Disusun oleh:
Kelompok 3
Aditya Kristianto / 1206249681
Alan Try Putra / 1206254403
Angela Susanti / 1206247303
Devi / 1206243601
Juan / 1206237492
Julius Ferdinand / 1206254731
Putu Geraldo Chiyoda / 1206253003
Salman Naufal / 1206261232
1
Universitas Indonesia
2. Koordinat Triangular dan Data Kesetimbangan
Karena terdapat tiga buah komponen, data kesetimbangan seringkali dinyatakan dalam
koordinat segitiga (triangular) sama sisi. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut.
2
Universitas Indonesia
Diagram fasa yang umum adalah sistem Tipe I yang ditunjukkan pada Gambar 2, di mana
sepasang komponen A dan B bersifat larut sebagian, dan cairan C terlarut sempurna dalam A
maupun B. Wilayah atau daerah dua fasa terletak di bawah kurva. Sebuah campuran awal
dengan komposisi M akan terpisah menjadi dua fasa konjugat a dan b yang terletak di pada
garis hubung kesetimbangan (tie line) yang melalui titik M. Beberapa garis hubung lain juga
diplot. Dua fasa bernilai identik pada titik P, yang disebut titik isotermal kritis (Plait point).
Daerah di luar kurva merupakan daerah satu fasa.
Gambar 2. Diagram fasa cair-cair di mana komponen A dan B bersifat larut sebagian.
Kurva kelarutan kesetimbangan diperoleh melalui eksperimen. Jika komponen B dan S larut
sebagian, kita dapat memilih campuran cairan biner B dan S apa saja, misalnya titik D yang
terdapat pada Gambar 3. Campuran ini dipisahkan ke dalam dua fasa cair yang setimbang, P
dan Q.
3
Universitas Indonesia
Garis Konjugat. Selama masih terdapat beberapa garis
hubung kesetimbangan, garis – garis hubung lain dapat
diperoleh melalui interpolasi dengan bantuan kurva
konjugasi. Dengan mengasumsikan garis hubung, E1R1,
E2R2, E3R3, E4R4 diketahui, kita dapat menggambar
sebuah garis vertikal dari E1, yang memotong garis
horizontal dari R1 pada titik F. Serupa dengan hal tersebut,
garis – garis vertikal lain dari E2, E3, E4 akan memotong
garis – garis horizontal dari R2, R3, R4 pada titik G, H, dan
J. Kurva yang menggabungkan titik FGHJ dan titik
isotermal kritis P disebut sebagai garis konjugat. Interpolasi tie line dengan kurva konjugat
Contoh E1: Campuran terner asam asetat – benzena - air. Data kesetimbangan cair-cair pada
25oC diberikan pada tabel berikut. Segitiga siku – siku menggambarkan
(1) Kurva kelarutan
(2) Garis hubung untuk percobaan No. 2, 3, 4, 6, 8
(3) Titik isotermal kritis dan garis konjugat
Fasa benzena (% massa) Fasa air (% massa)
No. Asam Asam
Benzena Air Benzena Air
Asetat asetat
1 0,15 99,85 0,001 4,56 0,04 95,4
2 1,4 98,56 0,04 17,7 0,20 82,1
3 3,27 96,62 0,11 29,0 0,40 70,6
4 13,3 86,3 0,4 56,9 3,3 39,8
5 15,0 84,5 0,5 59,2 4,0 36,8
6 19,9 79,4 0,7 63,9 6,5 29,6
7 22,8 76,35 0,85 64,8 7,7 27,5
8 31,0 67,1 1,9 65,8 18,1 16,1
9 35,3 62,2 2,5 64,5 21,1 14,4
10 37,8 59,2 3,0 63,4 23,4 13,2
11 44,7 50,7 4,6 59,3 30,0 10,7
12 52,3 40,5 7,2 52,3 40,5 7,2
(1) Titik-titik data diplot dalam koordinat segitiga siku-siku, penghubungan titik – titik akan
menghasilkan kurva kelarutan
(2) Percobaan No. 2, 3, 4, 6, 8 ditampilkan sebagai titik – titik R1, E1, R2, E2, R3, E3, R4, E4,
R5, E5. Garis hubung adalah garis lurus R1E1, R2E2, R3E3, R4E4, R5E5.
4
Universitas Indonesia
(3) Kumpulan terakhir data memiliki komposisi yang sama dalam kedua fasa, yaitu yang
terletak pada titik isotermal kritis (Plait point). Kurva pembantu diperoleh dengan
menggambar garis vertikal dari E1, E2, E3, E4, E5, yang memotong garis horizontal dari R1,
R2, R3, R4, R5 pada titik-titik G, H, I, J, L. Penggabungan GHIJLP memberikan garis
konjugat.
Contoh E2: Untuk sistem terner pada contoh E1 pada suhu 25oC, campuran dipisahkan
menjadi dua fasa cair setelah menetap. Satu fasa mengandung 15% asam asetat, 0,5% air dan
sisanya menjadi benzena (semua % massa). Gunakan garis konjugat dalam contoh E1 untuk
menentukan komposisi fase cair konjugat lain dan gambar garis hubung.
5
Universitas Indonesia
3. Data kesetimbangan pada koordinat persegi panjang
Karena koordinat - koordinatnya khusus, diagram segitiga tidak sesuai untuk digunakan. Fasa
kesetimbangan cair-cair lebih sering disajikan dalam koordinat persegi panjang, yang
ditunjukkan pada Gambar. 4 untuk asam asetat (A) - air (B) - pelarut isopropil eter (C).
Gambar 4. Diagram fasa cair – cair Asam asetat (A) - Air (B) - Isopropil eter (C) pada 293
K (20oC)
Pasangan pelarut B dan C larut sebagian. Konsentrasi A diplot pada sumbu horizontal dan C
pada sumbu vertikal. Konsentrasi B dihitung dari persamaan berikut.
xB = 1,0 – xA – xC yB = 1,0 – yA - yC
Sebuah garis hubung gi tampak menghubungkan lapisan kaya-air i, yang disebut lapisan
rafinat (raffinate), dan lapisan kaya-pelarut eter g, yang disebut lapisan ekstrak (extract).
Komposisi rafinat ditunjukkan dengan x, dan ekstrak ditunjukkan y. Oleh karena itu, fraksi
massa dari C dapat dituliskan sebagai yC pada garis ekstrak dan sebagai xC pada garis rafinat.
Untuk membentuk garis hubung gi dengan menggunakan plot kesetimbangan yA-xA di bawah
diagram fasa, garis – garis vertikal menuju g dan i digambar.
6
Universitas Indonesia
Sebuah campuran asli seberat 100 kg dan mengandung 30 kg isopropil eter (C), 10 kg asam
asetat (A), dan 60 kg air (B) yang disetimbangkan dan fasa kesetimbangan dipisahkan.
Bagaimana komposisi dari kedua fase kesetimbangan?
Dalam sistem di atas (Gbr. 4) pasangan pelarut B dan C larut sebagian, sementara A benar-
benar larut dalam B atau C. Hal ini juga bersifat umum untuk beberapa sistem lain di mana
kedua pasangan, A dan C, dan B dan C bersifat larut sebagian. Ini adalah sistem tipe II yang
ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram fasa cair – cair di mana pasangan pelarut A-C dan B-C bersifat larut
sebagian
Contohnya adalah sistem yang terdiri dari Stirena (A) - Etilbenzena (B) - Dietilen Glikol (C),
dan Klorobenzena (A) -Methiletil Keton (B) - Air (C).
Dalam proses ekstraksi terdapat dua aliran masuk (L kg dan V kg) yang TIDAK berada
dalam kesetimbangan, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6. Pelarut, sebagai aliran V2, masuk
dan L0 masuk dari sisi lain. Dua aliran masuk dicampur dan disetimbangkan dan kemudian
keluar sebagai aliran L1 dan V1, yang berada dalam kesetimbangan dengan satu sama lain.
Untuk menemukan komposisi produk akhir dalam kedua fasa, massa total dan komposisi
campuran harus diketahui (titik M). Hal ini dapat diperoleh dengan neraca komponen. Setelah
titik M diidentifikasi, komposisi produk dapat ditentukan dengan garis hubung
kesetimbangan.
7
Universitas Indonesia
Gambar 6. Ekstraksi satu tahap cair – cair : (a) diagram alir proses, (b) diagram fasa
Neraca komponen :
Keseluruhan : L0 + V2 = L1 + V1 = M (1)
(A) : L0xA0 + V2yA2 = L1xA1 + V1yA1 = MxAM (2)
(C) : L0xC0 + V2yC2 = L1xC1 + V1yC1 = MxCM (3)
8
Universitas Indonesia
Gambar 7. Penambahan grafis dan aturan lengan-tuas: (a) aliran proses, (b) penambahan
grafis
Dengan menggunakan neraca komponen, kita memiliki
Keseluruhan: V + L = M (4)
(A): LxA + VyA == MxAM (5)
(C): LxC + VyC == MxCM (6)
Mengkombinasikan persamaan (4) & (5), dan (4) & (6), kita memiliki
L x AM y A
(7)
V x A x AM
L x CM y C
(8)
V x C x CM
Menyetarakan persamaan (7) & (8) menghasilkan,
x AM y A x CM y C
= (9)
x A x AM x C x CM
Ruas kiri merupakan kemiringan dari garis LM dan sisi sebalah kanan merupakan kemiringan
dari garis MV. Karena kedua kemiringan tersebut bernilai sama dan kedua garis memiliki
titik temu pada titik M, ketiga titik L, M, dan V harus berada pada garis lurus. Aturan lengan-
tuas adalah sebagai berikut
L VM L VM
& (10)
V LM M LV
9
Universitas Indonesia
Oleh karena itu,
V= 75 kg, L = 25 kg
Alternatifnya, dengan menggunakan aturan lengan-tuas , jarak hg dalam Gambar 4 dihitung
sebagai 4,2 unit dan gi sebagai 5,8 unit. Kemudian
L L hg 4,2
M 100 gi 5,8
Penyelesaikan menghasilkan L = 72,5 kg dan V = 27,5 kg, di mana hasil yang diperoleh
masih berada dalam perjanjian yang wajar dengan metode neraca komponen.
Contoh E5: Pelarut murni isopropil eter (C) dengan laju alir massa (VN+1) = 600 kg/jam
digunakan untuk mengekstrak sebuah larutan encer (L0) = 200 kg/jamyang mengandung
30%-wt asam asetat (A) dan 70%-wt air (B) dengan arah aliran berlawanan dan muli-tahap.
Konsentrasi keluaran asam asetat dalam fasa cair yang diinginkan adalah sebesar 4%.
Hitunglah komposisi dan jumlah dari ekstrak eter V1 dan cairan rafinat LN. Data
kesetimbangan pada 20C dan 1 atm diberikan dan diplot di bawah ini.
Fasa air Fasa isopropil eter
(fraksi massa) (fraksi massa)
Asam Asam
Air Isopropil Isopropil
Asetat Asetat Air (yB)
(xB) Eter (xC) Eter (yC)
(xA) (yA)
6,9e-3 0,9810 0,0120 1,8e-3 5,0e-3 0,9930
0,0141 0,9710 0,0150 3,7e-3 7,0e-3 0,9890
0,0289 0,9550 0,0160 7,9e-3 8,0e-3 0,9840
0,0642 0,9170 0,0190 0,0193 0,0100 0,9710
0,1330 0,8440 0,0230 0,0482 0,0190 0,9330
0,2550 0,7110 0,0240 0,1440 0,0390 0,8470
0,3670 0,5890 0,0440 0,2160 0,0690 0,7150
0,4430 0,4510 0,1060 0,3110 0,1080 0,5810
0,4640 0,3710 0,1650 0,3620 0,1510 0,4870
11
Universitas Indonesia
Solusi :
Dengan menyelesaikan persamaan (11) dan (12), diperoleh nilai LN = 136 kg/jam dan V1 =
664 kg/jam.
12
Universitas Indonesia
Membuat neraca total pada tahap 1 dan pada tahap n,
L0 + V2 = L1 + V1 (15)
Ln-1 + Vn+1 = Ln + Vn (16)
Persamaan di atas kemudian dapat disusun ulang menjadi :
L0 – V1 = L1 – V2 = ... = Ln – Vn+1 = LN – VN+1 = ∆ (17)
Nilai ∆ adalah tetap untuk semua tahap. Koordinat untuk titik operasi ∆ dapat ditentukan
dengan neraca pada A, B, dan C :
L0xA0 – V1 yA1 = ... = LN xAN – VN+1 yA,N+1 = ∆ xA∆ (18)
L0xC0 – V1 yC1 = ... = LN xCN – VN+1 yC,N+1 = ∆ xC∆ (19)
L x V1 y A1 L N x AN VN 1 y A , N 1
x A 0 A 0 (20)
L 0 V1 L N VN 1
Persamaan yang serupa untuk xB∆ dan xC∆ dapat ditentukan. Titik ∆ ini ditempatkan melalui
koordinatnya sebagaimana yang dihitung dengan Persamaan (20) atau secara grafis sebagai
perpotongan dari garis L0V1 dan LN,VN+1. Metode untuk menentukan V1 telah didiskusikan
dalam contoh E5. Semua garis operasi (L0V1, L1V2, LnVn+1, ..., LNVN+1) harus melewati titik
∆.
Untuk menentukan jumlah tahap secara grafis, ikutilah prosedur di bawah ini :
(1) Tempatkan L0, VN+1, dan LN dengan melihat komposisinya.
(2) Gambarlah garis L0VN+1 dan tempatkan titik campuran M dengan menghitungnya
menggunakan Persamaan (13) atau (14).
(3) Gambarlah sebuah garis dari LN melewati titik M dan kemudian tarik lagi sampai
memotong batas fasa, dimana terletak V1.
(4) Tariklah garis L0V1 dan LNVN+1 yang mana akan memotong di titik operasi ∆
(5) Dimulai dari titik L0, gambarlah garis L0∆ yang mana akan memotong batas fasa di V1.
(6) Gambarlah garis kesetimbangan melalui V1 untuk menempatkan L1.
(7) Gambarlah garis L1∆ untuk menempatkan V2 pada batas fasa
(8) Sebuah garis dari V2 akan memberikan titik L2. Ini kemudian dilanjutkan sampai LN
yang diinginkan tercapai.
13
Universitas Indonesia
Secara bergantian titik ∆ dapat ditempatkan pertama kali menggunakan Persamaan (20).
Kemudian kita memulai lagi pada L0 dan membuat garis L0∆ untuk menempatkan V1.
Selanjutnya sebuah garis kesetimbangan yang melalui V1 akan menempatkan L1. Garis L1∆
kemudian dibuat untuk menentukan V2. Sebuah garis dari V2 kemudian akan menentukan
titik L2. Langkah ini kemudian terus dilanjutkan hingga LN tercapai.
Titik pencampuran didapat dengan persamaan (13) dan (14), xCM = 0,75, xAM = 0,075. Titik
V1 terletak sebagai titik potong dari garis LNM dengan batas fasa pada fasa ekstraksi, yA1 =
0,072, yC1 = 0,895. Kemudian garis L0V1 dan LNVN+1 diambil untuk menentukan titik Δ
Mulai dari L0, kita menarik garis L0Δ untuk menentukan V1. Kemudian, sebuah garis
pembagi kesetimbangan melewati V1 untuk menentukan L1. Garis L1Δ ditarik untuk
menentukan V2. Garis pembagi dari V2 menentukan L2. Garis pembagi terakhir menentukan
L3, yang berada di luar LN yang diinginkan. Maka sekitar 2,5 tahap teoritis yang dibutuhkan.
15
Universitas Indonesia
3. Metode McCabe-Thiele
Untuk menggambarkan jumlah tahapan yang banyak dalam diagram segitiga akan menjadi
hal yang sulit dan tidak akurat. Perhitungan yang lebih akurat dapat dilakukan dengan
memanfaatkan diagram McCabe-Thiele. Dalam hal ini, pengkajian dikhususkan pada
konsntrasi dari zat terlarut dalam fasa ekstrak dan setelah terekstraksi (fasa rafinat). Dalam
diagram ini tidak ditunjukkan konsentrasi dari diluen dalam ekstrak atau konsentrasi dari zat
pelarut dalam pelarut. Komponen yang minor dalam kedua fasa dipertimbangkan untuk
menentukan jumlah aliran dari ekstrak dan rafinat, yang akan mempengaruhi posisi dari garis
operasi.
16
Universitas Indonesia
Karena total laju aliran tidak konstan, diagram segitiga dan titik ∆ dimanfaatkan untuk
menggambarka garis operasi pada diagram McCabe-Thiele. Konstruksi diagram McCabe-
Thiele diberikan pada Gambar berikut untuk sebuah titik tunggal.
Dua titik ujung dari garis operasi telah diberikan pada contoh E6 (xAN = 0,1, yA,N+1 = 0), dan
(xA0 = 0,3, yA1 = 0,072).
Untuk sembarang garis operasi (dengan syarat melewati titik ∆), nilai konsentrasi zat A
dalam larutan ekstrak dan rafinat ditentukan dari diagram fasa menggunakan titik ∆ yang
umum dan dipindahkan menuju diagram y-x, seperti yang dtunjukkan pada gambar berikut.
Jumlah tahap kemudian dihitung dengan membuat tahap-tahap segitiga dengan garis operasi
dan kesetimbangan, di mana dalam soal ini nilainya berkisar pada 2 tahap.
17
Universitas Indonesia
4. Laju pelarut minimum
Jika laju pelarut yang digunakan sangat rendah, kasus pembatas akan tercapai, di mana garis
operasi yang melalui Δ dan garis hubung atau garis pemisah akan berhimpitan. Dengan
demikian, akan dibutuhkan jumlah tahap yang tak terhingga untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan. Dalam kasus ini, jumlah pelarut yang dibutuhkan bernilai minimum. Namun,
pada operasi yang sesungguhnya, jumlah pelarut yang digunakan harus lebih besar.
Prosedur untuk mendapatkan laju pelarut minimum ini adalah sebagai berikut dan
ditunjukkan dengan gambar di bawah ini.
18
Universitas Indonesia
Pertama, garis LNVN+1 diperpanjang, kemudian semua garis hubung di antara L0 dan LN
digambar memotong perpanjangan garis LNVN+1. Perpotongan yang paling jauh dari VN+1
(jika Δ berada pada sisi LN seperti kasus yang terdapat pada gambar di atas) atau perpotongan
yang paling dekat VN+1 (jika Δ berada pada sisi VN+1) adalah titik Δmin untuk pelarut
minimum. Posisi sebenarnya dari Δ harus lebih jauh dari VN+1 (jika pada sisi LN) atau lebih
dekat ke VN+1 (jika pada sisi VN+1) untuk penggunaan jumlah tahap yang berhingga (dapat
dihitung). Semakin besar jumlah pelarut, semakin sedikit jumlah tahap yang dibutuhkan
dalam ekstraksi.
19
Universitas Indonesia
Karena LN dan ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑉𝑁+1 𝐿𝑁 bernilai konstan, VN+1 akan mencapai nilai maksimum ketika panjang
̅̅̅̅̅
∆L N berada pada keadaan maksimum.
20
Universitas Indonesia