Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMICU II

FENOMENA PERMUKAAN DAN SURFAKTAN

KELOMPOK

ALIYA FAHIRA (1706070822)

AMANDA VANIA TJENDANA (1706024886)

EDMA NADHIF O (1706027156)

CATHARINE NATASYA (1706022956)

THARIQ A GHAZALI (1706070974)

Program Studi Teknik Kimia

Departemen Teknik Kimia FTUI

Depok, 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kimia
analitik yang berjudul “Fenomena Permukaan dan Surfaktan” ini dengan baik.

Tak sedikit kendala yang kami alami dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini,
namun semua itu tidaklah menurunkan niat kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dengan maksimal dan tepat waktu.

Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Dimana pihak-
pihak tersebut antara lain, ibu Eny Kusrini S.Si., Ph.D. selaku dosen Kimia Fisika, teman-
teman kelompok lain dalam kelas yang telah memberikan kritik serta sarannya, dan keluarga
yang telah memberikan dukungan terhadap kami.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala kritik dan saran akan terima demi meningkatnya ilmu
pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.

Depok, 9 November 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ……………………………………………………….…………….….2

Daftar Isi ………………………………………………………………........................3

ISI…………...………………………………………………...…………………….…4

Nomor 4……...………………………………………………...………………...….…4

Nomor 5………………...…………………..……………..……………………….….9

Nomor 6……...………………………………………………...………………...….…12

Nomor 7……...………………………………………………...………………...….…14

DAFTAR PUSTAKA………………...……………………...……………..………....21

3
4. Adsorpsi Isotherm
 Apa yang anda ketahui tentang isotherm Langmuir? Berikan contohnya.
Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isotherm adsorpsi dengan
menggunakan model sederhana berupa padatan yang mengadsorpsi gas pada
permukaannya. Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:

1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.


2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk molekul
gas sama atau energi adsorpsi konstan di semua sisi.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan.
6. Setiap sisi adsorben hanya bisa menyerap satu molekul adsorbate.

Pada kesetimbangan, laju adsorpsi dan desorpsi gas


adalah sama. Bila θ menyatakan fraksi yang ditempati oleh
adsorbat dan P menyatakan tekanan gas yang teradsorpsi, maka

k1 θ = k2 P (1-θ)
dengan k1 dan k2 masing–masing merupakan tetapan laju adsorpsi dan
desorpsi. Jika didefinisikan a = k1/ k2 ,maka

Pada adsorpsi monolayer, jumlah gas yang teradsorpsi pada tekanan P (y) dan
gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan monolayer dihubungkan dengan θ
melalui persamaan

4
Teori isotherm adsorpsi Langmuir berlaku untuk adsorpsi kimia, dimana
reaksi yang terjadi adalah spesifik dan umumnya membentuk lapisan monolayer.
Namun isoterm adsorpsi Langmuir ini memiliki kelemahan yaitu adsorpsi dengan
model Langmuir sangat menimpang pada beberapa kasus karena model ini gagal
untuk menghitung kekesatan dari permukaan adsorbat. Permukaan yang memiliki
kekesatan yang berbeda mempunyai banyak jenis tempat untuk terjadinya adsorbsi
dan beberapa parameter berubah-ubah dari satu tempat ke tempat lain, contoh pada
panas yang diserap. Model Langmuir juga mengabaikan interaksi dari adsorbat.
Melalui percobaan dapat diketahui bukti yang nyata bahwa terjadi interaksi antara
adsorbat pada data percobaan panas yang diserap. Terdapat dua macam interaksi
adsorbat, yaitu secara langsung atau tidak langsung. Interaksi secara langsung terjadi
pada batas molekul yang diserap, sehingga dapat menyebabkan penyerapan dekat
dengan adsorbat lain dapat berlangsung lebih cepat atau lambat. Pada interaksi
langsung, adsorbat mengubah permukaan di sekitar tempat yang diserap, sehingga
mempengaruhi penyerapan dari molekul adsorbate didekatnya.

Apa yang anda ketahui tentang isotherm Freundlich? Berikan contohnya.


Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Adsorpsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorban merupakan hal yang
penting. Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan
(decolorizing) dengan menggunakan batu apung (charcoal) dan proses pemisahan
dengan menggunakan teknik kromatografi. Pendekatan isotherm adsorpsi yang cukup
memuaskan dijelaskan oleh H.Freundlich. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat
terlarut per gram adsorban dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan, maka

5
Dimana k dan n adalah konstanta empiris. Plot log y terhadap log c atau log P
menghasilkan kurva linier. Dengan menggunakan kurva tersebut, maka nilai k dan n
dapat ditentukan. Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal
pada tekanan tiggi gas.

Untuk menentukan daya adsorb dari suatu padatan atau cairan, biasanya
dilakukan penelitian dengan cara mengukur volume dari gas yang teradsorb pada
suhu tetap, sehingga dikenal istilah adsorpsi isothermis. Data dari hasil percobaan
ini kemudian dibuat dalam bentuk kurva . diketahui bahwa ada 5 tipe kurva
adsorpsi sesuai bacaan diatas, jelaskan kelima tipe kurva tersebut dan berikan
contohnya yang anda ketahui

Isoterm Tipe Asal Adsorben


Type I Langmuir type is found for porous materials with small pores e.g.
charcoal

Type II Sigmoid type for non-porous materials

Type III Hyperbolic type porous materials with cohesive force between adsorbate
molecules greater than the adhesive force between
adsorbate molecules and adsorbent
Type IV Sharp approach to staged adsorption (first monolayer then build up of
the line p₀ additional layers
Type V Elongated S-type porous materials with cohesive force between adsorbate
molecules and adsorbent being greater than that between
adsorbate molecules

6
Apa itu isotherm BET? Berikan contohnya
Teori isotherm adsorpsi BET merupakan hasil kerja dari S. Brunauer,
P.H.Emmet, dan E. Teller. Teori ini menganggap bahwa adsorpsi juga dapat terjadi
diatas lapisan adsorbat monolayer. Sehingga, isotherm adsorpsi BET dapat
diaplikasikan untuk adsorpsi multilayer. Keseluruhan proses adsorpsi dapat
digambarkan sebagai :

1. Penempelan molekul pada permukaan padatan (adsorban) membentuk lapisan


monolayer.
2. Penempelan molekul pada lapisan monolayer membentuk lapisan multilayer.

Adsorban dan pada lapisan adsorbat monolayer didefinisikan sebagai konstanta c. Lapisan
adsorbat akan terbentuk sampai tekanan uapnya mendekati tekanan uap dari gas yang
teradsorpsi. Pada tahap ini, permukaan dapat dikatakan ”basah (wet )”. Bila V menyatakan
volume gas teradsorpsi, Vm menyatakan volume gas yang diperlukan untuk membentuk
lapisan monolayer, dan x adalah P/P*, maka isotherm adsorpsi BET dapat dinyatakan sebagai

Kesetimbangan antara fasa gas dan senyawa


yang teradsorpsi dapat dibandingkan dengan kesetimbangan antara fasa gas dan
cairan dari suatu senyawa. Dengan menggunakan analogi persamaan Clausius–
Clapeyron, maka

7
ΔHads adalah entalpi adsorpsi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
tekanan kesetimbangan dari gas teradsorpsi bergantung pada permukaan dan entalpi
adsorpsi. Model BET memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk adsorpsi gas
secara multilayer, tetapi juga memiliki kelemahan jika digunakan untuk
merepresentasikan data adsorpsi gas pada tekanan tinggi. Hal ini disebabkan model
adsorpsi BET merupakan adsorpsi absolut yaitu suatu angka hipotesis yang tidak
pernah dapat terukur secara percobaan karena yang terukur dari suatu percobaan
sebenarnya adalah apa yang disebut sebagai “adsorpsi Gibbs”. Data adsorpsi Gibbs
seiring dengan kenaikkan tekanan akan menunjukkan kenaikkan dari jumlah zat yang
teradsorpsi sampai pada titik tekanan tertentu (maksimum) kemudian saat tekanan
terus dinaikkan akan mengalami penurunan jumlah zat teradsorpsi sedangkan model
BET nilainya akan terus naik. Perbedaan ini menggambarkan bahwa model BET
merupakan kondisi yang nyata (absolut) sedangkan model Gibbs merupakan kondisi
yang ideal dari eksperimen Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita memerlukan
modifikasi pada model BET. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model modifikasi
BET dapat merepresentasikan data eksperimen adsorpsi gas pada tekanan tinggi
dengan lebih baik dibandingkan dengan model BET. Hal ini dapat diketahui dari nilai
Average Absolute Percent Deviation (AAPD) yang dihasilkan dari model modifikasi
BET nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai AAPD dari model BET. Hasil
pengolahan data dari eksperimen adsorpsi gas dengan menggunakan adsorben karbon
aktif, zeolit, batu bara, dan silika gel masing-masing diperoleh nilai AAPD untuk
model modifikasi BET adalah 1,98 %; 1.00 %; 3,12 %; dan 3,38 % sedangkan model
BET adalah 2,48 %; 2,02 %; 3,29 %; dan 3,36 %.

1.1.Bagaimana menentukan luas permukaan berdasarkan persamaan model BET?

Dengan menggunakan asumsi permukaan yang homogen, adsorpsi dapat dimodelkan


untuk setiap lapiran yang diserap dengan menggunakan persamaan Arrhenius untuk
menentukan laju kinetik dari adsorpsi/desorpsi berdasarkan fraksi cakupan
permukaan.
BET secara umum untuk adsorpsi gas kemudian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

8
Dimana V adalah volume gas yang teradsorpsi, Vm adalah volume monolayer yang
teradsorpsi, P adalah tekanas gas ekuilibrium, P0 adalah tekanan saturasi dan c adalah
konstanta BET.
Persamaan ini kemudian dapat disesuaikan sebagai fungsi linear dari p / p0 sebagai
berikut:

Intersep-y dan slope dari fungsi ini selanjutnya dapat digunakan untuk
emenentukan konstanta c (= slope/intersep + 1) dan Vm (= 1 / (slope+intersep)). Luas
permukaan spesifik (s, luas permukaan per satuan massa) kemudian dapat ditentukan
oleh persamaan:

Dimana konstanta N adalah bilangan Avogadro (jumlah molekul per mol), A


adalah luas permukaan cross-sectional dari molekul gas teradsorpsi tunggal, m
adalah massa material yang digunakan dalam pengukuran, dan 22.400 mewakili
volume satu mol gas dari kondisi volume dan tekanan standar (STP). Luas
permukaan ini diberikan dalam satuan massa (misalnya m2/g), yang bisa
dikonversikan ke volume luas permukaan spesifik dengan mengalikannya dengan
massa jenis material.
Selain yang disebutkan di atas, besar Vm sebagai volume dari gas yang
teradsorpsi saat STP untuk menghasilkan monolayer tampak pada permukaan
sampel dapat dikalkulasikan dengan menggunakan rumus berikut:

Dengan Va adalah volume gas yang teradsorpsi pada STP, P adalah teknanan uap
parsial dari adsorbat gas yang berada pada kesetimbangan dengan permukaan pada
77,4 K, dan P0 adalah tekanan jenuh gas adsorbat, maka nilai dari Vm pun dapat
dicari

1.2. Dua model persamaan, yaitu Freundlich dan Sips mempunyai batasan. Persamaan
Freundlich tidak berlaku pada tekanan rendah dan titik tekanan yang tinggi, dan
persamaan Sips tidak berlaku pada tekanan rendah. Persamaan Toth menjelaskan
beberapa sistem dengan submonolayer. Tuliskan dan jelaskan persamaan Sips
(Langmuir-Freundlich), persamaan Toth dan model adsorpsi Dubinin-
Radushkevich?
a) Persamaan Sips (Langmuir-Freundlich)

9
Model Isoterm Sips merupakan persamaan empirik yang disusun berdasarkan
asumsi adsorpsi terjadi secara kimiawi dengan tingkat energy yang heterogen.
Model isotherm adsorpsi ini juga merupakan gabungan dari model isotherm
Langmuir dan Freundlich, yang mempunyai karakteristik persamaan Langmuir dan
Freundlich. Persamaan model isotherm Sips dapat ditulis sebagai:

dimana Keq (Lmg-1) menggambarkan tetapan kesetimbangan persamaan Sips, qm (mg g-


1) merupakan kapasitas adsorpsi maksimum, dan Ce adalah konsentrasi kesetimbangan.
Model isoterm Sips dicirikan dengan adanya faktor keheteroganan, n, dan khusus untuk
n = 1, persamaan isotherm Sips akan menjadi persamaan isoterm Langmuir dan proses
adsorpsi menjadi homogen (Chatterjee et al., 2009a; 2010).
Persamaan Sips dapat memberikan sebuah kesesuaian yang lebih akurat pada
regime tekanan yang lebih besar dibanding persamaan Langmuir atau Freundlich, dan
dengan lebih akurat memprediksikan kuantitas dari hidrogen yang teradsorpsi pada
kesetimbangan dibanding persamaan Langmuir untuk adsorbent yang heterogen. Tetapi,
ia memiliki kekurangan yag sama dengan persamaan Freundlich: tidak menjadi Hukum
Henry pada penutupan permukaan yang rendah.
b) Persamaan Toth
Model persamaan Toth biasanya digunakan pada permukaan adsorben yang
heterogen seperti pada karbon aktif dan juga persamaan tersebut dapat digunakan pada
tekanan rendah dan tekanan tinggi. Model persamaan Toth adalah sebagai berikut:

Dengan C adalah kapasitas adsorpsi per unit massa adsorben pada kondisi equilibrium,
Co adalah kapasitas penyerapan maksimum, hst adalah panas adsorpsi isosterik, k0 adalah
konstanta equilibrium. t adalah parameter yang mengindikasikan heterogenitas adsorben.
c) Model Adsorpsi Dubinin-Radushkevich
Isoterm Dubinin-Radushkevich adalah sebuah model empiris yang awalnya
untuk adsorpsi dari uap subkritis ke permukaan padatan pori kecil (micropore) yang
mengikuti mekanisme pengisinan pori. Persamaannya adalah sebagai berikut:

di mana θ adalah penutupan fraksional, sedangkan kad dan ɛ adalah konstanta isoterm
Dubinin-Radushkevich.
Persamaan ini pada umumnya diterapkan untuk menyatakan mekanisme
adsorpsi dengan sebuah distribusi energi Gauss kepada permukaan heterogen. Model
tersebut telah sering sukses menyesuaikan aktivitas zat terlarut yang tinggi dan range
pertengahan dari data konsentrasi secara baik, tetapi memiliki sifat asimptot yang tidak
memuaskan dan tidak memprediksi Hukum Henry pada tekanan rendah. Pendekatan
tersebut biasanya diterapkan untuk membedakan adsorpsi fisik dan kimia pada ion
logam, dengan energi bebas rata-ratanya, E, per molekul adsorbat (untuk memindahkan
sebuah molekul dari lokasinya pada ruang sorpsi ke tak-hingga) dapat dihitung dari
persamaan:

10
Di mana BDR adalah konstanta isoterm. Lalu, parameter ɛ dapat dikorelasikan
sebagai:

1.3. Tuliskan rumus atau asumsinya jika ada, dan jelaskan isotherm adsoprsi Frumkin?

Pada isoterm adsorpsi Frumkin diasumsikan bahwa permukannya tidak homogen atau bahwa
efek interaksi lateralnya tidak dapat diabaikan. Telah diketahui bahwa isoterm adsopsi
Langmuir adalah kasus khusus dari isoterm adsorpsi Frumkin. Isoterm adsorpsi Langmuir
dapat diturunkin dari isoterm adsorpsi Frumkin dengan mengatur parameter interaksi (g)
menjadi nol, yaitu, g = 0. Isoterm adsorpsi Frumkin (θ vs. E) dapat digambarkan sebagai
berikut.

Dimana θ (0 ≤ θ ≤ 1) adalah fraksi cakupan permukaan, g adalah parameter interaksi untuk


isoterm adsorpsi Frumkin, Ko adalah ketetapan kesetimbangan saat g = 0, C+ adalah
konsentrasi dari ion-ion pada larutan dalam jumlah yang banyak, E adalah besar potensial, F
adalah konstanta Faraday, R adalah konstanta gas, T adalah temperatur absolut, r adalah lanju
perubahan dari energi Gibbs standar (∆Gθ○) dari adsorpsi dengan θ (0 ≤ θ ≤ 1), dan K adalah
konstanta kesetimbangan.

11
5. Percobaan isotherm adsorpsi dilakukan pada suhu kamar. Volume zat terlarut teradsorbsi per
gram pada berbagai tekanan sebagai berikut:
P(atm) 0,131579 0,263158 0,394737 0,526316 0,657895 0,789474 0,921053
Va (cm3) 17,9 33,0 47,0 60,8 75,3 91,3 104,2

a. Tentukan model isotherm adsorpsi yang sesuai untuk data diatas?


b. Jika P adalah 1500 torr, hitung volume zat terlarut untuk membentuk monolayer.
c. Fakta menarik apa yang dapat anda simpulkan dari kasus tersebut? Dan contoh apa yang
memungkinkan untuk model tersebut?

JAWAB:
a. Tentukan model isotherm adsorpsi yang sesuai untuk data diatas?
Model yang tepat yang tepat untuk data di atas adalah Physisorption. Karena adsorpsi ini
terjadi pada suhu kamar. Karakteristik dari physisorption adalah;
1. Gaya tarikan adalah Van der Waal’s.
2. Terjadi pada temperatur rendah dan berkurang seiring bertambahnya
temperature.
3. Reversible
4. Membentuk multilayer
5. Tidak membutuhkan energi aktivasi.

b. Jika Pᴼ adalah 1500 torr, hitung volume zat terlarut untuk membentuk monolayer!
Pemabahasan:
1500 𝑡𝑜𝑟𝑟 = 1,973685 𝑎𝑡𝑚
Sesuai dengan persamaan Langmuir:

1 𝑐−1 𝑃 1
=( ) +
𝑃
𝑣 ( ⁄𝑃° − 1) 𝑣𝑚 𝑃° 𝑣𝑚 𝑐

12
Maka dapat dibentuk plot y vs x:
𝑷 𝟏
𝑷° 𝒗 (𝑷⁄𝑷° − 𝟏)
0,0667 -0,0599
0,1333 -0,0350
0,2000 -0,0266
0,2667 -0,0224
0,3333 -0,0199
0,4000 -0,0183
0,4667 -0,0180

Grafik Plot Persamaan Langmuir 1/(v*(P/Po-1) vs P/Po


0.0000
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000 0.4500 0.5000
-0.0100
1/(v*(P/Po-1)

-0.0200

-0.0300
y = 0.0994x - 0.049
-0.0400 R² = 0.7695

-0.0500

-0.0600
P/Po

1 𝑐−1 𝑃 1
=( ) +
𝑣 (𝑃⁄𝑃° − 1) 𝑣𝑚 𝑃° 𝑣𝑚 𝑐

𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑏

Maka didapat,
𝑐−1
𝑚=
𝑣𝑚
1
𝑏=
𝑣𝑚 𝑐

13
Dan dari plot grafik didapat,
𝑐−1
𝑚 = 0,0994 =
𝑣𝑚
1
𝑏 = −0,049 =
𝑣𝑚 𝑐

Maka penyelesaiannya,
𝑐 = 0,0994𝑣𝑚 + 1

1
𝑐=
−0,049𝑣𝑚

Nilai c disamakan maka,


1 − 0,0048706(𝑣𝑚 )2 − 0,049𝑣𝑚 = 0

𝑣𝑚 ≅ −20,22 & 𝑣𝑚 ≅ 10,16

Maka dapat disumpulkan bahwa volume zat terlarut untuk membentuk lapisan monolayer
adaah sekitar 10,16 cm3

c. Fakta menarik apa yang dapat anda simpulkan dari kasus tersebut? Dan contoh
aplikasi apa yang memungkinkan untuk model tersebut?
Apabila dilihat dari data awal volume terlarut per gram berbanding lurus dengan
tekanan. Dan dengan Pᴼ 1500 torr, volume zat terlarut yang dibutuhkan untuk
membentuk monolayer adalah 10,16 cm3

Physisorption pada temperature rendah diaplikasikan pada activated carbon yang


banyak digunakan pada proses filtrasi, ekstraksi, dan purifikasi. Seperti pada purifikasi
larutan electroplating, spill cleanup, groundwater cleanup, filtrasi air minum, filtrasi
udara, dan lain-lain.

14
6. Ada lima tipe isotherm adsorpsi fisika. Tipe yang pertama berhubungan dengan
pembentukan adsorpsi monolayer, sedangkan tipe dua sampai tipe lima adalah adsorpsi
multilayer. Seorang peneliti ingin membuktikan bahwa adsorpsi gas N2 pada permukaan
suatu padatan merupakan isotherm adsorpsi tipe II. Dia melakukan penelitian pada suhu
90,1 K dan data yang dia peroleh adalah sebagai berikut
P/P0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
V(cc) 51,3 58,8 64,0 68,9 74,2

Buktikan bahwa data tersebut mengikuti kurva isotherm adsorpsi tipe II, sesuai
dengan hipotesis dari peneliti
Dalam hal ini, digunakan persamaan BET untuk menentukan grafik permodelan dengan
persamaan berikut:

𝟏 𝑪−𝟏 𝒑 𝟏
𝑷 = 𝑽𝒎𝑪 (𝑷 ) + 𝑽𝒎𝑪′
𝒗( 𝟎 )−𝟏 𝟎
𝑷

y m x b
0
Dilihat dari Steam Tables, maka P saat temperature 90,5 K adalah 3,7075 atm atau 2817,7 torr.
Data diplot pada table x dan y

X Y
0,05 0,00102596
0,10 0,00188964
0,15 0,00275735
0,20 0,00362845
0,25 0,00449236

Plot Persamaan Langmuir


0.005
y = 0.0173x + 0.0002
0.004 R² = 1 0.00449236
P/V(P-P0)

0.003 0.00362845

0.002 0.00275735

0.00188964
0.001
0.00102596
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
D P/P0

15
ari grafik di atas, didapatkan persamaan yang linier. Ini menunjukkan bahwa data dari grafik
tersebut termasuk dalam kurva isotherm adsorpsi tipe II. Kurva adsorpsi tipe II adalah
bentuk normal isoterm pada adsorben tak berpori atau padatan berpori besar (macropores)
dengan ukuran lebih besar dari 50 nm yang menunjukkan adsorpsi monolayer-multilayer.
Titik L pada gambar menunjukkan kondisi awal tahap linier dari isotherm, biasanya
digunakan untuk mengindikasikan tekanan relatif saat pelapisan monolayer selesai.

Tentukan nilai 𝝊𝒎 dan c

y = 0,0173x+0,0002
1
b= = 0,0002
𝑉𝑚𝐶′

Dari nilai kemiringan,


𝐶−1
m = 𝑉𝑚𝐶 = 0.0173
𝐶 1
0,0173 = 𝑉𝑚𝐶 − 𝑉𝑚𝐶
𝐶
0,0173 = 𝑉𝑚𝐶 – 0,0002
1
0,0173 + 0,0002 = 𝑉𝑚
1
Vm = 0,0175

Vm = 57,14 cm3
1
= 0,0002
𝑉𝑚𝐶
1
=C
57,14 𝑥 0,0002

𝐶 = 87,5
Maka nilai Vm adalah 57,14 cm3 dan nilai C adalah 87,5

16
Apa yang dapat anda pahami setelah mempelajari fenomena permukaan, yaitu adsorpsi?
Adsorpsi merupakan penyerapan permukaan zat yang dapat menghasilkan suatu lapisan. Lapisan
ini terdiri dari dua jenis yaitu monolayer dan double layer. Penentuan kondisi terbentuknya
monolayer atau double layer dapat ditentukan melalui adsorpsi isotherm. Biasanya partikel-
partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat antara
penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-balik. Dalam
adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap
atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan
suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Bagaimana implementasi dari proses adsorpsi atau isotherm adsorpsi tersebut? Jelaskan
sesuai dengan temuan dari kelompok anda
Bagi industri kimia, proses adsorpsi bukanlah hal yang asing lagi. Hampir semua industri kimia
melibatkan proses adsorpsi, baik dalam pengolahan air minum maupun dalam sintesis resin, dll,
dimana proses adsorpsi sangat berhubungan dengan tegangan permukaan dan adsorpsi juga
berhubungan dengan permukaan energi
Pada industri gula pasir, air tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkannya
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon.
Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

Menurut anda, berdasarkan kasus diatas, apa yang dapat anda pelajari tentnag surfaktan
khususnya pada kasus diatas?

Metode yang paling umum untuk diterapkan adalah teknik enhanced oil recovery (EOR). Salah satu
metode EOR yang paling diterapkan saat ini adalah injeksi surfaktan-polimer. Proses injeksi ini sangat
tergantung pada karakteristik aliran, heterogenitas batuan dan interaksi antara fluida-batuan. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan simulator reservoir. Studi ini dilakukan melalui analisis komparatif dari
4 (empat) jenis injeksi yaitu injeksi air, injeksi polimer, injeksi surfaktan, dan injeksi surfaktan-polimer.
Dapat dilihat bahwa injeksi air tidak bekerja optimal karena kandungan air telah mencapai nilai tertinggi
98%. Injeksi polimer bisa menyapu minyak yang terkandung dalam zona permeabilitas rendah sekitar 4%
dari saturasi minyak sebelumnya.

Jenis surfaktan apa yang dapat digunakan pada kasus tersebut? Diskusikan dengan kelompok
anda

Surfaktan jenis surfaktan-polimer dapat diinjeksikan dan menyapu minyak yang terkandung dalam kedua
zona permeabilitas tinggi dan rendah hingga mengurangi residual oil saturation after waterflood (SORW)

17
dan reservoir (ROS) masing-masing hingga 7% dan 11% dari saturasi minyak sebelumnya. Dengan
demikian, injeksi surfaktan-polimer dianggap sebagai teknik EOR yang paling cocok.

Pressure Swing Adsorption dapat digunakan sebagai salah satu alternative untuk memulihkan
kandungan CO2. Sedangkan Triethylene Glycol (TEG) dapat digunakan untuk menghilangkan
kandungan air yang terkandung dalam CO2 . Jelaskan dan gambarkan dengan singkat mengenai
Pressure Swing Adsorption, jenis adsorben apa yang digunakan?

Pressure swing adsorption (PSA) merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk memisahkan
beberapa jenis gas dari campuran gas sesuai dengan jenis karakteristik molekuler dan afinitas dari bahan
adsorben. Bahan adsorpsi khusus misalnya zeolit, digunakan sebagai sieve molekular, sehingga
memudahkan penyerapan gas utama pada tekanan tinggi. Proses selanjutnya adalah proses swing,yaitu
proses perubahan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah uuntuk mendesorp bahan adsorben.

Proses PSA dapat digunakan untuk memisahkan gas dalam campuran gas,karena tiap gas memiliki
kecenderungan penyerapan yang berbeda, kuat atau lemahterhadap permukaan padatan. Misalnya, jika
campuran gas seperti udara dialirkandibawah tekanan melalui suatu bejana yang berisi suatu bed
adsorben, yang menarik lebih banyak nitrogen daripada oksigen. Sebagian besar atau seluruh nitrogen
akantetap berada didalam bed, sedangkan gas yang keluar dari bejana akan diperkaya olehoksigen. Ketika
bed mencapai akhir kapasitasnya untuk menyerap nitrogen, beddapat diregenerasikan dengan cara
menurunkan tekanan sehingga melepaskannitrogen yang teradsorpsi. Dengan begitu bed dapat digunakan
kembali untuk memproduksi udara yang kaya akan oksigen.

18
Apakah adsorpsi dapat pula digunakan untuk meningkatkan kemurnian gas CO2??
Jelaskan alternatif atau metode yang dapat diterapkan jika anda sebagai engineer diminta
untuk selesaikan kasus diatas?

Salah satu aplikasi sistem penyerapan adalah pada sistem penyerapan CO2. Emisi gas
CO2 dari hasil pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan, industri, pembangkit listrik dan
lain-lain yang terakumulasi diatmosfir akan mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Sistem
adsorpsi adalah salah satu cara atau metoda yang paling efektif untuk memisahkan CO2 dengan
zat lainnya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Adsorpsi adalah peristiwa terjadinya kontak antara padatan dengan suatu campuran
fluida, sehingga sebagian zat terlarut dalam fluida tersebut teradsorpsi yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi fluida (Brown, 1950). Material yang digunakan sebagai
adsorben umumnya material yang berpori terutama pada letak tertentu dalam partikel (Hardjono,
1989). Salah satu adsorber padat yang berpotensi untuk memurnikan metana tersebut adalah
zeolit.

Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang terdiri dari ikatan SiO4 dan
AlO4 tetrahidra yang dihubungkan oleh atom oksigen untuk membentuk kerangka. Pada
kerangka zeolit, tiap atom Al bersifat negatif dan akan dinetralkan oleh ikatan dengan kation
yang mudah dipertukarkan yang akan berpengaruh dalam proses adsorpsi dan sifat-sifat thermal
zeolit (Ozkan dan Ulku, 2008). Selain jenis kation, kemampuan adsorpsi zeolit juga dipengaruhi
oleh perbandingan Si/Al dan geometri pori-pori zeolit, termasuk luas permukaan dalam,
distribusi ukuran pori dan bentuk pori (Gruszkiewicz dkk., 2005).

Gambar 1. Perangkat kolom adsorpsi CO2 menggunakan zeolite


(sumber : media.neliti.com/media/publications/150510-ID-none.pdf )
19
Metode Adsorpsi CO2
Adsorpsi CO2 dengan zeolit menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di
laboratorium dengan tiga tahap. Tahap yang pertama adalah perancangan kolom adsorpsi gas,
tahap kedua adalah uji daya adsorpsi zeolit dengan laju alir dan konsentrasi CO2 yang berbeda
dan tahap yang ketiga yaitu aplikasi pemurnian biogas.

Gambar 2. Skema diagram proses unit adsorpsi CO2


(sumber : https://media.neliti.com/media/publications/150510-ID-none.pdf )

Adsorpsi gas CO2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis, ukuran partikel, ukuran
pori dan jumlah zeolit serta bentuk dan ukuran kolom. Konsentrasi dan laju alir CO2 berpengaruh
pada proses adsorpsi karena semakin meningkat konsentrasi dan laju alir maka daya atau
kapasitas adsorpsi yang diperoleh semakin tinggi. Konstanta kecepatan reaksi sangat
berpengaruh terhadap proses adsorpsi CO2 dimana nilai K dapat diperoleh dari hubungan dari
jumlah zat teradsorpsi persatuan massa.

Pada proses injeksi EOR untuk lapangan minyak Y, dibutuhkan CO2 dengan tingkat
kemurnian yang tinggi, yaitu mencapai lebih dari 95%. Mengapa harus dengan kemurnian
CO2 lebih dari 95%? Cari refrensi yang sesuai. Bagaimana teknik EOR
diimplementasikan? Jelaskan!
Injeksi Karbon dioksida (CO2) adalah salah satu metode yang paling sering digunakan.
Hampir CO2 murni (>95% dari komposisi keseluruhan) mempunyai kemampuan untuk
mencampur dengan minyak untuk memperbesar, membuat lebih ringan, melepaskan dari
permukaan batu, dan membantu minyak untuk mengalir lebih bebas dalam reservoir sehingga
dapat bergerak keatas dari injector well ke producer well. Memberikan CO2 ke reservoir bisa
terjadi secara miscibility atau immiscibility. Pemindahan miscible CO2 bisa terjadi dalam suatu
kondisi spesifik, yang ditetapkan oleh empat variabel: suhu reservoir, tekanan reservoir,
komposisi gas injeksi, dan komposisi kimia minyak. Berdasarkan prinsip dasar, CO2 EOR
bekerja dalam prinsip yang sangat sederhana, CO2 akan bercampur dengan minyak, berperan
sebagai agen penipis, seperti yang dilakukan oleh gasoline ke motor oil. Setelah miscible mixing,
cairan digantikan oleh chase phase, biasanya air.
20
Sifat-sifat fisik dari karbon dioksida (CO2 Properties). Pada suhu dan tekanan atmosfer,
CO2 adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, inert dan merupakan gas yang tidak mudah
terbakar dengan berat molekul pada kondisi standar.

Gambar 3. Diagram fase yang menunjukkan sifat CO2


(sumber : http://www.reservoar.org/reservoir/eor/co2-eor-flooding/ )

Dalam diagram fase, setelah titik kritis terlampaui (superkritis) CO2 menjadi menguap
dan berperilaku seperti cairan.
Terdapat ada dua jenis proses utama dalam CO2-EOR flooding, yaitu proses CO2-EOR
larut (miscible) dan bercampur (immiscible), tergantung pada apakah CO2 yang diinjeksikan
benar-benar larut dalam reservoir minyak atau tidak. Proses larut atau bercampur dicapai setelah
injeksi CO2 ke dalam reservoir ditentukan oleh tekanan reservoir, temperatur reservoir,
komponen minyak reservoir dan komposisi gas yang diinjeksikan. Miscible displacement dalam
reservoir minyak sangat penting karena ketika miscibility tercapai, tegangan antar muka (IFT)
antara minyak dan zat yang memindahkan akan hilang, dimana saturasi sisa minyak residu akan
menjadi nol di daerah penyapuan.

Immiscible CO2-EOR Process

Selama proses injeksi CO2 immiscible, CO2 secara kontinyu diinjeksikan ke reservoir
dengan tekanan lebih rendah dari tekanan MMP (minimum miscibility pressure). Karena tekanan
reservoir tidak cukup untuk mencapai harga MMP tersebut, sehingga sebagian CO2 yang
diinjeksikan larut dalam fluida reservoir, sedangkan sebagian lain CO2 yang tersisa membentuk
fase gas bebas di reservoir (dimana pada keadaan ini CO2 dan minyak tidak akan membentuk
fase tunggal).

21
Mekanisme utama dalam proses immiscible, dimana CO2 yang diinjeksikan dapat
menyebabkan pembengkakan minyak (oil swelling) akibat minyak yang jenuh dengan CO2,
menurun viskositas campuran (viscosity reduction), menurun tegangan antarmuka (IFT
reduction) dan CO2 dapat mengekstrak komponen minyak ringan(extraction light component).
Dimana akibat pemisahan komponen minyak ringan dapat mengurangi densitas minyak dan
mengurangi viskositas minyak, yang juga membantu pemulihan minyak dan pemulihan
blowdown (blowdown recovery). Tiga faktor pertama diatas menyebabkan peningkatan
mobilitas minyak dan kemudian peningkatan pemulihan.

Selain itu, seperti halnya peranan air dalam waterflooding, dimana CO2 yang diinjeksikan
juga dapat meningkatkan perolehan minyak dengan cara meningkatkan dan mempertahankan
tekanan dalam reservoir. CO2 dapat bekerja sebagai gas cap buatan, mendorong minyak
reservoir menuju sumur produksi.

Gambar 4. Proses Immiscible


(sumber : http://www.reservoar.org/reservoir/eor/co2-eor-flooding/ )

Miscible CO2-EOR Process

Miscible CO2-EOR terjadi ketika tekanan reservoir lebih tinggi dari MMP (Minimum
miscibility Pressure) dan juga tergantung pada suhu reservoir dan komposisi minyak reservoir.
Dalam keadaan ini CO2 adalah superkritis dan dapat larut dengan minyak di semua bagian yang
mengarah ke pembentukan fluida satu fase tunggal.

Ada beberapa jenis mekanisme dari miscible CO2-EOR selain mekanisme yang telah
disebutkan diatas (oil swelling, viscosity reduction IFT reduction dan Vaporization and
extraction light component) terdapat mekanisme tambahan yakni, first contact, vaporizing dan
22
gas condensing. Terutama pada kontak pertama (first contact), CO2 tidak segera larut dalam
reservoir minyak sepenuhnya. Akan tetapi mengembangkan miscibility (yaitu dynamic
miscibility) pada beberapa kontak berikutnya, setelah proses kontak beberapa kali di mana
komponen ringan dari minyak menguap (vaporizing) menjadi CO2 fase gas dan kemudian CO2
mengalami kondensasi (condensing) lalu terlarut dalam minyak reservoir. Setelah CO2 yang
diinjeksikan benar-benar telah larut dengan minyak reservoir kemudian akan terbentuk zona larut
antara CO2 injeksi dan minyak asal.

Gambar 5. Proses Miscible CO2-EOR

(sumber : http://www.reservoar.org/reservoir/eor/co2-eor-flooding/ )

23
Daftar Pustaka
Atkins, p.w, 1996, “Kimia Fisika,” Erlangga, Jakarta.
Castellan,1982, “Physical Chemestry,” Edisi ketiga, Addison-Wesley PublishingCompany.
Company.Osick,J.1983. Adsorption. Ellis Hardwood Ltd.Chicester.England.
Proses Industri. (2018). Proses Purifikasi Gas Alam. [online] Available at:
https://www.prosesindustri.com/2016/09/proses-purifikasi-gas-alam.html [Accessed 9 Nov.
2018].
inc., M. (2018). Pressure Swing Adsorption Technology - XEBEC - A World Powered By Clean
Energy. [online] Xebecinc.com. Available at: https://www.xebecinc.com/technology-what-is-
psa.php [Accessed 9 Nov. 2018].
Martin, A., Suryawan, B. and Alhamid, M. (2018). [online] Media.neliti.com. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/150510-ID-none.pdf [Accessed 8 Nov. 2018].
admin, r. (2018). CO2-EOR flooding – Energy and Science. [online] Reservoar.org. Available at:
http://www.reservoar.org/reservoir/eor/co2-eor-flooding/ [Accessed 9 Nov. 2018].
Apriyanti, E. (2018). ADSORPSI CO2 MENGGUNAKAN ZEOLIT : APLIKASI PADA
PEMURNIAN BIOGAS. [online] Jurnal.unpand.ac.id. Available at:
https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/104/101 [Accessed 8 Nov. 2018].
Alagorni, A., Yaacob, Z. and Nour, A. (2018). An Overview of Oil Production Stages: Enhanced
Oil Recovery Techniques and Nitrogen Injection. [online] Ijesd.org. Available at:
http://www.ijesd.org/vol6/682-A3001.pdf [Accessed 8 Nov. 2018].

24

Anda mungkin juga menyukai