Anda di halaman 1dari 22

PEMODELAN KINETIKA ADSORPSI

ISOTHERM (Langmuir, Freundlich,


Brunair- Emmet-Teller/BET.
ISOTHERM ADSORPSI

Isotherm Adsorpsi adalah merupakan fungsi


konsentrasi zat terlarut yang terserap
pada zat padat terhadap konsentrasi larutan.

Isoterm Adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan


distribusi adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan
adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu.

Persarmaan yang dapat digunakan


untuk menjelaskan data percobaan Isotherm dikaji oleh :
• Freundlich
• Langmuir
• Brunauer,
• Emmet dan Teller (BET).
Tipe Isotherm adsorpsi dapat digunakan untuk
mempelajari mekanisme adsorpsi fase cair maupun
padat yang pada umurnnya
menganut tipe :
• Isotherm Freundlich
• Langmuir.

Adsorben yang baik memiliki kapasitas adsorpsi


dan presentase penyerapan yang tinggi
AKTIVASI ADSORBEN

Aktivasi adsorben dapat dilakukan :


1. Aktivasi fisika
2. Aktivasi kimia.

TUJUAN AKTIVASI ADSORBEN

Proses aktivasi merupakan hal yang paling penting diperhatikan disamping bahan
baku yang digunakan. Aktivasi merupakan suatu perlakuan terhadap ADSORBEN yang bertujuan
untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan HIDROKARBON atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga mengalami perubahan sifat,
baik fisik maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi.
1. AKTIVASI FISIKA

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa


organic dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, dkk, 2003).

Metode aktivasi
secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida,
oksigen, dan nitrogen.

PROSES AKTIVASI SECARA FISIKA


Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur
rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya,
menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar
atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor yang ada pada adsorben. Kenaikan
temperatur aktivasi pada kisaran 450°C-700°C dapat meningkatkan luas
permukaan spesifik dari adsorben (Raharjo, 1997)
2. AKTIVASI KIMIA

Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa


organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring, dkk, 2003).

Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam


kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2),
natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida
(NaCl).

Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau


penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan
tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi
air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan
endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi
permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi
ADA TIGA JENIS HUBUNGAN MATEMATIK YANG UMUMNYA DIGUNAKAN
UNTUK MENJELASKAN ISOTERM ADSORPSI:

1. Isoterm Langmuir  

2. Isoterm Freundlich

3. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).


1. Isoterm Langmuir  

Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:


• Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak
ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
• Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
• Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
                       

Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut:


• selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan
• molekul teradsorpsi tidak inert dan mekanisme adsorpsi pada molekul
pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir yang
teradsorpsi.
Mekanisme Adsorpsi Langmuir yang terjadi adalah sebagai
berikut:

A(g) + S AS

dimana :
A adalah molekul gas
S adalah permukaan adsorpsi.
                         

Skema Isoterm Langmuir


ASUMSI BENTUK PORI SILINDER UNTUK PENGGAMBARAN
MODEL ISOTERM LANGMUIR
Jika Ɵi merupakan fraksi luasan permukaan yang ditempati oleh
adsorbat i dan 1- Ɵi adalah fraksi luasan permukaan yang belum
ditempati oleh adsorbat i, maka :

Ce : konsentrasi solut di fase cair (mol.L-1)


ka : konstanta laju adsorpsi dan
kd : merupakan konstanta laju desorpsi.
PADA KEADAAN SETIMBANG BERLAKU :

RATE OF ADSORPTION = RATE OF DESORPTION, SEHINGGA

atau dimana b merupakan konstanta kesetimbangan


Jika Ɵi dinyatakan
sebagai :

pembagian dengan kd pada tiap suku menghasilkan :


konsentrasi solut di permukaan padatan

merupakan konsentrasi solut maksimum pada


permukaan padatan

………..1.2
LINIERITAS DARI PERSAMAAN (1.2) DINYATAKAN SEBAGAI PERSAMAAN
2. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan
oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben
mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai
potensi penyerapan yang berbeda-beda.

Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah

   x/m = kC1/n

X = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)


m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n, = konstanta adsorben
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c ....(1)
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut

Gambar . Kurva Adsorbsi Isotherm Freundlich


Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan
sebagai:
x/m = k. Cn ….(2)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan,

Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti


isoterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis
lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n.  
Jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan
konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradien n dan intersep k.
Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm
ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm
ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.

Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut:
1. Kurva isoterm yang cenderung datar artinya, isoterm yang digunakan menyerap
pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.
2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi kesetimbangan.
3. ISOTERM BRUNAUER, EMMET DAN TELLER (BET)

Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai


permukaan yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan
Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul
adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk
setiap proses adsorpsi berbeda-beda.
Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:

Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan
isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan untuk adsoprsi fisik.
Brunauer, Emmet dan Teller telah membuat model untuk adsorpsi multilayer. Mereka
Mereka berasumsi bahwa langkah pertama di dalam adsorpsi adalah :

Bila tidak adahal lain terjadi, persamaan ini akan menjadi isotherm langmuir.
Mereka menginterpretasikan prosesnya seperti reaksi kimia berturutan, masing-masing
dengan konstanta kesetimbangan yang berkaitan :
A3S di indikator suatu tempat permukaan yang memiliki tumpukan 3 molekul yang
ditimbun diatasnya.
Ɵi adalah fraksi tempat diatas yang menumpuk molekul A adalah lapisan dalam i.
Interaksi antara molekul A pertama dan tempat permukaan adalah khusus, mengandalkan
pada sifat partikel molekul A dan permukaan.
Jika molekul A kedua menduduki molekul A pertama, interaksi tidak dapat terjadi sangat
berbeda dari interaksi dari dua molekul A di dalam cairan , tetapi sama jika yang ketiga
menduduki tempat yang kedua.
Semua proses kecuali yang pertama dapat dianggap seperti pokoknya sama dengan
kepencarian, dan juga mereka seharusnya memiliki kesetimbangan konstan yang
sama, K.
Brauner, Emmet, dan Teller (BET) pada
tahun 1938 mengembangkan Langmuir
untuk pendekatan adsorpsi berlapis-lapis
(multilayer adsorption). Persamaan mereka
disebut persamaan BET. Asumsi dasar
yang digunakan adalah tiap-tiap molekul
yang terjerap pada lapisan pertama
merupakan tempat untuk terjadinya
adsorpsi lapisan kedua dan seterusnya.
Bentuk persamaan BET adalah sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai