Adsorpsi
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya dalam keadaaan
tidak setimbang (unbalance) yang cenderung tertarik ke arah dalam (gaya kohesi > gaya adhesi).
Ketidakseimbangan gaya-gaya tersebut menyebabkan zat padat atau zat cair tersebut cenderung
menarik zat atau gas lainnya yang bersentuhan pada permukaannya. Fenomena konsentrasi zat
pada permukaan padatan atau cairan disebut fasa adsorpsi. Zat- zat yang diserap pada permukaan
padatan atau cairan disebut fasa teradsorpsi atau adsorbat, sedangkan zat yang menyerap atau
menariknya disebut adsorben.
Umumnya, daya serap zat padat terhadap gas tergantung pada jenis adsorben dan gas, luas
permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas. Peristiwa adsorpsi terjadi sangat cepat dan
reversibel. Apabila dalam keadaan kesetimbangan kodisinya diubah, misalnya tekanannya
diturunkan atau temperatur dinaikkan, maka sebagian adsorbat akan terlepas dan membentuk
kesetimbang baru.
1. Jenis-jenis Adsorpsi
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi
dibagi menjadi dua yaitu:
A. Adsorpsi Fisika (Physical Adsorption)
Adsorpsi fisika terjadi apabila suatu adsorbat dialirkan pada permukaan padatan yang
bersih. Molekul-molekul adsorbat tersebut terikat secara lemah karena adanya gaya Van der
Waals tanpa terjadi reaksi kimia antara adsorbat dan adsorben. Adsorpsi ini relatif cepat dan
bersifat reversibel. Adsorpsi jenis ini dapat berlangsung di bawah temperatur kritis adsorbat
yang relatif rendah, sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah. Karena ikatannya
lemah, maka ikatan ini dapat diputuskan dengan mudah yaitu dengan cara pemanasan pada
temperatur 150-200oC.
B. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Adsorpsi kimia melibatkan reaksi kimia antara molekul-molekul adsorbat tertentu dengan
adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dan ion antara adsorbat dan adsorben. Adsorpsi
ini umumnya terjadi pada temperatur diatas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas
adsorpsi yang dibebaskan tinggi.
Hal-hal yang membedakan antara adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia dapat dilihat pada
tabel 1.
1
Adsorpsi Fisika
Adsorpsi Kimia
-1
Rendah, - (8-20 kJ mol ) Tinggi, - (40-800 kJ mol-1)
Rendah,
tergantung Lebih tinggi, tergantung
3. Energi aktifasi
4. Reversibilitas
5. Lapisan
energi aktifasi
Tidak ada (nol)
Reversibel
Multilayer
energi aktifasi
Rendah (<25 kkal/mol)
Irreversibel
Monolayer
2.3 Temperatur
Ketika molekul-molekul gas (adsorbat) melekat pada permukaan adsorben terjadi
pembebasan sejumlah panas/energi, karena itu peristiwa adsorpsi adalah peristiwa
eksotermis. Sesuai dengan azas Le Chatelier pada adsorpsi fisika, berkurangnya temperatur
akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi dan sebaliknya.
V3>V2
V2>V1
P4>P3
T3 >T2
T4 >T3
V4>V3
V1
P2>P1
Pressur
e
T2 >T1
P3>P2
Vol. adsorbed
Vol. adsorbed
T1
P1
T5 >T4
Pressur
e
Adsorption Isotherm
Temperature
Adsorption Isobar
Temperature
Adsorption Isostere
2.4 Tekanan
Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan adsorbat. Pada adsorpsi fisika, kenaikan
tekanan adsorbat, dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi. Sebaliknya, pada adsorpsi kimia
kenaikan tekanan adsorbat justru mengurangi jumlah yang teradsorp.
3. Kesetimbangan Adsorpsi
Pada saat fluida yang mengandung adsorbat dikontakkan dengan padatan adsorben,
molekul-molekul adsorbat berpindah dari fluida ke padatan sampai konsentrasi adsorbat di
aliran fluida berada dalam keadaan setimbang dengan adsorbat yang teradsorp dalam padatan
adsorben. Data kesetimbangan adsorpsi yang dihasilkan pada temperatur konstan biasanya
disebut isoterm adsorpsi (adsorption isotherm), dimana terdapat hubungan antara jumlah zat
yang teradsorp per unit massa padatan dan konsentrasi adsorbat di larutan. Untuk mengukur
adsorpsi isoterm, massa padatan dan konsentrasi larutan yang telah diketahui kuantitasnya
dikontakkan sampai terjadi kesetimbangan. Adsorpsi isoterm dapat dihitung dengan
mengukur konsentrasi adsorbat di larutan pada saat awal dan pada saat kesetimbangan.
Brunauer mengklasifikasikan adsorpsi isoterm kedalam lima jenis kurva, seperti dalam
gambar 2.1. berikut:
It is clearly Langmuir
Type II
Type III
molecules
Type IV
layers)
between adsorbate
adsorbate molecules
Tipe I
Jenis ini disebut Langmuir isoterm, menggambarkan adsorpsi satu lapis (monolayer).
Banyaknya adsorbat mendekati harga pembatas saat P/Po mendekati satu. Jenis ini biasanya
diperoleh dari adsorben berpori kecil (micropore) kurang dari 2 nm dan luas area eksternal
yang sangat sedikit. Kurva jenis ini biasanya diperoleh dari adsorben karbon aktif dan zeolit
molecular sieve.
Tipe II
Jenis ini adalah bentuk normal isoterm pada adsorben tak berpori (nonporous) atau padatan
berpori besar (macroporous), yang menunjukkan adsorspsi monolayer-multilayer. Titik B
4
yang ditunjukkan pada gambar menunjukkan kondisi awal tahap linier dari isoterm, biasanya
digunakan untuk mengindikasikan tekanan relatif saat pelapisan monolayer selesai.
Tipe III
Jenis ini menunjukkan tipe kuantitas adsorben semakin tinggi saat tekanan relatif bertambah.
Tidak adanya titik B seperti pada jenis kedua disebabkan karena interaksi adsorbat-adsorbat
yang lebih kuat dibanding adsorbat-adsorben. Sama seperti tipe II, jumlah lapisan pada
permukaan adsorben tidak terbatas (multilayer).
Tipe IV
Jenis ini hampir sama dengan tipe II pada rentang tekanan relatif rendah sampai menengah.
Volume terbesar adsorbat yang teradsorpsi dihitung dari capillary condensation yang telah
sempurna mengisi pori. Kurva jenis ini dihasilkan dari padatan berukuran mesopore (2-50
nm).
Tipe V
Jenis ini hampir sama dengan tipe III, dihasilkan dari interaksi yang rendah antara adsorben
dengan adsorbat. Tipe V juga ditunjukkan oleh pori dengan ukuran sama seperti tipe IV.
Beberapa teori dan model emperis telah dikembangkan untuk menggambarkan berbagai jenis
adsorpsi isoterm, diantaranya adalah persamaan emperis Freundlich (Isoterm Freundlich) dan
persamaan yang diturunkan secara teoritis oleh Langmuir (Isoterm Langmuir)[3,4].
(2.1)
dengan:
KF dan n adalah konstanta, n>1
q
(2.2)
log q
= tg-1 (1/n)
log K
log C
Gambar 2.2. Persamaan linier dari isoterm Freundlich
3.2. Isoterm Langmuir
Persamaan teoritis isoterm Langmuir adalah sebagai berikut:
q
q m KAC
1 KAC
(2.3)
dengan:
q
qm
KA
= konstanta Langmuir
q KAq m q m
(2.4)
atau
1
1
1
1
q q m K A .q m C
(2.5)
= tg-1 ()
1/C
Gambar 2.3. Persamaan linier dari isoterm Langmuir
4.
Adsorpsi Kontinyu
Adsorpsi dengan aliran kontinyu dapat dilakukan pada unggun tetap (fixed bed), unggun
bergerak (moving bed), dan unggun yang terfluidisasi (fluidized bed).
Pada adsorpsi aliran kontinyu dengan unggun bergerak, fasa fluida yang mengandung
adsorbat dan fasa padatan dimasukkan dengan kecepatan tetap pada ujung-ujung kolom
yang berlawanan sehingga terjadi aliran yang berlawanan arah pada saat melewati kolom.
Kolom adsorpsi jenis ini telah banyak digunakan dalam industri pengolahan minyak untuk
memisahkan gas-gas hidrokarbon.
Pada adsorpsi aliran kontinyu dengan unggun terfluidisasi, fluida mengalir ke atas melewati
partikel padatan dengan kecepatan cukup untuk menembus partikel, tetapi tidak
menyebabkan partikel tersebut keluar dari kolom. Pada operasi steady state padatan dapat
ditambahkan secara terus menerus melalui puncak kolom dan mengurangi padatan tersebut
dalam jumlah yang sama pada bagian bawah kolom. Jika dibandingkan dengan kolom
adsorpsi unggun tetap, adsorber jenis ini membutuhkan modal dan biaya opersi yang lebih
besar, tetapi dapat dioperasikan dengan laju alir masuk yang lebih besar dan partikel yang
lebih kecil tanpa terjadi kehilangan tekanan yang berlebihan.
Dalam fixed bed adsorpsi, konsentrasi dari fasa fluida yang mengandung adsorbat dan
fasa padatan akan berubah terhadap waktu sesuai dengan posisinya pada unggun. Pada
awalnya kebanyakan transfer massa terjadi pada bagian atas kolom (masukan pada unggun),
dimana fluida akan mengadakan kontak yang pertama kalinya dengan adsorben. Jika
adsorben tidak mengandung adsorbat pada awalnya, maka konsentrasi dari fluida akan turun
dan mendekati nol sebelum mencapai bagian bawah kolom. Setelah beberapa lama maka
adsorben dekat daerah hulu akan mengalami kejenuhan dan kemudian transfer massa akan
mengambil tempat selanjutnya yang lebih jauh dari bagian hulu. Daerah dimana paling
banyak terjadi perubahan konsentrasi disebut adsorption zone.
7
Dengan semakin bertambahnya waktu maka adsorption akan terus bergerak pada unggun
tersebut sampai akhirnya adsorben menjadi jenuh dan tidak dapat mengadsorp lagi.
Gambar 2.4. Pergerakan zona adsorpsi pada kolom adsorpsi unggun tetap
Pada keadaan awal, fluida kontak dengan adsorben yang masih segar pada bagian hulu.
Adsorbat diserap secara bertahap dari fluida pada saat melewati kolom adsorben. Panjang
daerah dimana sebagian besar kontak adsorpsi terjadi disebut zona adsorpsi (adsorption
zone).
Panjang zona adsorpsi berubah-ubah tergantung pada harga konsentrasi adsorbat yang
disaring. Pengurangan konsentrasi adsorbat terus terjadi pada saat fluida melewati kolom
pada zona adsorpsi. Zona adsorpsi akan bergerak ke bawah seperti gelombang yang sangat
pelan. Akhirnya tepi bagian bawah dari zona adsorpsi dan konsentrasi adsorbsat pada aliran
keluar akan meningkat dengan cepat. Keadaan ini disebut titik tembus (breakpoint) dan
grafik antara konsentrasi adsorbat yang keluar dengan waktu setelah breakpoint disebut
kurva terobosan (breakthrough).
Titik tembus dan kurva terobosan tergantung pada sifat dari adsorbat dan adsorben serta
kondisi operasi. Kurva tersebut menjadi landai bila kecepatan perpindahan massa berkurang.
Karena kecepatan perpindahan massa selalu terbatas, kurva terobosan memanjang dan
berbentuk seperti huruf S (S-shape). Waktu untuk mencapai breakpoint biasanya meningkat
bila ukuran partikel dan laju alir diperkecil. Gambar 2.5. memperlihatkan kurva terobosan
yang ideal untuk adsorber unggun tetap.
Gambar 2.5. Kurva terobosan yang ideal untuk adsorber unggun tetap
5.
Panas Adsorpsi
Adsorption heat
Adsorption is usually exothermic (in special cases dissociated adsorption can be
endothermic)
The heat of chemisorption is in the same order of magnitude of reaction heat; the heat of
physisorption is in the same order of magnitude of condensation heat
8
Kesetimbangan antara fasa terkondensi dan uap diterangkan oleh persamaan ClausiusClapeyron sebagai berikut:
d(lnP)
L
dT
RT 2
(2.6)
dengan P adalah tekanan uap, T adalah temperatur dan L adalah perubahan entalpi evaporasi. Jika
rumus di atas diaplikasikan pada kesetimbangan antara suatu lapisan teradsorpsi (adsorbed layer)
dengan gas, maka persamaan tersebut harus dimodifikasikan karena perubahan entalpi pada
umumnya tidak konstan, tetapi tergantung pada fraksi permukaan yang yang tertutupi (). Degree
of coverage () merupakan perbandingan banyaknya gas yang teradsorp pada beberapa tekanan
atau konsentrasi (q) dengan jumlah molekul gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan tunggal
(qm).
Perubahan entalpi yang tergantung pada harga disebut isosteric entalpi adsorpsi (Hst).
Dengan menganggap isosteric entalpi adsorpsi tidak tergantung pada temperatur, maka Hst dapat
dicari dengan persamaan:
H st
(lnP)
T
RT 2
(2.7)
P1
H st 1 1
R T1 T2
P2
ln
(2.8)
dengan:
P1 dan P2 = tekanan uap (kPa)
T1 dan T2 = temperatur adsorpsi (K)
R
= konstanta gas
Hst
Panas adsorpsi dihitung melalui hubungan antara isosteric entalpi adsorpsi (Hst ) dengan
panas adsorpsi (Q), yaitu;
Q = - Hst
(2.9)
U
p
t
a
k
e
T2
T1
T1>T2
P2
Pressure
P1
Kran 2
10 ml/min
Termometer
Gas keluar
bubbler
Gas
N2
Fasa Cair
Organik
Water Bath
suhu 200C
B
Skema sistem umpan uap metanol
Apabila peralatan bubler berisi metanol 50 ml pada suhu 20 0C dan ke dalamnya dialirkan gas N2 dengan
laju 10 ml//menit. Tekanan uap (mmHg) metanol dapat dinyatakan sebagai (Antoine equation)
A
log P = - B dalam rentang suhu -10 - 80 0C. Harga konstata A= 38324, B= 8,8017 dan kerapatan
T
cairan metanol 0,7914 g/ml pada 200C.
Ila dianggap seluruh sistem beroperasi dalam tekanan atmosfer, suhu .... oC dan cairan organik berada pada
kondisi kesetimbangan dengan fasa cair-uap-nya, maka
a) Perkirakanlah fraksi volume dan laju alir uap metanol dalam ml/min dalam aliran menuju reaktor untuk
opsi 1 dan opsi 2.
b) Perkirakan dalam jangka waktu berapa lama cairan metanol dalam tabung bubbler tersebut akan habis
terbawa oleh aliran gas N2 baik untuk opsi 1 dan opsi 2.
10
Harga konstata B
Antoine equation
Kerapatan
cairan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
C
A
H
E
F = termometer
H= gas chromatography
adsorpsi dapat dikatakan sudah mencapai konsentrasi kesetimbangan bila luas area puncak
keluaran analisa gas chromatography mendekati sama, tidak mengalami perubahan. Jumlah
ADSORBAT terdsorpsi (q) ini adalah merupakan akumulasi yang dihitung dengan neraca massa
dalam system unggun tetap pada kondisi tidak tunak (unsteady state). Penyelesaian perhitungan
neraca massa untuk mencari harga q tersebut diselesaikan dengan bantuan grafis hasil plot antara
waktu adsorpsi vs kadar olefin (Cout). Ada 4 percobaan secara seri dilakukan yang masing-masing
seri hasilnya dapat ditabelkan sebagai berikut.
0.18828
0.25257
0.80624
0.46210
0.17418
0.36484
0.86155
0.40642
0.16374
0.45660
2.98357
0.37730
0.15660
4.05978
4.29001
0.34946
1.93905
4.49788
4.65540
2.18978
3.84329
4.69825
5.09771
2.55811
3.93139
4.81529
5.22757
2.69071
3.95117
4.92518
5.46420
2.76379
4.01582
5.14533
5.59259
2.78357
3.98322
5.20669
5.71146
2.90518
4.06747
5.37043
5.92282
2.90939
4.14238
5.38600
6.01733
2.91471
4.11967
5.42263
5.98802
2.89731
4.05410
5.48307
6.06403
2.92203
4.06509
5.49717
6.12026
2.93815
4.22608
5.53014
6.16440
2.94309
4.23982
5.59259
6.30012
2.96287
4.24715
5.60560
6.30744
2.97606
4.26180
5.62813
6.32045
2.98394
4.26784
5.67666
6.40286
693.27
1144.25
1503.03
1559.31
1407.18
2291.94
2977.49
2813.79
2132.96
3442.09
3934.66
3588.29
3233.60
4794.49
4521.75
4398.96
3953.62
5372.69
4974.76
5040.01
4209.81
5532.50
5361.11
5560.90
4360.82
5669.66
5699.81
6004.83
4468.63
5789.08
5969.20
6372.10
4586.38
5939.34
6249.56
6792.57
4684.07
6109.08
6521.23
7202.57
4737.73
6223.12
6730.15
7505.53
4788.05
6318.89
6920.79
7785.66
4842.60
6445.56
7077.46
8049.44
4894.59
6591.33
7208.04
8266.94
4932.29
6676.90
7322.14
8449.31
4962.61
6701.32
7402.85
8568.73
4984.28
6718.37
7457.14
8638.09
4994.41
6727.73
7499.00
8700.33
4997.17
6729.84
7515.99
8729.18
Bila anda sedang mahasiswa sedang kerja skripsi dengan hasil data seperti diatas, diminta pembimbing
untuk memahami secsra detail tentang adsorpsi, maka hal berikut yang harus anda kerjakan adalah :
Apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan adsorpsi dan buatlah plot secara kurva ideal-nya.
12
Buatlah plot antara kadar aseton hasil monitor gas chormatografi dengan waktu sampling dalam
proses adsorpsi.
Analisalah apakah kesetimbangan adsorpsi telah tercapai untuk setiap hasil percobaan
Berapakah konsentrasi aseton dan jumlah yang teradsorpsi untuk masing-masing percobaan pada
kondisi kesetimbangannya
Dapatkah anda menentukan isotherm yang manakah cocok untuk hasil percobaan adsorpsi aseton
(model Langmuir, Freundlich, Temkon ataukah lainnya).
Hitungkah berbagai koefisien adsorpsi yang ada pada setiap model adsorpsi tersebut.
Waktu
(menit)
Percobaan -1
Percobaan -2
Percobaan -3
Percobaan -1
Percobaan -2
1,19
0,83
1,06
0,0
0,0
0,0
1,07
0,60
1,16
760,0
1276,8
1255,1
0,84
0,74
3,83
1569,1
2565,7
2122,3
1,18
3,91
4,11
2362,3
3391,8
2577,3
Percobaan -3
2,69
4,13
4,36
3164,3
3921,0
3148,3
12
3,12
4,41
4,43
3557,6
4345,0
3651,4
15
3,47
4,51
4,61
3785,9
4688,2
4103,6
18
3,49
4,71
4,62
3937,6
4967,7
4516,0
21
3,55
4,91
4,81
4073,3
5164,2
4886,3
25
3,54
4,92
4,91
4240,2
5367,0
5298,5
30
3,61
4,94
5,04
4426,9
5608,9
5731,0
35
3,58
5,00
5,14
4599,8
5822,9
6084,5
40
3,64
4,99
5,22
4764,6
6020,0
6377,4
45
3,67
5,08
5,29
4898,9
6190,4
6615,6
50
3,69
5,04
5,40
5015,2
6342,4
6787,6
55
3,75
5,13
5,45
5102,7
6475,5
6904,0
60
3,77
5,23
5,56
5162,2
6540,2
6967,0
65
3,81
5,25
5,59
5199,3
6563,4
6983,4
70
3,83
5,27
5,59
5214,5
6572,5
6987,3
75
3,84
5,28
5,59
5219,0
6573,0
6988,1
Percoba
an-1
Percobaan2
Percobaan3
Percobaa
n-4
0.08637
0.08191
0.16473
0.05313
0.05489
0.15287
0.04792
0.05351
0.09462
0.05329
0.10830
12
0.16985
Percoba
an-1
0,0
Percoba
an-2
0,0
Percoba
an-3
0,0
Percoba
an-4
0,0
0.18990
944,0
1301,2
1431,5
1629,6
0.15089
0.49106
1.00716
2.14214
1.23955
3.16266
3.89041
1893,4
2837,1
4239,8
2606,3
3911,6
5621,0
2865,0
4179,1
5518,9
3211,3
4658,9
6172,4
2.31942
2.98895
3.84952
4.32341
15
2.84632
3.93978
4.24479
4.67785
18
2.94112
4.05357
4.35887
5.01299
21
2.99768
4.25976
4.41461
5.14738
24
3.04252
4.29023
4.54927
5.14622
5176,2
5538,6
5770,7
5971,1
6150,2
6715,1
7243,0
7547,8
7785,6
7973,7
6262,9
6780,0
7190,3
7565,1
7899,9
7039,6
7720,8
8288,9
8760,7
9152,0
13
3.13046
4.43312
4.66774
5.40086
30
3.10670
4.46400
4.70515
5.73017
34
3.20732
4.50370
4.74912
5.77570
38
3.22135
4.55975
4.71956
5.80536
42
3.25725
4.55015
4.77617
5.85096
46
3.21275
4.59114
4.91335
5.87582
51
3.28487
4.62133
4.97803
5.84346
55
3.31848
4.64967
5.03848
5.88203
60
3.33561
4.68485
5.09111
5.87575
65
3.38567
4.70453
5.14013
5.92038
70
3.42214
4.70977
5.21928
5.93243
75
3.39753
4.71466
5.25678
5.93849
80
3.44097
4.72160
5.27859
5.96520
90
3.44734
4.72370
5.28060
5.97508
6301,5
6439,3
6601,6
6731,9
6848,2
6966,9
7105,6
7187,0
7271,1
7331,6
7362,0
7388,2
7407,8
7412,3
8125,5
8240,8
8374,9
8482,2
8576,5
8662,1
8744,2
8793,5
8832,9
8853,2
8864,8
8872,8
8876,7
8878,2
8181,7
8430,8
8740,2
9045,5
9343,3
9587,0
9821,0
9973,2
10124,0
10239,3
10309,8
10339,6
10348,6
10350,0
9467,2
9722,9
9975,9
10160,2
10306,8
10408,4
10517,1
10595,0
10667,1
10721,0
10755,0
10782,7
10798,9
10805,8
Percoba
an-1
Percoba
an-2
Percoba
an-3
Percoba
an-4
Percobaa
n-1
Percoba
an-2
Percoba
an-3
Percoba
an-4
0.70899
0.78800
0.79354
0.72285
0.68958
0.70691
0.67156
0.57246
1893,19
2209,30
2620,50
3391,50
0.68473
0.52117
0.55721
0.58771
3793,17
4493,31
5307,20
6820,80
13
0.60434
0.42415
0.67364
0.58978
5717,03
6856,49
7993,30
10245,30
16
0.50662
0.45672
0.54404
0.59879
7690,74
9237,72
10683,00
13666,60
20
0.43454
0.44286
0.66810
1.58570
9712,00
11613,71
13374,40
16809,10
24
0.41236
0.41167
1.59956
2.43399
11759,66
14002,32
15770,20
19437,80
28
0.68473
0.75126
2.68626
3.45000
13737,26
16304,57
17600,90
21544,40
32
1.26481
1.85183
2.83388
4.03354
15476,18
18203,58
19086,00
23203,20
36
2.57953
2.74517
3.33010
4.90609
16684,55
19544,29
20390,80
24454,30
40
3.00090
3.33079
3.63781
5.39677
17406,82
20470,90
21470,50
25323,60
45
3.17901
3.70850
3.85404
6.07180
18099,83
21291,98
22636,80
26002,30
50
3.36129
3.75217
4.00444
6.09051
18666,71
21965,59
23674,70
26438,20
54
3.57960
4.02661
4.18740
6.12031
19008,06
22415,41
24411,70
26773,30
58
3.69741
4.15760
4.26779
6.36219
19255,28
22751,70
25075,00
27032,40
63
3.71197
4.26364
4.63303
6.24160
19517,98
23089,11
25748,10
27313,80
68
3.77504
4.29621
4.88253
6.43149
19753,52
23378,00
26206,10
27570,90
73
3.90048
4.34888
4.98094
6.55070
19923,07
23637,00
26542,30
27719,80
78
3.99335
4.40640
5.17430
6.55416
20016,22
23857,60
26776,40
27825,80
84
3.99543
4.55402
5.31499
6.51674
20088,12
24035,98
26917,00
27967,30
95
4.01899
4.64966
5.33786
6.54931
20200,19
24175,80
27048,80
28230,40
102
4.05641
4.65382
5.39608
6.61168
20241,62
24215,90
27092,90
28351,30
110
4.06196
4.67739
5.40439
6.69208
20264,91
24246,13
27106,10
28409,50
120
4.07998
4.69263
5.41202
6.70386
20277,53
24256,80
27111,50
28417,70
Kurva terobosan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi adsorbat
keluaran kolom adsorpsi terhadap waktu adsorpsi. Waktu adsorpsi disini adalah waktu yang diukur
pada interval tertentu selama terjadinya
15
Tabel 4.1. Data Kesetimbangan adsorpsi toluena, chloroform, dan aseton pada karbon
aktif.
Jenis Adsorbat
Toluena
Chloroform
Aseton
C* (mol/cc)
4,07998
4,69263
5,41202
6,70386
3,44180
4,71527
5, 27117
5,96441
2,98394
4,26784
5,67660
6,40286
18
q* q m K A .q m C*
Jenis
C*
q*
Adsorbat
(mol/cc)
(mol/gr AC)
4.07998
4.69263
5.41202
6.70386
3.4418
TOLUENE
log C*
log q*
1/C*
1/q*
20277.53
24256.8
0.61066
0.67142
4.30702
4.38483
0.24510
0.21310
4.93E-05
4.12E-05
27111.47
28417.74
7412.26
0.73336
0.82632
0.53679
4.43315
4.45359
3.86995
0.18477
0.14917
0.29055
3.69E-05
3.52E-05
1.35E-04
19
ASETON
4.71527
5.27117
5.96441
2.98394
4.26784
5.6766
6.40286
8878.19
10349.99
10805.81
4997.17
6729.84
7515.99
8729.18
0.67351
0.72191
0.77557
0.47479
0.63021
0.75409
0.80637
3.94832
4.01494
4.03366
3.69872
3.82800
3.87599
3.94097
0.21208
0.18971
0.16766
0.33513
0.23431
0.17616
0.15618
1.13E-04
9.66E-05
9.25E-05
2.00E-04
1.49E-04
1.33E-04
1.15E-04
Gambar 4.12. Linierisasi persamaan Isoterm Freundlich untuk toluene, chloroform, dan aseton.
20
Gambar 4.13. Grafik linierisasi persamaan isoterm Langmuir untuk toluene, chloroform, dan
aseton.
Tipe
Isoterm
Freundlich
Parameter
isoterm
KF
n
Langmuir
KA
qm
(q/qm)
3039,48
1,40
2396,87
1,46
0,1
20000
1,01 - 1,42
0,075
33333,33
0,22 - 0,32
0,01
100000
0,05 - 0,09
21
Bentuk kurva terobosan yang terbentuk pada gambar 4.1., 4.2., dan 4.3., pada kolom
unggun tetap (fixed bed) menunjukkan kemampuan adsorpsi unggun karbon aktif yang sebenarnya
pada jenis adsorbat dan adsorben, kondisi operasi serta geometri kolom.
Secara umum kurva terobosan yang terbentuk pada gambar 4.1., 4.2., dan 4.3., cukup
memadai karena pola kurva membentuk S-shape, yang ditandai dengan terbentuknya garis datar
(flat) sebelum tercapainya titik tembus, kurva terobosan (breakthrough), dan garis datar lagi yakni
tercapainya kesetimbangan adsorpsi. Ini menunjukkan pemakaian jumlah karbon aktif sebesar 0,5
gram dan penetapan kondisi operasi serta diameter dan jenis kolom cukup tepat. Disamping itu
pola kurva terobosan yang terbentuk juga bisa memperlihatkan zona adsorpsi pada unggun karbon
aktif.
Garis datar yang merupakan konsentrasi keluaran kolom adsopsi (Cout) yang relatif konstan
dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama (toluena 20 menit, chloroform 9 menit, dan aseton
6 menit). Dalam waktu tersebut zona adsorpsi belum mencapai tepi bagian bawah unggun
karbon aktif (masih ada karbon aktif yang belum mengalami adsorpsi). Zona adsorpsi terus
bergerak seiring dengan berlangsungnya waktu kontak sampai akhirnya mencapai tepi bagian
bawah unggun karbon aktif (titik tembus). Tepat setelah pencapaian titik tembus ini, konsentrasi
keluaran kolom adsorpsi (Cout) meningkat dengan cepat dan mengikuti pola kurva yang berbentuk
S-shape. Kurva ini kemudian dikenal dengan kurva terobosan yang merupakan daerah utama
terjadinya proses adsorpsi. Proses adsorpsi pada unggun karbon aktif akan berakhir setelah
mencapai harga Cout yang konstan (Cout = C*). Pada kondisi ini seluruh bagian karbon aktif telah
jenuh mengadsorpsi.
Perbedaan kelandaian dan ketajaman kurva terobosan yang terbentuk untuk masing-masing
adsorbat disebabkan oleh pergerakan zona adsorpsi yang berbeda untuk masing-masing adsorbat.
Pergerakan zona adsorpsi ini sendiri dipengaruhi laju adsorpsi adsorbat oleh karbon aktif. Untuk
selanjutnya, laju adsorpsi ketiga jenis adsorbat dapat dilihat pada sub bab IV.3.
Bagian datar (flat) pada awal adsorpsi, gambar
kemampuan karbon aktif dalam menurunkan dan mengadsorp kadar uap masing-masing adsorbat.
Untuk toluena dapat diturunkan sampai 0,5 mol/cc (46 mg/l), sedangkan chloroform dan
aseton dapat diturunkan masing masing sebesar 0,2 mol/cc (24 mg/l), dan 0,5 mol/cc (29
mg/l).
22
IV.2. Kapasitas Adsorpsi Toluena, Chloroform dan Aseton Terhadap Waktu Adsorpsi
Hasil kurva terobosan yang tebentuk pada gambar 4.1., 4.2., 4.3., dibuat suatu grafik yang
menyatakan hubungan antara jumlah adsorbat yang teradsorp (q) oleh karbon aktif terhadap waktu
adsorpsi. Harga q dihitung berdasarkan neraca massa pada sub bab III.8.
Grafik hubungan q vs t untuk adsorpsi toluena disajikan pada gambar 4.4., chloroform
pada gambar 4.5., dan aseton pada gambar 4.6.
Pada adsorpsi toluena (gambar 4.4.) terlihat bahwa untuk keempat jenis konsentrasi
kesetimbangan, harga q secara drastis terus menaik pada rentang waktu 0 sampai 35 menit
pengontakan antara toluena dan karbon aktif, dan kesetimbangan adsorpsi tercapai setelah menit
ke-80. Jika dilihat dari posisi masing-masing kurva maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi
toluena yang makin tinggi akan menyebabkan jumlah toluena yang teradsorpsi semakin besar. Hal
ini menandakan bahwa konsentrasi kesetimbangan toluena sampai C* = 6,7 mol/cc masih berada
dalam kemampuan adsorpsi karbon aktif.
Fenomena yang sama dijumpai pada hasil adsorpsi chloroform dan aseton. Untuk adsorpsi
chloroform (gambar 4.5.) harga q secara drastis menaik pada rentang waktu 0 sampai 12 menit
pengontakan dan kesetimbangan adsorpsi tercapai setelah menit ke-60. Sedangkan untuk adsorpsi
aseton (gambar 4.6.) harga q naik secara drastis pada rentang waktu 0 sampai 12 menit dan
kesetimbangan adsorpsi tercapai pada menit ke-75.
Harga q yang naik drastis pada rentang waktu tersebut, dijelaskan melalui theory of pore
filling yang mengatakan bahwa proses adsorpsi terjadi terlebih dahulu pada struktur pori mikro
dari permukaan karbon aktif. Sehingga laju adsorpsi yang terjadi pada interval tersebut akan
sangat besar untuk adsorbat yang mempunyai ukuran molekul yang lebih kecil karena secara
geometris sesuai dengan ukuran pori mikro.
Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi ketiga jenis adsorbat pada karbon aktif untuk masingmasing konsentrasi kesetimbangannya diperlihatkan pada tabel 4.1.
Kapasitas adsorpsi adsorbat pada karbon aktif dipengaruhi oleh harga degree of coverage
(). Pada tabel 4.1. dapat dilihat bahwa untuk jenis adsorbat yang sama, konsentrasi
kesetimbangan adsorbat yang semakin besar akan meningkatkan jumlah adsorbat yang teradsorpsi
pada karbon aktif. Ini disebabkan harga degree of coverage () karbon aktif masih berada dalam
batas kemampuannya untuk mengadsorpsi ketiga jenis adsorbat. Sehingga konsentrasi
23
kesetimbangan (C*) masih berkesetimbangan dengan harga q*. Harga untuk ketiga jenis
adsorbat dapat dilihat pada tabel 4.3. sub bab IV.5.
IV.4. Kesetimbangan Adsorpsi
Untuk melihat kapasitas adsorpsi terbaik karbon aktif pada ketiga jenis adsorbat, maka
dilakukan uji adsorpsi isoterm toluena, chloroform, dan aseton pada temperatur 27 oC terhadap
karbon aktif. Dari adsorpsi isoterm tersebut, diperoleh hubungan antara
konsentrasi
kesetimbangan adsorpsi terhadap kapasitas adsorpsi ketiga jenis adsorbat seperti ditunjukkan pada
gambar 4.10.
Momen Dipol
(Debye)
0,375
1,04
24
Aseton
2,88
Untuk lebih membandingkan pengaruh polaritas dari ketiga jenis adsorbat terhadap
kapasitas adsorpsi karbon aktif, dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.11. Jumlah toluena,
chloroform, dan aseton yang teradsorp dibandingkan pada konsentrasi kesetimbangan adsorpsi
yang sama, yakni C* = 5 mmol/cc.
Gambar 4.11. Pengaruh polaritas adsorbat terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif.
Pada gambar 4.11. jelas terlihat bahwa pada kondisi kesetimbangan adsorpsi pada
temperatur 27oC, laju alir gas carrier N2 sebesar 70 cc/menit, dan jumlah karbon aktif sebesar 0,5
gr, polaritas yang semakin besar akan menurunkan kapasitas adsorpsi karbon aktif. Dengan kata
lain, toluena teradsorpsi dengan baik pada karbon aktif diikuti oleh chloroform dan aseton.
IV.5. Penentuan Konstanta Freundlich dan Langmuir.
Untuk melihat apakah adsorpsi toluena, chloroform, dan aseton mengikuti isoterm adsorpsi
model Freundlich atau Langmuir, maka dapat dibuktikan melalui nilai koefisien determinasi (R 2)
yang ditunjukkan oleh grafik linierisasi kedua model tersebut.
Konstanta Freundlich (KF dan n) dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.3)
dengan menggambarkan grafik linierisasi antara log C* vs log q*, sedangkan konstanta Langmuir
(KA dan qm) dapat dicari dengan menggunakan persaman (2.4) dengan mengambarkan grafik
25
linierisasi antara 1/C* vs 1/q* . Hasil grafik linierisasi Isoterm Freundlich dan Langmuir untuk
toluena, chloroform, dan aseton dapat dilihat pada gambar 4.12. dan 4.13.
Dari gambar 4.12. dan 4.13. dapat dilihat bahwa pengujian data-data dengan menggunakan
persamaan isoterm model Freundlich dan Langmuir menunjukkan grafik linierisasi yang baik untuk
chloroform dan aseton. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R 2) berkisar 0,97 0,98 (hampir mendekati satu). Sedangkan untuk toluena, nilai koefisien determinasi sedikit rendah,
berkisar 0,87 -0,90. Ini disebabkan perbandingan jumlah toluena yang teradsorp dengan jumlah
maksimum toluena yang terasdsorp pada permukaan atau harga degree of coverage () lebih besar
dari satu. Sehingga ada kemungkinan terjadinya pembentukan lapisan jamak (multilayer) pada
permukaan karbon aktif.
Nilai koefisien determinasi (R2) yang hampir sama dari setiap adsorbat
untuk kedua
model isoterm menunjukkan bahwa adsorpsi ketiga jenis adsorbat mengikuti kedua model isoterm
baik isoterm Freundlich maupun isoterm Langmuir. Kedua model isoterm ini dipenuhi,
kemungkinan besar karena adsorpsi terjadi pada konsentrasi adsorbat yang rendah.
Harga konstanta Freundlich dan Langmuir dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3. Harga konstanta Freundlich dan Langmuir
Tipe
Isoterm
Freundlich
Parameter
isoterm
KF
n
Langmuir
KA
qm
(q/qm)
3039,48
1,40
2396,87
1,46
0,1
20000
1,01 - 1,42
0,075
33333,33
0,22 - 0,32
0,01
100000
0,05 - 0,09
pada suhu 30oC. Jumlah aseton yang teradsorp pada ketiga temperatur adsorpsi dapat dilihat pada
gambar 4.14.
Gambar 4.14. Pengaruh temperatur adsorpsi terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif.
Pada gambar 4.14. dapat dilihat bahwa pada temperatur adsorpsi 27oC, kapasitas adsorpsi
karbon aktif berada pada titik optimum. Kenaikan temperatur adsorpsi pada 45 oC dan 60oC
mengakibatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif yang semakin menurun.
Penurunan kapasitas adsorpsi pada rentang temperatur di atas 27oC mengindikasikan
bahwa proses adsorpsi yang terjadi merupakan adsorpsi fisika yang bersifat eksotermis. Hal ini
sesuai dengan prinsip Le Chatelier yang mengatakan bahwa pada proses adsorpsi terjadi pelepasan
sejumlah panas/energi dari adsorbat ke adsorben atau proses adsorpsi adalah proses eksotermis
sehingga peningkatan temperatur pada tekanan yang tetap akan mengurangi kapasitas adsorpsi.
IV.7. Perhitungan Panas Adsorpsi
Perhitungan panas adsorpsi dilakukan untuk melihat apakah jenis adsorpsi yang terjadi
termasuk adsorpsi fisika atau adsorpsi kimia. Untuk menentukan jenis adsorpsi ini, dilakukan
perhitungan panas adsorpsi terhadap aseton dengan kesetimbangan adsorpsi pada temperatur 27 0C
dan 450C. Dari masing-masing adsorpsi isoterm pada temperatur tersebut, diperoleh kapasitas
adsorpsi aseton oleh karbon aktif dari setiap konsentrasi kesetimbangan adsorpsi seperti
diperlihatkan pada gambar 4.15.
IV.7. Perhitungan Panas Adsorpsi
Perhitungan panas adsorpsi dilakukan untuk melihat apakah jenis adsorpsi yang terjadi
termasuk adsorpsi fisika atau adsorpsi kimia. Untuk menentukan jenis adsorpsi ini, dilakukan
perhitungan panas adsorpsi terhadap aseton dengan kesetimbangan adsorpsi pada temperatur 27 0C
dan 450C. Dari masing-masing adsorpsi isoterm pada temperatur tersebut, diperoleh kapasitas
adsorpsi aseton oleh karbon aktif dari setiap konsentrasi kesetimbangan adsorpsi seperti
diperlihatkan pada gambar 4.15.
27
H st 1
1
ln P1
P
R T1 T2
atau
C1 * H st 1 1
ln
C2 * R T1 T2
(4.3)
Proses adsorpsi secara fisika (physical adsorption) umumnya mempunyai harga panas
adsorpsi pada daerah - (8 - 20) KJ/mol, sehingga berdasarkan panas adsorpsi yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi fisika.
Oleh karena aseton mempunyai harga polaritas yang paling tinggi diantara ketiga adsorbat (
lihat sub Bab IV.4.), maka dapat dipastikan bahwa adsorpsi toluena dan chloroform pada karbon
aktif terjadi secara fisika juga.
Diserahkan sesaat sebelum UAS Mei 2010, diketik dengan softcopy dan tulisan
tangan
UAS open book ---kesetimbangan Fasa---- Fenomena Permukaan
NPM
Nama
906604073
906604142
Dian Nindita
906604211
906604281
Ni Matulloh
906604350
Rickie Edwardo
906604432
906604016
906604060
906604136
Damayanti
906604205
906604275
Mahandika Natakusuma
906604344
Qurrota A Yunin
906604426
Rizky Kurniawan
906604022
Ali Indradi
906604086
Bagus
Priyogoreno
Adiwidodo
906604155
Eka Rahmawati
906604224
Ismail Marzuki
906604294
Nita Irawana
906604363
Raedita Novisa
906604445
Susanto
906604054
Annisa Nurfitriyana
906604123
Christine Novalina H
906604193
Fita Sefriana
906604262
M. Andhika Akbar
906604331
906604413
906604483
Ahmad Erfan
906604035
Andhika Akhmariadi
906604092
906604161
Efniarsi S Panggalo
Kel
Adsorbsi sesuai
contoh/lagi
(Hasil Penelt)
Atkins , Physical
Chemistry, 8 th ed.;
Bab 25
Tugas-01
Tugas-02; No.soal
Adsorption
Equilib Data
Handbook)
Adsorpsi
aseton pada
suhu 27 oC
Sample-1
Adsorpsi
CO2- hal 39
Dengan Act
Carbon
Adsorpsi
aseton pada
suhu 45 oC
Sample 2
Adsorpsi
CO2- hal 55
Zeolit 13-x
Adsorpsi
chloroform
pada suhu 27
oC
Sample 3
Adsorpsi
CO2- hal 57
dgn
mordenite
Adsorpsi
toluene pada
suhu 27 oC
Sample 4
Adsorpsi
CO2- hal 43
dgn metal
impreg
Adsorpsi
aseton aseton
pada suhu 27
Sample 5
Adsorpsi
H2- hal 116
Soal-soal
Scaums
Bab 23
30
Ius Pratama
906604306
Novio Valentino
906604376
906604451
Seswila Deflin
906604041
Anggia Ferdianti
906604110
906604180
906604256
Krisna Irawan
906604325
Prima Ernest
906604395
906604470
Yuniar Nuraeni
906604104
906604174
Ernawati
906604243
Jaka Wibowo
906604312
906604382
Ramadhan
906604464
Soleh Apip
906604533
906604501
906604571
Laili Purnamasari
906620612
Muhammad
Dunggio Yusuf Ramly
906604496
906604565
Indri Kusumawati
906604634
Wiwie Chaeruni
906604546
906604514
906604584
Najma
906604621
Wiwid Murdany
906604615
Soraya Zahra
906604520
Gefin Yesya
906604602
906604552
Indika Sunarko
oC
Adsorpsi
aseton pada
suhu 45 oC
Sample 1
Adsorpsi
CH4- hal
125 dengan
Act. carbon
Adsorpsi
chloroform
pada suhu 27
oC
Sample 2
Adsorpsi
CH4- hal
129 dengan
Act. carbon
Adsorpsi
toluene pada
suhu 27 oC
Sample 3
Adsorpsi
CH4- hal
135 dengan
Act. carbon
Adsorpsi
toluene pada
suhu 27 oC
25.1b
A monolayer of CO molecules is adsorbed on the surface of 1.00 g of an Fe/Al 2O3 catalyst at 77 K, the
boiling point of liquid nitrogen. Upon warming, the carbon monoxide occupies 4.25 cm 3 at 0 oC and 1.00 bar. What
is the surface area of the catalyst?
25.2b The volume of gas at 20 oC and 1.00 bar adsorbed on the surface of 1.50 g of a sample of silica at 0 oC was
1.60 cm3 at 52.4 kPa and 2.73 cm3 at 104 kPa. What is the value of Vmon?
25.3b The adsorption of a gas is described by the Langmuir isotherm with K = 0.777 kPa-1 at 25oC. Calculate the
pressure at which the fractional surface coverage is (a) 0.20, (b) 0.75.
25.4b A certain solid sample adsorbs 0.63 mg of CO when the pressure of the gas is 36.0 kPa and the temperature
is 300 K. The mass of gas adsorbed when the pressure is 4.0 kPa and the temperature is 300K is 0.21 mg. The
Langmuir isotherm is known to describe the adsorption. Find the fractional coverage of the surface at the two
pressures.
25.5b
A solid in contact with a gas at 8.86 kPa and 25 oC adsorbs 4.67 mg of the gas and obeys the Langmuir
isotherm. The enthalpy change when 1.00 mmol of the adsorbed gas is desorbed is +12.2 J. What is the equilibrium
pressure for the adsorption of the same mass of gas at 45 oC?
25.6b Nitrogen gas adsorbed on a surface to the extent of 1.242 cm 3 g-1 at 350 kPa and 180 K, but at 240
K the same amount of adsorption was achieved only when the pressure was increased to 1.02 MPa. What is
the enthalpy of adsorption of nitrogen on the surface?
===================================================================
25.1 The data below are for the chemisorption of hydrogen on copper powder at 25 oC. Confirm that they fit the
Langmuir isotherm at low coverages. Then find the value of K for the adsorption equilibrium and the adsorption
volume corresponding to complete coverage.
---------------------------------------------------------------------------------p/Pa
V/cm
25
129
253
540
1000
1593
0.042
0.163
0.221
0.321
0.411
0.471
25.2 The data for the adsorption of ammonia on barium fluoride are reported below. Confirm that they fit a BET
isotherm and find values of c and Vmon.
(a) = 0 oC, p* = 429.6 kPa:
p/kPa
14.0 37.6
65.6
79.2
82.7
100.7
106.4
V/cm3
11.1 13.5
14.9
16.0
15.5
17.3
16.5
5.3
8.4
14.4
29.2
62.1
74.0
80.1
102.0
9.2
9.8
10.3
11.3
12.9
13.1
13.4
14.1
V/cm
32
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
23.8
13.3
8.70
6.80
5.71
Determine the volume of H2 necessary to form a monolayer and estimate the surface area of the copper sample. The
density of liquid hydrogen is 0.708 g cm -3.
25.4 The adsorption of solutes on solids from liquids often follows a Freundlich isotherm. Check the applicability
of this isotherm to the following data for the adsorption of acetic acid on charcoal at 25 oC and find the values of
the parameters c1 and c2.
--------------------------------------------------------------[acid]/(mol dm-3) 0.05
0.10
0.50
1.0
1.5
wa/g
0.06
0.12
0.16
0.19
0.04
8.26
15.65
25.43
31.74
40.00
cads/(mg g-1)
4.41
9.2
35.2
52.0
67.2
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Determine the constants K and n. What further information would be necessary in order to express the data in terms
of fractional coverage, ?
25.6 M.-G. Olivier and R. Jadot (J. Chem. Eng. Data 42, 230 (1997)) studied the adsorption of butane on silica
gel. They report the following amounts of absorption (in moles per kilogram of silica gel) at 303 K:
p/kPa
31.00
-1
n/(mol kg ) 1.00
38.22
1.17
53.03 76.38
1.54
2.04
101.97
130.47
165.06
182.41
205.75
219.91
2.49
2.90
3.22
3.30
3.35
3.36
Fit these data to a Langmuir isotherm, and determine the value of n that corresponds to complete coverage and the
constant K .
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------===================================================================
25.7 The designers of a new industrial plant wanted to use a catalyst code-named CR-1 in a step involving the
fluorination of butadiene. As a first step in the investigation they determined the form of the adsorption isotherm.
The volume of butadiene adsorbed per gram of CR-1 at 15 oC varied with pressure as given below. Is the Langmuir
isotherm suitable at this pressure?
33
40.0
53.3
66.7
80.0
60.8
75.3
91.3
Investigate whether the BET isotherm gives a better description of the adsorption of butadiene on CR-1. At 15 oC ,
p*( butadiene) = 200 kPa. Find Vmon and c.
25.8The removal or recovery of volatile organic compounds (VOCs) from exhaust gas streams is an important
process in environmental engineering. Activated carbon has long been used as an adsorbent in this process, but the
presence of moisture in the stream reduces its effectiveness. M.-S. Chou and J.-H. Chiou (J. Envir. Engrg. ASCE,
123, 437(1997)) have studied the effect of moisture content on the adsorption capacities of granular activated
carbon (GAC) for normal hexane and cyclohexane in air streams. From their data for dry streams containing
cyclohexane, shown in the table below, they conclude that GAC obeys a Langmuir type model in which qVOC,RH=0 =
abcVOC/(1+ bcVOC), where q = mVOC/mGAC, RH denotes relative humidity, a the maximum adsorption capacity, b is an
affinity parameter, and p is the abundance in parts per million (ppm). The following table gives values of qVOC, RH=0
for cyclohexane:
qVOC, RH=0 for cyclohexane
41.5
57.4
76.4
C
C
C
99 C
c/ppm
33.6
C
200
500
1000
2000
0.080
0.093
0.101
0.105
0.069
0.083
0.088
0.092
0.052
0.072
0.076
0.083
0.042
0.056
0.063
0.068
0.027
0.042
0.045
0.052
3000
0.112
0.102
0.087
0.072
0.058
(a) By linear regression of 1/qVOC, RH=0 against 1/cVOC, test the goodness of fit and determine values of a and b.
(b) The parameters a and b can be related to adsH, the enthalpy of adsorption, and bH, the difference in activation
energy for adsorption and desorption of the VOC molecules, through Arrhenius type equations of the form a =
kaexp(-adsH/RT) and b = kbexp(-bH/RT). Test the goodness of fit of the data to these equations and obtain values
for ka, kb, adsH, and bH.
(c) What interpretation might you give to ka and kb?
25.9The release of petroleum products by leaky underground storage tanks is a serious threat to clean ground
water. BTEX compounds (benzene, toluene, ethylbenzene, and xylenes) are of primary concern due to their ability
to cause health problems at low concentrations. D.S. Kershaw, B.C. Kulik, and S. Pamukcu (J. Geotech. &
Geoenvir. Engrg. 123, 324(1997)) have studied the ability of ground tyre rubber to sorb (adsorb and absorb)
benzene and o-xylene. Though sorption involves more than surface interactions, sorption data is usually found to fit
one of the adsorption isotherms. In this study, the authors have tested how well their data fit the linear ( q = Kceq),
Freundlich (q = KFceq1/n), and Langmuir (q = KLMceq/(1 + KLceq) type isotherms, where q is the mass of solvent
sorbed per gram of ground rubber (in milligrams per gram), the Ks and M are empirical constants, ceq the
equilibrium concentration of contaminant in solution (in milligrams per litre).
(a) Determine the units of the empirical constants.
(b) Determine which of the isotherms best fits the data in the table below for the sorption of benzene on ground
rubber.
ceq/(mg dm-3)
97.10 36.10
10.40
6.51
6.21
34
2.48
7.13
4.60
1.80
1.10
0.55
0.31
(c) Compare the sorption efficiency of ground rubber to that of granulated activated charcoal which for benzene has
been shown to obey the Freundlich isotherm in the form q = 1.0ceq1.6 with coefficient of determination R2 = 0.94.
N2Gas
adsorbed
Vgas(cc/g) STP
Sampel 2 : karbon
aktif 20 % H3BO3
Relative
Pressure
P/Po
N2Gas
adsorbed
Vgas(cc/g) STP
Sampel 3 : karbon
aktif 30 % H3BO3
Relative
Pressure
P/Po
N2Gas
adsorbed
Vgas(cc/g) STP
Sampel 4 : karbon
aktif 10 % H3BO3
Relative
Pressure
P/Po
N2Gas
adsorbed
Vgas(cc/g) STP
Sampel 5 : karbon
aktif 0 % H3BO3
Relative
Pressure
P/Po
N2Gas adsorbed
Vgas(cc/g) STP
0.10303
235.8829
0.09908
225.9445
0.10745
196
0.10357
70.9784
0.1047
120.46
0.20589
254.4628
0.19729
242.3983
0.20173
213.261
0.20588
77.3084
0.2093
124.04
0.30287
262.6898
0.3006
250.6621
0.30686
220.5637
0.29918
80.6982
0.3019
125.95
0.40724
267.0637
0.39608
254.694
0.41124
224.144
0.4024
83.2202
0.3500
126.72
35
269.4409
0.50008
257.6146
0.50415
226.1801
0.50349
85.5294
0.4030
127.56
0.60215
271.4324
0.60127
257
0.6046
227.9705
0.60384
87.5082
0.5048
128.83
89.6787
0.6049
129.99
92.4311
0.7049
131.11
132.49
0.70301
0.80165
273.1399
275.0377
0.70155
0.79845
262.3891
265.3141
0.7043
229.6781
0.80264
231.6689
0.70239
0.79904
0.89859
277.4719
0.90648
270.7953
0.89632
235.0283
0.90097
96
0.8027
0.99437
289.7143
0.9906
298.0822
0.99062
276.2888
0.99049
158.2712
0.8986
134.46
0.9500
140.05
0.9949
144.93
Bila Anda konsultan karbon aktif, diminta client AM untuk mendapatkan data-data dan informasi sebagai berikut :
Plot antara Relative Pressure (P/Po) dengan N2 Gas adsorbed Vgas(cc/g) STP. Sampel mana yang mempunyai
keamampuan adsorpsi yang paling besar
Analisalah secara kasar sampel mana mempunyai kemampuan luas permukaan yang paling besar.
Berdasarkan BET isotherm menggunakan persamaan
pada batas
P / P0
1
c 1
( P / P0 ) ( P / P0 )
berapakah berlakunya?
V (1 P / P ) cVm Y=a
cVm+ bX, dengan membuat harga
Untuk menghitung luas permukaan sampel maka anda diminta untuk0 melinerisasi
Y=
dan/ harga
P
P X= p/po. Berapakah harga intercept (i) dan slopenya (s) untuk masing-masing sampel
0
V (konstanta
1 P / cP=0 )i.s + 1, jelaskan secara analitis saja
Apakah harga
Apa yang dimaksud dengan Vm dan berapakah harganya
Akhirnya dapatkah anda menghitung luas permukaan untuk masing-masing sampel karbon aktif
36