Anda di halaman 1dari 4

Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, vinegar.

Asam asetat, asam


etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang merupakan
asam karboksilat yang paling penting di perdagangan, industri, dan laboraturium
dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus kimia CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Struktur Asam Asetat :

Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat glasial
mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17C dan titik didih
118C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut
organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glacial sangat korosif terhadap
kulit dan jaringan lain suatu molekul asam asetat mengandung gugus OH dan
dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena adanya
ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom karbon satu sampai
empat dan dapat bercampur dengan air (Hewitt, 2003).
Asam asetat merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air, walaupun
demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan keasaman air
(Kohar, 2004).
Pengertian Asam Asetat
Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam
yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
asmosferik, titik didihnya 118,1 oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat
luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih
harus di import, sehingga perlu di usahakan kemandirian dalam penyediaan bahan
(Hardoyono, 2007).
Lanjutkan teori singkat hal 39 paragraf 1
Sifat Kimia
Beberapa anggota awal dari deret asam karboksilat yakni asam asetat berwujud
cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Asam asetat yang menyusun sekitar 4-5%
cuka, memberi ciri bau dan cita rasanya. Asam karboksilat tergolong polar dan
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya atau dengan molekul 5 lain.

Jadi asam karboksilat seperti asam asetat memiliki titik didih tinggi untuk bobot
molekulnya.Asam karboksilat seperti asam asetat mengurai di dalam air,
menghasilkan anion karboksilat dan ion hidronium. Atom hidrogen (H)
pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat
dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat
adalah asam lemah monoprotik basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Asam
asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam
asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya
seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari
asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan
laboratorium ( Hart, 2003).
Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika di reaksikan dengan karbonat
akan menghasilkan karbon dioksida. Penetapan kadar asam asetat biasanya
menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1 N setara
dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI,1995).
Sifat Fisika
Sifat fisika dari asam asetat adalah bentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau
menyengat, pH asam, memiliki rasa asam yang sangat tajam,mempunyai titik beku
16,6 oC, titik didih 118,1 oC dan larut dalam air, alkohol, dan eter. Asam asetat di
buat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter. Pembuatan dengan cara
ini bisa digunakan dalam pembuatan cuka. Asam asetat mempunyai rumus molekul
CH3COOH dan bobot molekul 60,05 (Depkes RI, 1995).
Pembuatan Asam Asetat
Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol, yang dapat
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan,kulit nanas, pulp kopi,
dan air kelapa. Tersedianya air kelapa dalam jumlah besar di Indonesia, yaitu dari
900 juta liter per tahun merupakan potensi yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Saat ini pemanfaatan air kelap belum optimal, selain sebagai bahan baku
nata de coco, air kelapa dapat dibuat cuka secara tradisional oleh masyarakat.
Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis
atau khemis dan secar mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara
fermentasi lebih disukai, karena lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan
relatif lebih kecil. Pada fermentasi asam asetat dari substrat cair umumnya hanya
dilakukan dua tahap fermentasi yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam
asetat. Fermentasi alkohol dilakukan jika bahan yang digunakan kaya akan gula
namun tidak mengandung alkohol. Pada bahan yang miskin gula maka penambahan
alkohol secar langsung dianggap lebih efektif daripada menambahkan gula untuk
diubah menjadi alkohol. Penggunaan teknik kolom bio-oksidasi dalam upaya

meningkatkan efisiensi produksi asam asetat dengan bahan baku air kelapa, dan
mengetahui pengaruh kecepatan aerasi dan tinggi partikel dalam kolom berikut
interaksinya terhadap pembentukan asan asetat. Kolom bio-oksidasi diisi dengan
kerikil atau partikel yang dapat menyangga kehidupan mikrobia. Udara masuk dari
dasar fermentor sehingga mikrobia dapat menggunakan substrat secara effisien.
Untuk mendapatkan hasil (kadar asam asetat) yang kenaikannya relatif konstan,
maka digunakan sistem kontinyu (kultur sinambung). Bertujuan untuk mengetahui
kondisi yang optimum produksi asam asetat dari air kelapa secara fermentasi
kontinyu dengan menggunakan kolom biooksidasi. Asam Asetat dengan oksidasi
alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri asetobacter dan dibuat dengan bantuan
udara pada suhu 35 oC.

Pada proses fermentasi alkohol ini, asam asetat didapat dari bahan yang kaya gula
seperti anggur, apel, malt, gula, dan sebagainya (A.O.A.C, 1970).
Asam asetat termasuk asam organik yang dapat dibuat dengan banyak cara, empat
diantaranya yaitu: oksidasi alkohol primer atau aldehid, oksidasi rantai samping alkil
pada cincin aromatik, dengan karbon dioksida, dan hidrolisis alkil sianida (nitril)
( Hart, 2003).
Asam asetat glasial komersial dibuat dengan mereaksikan methanol dan karbon
monoksida atau oksida etilen. Bahan asal dari reaksi ini di sintesa dari gas alam,
minyak bumi, atau batu bara (Fessenden, 1997).
Penyimpanan Asam Asetat
Asam asetat mudah menguap sehingga penyimpanannya harus dengan wadah
yang tertutup rapat, diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari
lansung dan pada suhu ruangan atau tidak lebih dari 40oC (Depkes RI, 1995).
Kegunaan Asam Asetat
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting untuk
menghasilkan berbagai senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Asam asetat digunakan sebagai pengatur

keasaman dalam industri makanan. Asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air di rumah tangga. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk
penggunaan dalam cuka relatif kecil (Setiawan, 2007).
Asam asetat digunakan untuk rumah tangga, industri dan kesehatan yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan penyedap rasa pada makanan
b. Bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet
makanan secara tradisional. Daya pengawet disebabkan karena kandungan asam
asetatnya sebanyak 0,1 % asam asetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
spora penyebab keracunan makanan.
Pembuatan obat-obatan (Aspirin).
d. Bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting diperlukan
untuk asetilasi terutama di dalam pembuatan selulosa asetat.
e. Bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain seperti asetil klorida.
f. Di bidang industri karet (menggumpalkan karet).
g. 0,3 % asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin
(Tjokroadikoesoemo, 1986).
Dampak dari Asam Asetat
Asam asetat pekat bersifat korosif, sehingga harus digunakan dengan penuh hatihati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta
iritasi pada membran mukosa (Setiawan, 2007).
Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya, namun konsumsi asam
asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan, karena
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang
mematikan pada keasaman darah. Asam asetat dalam cuka secukupnya dilarutan
sehingga tidak korosif, walaupun demikian, jika terus menerus makan makanan
yang mengandung cuka akan dapat merusak email gigi (Hewitt, 2003).
Sisain 1 hal utk gambar

Lanjutkan hal 40 paragraf ke2 tentang titrasi aside-alkalimetri sampai hal


43
Tabel indicator nanti aku yang print

Anda mungkin juga menyukai