Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD HUDZAIFAH AS SAFII

2250200025
Teknik Industri

Mata Kuliah : Kimia 2

ASAM ASETAT

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah satu senyawa organik yang berada
dalam golongan asam alkanoat. Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat adalah komponen utama
cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi untuk
cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain
seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat
pekat bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Tata Nama
Asam asetat merupakan nama trivial dari senyawa ini atau nama yang dianjurkan IUPAC
yang berasal dari kata dalam bahasa Latin: acetum, yang berarti cuka. Akan tetapi, dalam
penggunaan untuk tata nama IUPAC secara umum, senyawa ini memiliki nama asam etanoat.
Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak memiliki
kandungan air (anhidrat). Penamaan ini disebabkan oleh sifat asam asetat anhidrat yang
membentuk kristal mirip es pada suhu 16,6 °C (61,9 °F) yang merupakan suhu sedikit di bawah
suhu ruang.
Singkatan nama senyawa yang paling sering digunakan dan menjadi singkatan resmi bagi
asam asetat adalah AcOH atau HOAc. Ac mempresentasikan gugus asetil, (CH3–C(=O)–),
sedangkan asetat (CH) yang berfungsi sebagai basa konjungat disingkat sebagai AcO−. Ac jangan
disalahartikan dengan lambang unsur aktinium (Ac). Untuk mendapatkan gambaran struktur yang
lebih baik, asam asetat sering kali ditulis sebagai CH3–C(O)OH, CH3–C(=O)OH, CH, dan CH.
Dalam konteks reaksi asam-basa, singkatan HAc sering digunakan untuk simbol asam basa,
dengan Ac merupakan singkatan dari asetat. Asetat adalah ion yang dihasilkan dari lepasnya H+
dari asam asetat. Nama asetat dapat pula merujuk pada garam dan ester yang dihasilkan dari
interaksi asam asetat dengan senyawa lain.

Sejarah
Cuka merupakan jenis asam asetat yang telah dikenal manusia sejak dahulu kala dan
pertama kali ditemukan pada 5000 SM saat seorang pelayan istana dari Babilonia menemukan
anggur berubah menjadi minuman anggur ketika dibiarkan di ruang terbuka .[23] Penggunaan cuka
dilakukan pertama kali untuk alkimia pada abad ke-3 Sebelum Masehi. Saat itu, Filsuf Yunani
Kuno Theophrastus menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam dan membentuk
berbagai pigmen, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu zat warna hijau
yang merupakan campuran garam-garam tembaga, seperti tembaga (II) asetat.[24] Bangsa
Romawi Kuno menghasilkan sapa, sebuah sirup yang sangat manis, dengan mendidihkan anggur
yang sudah diasamkan. Sapa yang direbus di sebuah panci berbahan timbal memiliki kandungan
timbal(II) asetat yang tinggi.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat glasial dihasilkan dari cuka kayu yang diperoleh dari
distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida dan menghasilkan kalsium asetat
yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat untuk menghasilkan asam asetat. Pada saat itu,
Jerman memproduksi 10.000 ton asam asetat glasial, sekitar 30% dari yang digunakan untuk
produksi zat warna indigo.
Perusahaan kimia Amerika Serikat Monsanto Company membangun pabrik pertamanya
menggunakan katalis ini pada tahun 1970, dan karbonilasi metanol dengan katalis rodium menjadi
metode dominan pada produksi asam asetat (lihat proses Monsanto). Pada tahun 1990-an,
perusahaan kimia BP Chemicals mengembangkan teknik menggunakan katalisator ([Ir(CO)2I2]−)
yang mengandung iridium sebagai promotor. Teknik ini diberi nama Cativa , untuk efisiensi yang
lebih besar dan mengomersialkannya pada tahun 1995. Proses Cativa berkatalis iridium dinilai
lebih ramah lingkungan dan lebih efisien sehingga menggantikan proses Monsato.

Sifat-sifat Kimia
• Keasaman
Atom hidrogen (H) yang menjadi pusat pada guguskarboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), melalui proses ionisasi
sebagai berikut:

Karena ion H+ yang telah dilepaskan hanya satu , maka asam asetat merupakan asam
lemah monoprotik yang bila berada dalam larutan air memiliki nilai pKa=4,76.[35][36] Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Basa konjugatnya adalah asetat (CH3COO−). 1 M asam
asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4 yang
menandakan bahwa hanya sekitar 0.4% molekul asam asetat saja yang terdisosiasi.

• Struktur
Asam asetat dalam bentuk padat menunjukkan bahwa molekul-molekul pada asam asetat
membentuk rantai yang disatukan oleh ikatan hidrogen. Pada saat asam asetat berada dalam
bentuk gas, senyawa ini diketahui terdiri dari dimer siklik yang mengikat dua atom hidrogen.
Bentuk dimer ini juga dapat dideteksi hanya ketika dilarutkan oleh pelarut yang tidak memiliki
ikatan hidrogen dalam konsentrasi yang kecil. Karena keberadaan dimer dapat dideteksi ketika
dilarutkan dalam pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi standar dimer
tersebut diperkirakan 65,0–66,0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol−1 K−1.[41] Sifat
dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
• Sifat Pelarut
Asam asetat merupakan pelarut protik hidrofilik (polar) seperti air dan etanol. Asam asetat
memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-
unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau
nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Ketika larut dalam senyawa alkana yang lebih
tinggi (dimulai dari oktana), asam asetat tidak lagi bercampur sempurna dan kebercampurannya
terus menurun berbanding lurus dengan panjang rantai n-alkana.[43] Sifat kelarutan dan
ketercampuran dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia,
misalnya sebagai pelarut dalam produksi dimetil tereftalat dan asam tereftalat.

Reaksi Kimia
• Senyawa anorganik
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logamseperti besi, magnesium, dan seng,
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat
diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah
reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi
pembentukan garam asetat:

Karena aluminium membentuk suatu film aluminium oksida yang tahan asam sehingga
melindungi permukaannya, tangki aluminium digunakan untuk menampung dan mengangkut
asam asetat. Asetat logam dapat juga diperoleh dari asam asetat dan basayang sesuai, seperti dalam
reaksi populer "baking soda+ cuka":

• Kimia Organik

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan


garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan
logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan
garam karbonat atau bikarbonat. Dengan basa kuat (misalnya pereaksi organolitium), asam
asetat mengalami deprotonasi menghasilkan LiCH2CO2Li. Reaksi organik yang paling
terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan
turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi
nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester
dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan
amida. Pada suhu 440 °C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau
ketena dan air.

Pembuatan
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi
bakteri. Sekitar 75% asam asetat yang dibuat untuk digunakan dalam industri kimia
diproduksi melalui karbonilasi metanol.
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, di mana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap. Diperlukan suatu katalis karbonil logam untuk karbonilasi.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Dua proses terkait dengan karbonilasi metanol adalah: proses Monsanto dengan
katalis rodium, dan proses Cativa dengan katalis iridium. Proses Cativa lebih ramah
lingkungan dan lebih efisien[54] dan telah banyak menggantikan proses sebelumnya.
Jumlah katalisis air yang digunakan dalam kedua proses cukup banyak, tetapi proses Cativa
memerlukan lebih sedikit air, sehingga reaksi pergeseran air-gas dapat ditekan dan produk
sampingan yang dihasilkan juga lebih sedikit. Dengan mengubah kondisi reaksi, anhidrida
asetat dapat juga diproduksi pada kilang yang sama menggunakan katalis rodium.

Penggunaan
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan
untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam
asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam
asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
• Sebagai pelarut
• Asam asetat encer digunakan dalam terapi medis
• Cuka
• Produksi Anhidrida Asetat
• Produksi Eter

Dampak Kesehatan dan Keselamatan


Asam asetat pekat bersifat korosif terhadap kulit dan karena itu harus digunakan dengan
hati-hati, karena dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada
membran mukosa.
Asam asetat adalah iritan keras untuk mata, kulit, dan membran mukosa. Kontak kulit yang
berkepanjangan dengan asam asetat glasial dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Paparan
inhalasi (delapan jam) dengan uap asam asetat pada 10 ppm bisa mengakibatkan iritasi mata,
hidung, dan tenggorokan; pada 100 ppm ditandai iritasi paru-paru dan kemungkinan kerusakan
paru-paru, mata, dan kulit. Konsentrasi uap 1.000 ppm menyebabkan iritasi mata, hidung dan
saluran pernapasan bagian atas dan tidak dapat ditoleransi. Prediksi ini didasarkan pada hewan
percobaan dan paparan industri. Sensitisasi kulit terhadap asam asetat adalah jarang, tetapi telah
terjadi.

Sekian Tulisan Dari Saya Muhammad Hudzaifah As Safii

Anda mungkin juga menyukai