Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Asetat

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni (disebut asam
asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku
16,7°C .

Gambar 2.1 Rumus molekul asam asetat

Asam asetat termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus


molekul CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap,
dengan bau tajam khas cuka, titik leburnya 16,7 oC, dan titik didihnya 118,1oC.
Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat dengan mengoksidasi
etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt
(II) etanoat larut pada suhu 200oC. Asam asetat digunakan dalam pembuatan
anhidrida etanoat untuk menghasilkan selulosa etanoat (untuk polivinil asetat).
Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi alkohol, dijumpai dalam cuka
makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air kelapa. Beberapa
jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat warna.

Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum
aceticum, akan tetapi dikalangan masyarakat asam asetat biasa disebut cuka atau
asam cuka. Asam cuka merupakan cairan yang rasanya masam yang pembuatanya
melalui proses fermentasi alcohol dan fermentasi asetat yang didapat dari bahan
kaya gula seperti anggur, apel, nira kelapa, malt, gula dan sebagainya. Asam
asetat dengan kadar kurang lebih 25% beredar bebas dipasaran dan biasanya ada
yang bermerek dan ada yang tidak bermerek.

Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh


manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi
sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi

Industri fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian


pesatnya, termasuk dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer
oleh mikroba (asam, asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik,
toksin), produksi masa sel (protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya. Mikroba
yang umum digunakan dalam industri fermentasi termasuk dalam bakteri dan
fungi tingkat rendah yaitu kapang dan khamir.

http://fitriisusan.blogspot.co.id/2011/04/pembuatan-asam-asetat-dengan-proses.html

Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan asam
etanoat merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang
asam dan baunya yang menyengat. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil
daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata
Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam
etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam
asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air
membentuk kristal mirip es pada 16.7°C, sedikit di bawah suhu ruang. Singkatan
yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat
adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Dalam
keadaan murni, asam asetat bebas air (asam asetat glasial) merupakan cairan tidak
berwarna yang menyerap air dari lingkungan (bersifat higroskopis) dan membeku
dibawah 16,7 o C (62 o F) menjadi sebuah kristal padat yang tidak berwarna.
Asam asetat merupakan satu dari asam karboksilat yang paling sederhana
(berikutnya adalah asam format), merupakan regensia dan bahan kimia industri
yang sangat penting yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam bahan
(Anonim, 2010b). Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip
seperti air dan etanol.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22761/4/Chapter%20II.pdf

2.1.1 Pembuatan Asam Asetat

Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam dari


pembuatan semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana,
oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan
teknik yang umum digunakan dalam produksi industry asam asetat dan menjadi
teknik penghasil asam asetat lebih dari 65% dari kapasitas global. Dari asam
asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui
karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.

1. Karbonilisasi methanol

Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam


reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH→3COOH

Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.

(1) CH3OH + HI → CH3I + H2I

(2) CH3I + CO CH → 3COI

(3) CH3COI + H2O CH → 3COOH + HI

Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan


dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida
merupakan bahan mentah komoditi. Proses karbonilisasi pertama yang melibatkan
perubahan metanol menjadi asam asetat dikomersialisasikan pada tahun 1960 oleh
BASF. Pada metode BASF ini digunakan katalis kobalt dengan promotor iodida
dalam tekanan yang sangat tinggi (600 atm) dan suhu tinggi (230 oC)
menghasilkan asam asetat dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun
1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]−yang dapat
beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik
pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto
pada tahun 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan
proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan.
Proses Monsanto berjalan pada tekanan 30-60 atm dan temperatur 150-200˚C.
Proses ini memberikan selektivitas yakni lebih besar dari 99%. Pada era 1990'an,
perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa
([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium. Proses Monsanto dapat digantikan
dengan proses Cativa, yang merupakan proses serupa menggunakan katalis
iridium. Proses Cativa sekarang lebih banyak digunakan karena lebih ekonomis
dan ramah lingkungan, sehingga menggantikan proses Monsanto.

2. Sintesis gas metan

Asam asetat disintesis dari metana melalui dua tahap. Tahap pertama, gas
metan, bromina dalam bentuk hidrogen bromida (40 wt% HBr/H 2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis Ru/SiO2menghasilkan CH3Br dan
CO.Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H2O dengan bantuan
katalis RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide.

3. Oksidasi asetaldehida

Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat


diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Namun, metode manufaktur ini masih
yang paling penting, meskipun tidak sekompetitif dengan metode karbonilisasi
metanol. Dalam produksi asetaldehida dapat dihasilkan melalui oksidasi dari
butana atau nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Ketika butana atau cahaya nafta
dipanaskan dengan udara di hadapan berbagai logam ion, termasuk mangan,
kobalt dan kromium; peroksida bentuk dan kemudian membusuk untuk
menghasilkan asam asetat sesuai dengan persamaan kimia:

2C4H10 + 5O24CH→ 3COOH + 2H2O

Dalam reaksi ini dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap
menjaga butana dalam keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada
temperature 150°C dan tekanan 55 atm. Produk sampingan mungkin juga
terbentuk termasuk butanone, etil asetat, asam format, dan asam propionat.
Produk sampingan ini juga bernilai komersial, dan kondisi-kondisi reaksi dapat
diubah untuk menghasilkan lebih banyak dari mereka jika ini bermanfaat secara
ekonomis. Namun, pemisahan asam asetat dari produk tersebut dapat menambah
biaya proses.

Di bawah kondisi yang sama dan menggunakan sejenis katalis sebagai


digunakan untuk oksidasi butana, asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen di
udara untuk menghasilkan asam asetat 2CH3CHO + O22CH→3COOH

Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat menghasilkan asam asetat
lebih besar dari 95%. Produk sampingan utama adalah etil asetat, asam format dan
formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.

4. Oksidasi alkana

Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses
Wacker menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam
metode oksidasi asetaldehida menghasilkan asam asetat. Teknik ini
dikembangkan oleh perusahaan kimia Showa Denko yang membuka pabrik etilen
oksidasi di Oita, Jepang, pada tahun 1997. Proses ini dikatalisis oleh paladium
didukung katalis logam pada heteropoly asam seperti asam tungstosilicic.

5. Oksidatif fermentasi
Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat
melalui metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus
Acetobacter. Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat
menghasilkan cuka dari berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan
yang digunakan adalah bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi
biji-bijian, gandum, beras, atau kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan
difasilitasi oleh bakteri ini adalah:

C2H5OH + O2CH→3COOH + H2O

Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor dehodrogenasi dan diinokulasi


dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan kemudian akan menjadi cuka.
Dalam industry, proses pembuatan cuka akan berlangsung cepat dengan
meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri.

6. Anaerob fermentasi

Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus


Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung,
tanpa menghasilkan etanol sebagai produk perantara. Reaksi kimia secara
keseluruhan dilakukan oleh bakteri ini bisa direpresentasikan sebagai:

C6H12O6 3CH →3COOH

Hal yang menguntungkan dari penggunaan metode ini dalam sudut pandang kimia
industry ialah bakteri acetogenic ini dapat menghasilkan asam asetat dari satu-
senyawa karbon, seperti metanol, karbon monoksida, atau campuran karbon
dioksida dan hidrogen. Reaksinya dapat dituliskan:

2CO2+ 4H2CH→3COOH + 2H2O

Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung menghasilkan asam


asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam artian penggunaan metode ini
lebih efisien jika dibandingkan dengan metode oksidasi etanol dengan bantuan
bakteri Acetobacter. Namun, yang menjadi kendala ialah bakteri Clostridium
kurang toleran terhadap asam dibandingkan dengan Acetobacter sehingga ketika
asam asetat terbentuk maka bakteri Clostridium akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang dapat menyebabkan kematian. Bahkan yang paling toleran
asam-strain Clostridium cuka hanya dapat menghasilkan beberapa persen asam
asetat, dibandingkan dengan train Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan
hingga 20% asam asetat. Saat ini, penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk
memproduksi asam asetat dibandingkan memproduksi asam asetat dengan
menggunakan Clostridium. Akibatnya meskipun bakteri acetogenic telah dikenal
sejak 1940, penggunaannya dalam industri tetap dibatasi.

7. Elektrolisis Etanol (Elektrosintesis)

Elektro oksidasi etanol menjadi asam asetat menggunakan kawat elektroda


platinum dan media asam. Platinum (Pt) dikenal sebagai logam inert dan katalis
yang kuat untuk reaksi elektrokimia pada umumnya. Banyak komponen yang
dapat teradsorpsi pada permukaan adsorpsi Pt dan hidrogen.

2.1.2 Kegunaan Asam Asetat

Adapun kegunaan dari asam asetat glasial sebagai berikut:


1. Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur
keasaman, pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk
menambah rasa sedap pada masakan.
2. Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan
sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate
monomer, VAM).
3. Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga
ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif

kecil. Sekitar larutan 12,5% untuk makanan.


4. Reagen untuk analisa.
5. Untuk membuat putih timbal, dll

2.2 Alkohol
Derivat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil
(-OH) atau lebih sebagai ganti atom hidrogen dikenal sebagai alcohol
sebagai.Alkohol tersederhana diturunkan dari alkana dan mengandung hanya satu
gugus hidroksil per molekul. Senyawaan ini mempunyai rumus molekul umum
ROH, dengan R ialah gugus alkil dengan susunan C6H2n+1.

Alkohol merupakan salah satu turunan dari hidrokarbon yang memiliki atom H

yang diikat oleh atom C dan di substitusikan dengan gugus OH.

Berikut sifat-sifat darimasing-masing gugus fungsi :

• Sebagian gugus alkohol larut dalam air, tetapihanya alkoholdengan struktur yang

kecil saja/berat molekul ringan

• baik alkohol maupun fenol tidak larutdalam n-heksan

• Jika diberi reagen Lucas, alkohol primer--> tidak terjadi pemisahan fase, alkohol

sekunder -> terjadi pemisahan fase jika dipanaskan, alkohol tersier -> terjadi

pemisahan fase tanpa pemanasan.

• Jika diuji asam kromat, alkohol primer -> asam karboksilat, alkohol sekuner ->

keton dan alkohol tersier -> tidak dapat dioksidasi oleh asam kromat

• Alkohol tidak dapat bereaksi dengan FeCl3

• Keasaman alkohol lebih rendah dibandingkan fenol

2.2.1 Penggunaan Alkohol


Beberapa penggunaan senyawa alkohol dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1.    Pada umumnya alkohol digunakan sebagai pelarut. Misalnya vernis
2.    Etanol dengan kadar 76% digunakan sebagai zat antiseptik.
3.    Etanol juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, kosmestik.
4.   Campuran etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang biasa
dikenal dengan nama Spirtus. Etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan minuma keras.
http://rahmadanichem.blogspot.co.id/2013/12/alkohol-dan-fenol.html

2.3 Asam Karboksilat

Asam karboksilat merupakan golongan senyawa yang mengandung gugus


COOH yang terikat baik oleh gugus alkil ( R-COOH ) maupun aril ( As-COOH ).

Contoh:

- H COOH ( Asam Format )


- CH3COOH ( Asam Asetat )
- CH3 – (CH2)10 – COOH ( Asam laurat )
- CH3 – (CH3)7 – CH = CH – (CH2)7 – COOH ( Asam Oleat )

2.3.1 Sifat – Sifat Asam Karboksilat

a. Sifat Fisika

- Asam yang berbobot molekul rendah memiliki bau yang


merangsang setimbang

- Titik didih dan titik leleh relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
alkana dengan jumlah atom karbon yang sama

- Asam dengan atom C = 1 – 4 dapat larut dalam air

- Asam dengan atom C > 7 tidak larut dalam air

b. Sifat Kimia

- Asam berbobot molekul rendah larut dalam air maupun organik


- Membentuk ikatan hidrogen sepasang molekul asam karboksilat yang
saling berikatan hidrogen disebut polimer asam karboksilat.

http://fitriisusan.blogspot.co.id/2011/04/pe
mbuatan-asam-asetat-dengan-proses.html

Anda mungkin juga menyukai