Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi tersebut. Katalis dapat mempercepat reaksi kekanan atau kekiri
sehingga keadaan setimbang lebih cepat tercapai, katalis ini disebut dengan katalis
positif. Penambahan katalis juga dapat menghambat reaksi, katalis tersebut disebut katalis
Penambahan katalis akan mempengaruhi laju reaksi. Pada teori tumbukan dan
menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktifitas
reaksi.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, heterogen dan homogen. Reaksi
heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Reaksi homogen,
katalis berada dalam fase yang sama dengan reaktan. Proses katalitik menggunakan
katalis heterogen dalam industri pertama kali pada tahun 1857, menggunakan Pt untuk
Reaksi Katalis
C4H10 Butena dan C4H6 (butadiena) Cr2O3 - Al2O3
Sulfida.
Hidrocraking
Logam (seperti Pd) pada zeolit
CO + 2H2 CH3OH
Promotor ZnO dengan Cr2O3 atau promoter
1
Mekanisme yang tepat dari katalis heterogen belum dimengerti secara sempurna.
katalis memegang peranan penting. Oleh karena itu aktifitas katalisis heterogen banyak
dilakukan pada sejumlah besar unsur peralihan (transisi) dan senyawa senyawanya.
Aktifitas katalis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsure peralihan (transisi)
dan senyawa senyawanya. Aktifitas katalisis banyak dilakukan oleh sejumlah besar
unsure peralihan (transisi) dan senyawanya. Tersedianya electron dan orbital d pada
katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi kepermukaan
katalis (Fessenden,1986).
Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi pembentukan
kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk adalah sebagai berikut :
1. Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar partikel katalis.
2. Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel katalis.
3. Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi adsorpsi
5. Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau
larutan diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan sama
efektifnya sebagai katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif katalis. Pada
2
dasarnya, katalis heterogen mencakup (1) adsorpsi pereaksi, (2) difusi pereaksi sepanjang
permukaan, (3) reaksi pada sisi aktif membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi, dan (4)
Zolit dapat ditingkatkan kinerjanya dengan cara menempelkan logam katalis pada
zeolit. Logam yang diembankan pada zeolit akan dapat meningkatkan aktivitas katalis
secara keseluruhan karena logam-zeolit akan memiliki fungsi ganda yaitu disamping
logam sebagai katalis zeolitnya sendiri bersifat katalis, katalis semacam ini biasanya
disebut sebagai katalis bifungsional. Logam yang biasa digunakan untuk katalis biasanya
logam-logam transisi.
pasangan elektron menyendiri pada orbital d. adanya elektron pada orbital d didukung
dengan keadaan elektron orbital s akan menjadi konsentrasi yang lebih besar pada
keaktifan yang tinggi dalam pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Hal ini yang
menyebabkan logam-logam transisi makin reaktif sebagai katalis (Hegedus, at al, 1999).
Mo sulfida sebagai kokatalis yang diemban pada -Alumina dapat mengaktalis proses
3
Istilah adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa
menempelnya atom/molekul suatu zat pada permukaan zat lain karena tidak ada
kesetimbangan gaya dalam permukaan sedangkan absorpsi adalah masuknya zat yang
diserap kedalam adsorben. Zat yang diadsorpsi adalah adsorbat sedangkan zat yang
mengadsorpsi adalah adsorben (Ismail, 1999). Secara umum proses adsorpsi dapat
diartikan sebagai proses penyerapan suatu zat oleh zat lain yang prosesnya hanya terjadi
pada permukaan zat tersebut, sehingga dalam hal ini luas permukaan mempunyai peranan
penting.
jumlah zat yang teradsorpsi pada temperatur tetap dalam keadaan setimbang. Dengan
kata lain, adsorpsi isoterm menunjukkan ketergantungan jumlah zat yang teradsorpsi
terhadap tekanan setimbang dari gas pada temperatur tetap. Nilai ini bervariasi dari 0
pada P/Po = 0 ke tak terhingga P/Po = 1. Sudut kontak dari uap yang terkondensasi = 0,
ini berarti permukaan terbasahi secara sempurna. Apabila garis isoterm mendekati garis
vertikal melalui P/Po, menunjukkan sudut kontak dari uap = 0, yang berarti bahwa
Ukuran dan bentuk pori dalam suatu padatan bervariasi. Pengkalsifikasian pori
disempurnakan oleh Internasional Union of Pure and Applied Chemistry menjadi seperti
ilmuwan yang mempelajari dan mengajukan beberapa teori mereka tentang isotrem
adsorpsi :
4
1. Isoterm Freundlich
m = K C1/n
dengan :
C = konsentrasi
K dan n = konstanta
V = k P1/n
dengan :
V = volume
P = tekanan
K dan n = konstanta
Isoterm Freundlich tidak dapat digunakan jika konsentrasi atau tekanan adsorbat
sangat besar.
2. Isoterm Langmuir
Proses adsorbsi dapat dijelaskan melalui proses kimia. Jika adsorbatnya gas,
kesetimbangannya :
A(g) + S AS
dengan :
A = gas adsorbat
5
S = sisi terbuka di permukaan
Konstanta kesetimbangannya :
x AS
K
xs P
dengan :
P = tekanan gas
Namun xAS lebih umum digunakan , sehingga xs = (1-) dan persaman sebelumnya
menjadi :
Kp
1
Kp
1 Kp
Jumlah substansi terserap, m akan sebanding dengan untuk adsorbent tetentu sehingga
1 1 1
m b bKp
Dengan memplotkan 1/m dengan 1/p harga k dan b bisa ditentukan dari nilai slope dan
interseptnya.
6
3. Isoterm Brunauer, Emmet dan Teller (BET)
Brunauer, Emmet dan Teller pada tahun 1938 memperluas teori kinetik
1 1 C 1 P
............... (1)
W (( Po / P) 1 WmC WmC Po
W = Berat gas total yang terserap pada tekanan relatif P/Po (g gas/g adsorben)
C = Tetapan BET
s
Untuk mencari C pada persamaan BET yang tetap yaitu : C 1
i
Persamaan BET (1) berupa garis lurus apabila dibuat grafik 1/W{(P/Po)-1}
versus P/P dan berat gas nitrogen yang membentuk lapisan satu lapis (monolayer), Wm
dapat ditentukan dari nilai slope (s) dan intersep (i) ini :
C 1
Slope ...................................................... (2)
WmC
1
Intersep ...................................................... (3)
WmC
7
1
Wm ...................................................... (4)
(s i)
Aplikasi metode BET ini dapat digunakan untuk menghitung luas permukaan.
Untuk itu perlu diketahui luas rata-rata molekul gas teradsorp. Luas permukaan, S, dari
Wm N
Ss x10 20 m 2 .............................................(5)
M
dengan :
Total volume pori dihitung pengukuran adsorpsi pada P/Po cukup tinggi
sehingga diasumsikan semua pori terisi dengan adsorbat sebagai fasa terkondensasi.
Vp = Wa / l
Lowell, S & Shields, J.E (1984) juga menjelaskan mengenai penentuan rata-rata
ukuran pori dapat diperkirakan dari volume pori dengan mengasumsikan geometri pori
adalah silindris sehingga jari-jari pori rata-rata dapat dihitung dari rasio total volume pori
rp = 2 Vp / Ss
dengan :
8
Jenis-jenis Isoterm Adsorpsi
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi jika inetraksi antara adsorbat dan permukaan adsorben
hanya disebabkan oleh gaya van der waals, karena itu adsorpsi fisika disebut juga
adsorpsi van der waals. Adsorpsi fisika berlangsung cepat, reversibel, dan molekul
teradsorp tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga panas adsorpsinya kecil
Grafik adsorpsi isoterm tipe I biasa disebut tipe Langmuir. Isoterm ini jarang
ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon teraktivasi, silica gel dan zeolit
yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori yang terisi
Umumnya ditemui pada material nonpori atau pada material yang diameter porinya lebih
besar dari mikropori. Perubahan titik atau lengkungan dari isoterm selalu terjadi dekat
dengan titik akhir dari lapisan tunggal adsorbat yang pertama, dengan kenaikan tekanan
relatif (P/Po), kemudian lapisan kedua sampai lapisan tertinggi dan berakhir sampai
tingkat kejenuhan ketika jumlah lapisan adsorbat menjadi tidak terbatas. Titik B
9
Gambar 3. Tipe Isoterm Adsorpsi Fisika
Grafik isoterm tipe III berbentuk konveks. Sistem ini relatif jarang dan
merupakan tipe dimana gaya adsorpsinya relatif rendah. Pada dasarnya dikarakteristik
oleh panas adsorpsi yang lebih kecil dari panas pencairan adsorbat. Oleh karena itu,
selama adsorpsi berlangsung, adsorpsi tambahan lebih mudah terjadi karena interaksi
adsorbat dengan lapisan yang menyerap lebih besar daripada interaksi dengan permukaan
adsorben.
Isoterm tipe IV terjadi pada adsorben yang memiliki jari-jari pori sebesar 15
1000 . Saat nilai P/Po kecil, tipe isotermnya mirip tipe II namun peningkatan adsorpsi
menyolok sekali pada nilai P/Po yang lebih besar yakni saat kondensasi pori (kapilaritas)
terjadi.
10
Isoterm tipe V sama dengan tipe III namun kondensasi pori terjadi pada nilai
P/Po yang lebih tinggi. Tipe ini relatif jarang ditemui. Ukuran pori untuk isoterm ini sama
2. Adsorpsi Kimia
Jika molekul teradsorpsi bereaksi secara kimia dengan permukaan, fenomena ini
disebut kemisorpsi. Karena ikatan kimia diputuskan dan dibentuk dalam proses
kemisorpsi maka panas adsorpsi mempunyai range nilai yang sama dengan reaksi kimia
antara lain :
1. sifat fisika dan kimia adsorben yaitu luas permukaan, ukuran pori dan
komposisi kimia
2. sifat fisika dan kimia adsorbat yaitu ukuran molekul, polaritas molekul dan
komposisi kimia
Ada beberapa aspek kemisorpsi yang menarik khususnya dalam katalis yaitu:
dan oleh sebab itu merupakan tahap penentu laju dalam katalitik.
11
2. panas kemisorpsi merupakan ukuran kekuatan ikatan yang terbentuk antara
Sifat alami spesies terkemisorp yang tampak, misalnya melalui absorpsi infra merah
adalah:
Pada umumnya, reaksi permukaan tidak berbeda dengan reaksi fasa gas atau
larutan. Perbedaan utamanya adalah energi bebas pada keadaan intermediet lebih
rendah pada reaksi permukaan daripada dalam keadaan gas. Sehingga ini
mengakibatkan laju reaksi pada reaksi permukaan lebih tinggi daripada fasa gas
atau larutan.
Ada tiga tipe umum reaksi permukaan; yaitu reaksi permukaan yang
12
precursor. Gambar 4 menunjukkan skema ketiga mekanisme untuk reaksi hipotetis
A+B A-B.
B A A B A B
B B B
B A B A A A A A
B A B A B A
B A B A B A B A B A B A
menghasilkan sebuah molekul teradsorp dan spesi B fase gas, salah satu reaksi
13
sebaliknya mengikuti Rideal-Eley. Jika produk sebuah precursor, maka salah satu
B A A B A B
B B B
B A B A A A A A
B A B A B A
B A B A B A B A B A B A
14