti bahwa apabila diketahui s.g. suatu bahan, maka densitasnya dapat
ditentukan.

Contoh soal 2.1 Diketahui bahwa s.g. Dibrompentana (DBP) adalah 1,54,
berapakah densitasnya dalam (a) g/cm3 ,(b) lb/ft3 ,(c) kg/m3?

Penyelesaian:

(a) ρDBP = sg x ρair maka ρDBP = 1,54 x 1,0 g/cm3 = 1,54 g/cm3
(b) ρDBP = sg x ρair maka : ρDBP = 1.54 x 62.4 lb/ft3 = 97.97 lb/ft3

(c) ρDBP = sg x ρair maka : ρDBP = 1.54 x 1000 kg/m3 = 1570 kg/m3

8
Contoh Soal 2.2

Produk herbal memiliki berat molekul (BM) 192, yang mengalir dari
sebuah reactor dengan laju alir volume 10.3 l/min. Konsentrasi obat dalam
keluaran tersebut adalah 41.2% dalam air, dengan s.g. 1.025. Hitung
konsentrasi obat dalam kg/l dalam aliran keluar tersebut, dan tentukan laju alir
obat dalam kmol/min.

0.412 kg obat
REAKTOR
0.588 kg air

Penyelesaian:

Perlu digarisbawahi bahwa apabila konsentrasi larutan diberikan dalam


persentase (%), tanpa ada informasi mol atau berat, maka dianggap
informasi tersebut adalah dalam % berat. Jadi persen berat obat sebesar
41.2% akan rubah menjadi massa per liter seperti diminta soal di atas.

Bagaimana caranya?

Kita andaikan ada 1000 kg larutan obat keluar reaktor, maka ada 412 kg obat
dan ada 588 kg air. Untuk mendapatkan konsentrasi dalam massa per
volume (densitas), maka kita dapat menggunakan informasi s.g larutan
tersebut.

ρlarutan = sg larutan x ρair = 1.025 x 1.0 g/cm3 = 1.025 g larutan/cm3

Maka konsentrasi obat dalam larutan:

9
412𝑘𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡 1,025 𝑔𝑙𝑎𝑟 1 𝑘𝑔 1000 𝑐𝑚 𝑘𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡
= 0,422
1000 𝑘𝑔𝑙𝑎𝑟 𝑐𝑚 1000 𝑔 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝐿𝑙𝑎𝑟

Untuk menentukan laju alir, kita hanya perlu mengkonversi laju alir volume
menjadi laju alir masa dengan mengalikan laju alir volume dengan densitas
larutan dan membaginya dengan BM.

10,3 𝐿𝑙𝑎𝑟 0,422 𝑘𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙


= 0,226
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐿𝑙𝑎𝑟 192 𝑘𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛

2.4 Volume Spesifik

Volume spesifik adalah kebalikan dari densitas atau 1/𝜌, sehingga


satuannya juga merupakan kebalikan dari densitas yaitu satuan volume per
satuan massa. Parameter ini sering digunakan untuk menyatakan sifat gas
atau uap pada tekanan tertentu. Hal ini berhubungan dengan sifat gas atau
uap yang dapat dikompres atau ditekan. Jadi pada volume tabung tertentu,
massa gas atau massa uap dapat ditambah atau dikurang (berbeda dengan
larutan atau padatan).

2.5 Fraksi Massa dan Mol

Fraksi mol merupakan pembagian mol zat tertentu terhadap jumlah mol
total dalam suatu campuran, yang berlaku untuk gas, larutan, dan padatan.
Frakssi massa juga dengan cara yang sama diperoleh dengan membagi massa
zat tertentu dengan massa total dalam campuran. Jadi jumlah fraksi mol atau
fraksi massa pasti=1,0.

Contoh Soal 2.3 Sebuah container mengandung 2 kg air dan 1 kg NaOH.


Tentukan fraksi massa dan fraksi mol masing-masing zat tersebut.

10
Penyelesaian:
Fraksi massa air = 2 kg/ (2 + 1 kg) = 0,67
Fraksi massa NaOH = 1 kg/ (2 + 1 kg) = 0,33

Mol air = Massa air/ BM air = 2 kg/ 18 = 0,11 kmol


Mol NaOH = Massa NaOH/ BM NaOH = 1 kg/ 40 = 0,025 kmol

Fraksi mol air = 0,11/ (0,11 + 0,025) = 0,82


Fraksi mol NaOH = 0,025/ (0,11 + 0,025) = 0,18

2.6 Penentuan Basis Perhitungan


Penentuan basis pehitungan sangat penting dalam analisis proses kimia.
Sub bab ini akan menjelaskan bagaimana cara menentukan basis yang paling
sesuai, dan menentukan langkah-langkah perhitungannya. Basis selalu
dimunculkan di awal perhitungan. Pengambilan basis yang tepat dapat
memudahkan perhitungan, sebaliknya pengambilan basis yang keliru dapat
mengakibatkan perhitungan neraca massa atau analisis suatu proses yang
keliru. Basis perhitungan waktu misalnya jam, detik, hari; basis massa
misalnya mol, kmol, kg.
Pada saat memilih basis, ada tiga pertanyaan yang harus anda tanyakan
pada diri sendiri:
1. Saya memulai dengan apa?
2. Apa yang diinginkan soal atau apa yang ditanyakan?
3. Apa basis yang paling sesuai?

11
Umumnya, basis yang anda gunakan 1 atau 10 atau 100 bahkan 1000,
misalnya 1 kg, 10 kg, 100 kg, atau 1000 kg, atau dalam mol. Angka – angka
tersebut akan memudahkan anda karena fraksi atau persen akan otomatis
menjadi jumlah massa atau mol.

Misalnya, bila ada sebuah campuran A, B, C yang terdiri dari masing–masing


10%, 25% dan 65% berat secara keseluruhan, maka apabila kita ambil basis 100
kg, massa masing – masing A, B, C adalah 10 kg, 25 kg, dan 65 kg.

Contoh Soal Anda memiliki 130 kg gas dengan komposisi sebagai berikut: 40%
N2, 30% CO2, dan 30% CH4 dalam sebuah tangki. Berapakah BM rata – rata gas
tersebut ?

Penyelesaian:
Ingat: Apabila komposisi campuran gas diketahui dalam persen tanpa
menyebutkan % massa, mol atau volume, maka asumsi yang paling tepat
komposisi tersebut dalam % mol. Apabila komposisi campuran sebuah cairan
atau padatan diketahui dalam persen tetapi tidak ada informasi apakah % massa,
mol, atau volume, maka asumsi yang paling tepat adalah komposisi tersebut
dalam % berat.

Basis : 100 kmol campuran gas


Massa(kg)
Komponen % mol kmol BM
(mol x BM)
N2 40 40 28 1120
CO2 30 30 44 1320
CH4 30 30 16 480
TOTAL 100 2920

12
Berat Molekul (BM) adalah massa total (kg)/mol total (kmol) :

2950 kg/100 kmol= 29,50 kg/kmol

Contoh Soal 2.5 Sebuah hasil analisis bitumen batubara sebagai berikut: S 2%, N
1%, O 6 %, Debu 11% dan Air 3 %, sementara sisanya 77% adalah C dan H.
Komposisi C dan H tersebut diberikan dalam rasio mol H/C = 9. Hitunglah
fraksi berat masing-masing komponen apabila kelembaban dan debu diabaikan.

Penyelesaian:
Karena sampel berupa padatan maka asumsi persen komposisi di atas persen
berat. Untuk itu anda lebih tepat mengambil basis berat.

Basis: 100 kg bitumen batubara


Maka S + N + O + Debu + Air = 2 + 1 + 6 + 11 + 3 = 23 kg
Maka C + H = 100 kg – 23 kg = 77 kg.
Pertanyaannya sekarang dari 77 kg massa total C dan H, berapa kg C dan
berapa kg H? Informasi yang ada bahwa rasio mol C dan H adalah 9.

Untuk itu anda perlu mengambil basis baru untuk C dan H. Misalkan ada 100
kmol C dan H atau basis 100 kmol C dan H.

13
Basis : 100 kmol C dan H (diketahui H/C = 9 atau bila H = 90 maka C = 10
dengan total 100)
Komponen Fraksi Mol kmol BM Massa (Kg) % berat
(mol x BM)

H 90/(90+10)= 0,90 90 1 90 90/210 = 0,43

C 10/(90+10)= 0,10 10 12 120 120/210 = 0,57


Total 100 210

Jadi, dari 77 Kg C dan H, terdapat 43% H dan 57% C;

Sehingga : C = 0,43 x 77 Kg = 33 Kg
H = 0,57 x 77 Kg = 44 Kg

Jadi, fraksi berat masing-masing komponen tanpa kelembaman (air) dan tanpa
debu.
Komponen Massa (kg) % berat
S 2 0,02
N 1 0,01
O 6 0,07
C 44 51,00
H 33 38,00
Total 86 100,00

2.7 Temperatur
Pada sub bab ini anda akan mempelajari skala temperatur absolut dan
relatif dan konversi satu suhu ke suhu lainnya. Konsep temperatur adalah
dingin atau panasnya suatu bahan atau material. Skala yang digunakan
adalah Fahrenheit, Celcius, Rankine dan Kelvin.

14
Skala temperatur absolut didasarkan pada titik nol pada ℃ yang disebut
dengan skala Kelvin; skala absolut yang berhubungan dengan derajat
Fahrenheit disebut skala Rankine. Jadi hubungan antara temperatur relatif
dengan temperatur absolut dapat digambarkan sebagai berikut ini.
Dari Gambar 2.1 dapat anda pelajari bahwa satuan derajat pada Kelvin-
Celcius tidak sama dengan ukuran skala pada Rankine-Fahrenheit.

212 627 Titik didih 373 100

180 100
32 492 Titik beku air 273 0

F
a
h R K C
r a e e
e n l l
n k v c
h i i i
e n n u
i e s
t

-460 0 Absolute Zero 0 -273

Gambar 2.1 Skala Temperatur


Jika dimisalkan ∆℉ merupakan selisih satuan temperatur dalam
Fahrenheit dan ∆°𝑅 merupakan selisih satuan temperatur (T2-T1) Rankine, ∆℃
dan ∆°𝐾 dalam satuan Celcius dan Kelvin, maka:

15
Mengkonversi satuan suatu skala dengan skala lainnya:

1. Kelvin = oC + 273
2. Rankine = oF + 460
3. oF = (1,8 x oC) + 32
4. oC = (oF-32)/1,8
INGAT :
1. Delta (∆) disini adalah selisih temperatur T 2 – T1, dalam masing masing
skala di atas.
Misalnya: T1 = 212 oF, T2 = 50 oF ; maka ∆ oF = 162 oF

Dalam oR : T1 = 212 oF + 460, T2 = 50 oF + 460 ; maka ∆ oF = 162 oF


2. ∆K tidak dituliskan dengan ∆ oK

Tips : Hal yang agak membingungkan dalam mengkonversi satuan suatu


skala ke skala lainnya terdapat ketika mengkonversi dari Fahreinheit ke
Celcius dan sebaliknya (bila anda memiliki karakter yang kurang teliti). Untuk
itu anda ditawarkan tips berikut. Bila rumus konversi diatas tidak anda ingat,
maka ingatlah bahwa air mendidih pada 100 oC atau 212 oF. Artinya 100 oC =
212 oF. Dari angka ini anda dapat merumuskan bahwa 100 = (212-32)/1,8 atau
212 = (1,8 x 100) + 32. Angka ini akan membantu anda untuk menciptakan
rumus dan dapat menghitung berapa oC kah 86 oF dan sebaliknya.

Contoh Soal 2.6 Konversikanlah 100 oC menjadi: (a) K, (b) oF, dan (c) oR

Penyelesaian:

(a) 100 oC = 273 K


(b) 100 oC = (100 oC x 1,8) + 32 = 212 oF
(c) 100 oC = 100 oC + 460 = 672 oR

16
Contoh soal 2.7 Konversikanlah konduktivitas termal (k) aluminium pada 32OF
sebesar 117 Btu /(hr)(ft2)(OF /ft) menjadi Btu /(hr)(ft2)(K/ft)

Penyelesaian: Ingat bahwa ΔOC=ΔK danOF di atas sebenarnya adalah ΔOF, maka:
. Δ Δ
117 Btu/(hr)ft2)(oF /ft) = 211Btu/(hr)ft2)(K/ft)
Δ Δ

2.8 Tekanan
Pada subbab ini anda mempelajari berbagai pengukuran tekanan, untuk
tekanan relatif dan tekanan absolut, dan cara mengkonversi suatu satuan ke
dalam satuan lainnya.
Tekanan adalah gaya normal per satuanluas. Tekanan dapat dinyatakan
sebagai tekanan absolut atau tekanan relatif, tergantung cara pengukurannya.
Bila tekanan suatu tangki diukur dengan sebuah manometer terbuka ke
atsmosfir , maka tekanan yang diukur adalah tekanan relatif, karena
referensinya adalah tekanan atmosfir (lihat Gambar 2.2).

(a) (b)
Gambar 2.2 (a) tekanan absolut (b) tekanan relatif
Bila ujung manometer ditutup sehingga tekanan di ujung manometer
menjadi vakum, maka tekanan yang diukur adalah tekanan absolut. Beberapa
satuan tekanan yang perlu anda ingat:
1 atm=14,7psia ( singkatan dari pounds per square inch absolute)

17
1 atm = 33,91 ft 𝐻 𝑂 = 29,92 in Hg = 760 mm Hg = 101,3 kPa

2.9 Persamaan Reaksi dan Stoikiometri


Pada subbab ini anda akan mengkaji ulang konsep-konsep yang
berhubungan dengan reaksi kimia, dan konsep reaksi sempurna dan tidak
sempurna. Sebuah reaksi kimia memberikan informasi penting untuk
perhitungan secara kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan mol material yang
terlibat dalam suatu proses. Misalkan ada reaksi sebagai berikut

C H ( ) + 11 O ( ) → 7 CO ( ) + 8H O (2.1)

Apa saja yang dapat anda pelajari dan simpulkan dari reaksi di atas?

a. 1 mol C H akan bereaksi dengan 11 O (bukan berarti bahwa 1 kg atau 1 lb


C H akan bereaksi dengan 11 kg atau 11 lb O
b. 1 mol CO dapat dibentuk dari 1/7 C H

Perlu digarisbawahi : informasi yang diberikan adalah dalam mol (lb mol,
kmol, gmol, bukan dalam massa tetapi dalam mol maka disebut KONSEP
MOL)
Lihat kembali Sub-bab 2.4 di atas.

Contoh Soal 2.8 Pada pembakaran heptana, gas 𝐶𝑂 dihasilkan seperti


ditunjukkan pada gambar 2.3. Anggaplah anda akan menghasilkan 500 kg 𝐶𝑂
kering dan hanya 50% dari hasil pembakaran heptana dapat dikonversi menjadi
𝐶𝑂 kering tersebut. Diagram di bawah ini dapat membantu anda mengerti
persoalan yang ada. Berapa kg kah heptana yang harus anda umpankan untuk
mendapatkan 500 kg 𝐶𝑂 kering tersebut?

18
Produk Lain CO2 gas 500 kg/jam

C7H16 gas CO2 kering 500 kg/jam


Reaktor Heptana

Gambar 2.3 Pembuatan CO2 cair dan C7H16

Penyelesaian:
Reaksi yang terjadi
C7H16(g) + 11O2(g) 7 CO2(g) + 8H2O(g) (2.1)

Dari soal di atas diketahui bahwa CO2 gas yang dihasilkan haruslah minimal
1000 kg/jam agar diperoleh 500 kg/jam kering (karena hanya dapat
dikonversi menjadi CO2 kering 50% dari gas produk reaksi).

Kalau demikian kita harus menghasilkan 1000 kg CO2 gas. Kita tidak dapat
mengkonversi dan menghitung kebutuhan heptana dan kilogram. Hal yang
harus dilakukan adalah menghitung 1000 kg tersebut dalam kmol, lalu
menghitung mundur kebutuhan reaktan berdasaran koefesien reaksinya.

1. Hitung kmol CO2 yang harus dihasilkan tersebut dengan mengalikan dengan
BM CO2:
1000 kg CO2 = 1000 kg/44 = 22,727 kmol CO2

2. Hitung kmol heptana, C7H16, yang dibutuhkan:

22,727 kmol CO2 membutuhkan 1/7 x 22,727 kmol CO2 = 3,247 kmol C7 H16

3. Hitung massa dari C7 H16 tersebut dengan megalikan dengan Bm C7 H16:

19
3,247 kmol = 3,247 x 100.0 = 3,247 kg

Jadi anda butuh 324,7 kg 𝐶 𝐻 untuk memperoleh 500 kg 𝐶𝑂 kering.

Perhatikan: massa harus dikonversi menjadi mol untuk dapat diaplikasikan


dalam persamaan reaksi untuk menghitung jumlah masing-masing reaktan.

Soallatihan

Berapa kg kah 𝑂 yang dibutuhkan dan berapa kg 𝐻 𝑂 yang dihasilkan dari


reaksi tersebut.

Contoh soal 2.8 Berapa kg heptane yang harus diumpankan apabila reaksi di
atas hanya berlangsung pada konversi reaksi 75%

Penyelesaian:

Bilakonversi reaksi hanya 75%, Anda tetap dapat menghasilkan𝐶𝑂 kering


sebanyak 500 kg/jam, tetapi umpan yang harus diumpankan haruslah semakin
banyak. Berapa?

1. Hitung kmol 𝐶𝑂 yang harus dihasilkan tersebut dengan mengalikan dengan


BM 𝐶𝑂
1000 kg 𝐶𝑂 = 1000/44 = 22,727 kmol𝐶𝑂
2. Hitung kmol heptana𝐶 𝐻 yang dibutuhkan bila konversihanya 75%: 22,727
kmol 𝐶𝑂 membutuhkan [1/7 x 22,727 kmol 𝐶𝑂 ]/0,75 – 4,329 kmol C7H16
3. Hitung massa dari C7H16 tersebut dengan mengalikan dengan BM C7H16:
4,327 kmol = 4,327 x 100,0 = 732,7 kg

Jadi anda butuh 432,7 kg C7H16 untuk memperoleh 500 kg CO2 kering.

20
Contoh soal 2.9 sebuah limestone dianalisis dengan data :

CaCO3 92,89%

MgCO3 5,41%

Insoluble 1,70%

(a) Berapa lb CaO dapat dibuat dari 5 ton limestone ?


(b) Berapa lb CO2 dapat dihasilkan per lb limestone?
(c) Berapa lb limestone dibutuhkan per ton lime (CaO + MgO + Insoluble ) ?

Penyelesaian :

Reaksi yang terjadi :

(1) CaCO3(s) CaO (s) + CO2(g) (2.2)


(2) MgCO3(s) MgO (s) + CO2(g) (2.3)

Untuk memudahkan perhitungan anda perlu menentukan basis perhitungan


dalam massa (karena bahan adalah padatan, maka persen diatas adalah persen
berat). Ambil basis dalam massa dengan satuan lb karena dalam soal diminta
dalam lb.

(a) 1. Basis perhitungan 100 lb limestone (1.s.), maka dalam 100 lb 1s terdapat :
CaCO3 = 92,89 lb
MgCO3 = 5,41 lb
Insoluble = 1,70 lb

21
2. Untuk menghitung CaO yang dapat dihasilkan dari CaCO3 maka
persamaan reaksi (1) dapat digunakan sesuai dengan perbandingan
koefisien, tetapi massa harus diubah lebih dahulu ke dalam mol.

Mol CaCO3 = 92,89 lb/BM CaCO3 = 92,89 lb/ 100 = 0,928 lbmol

Dari persamaan reaksi diketahui bahwa 1 mol CaCO3 dihasilkan dari 1


mol CaO maka , CaO yang dihasilkan adalah 0,928lbmol

=0,928 x BMCaO= 0,928x 56 lb/lbmol = 52 lbmol

Soal (a) menanyakan jumlah CaO yang dihasilkandari 5 ton I.s.

Diketahui bahwa 100 lb I.s dapat menghasilkan 52 lb CaO.

Maka kalau ada 5 ton I.s. akan dihasilkan:

52 lb CaO / 100 I.s. (2200 lb/1 ton ) (5 ton ) = 5200 lb CaO

(b) Jumlah lb CO2 per 1 lb I.s. Anda harus menghitung CO2 yang dihasilkan
dari reaksi (1) dan (2). Untuk itu, anda perlu menghitung mol masing-
masing reaktan dan produk pada reaksi (1) dan (2)

1. Basis yang digunakan sama dengan pada (a). Jadi CO2 yang
dihasilkan dari reaksi (1) 0,928 lbmol juga ( karena koefisien reaksinya
sama).
Jadi, massa CO2 : 0,928 lbmol x BM CO2 = 0,928 x 44 = 40,83 lb
2. Dari reaksi (2) anda perlu menghitung CO2 yang dihasilkan. Dari
koefisisen reaksi diketahui bahwa dihasilkan dari mol MgCO 3

22
Jadi anda perlu menentukan lbmol MgCO3 yang ada pada reaktan.
MgCO3 = 5,41 lb/BMMgCO3 = 5,41 lb/84 = 0,0642 lbmol
Maka CO2 yang terbentuk juga 0,0642 lbmol;
massanya = 0,0642 lbmol x 44 lb/lbmol = 2,82 lb
CO2 yang dihasilkan per 100 lb l.s = 2.82 lb +40,83 lb = 43,65 lb
Atau 0,4365 lb CO2/lb l.s.

(d) Untuk membentuk 1 ton lime (CaO) dibutuhkan l.s. sebanyak??


Untuk ini, anda perlu mengetahui bahwa lime terdiri dari MgO, CaO dan
Insoluble. Diketahui bahwa 100 lb l.s. dapat membentuk 52 lb CaO, 2,59 lb
MgO dan 1,7 Insoluble, sehingga totalnya = 56,29 lb.

100 lb l.s./56,29 lime (2200 ton/1 ton) = 3908,33 lb l.s.

Soal latihan

Hitunglah (a), (b) dan (c) di atas apabila konversi masing-masing


reaksi hanya 80%.

2.9.1 Reaktan Pembatas dan Berlebih


Reaktan pembatas merupakan reaktan yang diumpankan terbatas dan
jumlahnya paling sedikit secara stoikiometri. Dengan kata lain, bila ada dua
atau lebih reaktandiupankan, maka reaktan yang lebih dulu habis secara
stoikiometri merupakan reaktan pembatas.
Contoh: Kita ambil reaksi 2.1 di atas. 1 kmol C7H16 dan 12 kmol O2dicampur
dan direaksikan, sudah pasti reaktan pembatas adalah C7H16.

23
Mengapa? Karena 1 kmol C7H16 secara stoikiometri hanya membutuhkan 11
kmol O2. Dengan kata lain O2 berlebih sebanyak 1 kmol.
Apabila diketahui jumlah reaktan yang berlebih aka persen berlebih dapat
dihitung:

%berlebih = 100 x

2.9.2 Konversi
Konversi reaksi didefinisikan sebagai mol umpan yang dapat dikonversi
menjadi produk atau jumlah umpan yang bereaksi dan berubah menjadi
produk. INGAT: konversi selalu ditentukan dalam mol bukan dalam massa.
Bila ada reaktan yag berlebih, umumnya konversi dinyatakan terhadap salah
satu reaktan dan lebih umum, konversi dinyatakan terhadap reaktan pembatas.

2.9.3 Yield dan Selektivitas


Yield, untuk reaksi tunggal, didefinisikan sebagai massa atau mol produk
dibagi massa atau mol umpan. Bila reaktan atau produk lebih dari satu, maka
harus dinyatakan secara jelasyield tersebut produk apa terhadap reaktan apa.

Selektivitas adalah rasio mol produk yang diinginkan terhadapol produk lain
yang tidak diinginkan.

Contoh: Konversi methanol (CH3OH) menjadi etilena atau propilena dengan


reaksi sebagai beriku:

CH3OH(l) C2H4(l) + 2H2O(l) (2.4)


CH3OH(l) C3H6(l) + 3H2O(l) (2.5)

24
Maka akan ada selektivias produk yang diinginkan, etilena (C2H4), terhadap
produk yang tidak diinginkan, propilena (C3H6).
Bila pada konversi metanol 80% terdapat persen mol etilena sebesar 0,19 dan
persen mol propilena 0,08, maka selektivitas etilena sebesar 0,19/0,08 = 2,4 mol
etilena per mol propilena.

Contoh Soal 2.10 Antimoni (Sb) diperoleh dengan pemanasan Sb2S3dengan besi
sehingga diperoleh lelehan Sb dari bagian bawah reaktor. Reaksi berlangsung
sebagai berikut ini.

Sb2S3(s) + 3Fe(s) 2Sb(s) + 3FeS(s) (2.6)

Bila sebanyak 0,6 kg Sb2S3 dan 0,25 kg Fe dan diperoleh 0,2 kg Sb. Tentukanlah :

(a) reaktan pembatas


(b) persen reaktan berlebih
(c) derajat kesempurnaan reaksi terhadap reaktan pembatas
(d) persen konversi terhadap Sb2S3
(e) yield

Penyelesaian :
Dari reaksi di atas diketahui bahwa 1 mol Sb2S3membutuhkan 3 mol Fe dan
membentuk 2 mol Sb dan 3 mold FeS. Jadi langkah yang harus anda lakukan
adalah menghitung mol masing-masing reaktan dan produk berdasarkan
informasi di atas

1. mol Sb2S3 = 0,6 kg/339 = 1,77 gmol


2. mol Sb = 0,2 kg/121,8 = 1,64 gmol
3. mol Fe = 0,25 kg/56 = 4,48 gmol

25
a) Untuk menentukan reaktan pembatas, maka anda perlu menghitung mol
reaktan sesuai stoikiometri dan membandingkannya dengan data aktual
diatas.
Bila ada 1,77 gmol Sb2S3 maka dibutuhkan 5,31 gmol Fe secara
stoikiometri, sementara yang tersedia hanya ada 4,48 gmol. Hal ini berarti
Fe tidak cukup. Maka untuk menghabiskan 4,48 Fe yang ada dibutuhkan
1,49 (1/3 dari 4,48 gmol sesuai koefisien reaksi). Jadi reaktan yang terbatas
adalah Fe dan yang berlebih adalah Sb2S3.

Sb2S3+3 Fe 2 Sb + 3 FeS
1,77 4,48 1,64 (data keluaran reaktor)
1,77 5,31 3,54 (secara stoikiometri 1 dengan konversi 100%)
1,49 4,48 2,98 (secara stoikiometri 2 dengan konversi 100%)
b) Persen reaktan berlebih : {(1,77-1,49/1,49) × 100 = 18,8 %
c) Walaupun Fe merupakan reaktan pembatas, namun tidak semua Fe
bereaksi. Hal ini dapat anda lihat dari produk Sb yang semestinya
diperoleh 2,98 gmol sesuai koefisien reaksi. Namun pada kenyataannya
hanya ada 1,64 gmol. Jadi 1,64 gmol Sb membutuhkan 3/2 × 1,64 gmol =
2,46 gmol Fe. Jadi derajat kesempurnaan reaksi terhadap Fe:

2,46 gmol Fe yang bereaksi / 4,48 gmol Fe yang tersedia = 0,55


d) Persen konversi terhadap Sb2S3

1,64 Sb membutuhkan 1 2× 1,64 gmol = 0,82 gmol Sb2S3

Jadi persen konversi Sb2S3 menjadi Sb = (0,82⁄1,77) × 100 = 46,3 %

e) Yield dapat dinyatakan dalam jumlah massa Sb per massa Sb2S3


Yield = 0,2 kg Sb/ 0,6 kg Sb2S3

26
2.10 Evaluasi

1. Spesifik gravity asam asetat adalah 1,049, tentukan densitasnya dalam


lbm/ft3
2. Anda memiliki gas dengan komposisi 40% N2, 30% CO2 dan 30% CH4.
Tentukan berat molekul rata-rata campuran gas.
3. Sebuah campuran gas terdiri dari Argon, B dan C dengan komposisi
campuran : 40% mol Argon, 20% mol C dan 18,75% berat B. BM Argon 40,
BM C 50. Tentukanlah (a) Berat Molekul B, (b) BM rata-rata campuran
4. Konversilah suhu berikut ini (a) 10oC ke oF; (b) 10oC ke oR; (c) -25 oF ke K; (d)
150 K ke oR

27
BAB III

NERACA MASSA

Pada bab ini anda akan mempelajari neraca massa pada satu sistem atau
pada multi sistem baik sistem tanpa reaksi maupun sistem yang melibatkan
reaksi kimia.

3.1 Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan mampu:

1. Menjelaskan konsep dan pentingnya neraca massa


2. Menghitung neraca massa pada sistem yang tanpa melibatkan reaksi pada single
system dan multi system
3. Menghitung neraca massa pada sistem yang melibatkan reaksi pada single system
dan multi system
4. Menghitung neraca massa pada sistem yang tanpa dan yang melibatkan reaksi
pada multi system dengan adanya recycle, bypass, dan purging.

3.2 Konsep Neraca Massa

Konsep neraca massa yang akan anda pelajari sebenarnya merupakan


aplikasi dari hukum kekekalan massa yaitu “massa tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan”. Jadi neraca massa dalam sistem merupakan
akuntansi material masuk dan keluar sistem. Hal ini analogi dengan akuntansi
keuangan.

28
Massa masuk dari suatu lingkungan ke dalam sistem melalui batas, dan
keluar dari sistem ke lingkungan lainnya. Jadi secara umum persamaan neraca
massa:

Massa terakumulasi = massa masuk-massa keluar+massa terbentuk-massa yang dikonsumsi(3.1)

Mari kita pelajari satu persatu istilah pada Persamaan (3.1) massa terakumulasi
artinya jumlah bahan yang bertambah atau berkurang di dalam sistem per satuan
waktu. Gambar 3.2 menunjukkan akumulasi massa dalam sebuah vessel
bertambah per satuan waktu atau disebut dengan akumulasi positif. Gambar 3.3
menunjukkan akumulasi massa berkurang persatuan waktu yang disebut dengan
akumulasi negatif.

Aliran Masuk Aliran Masuk Aliran Masuk Aliran Masuk

t0 t1
t2 t4
Gambar 3.2 Akumulasi massa positif

Aliran Keluar Aliran Keluar Aliran Keluar Aliran Keluar


t0 t1 t2 t3

Gambar 3.2 Akumulasi massa negatif


Apabila proses dalam keadaan steady atau ajeg atau sudah dicapai proses
yang kontinyu, dimana massa masuk dan massa keluar sama, maka akumulasi
menjadi nol. Hal ini berarti tidak ada lagi perubahan massa dalam sistem per

29
satuan waktu. Umumnya yang akan anda pelajari dalam diktat ini merupakan
proses yang tidak ada akumulasi atau steady state processes.
Bagian kedua dan ketiga dari Persamaan 3.1 adalah massa masukdan
keluar, yaitu semua massa yang masuk ke dalam sistem dari lingkungan dan
keluar dari sistem ke lingkungan lainnya. Bagian keempat dan kelima adalah
massa yang terbentuk atau dikonsumsi dalam sistem karena adanya proses
kimia atau biologi. Umumya bagian ini akan ada kalau suatu sistem melibatkan
reaksi kimia, sehingga ada produk yang terbentuk dan ada bahan baku yang
dikonsumsi. Jadi, bila proses steady state, dan tidak melibatkan proses kimia
atau biologi, maka Pers. (3.1) di atas menjadi:

Massa masuk = massa keluar (3.2)

3.3 Strategi Menganalisis Neraca Massa


Pada sub-bab ini anda akan mempelajari metodologi penyelesaian neraca
massa secara logika (bukan menghafal penyelesaiannya). Ada ungkapan
mengatakan “Tidak cukup hanya memiliki inteligensi yang baik, tapi
kemampuan menggunakan dan mengaplikasikan intelegensi yang ada jauh
lebih penting”. Ada ilustrasi yang penting, dalam menganalisis perhitungan-
perhitungan dasar dalam Teknik Kimia. Kalau ada 1 orang dapat membangun
dinding bata seluas 1 m2 dalam 10 hari, maka 10 orang dapat menyelesaikannya
dalam 1 hari, 240 orang dapat membangunnya dalam 1 jam, 14.400 orang dapat
membangunnya dalam 1 menit. Apakah masuk akal? Secara matematika benar,
tetapi secara rasional. Apakah yang dapat dilakukan dalam 1 menit? Belum
berdiri tegak, dan tempat berdiri 14.400 orang tersebut pun tidak ada untuk
membangun 1 m2 tersebut. Intinya, perhitungan dalam Azas Teknik Kimia
bukan hanya perhitungan matematis tetapi perhitungan matematis yang
menggunakan rasionalisasi aplikasi di lapangan.

30
Salah satu hal yang harus anda ketahui bahwa pada saat menghitung neraca
massa, hanya ada satu jawaban yang benar (unique solution). Untuk itu ada syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan unique solution, yaitu Jumlah variable
yang tidak diketahui harus sama dengan jumlah persamaan dalam suatu
persoalan neraca massa. Satu persamaan yang selalu dapat anda gunakan untuk
menambah jumlah persamaan yang ada yaitu jumlah fraksi massa atau fraksi mol
dalam jumlah campuran. Jumlah fraksi massa atau fraksi mol pasti selalu = 1. Jadi
apabila ada suatu campuran yang terdiri dari bahan A, B, C, maka fraksi masing –
masing bahan tersebut sejumlah 1; XA + Xb + XC = 1.

Mari kia lihat contoh dibawah ini untuk mengaplikasikan penjelasan diatas.
Sebuah system digunakan untuk meningkatkan konsentrasi etanol dalam air dari
50% etanolmenjadi 80% etanol dengan menguapkan kandungan airnya, seperti
ditunjukkan pada skema dibawah ini:

W ??
??% etanol
??% air
??% NaOH

T = 30oC
F = 100kg P = 60kg
50% etanol 80% etanol
40% air 5% air
10% NaOH 15% NaOH

Gambar 3.3 Proses steady state, pemurnian etanol tanpa reaksi kimia

Persamaan (3.1) menjadi pers (3.2) karena prosesnya steady state dan tidak
melibatkan reaksi.

Massa masuk = massa keluar

31
1. Perhatikan bahwa persentasi diatas adalah persen massa, bukan perse mol.
Masih ingat alasannya ??
2. Tujuan perhitungan adalah menentukan variable yang belum diketahui,
yaitu, W, Xetanol,W, XNaOH.W. Ada 4 variable yang tidak diketahui, maka
dibutuhkan 4 persamaan.
3. Untuk itu mari kita susun neraca massa untuk setiap komponen etanol, air
dan NaOH.
Massa masuk = massa keluar

a. Neraca massa Total : F = P + W

b. Neraca massa komponen


Etanol : kita perlu menghitung jumlah etanol masuk dan keluar system
yaitu etanol di F = air di P dan etanol di W
Air : Kita perlu menghitung jumlah air masuk dan yaitu air di F =
air di P dan air di W
NaOH : kita perlu menghitung jumlah NaOH masuk dan keluar
sstem yaitu NaOH di F = NaOH di P dan NaOH di W

Etanol : F . Xetanol.F = P.Xetanol.P + W.Xetanol.W (1)


Air : F . Xair.F = P.Xair.P + W.Xair.W (2)
NaOH : F . XNaOH.F = P.XNaOH.P + W.XNaOH.W (3)

Dari neraca massa total, F = P + W, kita dapat menentukan W = 40 kg


Jadi,
Etanol : 100 x 0,5 = 60 x 0,8 + 40 Xetanol.W (1’)
Air : 100 x 0,4 = 60 x 0,05 + 40 Xair.W (2’)
NaOH : 100 x 0,1 = 60 x 0,15 + 40 XNaOH.W (3’)

32
X etanol = 0,050
X air = 0,925
X NaOH = 0,025
Ikutilah langkah berikut ini setiap anda bertemu dengan persoalan neraca massa.

1. Bacalah soal dan pahami benar apa yang ditanyakan; “setengah dari pekerjaan
sudah selesai ketika kita sudah memahami soal”
2. Gambarlah skema dari proses, tentukan system yang akan dianalisis.
3. Beri symbol dan label setiap aliran yang ada ke dan dari system.
4. Tuliskan semua data yang diketahui pada skema No. 2, termasuk laju alir
massa, komposisi, dll.
5. Pilih basis perhitungan.
6. Tuliskan symbol variable yang tidak diketahui pada skema, dan guakan
symbol yang mudah diingat, misalnya F untuk umpan (feed), P untuk
produk, V untuk uap (vapour), D untuk Distilat, dll.
7. Susun neraca massa total dan komponen berdasarkan informasi pada soal
dan skema yang dibuat.
8. Hitunglah jumlah persamaan dan jumlah variable yang tidak diketahui.
9. Selesaikan persamaan dengan eliminasi atau substitusi.
10. Cek jawaban dengan memasukan angka yang sudah diperoleh ke dalam satu
atau dua persamaan yang ada pada (7).

3.4 Neraca Massa Pada Sistem Tanpa Reaksi


Pada sub-bab ini anda akan mempelajari beberapa contoh neraca massa tanpa
melibatkan reaksi pada satu atau multi system. Cara terbaik untuk memahami
penyelesaian neraca massa dengan menutup penyelesaian yang ada, lalu membaca
soal, membuat skema, dan selesaikan sesuai langkah – langkah di atas (1-10). Jika
anda langsung membaca soal dan penyelesaiannya, pemahaman anda akan soal

33
tersebut akan berkurang dan rasa percaya diri untuk menyelesaikan soal yang
lain akan menurun.
Contoh Soal 3.1 Sebuah kolom distilasi digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi etanol dari 10% menjadi 60%. Umpan, F, sebanyak 1000 kg masuk
dengan komposisi 10% etanol dan 90% air. Distilat yang diperoleh sebanyak P kg
dengan komposisi 60% etanol dan 40% air. Distilat diperoleh sebanyak 10% dari
umpan tentukan jumlah massa produk bawah menara distilasi, B, dan tentukan
fraksi massa masing-masing etanol dan air.

1. Baca soal di atas dan pahami pertanyaanya.


2. Gambar sketsa proses

HE
D P kg
I 60% etanol
F = 1000 Kg M S 40% air
10% etanol E T P = 10% F
90% air N I
A L
R A
A S
I

B = ?? kg
??% etanol
??% air

Gambar 3.4 Distilasi Etanol


3 dan 4 sudah diletakkan di sketsa pada gambar 3.4
5. tidak perlu dilakukan
6. sudah dilakukan di sketsa di atas
7. 8 dan 9 Neraca Massa disusun dalam sitem

34
7.1 Neraca massa Total ; F =B + P
7.2 Neraca massa komponen
Etanol : F . Xetanol,F = B . Xetanol,B + P . Xetanol,P
P = 0.1 (F) maka P = 100 kg, dan B = 900 kg
1000 X 0,1 = 900 . Xetanol,B + 100 . 0.6 (1)
Xetanol = 0,044
Air : F . Xair,F = B . Xair,B + P . Xair,P
100 X 0.9 = 900 . Xair,B + 100 X 0.4 (2)
Xair,B = 0,956
10. cek jawaban, F = P + B; 1000 kg = 100 kg + 900 kg

Contoh Soal 3.2 Larutan encer dibutuhkan untuk mengaktifkan sebuah baterai
pada sebuah bengkel. Anda diminta untuk menyiapkan 18,63% asam sulfat
dalam air dengan cara berikut ini. Sebuah tangki lama berisi asam sulfat 12,43%
akan dicampurkan dengan 200 kg asam sulfat pekat 77,7% asam sulfat. Berapa
kg larutan encer 18,63% yang dapat dibuat dengan penambahan tersebut diatas?
Penyelesaian :
1. Lakukan langkah (1)
2. Sketsa soal di atas

H2SO4 77,7% H2SO4 12,43% H2SO4 18,63%


H2 O 22,3% H2 O 87,57% H2 O 81,36%
P 200 kg A kg F kg

Sistem
Gambar 3.5 Sketsa penambahan asam sulfat pekat ke dalam
asam sulfat encer

35
3,4,5 sudah dilakukan diatas

6,7, dan yang tidak diketahui adalah massa awal larutan encer, A, dan massa
akhir larutan sesudah ditambahkan 200 kg larutan pekat, P. komponen
hanya 2 yaitu asam sulfat dan air.

Neraca massa :
Pada sistem ini, ada yang masuk tetapi ada yang belum keluar. Pada
awalnya massa A kg dan setelah ditambahkan massanya menjadi F kg,
berarti ada perubahan massa terhadap waktu atau yang disebut
akumulasi. Akumulasi adalah massa akhir dikurangi massa awal. Maka
persamaannya menjadi :

Massa akhir – massa awal = massa yang ditambahkan (massa masuk)


Neraca massa total :
F–A=P
F – A = 200 ; F = 200 + A
Neraca massa komponen :
H2SO4 ; F. XH2SO4 – A. XH2SO4 = P. XH2SO4,P
F. 0,1863 – A. 0,1234 = 200 . 0,777
(200 + A) (0,1863) – 0,1234 A = 155,4
A = 1906 Kg
Cek : F = 200 + 1906 = 2106 kg

Jadi dengan menambahkan 200 kg 77,7% H2SO4 pekat ke dalam tangki


yang berisi H2SO4 enver 12,43%, maka massa akhir dalam tangki harus
menjadi 2106 kg agar diperoleh H2SO4 dengan konsentrasi 18,63% sesuai
dengan permintaan.

36
Ada kalanya anda diminta untuk menganalisis proses yang multisistem.
Secara prinsip langkah-langkah di atas tetap berlaku.

Contoh soal 3.3.

Ambang batas aseton yang dapat dibuang ke atmosfir semakin diperketat


pengendaliannya. Untuk itu anda diminta untuk merancang sistem yang dapat
menyerap aseton dengan sistem yang ditunjukkan pada Gambar 3.6. Presentase
yang ditunjukkan baik gas maupun cairan adalah dalam persen berat.
Hitunglah,
A, F, W, B, dan D per jam.

Gambar 3.6 Penyerapan aseton pada absorber dan menara distilasi

Penyelesaian:

1, 2, 3 dan 4 sudah ada pada gambar

5. basis 1 jam

6. sudah dituliskan di skema

7. menyusun neraca massa

Seperti disebutkan pada Sub-bab 3.1, neraca massa adalah perhitungan


kekekalan massa pada suatu sistem atau multi sistem. Anda perlu menyusun neraca

37
massa pada tiap-tiap sistem pada multisistem di atas. Susun neraca massa total dan
neraca massa komponen pada Absorber, AB, Menara Distilasi, MD. Satu hal yang
perlu diingat, variabel yang tidak diketahui harus sama atau lebih sedikit jumlahnya
daripada jumlah persamaan. Variabel yang tidak diketahui ada 5 yaitu A, F, W, B,
dan D.
Pertama : susun neraca massa pada AB

Neraca massa total : W + G= A + F

Neraca massa komponen :

Air : (1,0) W + (0,02) G = (0,005) A + (0,81) F

Udara : 0 + 0,95 (1400) = 0,995 (A) + 0

A = 1336.7 kg

Aseston : 0 + 1400 (0,03) =0 + 0,19 F

F = 221.05 kg

Maka W = 157.7 kg

Kedua : Neraca massa di Menara Distilasi, MD

Neraca massa total : F = B + D; 221.05 = B + D; 221.05 – D = B

Neraca massa komponen :

Aseton : 221,05 (0,19) = B (0,04) + D (0,99)

42.00 = (221,05 – D) (0,04) + 0,99 D

42.00 = 8,842 + 0,95 D

D = 34,91 kg

B = 186,1 kg

38
3.5 Neraca Massa pada Sistem Dengan Reaksi

Pada sub-bab ini anda akan mempelajari beberapa contoh neraca massa
yang melibatkan reaksi pada satu atau multi system. Cara terbaik untuk
memahami penyelesaian neraca massa juga dengan menutup penyelesaian yang
ada, lalu membaca soal, membuat skema, dan selesaikan sesuai langkah-langkah
yng sudah dipelajari sebelumnya. Anda masih ingat Pers (3.1), yaitu persamaan
neraca massa secara umum. Pada sub-bab 3.3 di atas, anda tidak mengenal
massa terbentuk atau massa yang dikonsumsi dalam sistem. Pada sub-bab ini
anda akan menghitung jumlah massa yang terbentuk atau terkonsumsi
berdasarkan reaksi kimia yang terjadi dalam sistem. Konsepnya masih tetap
sama, mssa tetap kekal, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, massa hanya
dapat berubah bentuk.

Bila 1 mol atom C dan 1 mol Oksigen dibakar, maka akan dihasilkan 1 mol CO 2.

C + O2 CO2 (3.1)

Bila anda membahas tentang reaksi pembakaran, anda harus familiar dengan
istilah-istilah di bawah ini .

1. Flue atau Stack gas; berarti semua gas yang keluar dari proses pembakaran
termasuk uap air.
2. Orsat Analysis atau basis kering; berarti semua gas yang dihasilkan dari
proses pembakaran kecuali uap air.
3. Udara secara teori atau Oksigen secara teori; berarti jumlah oksigen atau
udara yang dibutuhkan secara stoikiometri untuk menghasilkan
pembakaran sempurna.
4. Udara ekses; berarti udara berlebih yang diumpankan ke dalam proses
pembakaran. Persen berlebih = 100 (kelebihan udara/udara yang
dibutuhkan.

39
Contoh Soal 3.4 ( Self Assesment Test No. 2 hal 204, Himmelblau, 1996 )
Sebuah proses yang disederhanakan ditunjukan pada Gambar 3.7 untuk
menghasilkan SO3 yang akan digunakan untuk pembuatan H2SO4. Awalnya
Sulfur dibakar dengan udara berlebih 100% di dalam burner, tetapi reaksi
pembakaran tersebut hanya berlangsung dengan konversi 90%. Reaksinya :

S + O2 SO2 (3.2)

SO2 dibakar di dalam converter dengan konversi 95% ( 2SO2 + O2 2SO3).


Hitunglah jumlah udara yang dibutuhkan per 100 lb Sulfur yang terbakar dan
konsentrasi setiap komponen gas keluar burner dan converter dalam % mol.

Gambar 3.7 Proses pembuatan SO3 dari Sulfur

Gambar 3.7 Proses pembuatan SO3 dari Sulfur


Penyelesaian :
1. Pasis 100 lb Sulfur dibakar
2. Ditentukkan lbmol Sulfur, O2 yang dibutuhkan secara stokiometri dan secara
aktualnya, dan jumlah SO2 dengan konversi 90%.
Mol S = 100/32 = 3,125 lbmol. Mol O2 yang dibutuhkan secara stokiometri =
3,125 lbmol, tetapi karena diberikan 100% berlebih maka O2 yang
diumpankan = 6,25 lbmol. SO2 yang terbentuk adalah 3,125 lbmol dikalikan
persen konversi = 3,125 x 0,95 = 2,969 lbmol. Udara terdiri dari 21% O2 dan
79% N2. Jadi N2 = 79/21 x 6,25 = 23,51 lbmol

40
S + O2 SO2 (3.3)
Komponen yang keluar dari burner adalah SO2 yang terbentuk, O2 sisa, Nitrogen
sejumlah yang diumpankan, dan S yang tidak terbakar, tetapi S bukan berupa
gas (dalam soal yang ditanyakan hanya persen mol gas). S yang bereaksi = 2.969
lbmol, O2 yang bereaksi juga 2,969 lbmol jadi O2 sisa = 6,25 – 2,969 = 3,281 lbmol.

SO2
Udara Burner
O2
S

Komponen BM Masuk Keluar


%mol lbmol Lb lbmol Lb
O2 32 6,250 200 3,281 105 11
N2 28 23,510 653 23,512 658 79
SO2 64 - - 2,969 192 10
Total 29,762

Gas keluar dari burner menjadi umpan masuk ke converter.


2 SO2 + O2 2 SO3 (3.4)
Dengan konversi reaksi 95%, jumlah SO2 yang dihasilkan dapat dihitung. Dari
koefisien reaksi, maka diketahui jumlah SO3 yang terbentuk adalah jumlah lbmol
SO2 dikalikan persen konversi, lbmol SO3 = 2,969 x 0,95 = 2,821 lbmol; sehingga
SO2 yang bereaksi = 2,821 lbmol
Jadi SO2 sisa = 2,969 – 2,821 lbmol = 0,149 lbmol
Oksigen yang bereaksi = ½ x 2,969 x 0,95 = 1,410 lbmol, seingga oksigen sisa =
3,281 – 1,410 = 1,871 lbmol

41
Komponen BM Masuk Keluar %mol
lbmol lb lbmol
O₂ 32 3,281 105 1,871 6,60
N₂ 28 23,512 658 23,512 82,93
SO₂ 64 2,969 192 0,148 0,52
SO₃ 80 - - 2,821 9,95

Total 28,352 100,00

3.6 Neraca Massa Dengan Recycle


Pada bagian ini anda mempelajari neraca massa yang melibatkan daur ulang
(recycle), di mana sebagian bahan yang dihasilkan dikembalikan ke proses
Contoh kasus yang tanpa reaksidan melibatkanreaksi akan dibahas.
Daur ulang dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk
meningkatkan konsentrasi keluaran pada pemurnian dan untuk menghemat
bahan baku (untukbahan baku yang mahal dan konversi tidak sempurna). Cara
analysisnya tidak berbeda dengan system yang tidak melibatkan recycle.
Prinsipnya masih tetap sama yaitu massa tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan, jumlah massa sebelum proses = massa setelah proses.
Contoh Soal 3.5. Sebuah menara distilasi digunakan untuk memisahkan 10.000
kg/jam larutan yang terdiri dari 50% benzene dan 50% toluene. Produk, D,
mengandung 95% benzena, sebagian dikembalikan ke menara disilasi, sebagai
refluk, R,. Produk bawah, W, mengandung 95% toluena. Uap, V, dari bagian atas
menara distilasi masuk ke kondensor sebanyak 8000 kg/jam. Jika diasumsikan
bahwa semua uap yang masuk ke kondensor menjadi cair, tentukan rasio R
terhadap D.

42
Gambar 3.8 Pemurnian Benzena pada menara distilasi
Basis 1 jam operasi
Neraca massa total; F = W + P
10.000 = W + P; P = 10.000 – W
Neraca massa komponen:
Benzena ; F . xbenzena,F = P . xbenzena,P + W . xbenzena,W
10.000 (0,5) = P (0,95) + W (0,04)
5000 = (10.000 – W) (0,95) + 0,04W
5000 = 9500 + 0.91W
W = 4950 Kg
P = 5050 Kg
Untuk menentukan R/D, maka kita perlu membuat neraca massa di keluarkan
kondensor.
Neraca massa totalnya : V =R+P
8000 = R + 5050; R = 2950
Mari kita pelajari proses yang melibatkan recycle dengan melibatkan reaksi
dengan contoh soal.

43
Contoh soal 3.6 Isomer glukosa digunakan sebagai katalis untuk memproduksi
fruktosa dari glukosa dalam sebuah fixed-bed-reactor (FBR). Berapakah konversi
reaksi pada Gambar 3.8 dibawah ini apabila P/R = 8,33

Fixed-Bed-Reactor
Feed 4% Fruktosa
40 %
Glukosa
Dalam air

Gambar 3.8 Pembentukan glukosa dalam FBR


Penyelasaian :
Agar dapat menentukan konversi, kita perlu mengetahui jumlah bahan masuk
dan keluar FBR. Ketika jumlah bahan (mol) diketahui sebelum dan sesudah
masuk FBR, berarti kita dapat menentukan berapa banyak bahan baku (reaktan)
yang berubah menjadi produk yang dinamakan dengan konversi
R ?? Kg

1 P ? Kg

Fixed-Bed-Reactor
Feed, F T ?? Kg X F,P = ????
XG,F = 0,40 XF,T = 0,04 XG,P = ????
XW,F = 0,60 XG,T = ???? XW,P = ????
XW,T = ????

Langkah pertama adalah menentukan basis perhitungan : 100 kg Feed


Neraca massa total pada sistem
Massa masuk = massa keluar ; F = P, jadi P = 100 Kg
Lalu R dapat juga kita hitung dari P/R = 8,33; R = 100/8,33 = 12 Kg

44
Mari kita buat neraca komponen
F=P
F.Xw,F = P.Xw,P
100 (0,6) = 100 (Xw,P) ; maka Xw,P = 0,6

Perhatian bahwa komposisi di P dan di R adalah sama, yang tidak sama adalah
jumlah massanya dalam Kg; sehingga Xw,R = 0,6 juga

Untuk menghitung jumlah R dan T, mari kta susun neraca massa pada mixing
Point 1
Neraca massanya total :
T = F+R;T=100+12=112 Kg

Neraca massa komponen :


Glukosa : T. XG,T = F.XGF + R.XGR
1112(XGT) = 100 (0,40) + 12.XGR
Fruktosa T.xFT = FXF,F + R.XFR
112 (0,04) = 0 + 12 (XFR)
XF,F = 373

Fraksi fruktosa di R = fraktosa di P, jadi XF,P = 0,373 karena fraksi air dan fraksi
fruktosa di P sudah diketahui, maka fraksi glukosa di P, XG,P dapat kita
tentukan, yaitu 1-0,373-0,6=0,027. Karena fraksi glukosa di P dan R sama maka
XG,R = 0,027

Akhirnya, fraksi glukosa di T, XGT = 0,36

Maka untuk menuntukan konversi di FBR kita menyusun ceraca massa di FBR
tersebut yang mellibatkan reaksi :

45
Massa masuk – massa keluar – massa dikonsumsi = 0

T.XG,T - (R+P) (XG,R) – (%konversi) (T) (XG,T) = 0

112 (0,36) – (112)(0,027) – X (112)(0,36) = 0

X = 0,93

(Konversi di sini didefinisikan dalam massa yang terkonversi, bukan mol


terkonversi).

3.7 Neraca Massa Dengan Bypas dan Purge


Bypassing adalah proses di mana sebagian material tidak dilewatkan ke
dalamsistem tetapi langsung di alirkan ke aliran keluaran sistem tersebut.
Purging adalah proses dimana sebagian material dibuang ke luar proses.
Mengapa kedua proses ini dilakukan ?

Berikut ini merupakan contoh proses mengapa Bypass dilakukan. Bypass


dilakukan untuk mengendalikan komposisi aliran akhir suatu unit dengan cara
mencampurkan aliran yang di-Bypass dengan aliran keluar sistem untuk
memperoleh komposisi akhir yang diinginkan. Gambar 3.9 menunjukkan skema
proses bypass.

Bypass B

Umpan Produk
Separator PROSES Mixer

Gambar 3.9 Aliran umpan proses sebagian dilewatkan ke keluaran proses

46
Contoh Soal 3.7 Isopentana dipisahkan dari gasoline bebas butana, pada sebuah
pabrik pembuatan gas alam. Skema proses ditunjukan pada Gambar 3.10.
Tentukan fraksi gasoline bebas butana yang dilewatkan sebagai bypass tanpa
melalui menara isopentana.

Isopentana buangan
100 % S

I
D S
E M O Batas sistem secara
B E P overal
U N E
T A N
Gambar 3.10 Peningkatan
A R T konsentrasi n-C5H12
N
A A
I
Z
N
E A
A
R
Ke pabrik
B n-C5H12 100% gasoline alam, P
F 100 kg n-C5H112 90%
n-C5H12 80% i - C5H12 10%
i-C5H1280%

Penyelesaian:

Basis : 100 Kg Feed

Neraca massa total : F = S + P; 100 = S + P

Neraca massa komponen:

n-C5 : F. Xn-C5,F = S.xn-C5,S + P.xn-C5,P

100 (0,8) = S (0) + P (0,9)

P = 88,9 kg

S = 11,1 kg

47
Untuk menentukan fraksi yang di-bypass kita perlu menyusun neraca massa di
menara isopentana. Misalkan massa F yang masuk ke menara isopentan = A kg,
dan massa yang keluar dari menara B kg, maka neraca massa total:

A=B+S

A = B + 11,1; B = A – 11,1

Neraca massa komponen:

n-C5 : A. Xn-C5,A = B.Xn-C5,B+ S.Xn-C5,S

A (0,8) = B (1,0)

A (0,8) = (A-11,1

A = 55,5 kg

B = 100 – 55,5 = 44,5 kg

Jadi sejumlah 44,5 kg gasoline bebas buta (umpan, F) harus dibypass untuk
memperoleh komposisi akhir sesuai dengan yang diinginkan ).

Kita juga dapat menentukan jumlah yang di-purge, S = A–B = 55,5– 44,5 = 10,0 kg

3.8 Evaluasi

1. Karbon murni (C), dibakar dengan oksigen. Gas buangan (Flue gases)
mengandung CO2 75% mol, CO 14% mol, O2 11 % mol. Berapa persen berlebih
Oksigen yang diumpankan?

2. Jelaskan pengertian recycle dan bypassing dengan kata-kata dan skema proses.
Apakah tujuan recycle dan bypassing?

3. Sebuah bahan mengandung 75% air dan 25% padatan yang diumpankan ke
dalam granulator dengan laju 4000 kg/jam. Umpan dicampur lebih dahulu
dengan produk yang direcycle dari dryer (untuk mengurangi konsentrasi

48
bahan secara overall kedalam granulator 50% air dan 50% padatan). Produk
meninggalkan dryer 16.7% air. Dalam dryer, udara di lewatkan untuk
merngeringkan padatan. Udara masuk dryer mengandung 3% berat uap air, dan
dan keluar dryer mengandung 6% berat uap air. (a) Tentukan Recycle ratio (R)
ke granulator; (b) tentukan laju alir udara masuk ke granulator berbasis udara
kering.

49
DAFTAR PUSTAKA

Himmelblau, D.M., 1996, Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering,


University of Texas, Prentice Hall PTR, USA.

50

Anda mungkin juga menyukai