ASAM ASETAT
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah.................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 3
1.3 Tujuan................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat................................................................................................................ 4
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Reaksi dan Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat......................... 13
5.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu.................................................................. 17
5.3 Diagram Alir Pembuatan.................................................................................. 22
5.4 Kondisi Operasi.................................................................................................. 25
5.5 Karakterisasi...................................................................................................... 27
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan......................................................................................................... 28
6.2 Saran................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. SEJARAH
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada
abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka
bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih
(timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam
tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa ,
sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa
mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula
Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan
oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat
dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari
distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius
menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan
terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan
larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa
keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet
akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena
dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui
elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
2
Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi
bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari
produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan bahwa cuka yang
digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis karena lebih aman bagi
kesehatan.
Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan
metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]), sedangkan proses cativa menggunakan katalis
iridium ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C 2 H 4 O 2 . Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3 - COOH,
CH 3 COOH, atau CH 3 CO 2 H. Asam asetat murni (asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C,titik didih 117,9 0C.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,
dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer
juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui reaksi dan mekanisme reaksi dalam pembentukan asam asetat.
2. Mengetahui bahan baku dan bahan pembantu (katalis) dalam pembentukan asam
asetat.
3. Mengetahui diagram alir dalam pembentukan asam asetat.
4. Mengetahui kondisi operasi dalam pembentukan asam asetat.
3
5. Karakterisasi dalam pembentukan asam asetat.
1.4. MANFAAT
1. Mahasiswa mengetahui reaksi dan mekanisme reaksi dalam pembentukan asam
asetat.
2. Mahasiswa mengetahui bahan baku dan bahan pembantu (katalis) dalam
pembentukan asam asetat.
3. Mahasiswa mengetahui diagram alir dalam pembentukan asam asetat.
4. Mahasiswa mengetahui kondisi operasi dalam pembentukan asam asetat.
5. Mahasiswa mengetahui karakterisasi dalam pembentukan asam asetat.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2. Memiliki
titik leleh 62,06F (16.7C) dan mendidih pada 244,4F (118C), kerapatan 1,049g/mL pada
25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat bersifat korosif, memiliki
bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada guguskarboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat
dideteksi pada uapbersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut
tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni Dimer dirusak
dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam
asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa. Contohnya adalah
soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
5
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
BAB III
TINJAUAN TERMODINAMIKA
6
CH3OH + CO CH3COOH
0
H reaksi = Hf produk - Hf reaktan
= -134,77 kJ/mol
0
Sedangkan Hreaksi pada suhu 177 C adalah:
0
T = 177 C = 450,15 K
= -484,4 + 21,86
= -462,54 kJ/mol
= (-239,1 + (-110,53))+(13,98+4,55)
= -331,1 kJ/mol
0 0
Hreaksi = ((nH f)produk- (nH f)reaktan)450,15
= -462,54- (-331,1)kJ/mol
= -153,3 kJ/mol
Dari perhitungan Hreaksi reaksi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa reaksi
pembentukan asam asetat bersifat eksotermis.
7
o Sesuai dengan tinjauan Thermodinamika, pada reaksi eksotermis jika tekanan
diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar). Oleh karena
itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.
o Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu suhu
operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.
0
G 298 = - R T In K
Dengan:
0
G 298 = energy bebas Gibbs standar suatu reaksi pada 298
-3
K (kJ/mol) R = konstanta gas ( R = 8,314.10 kJ/mol.K)
T = temperatur (K)
Dari tabel energy Gibbs pembentukan gas pada 298 K, diketahui (Yaws, 1999):
0
G CH3OH = -162,51 kJ/mol
0
G CO = -137,28 kJ/mol
0
G CH3COOH = -376,69 kJ/mol
0
G 298 = G produk G reaktan
= (-376,69)-((-162,51)+(-137,28))
= -76,8 kJ/mol
In K =
G
RT
8
Ln K = -
76,9 kJ /mol
8,314.103 kJ
. K 298 K
mol
K = 2,972.1013
Dari persamaan :
K
ln K =
H
R
1 1
+ [
T T ] ( Smith and Van Ness,1987 )
9
Dengan :
K1 = konstanta kesetimbangan pada temperatur
tertentu T1 = temperatur tertentu (K)
= -153,3 kJ/mol
0
Pada suhu operasi 177 C = 453,15 K, besarnya konstanta kesetimbangan dapat
dihitung sebagai berikut:
ln
2,972.10
K
=
153,3
1
[
1
8,314.10 298,15 453,15 ]
K = 19.373,31
Dari perhitungan diketahui bahwa reaksi pembentukan asam asetat
berlangsung searah atau cukup irreversible, , karena harga konstanta kesetimbangan
K yang besar.
9
BAB IV
TINJAUAN KINETIKA
r A=r C =r D=k 1 C A C B
Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan maka
semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.
a. Pemilihan Reaktor :
Jika jenis reaktor yang dipilih Batch
1 dN i 1 d (Ci V ) 1 Vd C i+ Ci dV
r i= = =
V dt V dt V dt
dC i Ci dV
r i= +
dt V dt
o Semakin besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju kecepatan
reaksi pembentukan produk. Secara molekular semakin besar volume reaktan dalam
reaktor maka jarak antar molekul satu dengan yang lain akan semakin jauh sehingga
frekuensi tumbukan antar reaktan akan semakin kecil.
Jika jenis reaktor yang dipilih Continue stirred tank reactor (CSTR)
10
Overall
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation
d ( .V )
.Q1 .Q2 0=
dt
. d (V )
.Q1 .Q2=
dt
dV
Q1Q2=
dt
Neraca Komponen
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation
d( CC .V )
CC 0 . Q1CC . Q2+ k .C A . C B .V =
dt
dV dCC
0CC .Q 2+ k . C A .C B . V =C C +V
dt dt
dCC
CC . Q2+ k .C A . C B . V =CC ( Q1Q2 ) +V
dt
dC C
k . C A . C B .V =CC . Q1+ V
dt
dC C
k . C A . C B .V CC . Q1=V
dt
C C . Q1 dCC
k . C A . C B = =r C
V dt
o Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor maka
laju pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan reaktor CSTR
11
lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR produk akan secara
kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu tinggal reaktan dalam reaktor.
Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil produksi
suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi suatu industri.
12
BAB V
PEMBAHASAN
Pada proses ini asam asetat diperoleh dengan cara oksidasi bakterial dari etanol (etil
alkohol). Bakteri yang digunakan adalah dari genus Acetobacter. Bakteri ini sangat
sensitif terhadap kekurangan O2 sehingga keberhasilan dari proses ini sangat
tergantung pada efisiensi aerasi. Oksidasi ini melalui dua tahap proses:
2 C 2 H 5 OH + O 2 2 CH 3 CHO + 2 H 2 O
2 CH 3 CHO + O 2 2 CH 3 COOH + H 2 O
2. Distilasi Kayu
Proses ini dilakukan dengan cara destruksi kayu keras (pyroligneous). Pyroligneous
ini mengandung 6% asam asetat, 28% metanol, 2% ter, 2% wood oil, dan sisanya
berupa air dan senyawa-senyawa lainnya. Cairan asam ligneous kemudian dipisahkan
dari ter yang ada di dalamnya dengan cara distilasi.
3. Proses Sintesa
a. Oksidasi Asetaldehid
Pembuatan asam asetat dengan proses ini merupakan salah satu proses yang
komersial dan sering digunakan. Pembuatan asam asetat dengan cara ini
13
dilakukan pertama kali pada tahun 1911 di Jerman. Proses ini dilakukan pada
fase cair, suhu 60-70oC, tekanan 1-6 atm dengan katalis mangan asetat 1%
(persen berat). Reaksi pembuatan asam asetat ini dijalankan dalam stirred tank
reactor yang dilengkapi dengan sparger, konversi yang terjadi mencapai 90%
dan selectivity mencapai 94%. Reaksi yang terjadi adalah :
2 CH 3 CHO + O 2 2 CH 3 COOH + H 2 O
Proses yang biasa digunakan pada pembuatan asam asetat dengan cara
ini disebut sebagai proses Wacker. Bahan baku yang biasa digunakan adalah
n-butena dan nafta fraksi ringan. Reaksi dijalankan pada fase cair
nonkatalitik dengan suhu 160-180oC dan tekanan 55 atm. Dalam proses ini
dihasilkan beberapa hasil samping, antara lain: asam format, aseton,
asetaldehid, etil asetat, dan etil metil keton.
c. Oksidasi Etanol
d. Karbonilasi Metanol
14
Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan bahan
baku berupa metanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fase
cair maupun fase gas. Proses karbonilasi metanol ini telah banyak
diterapkan secara komersial, diantaranya pada :
Proses Monsanto
Proses ini dijalankan pada fase cair, suhu 150-200 o C dan tekanan 33-65
atm dengan katalis rhodium komplek dengan fosfin.Mekanisme kerja proses
monsanto berjalan dengan beberapa tahap :
CH 3 OH + HI CH 3 I + H 2 O
MaOH + HI MeI + H 2 O
15
4. Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke
dalam [Rh(CO) 2 I 2 ] - sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I 3 ] - .
Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH 3 membentuk
kompleks.
Proses sintesa ini dijalankan pada fase gas dengan suhu 276 o C dan
tekanan 26 atm. Katalis yang digunakan adalah rhodium 1% dalam penyangga
karbon aktif dengan aktivator katalisator metil iodida. Perbandingan metanol
dan gas CO yang digunakan adalah antara 1:1 sampai 1:3.
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220 o C dan tekanan
15-50 barg. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium 700- 1500 ppm
16
dan senyawa ruthenium sebagai promoter sebanyak 1500-2500 ppm. Reaksi
dijalankan dalam reaktor gelembung.
1. Methanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol
paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan baku
pembuatan asam asetat dengan metode karbonilasi methanol.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Methanol
Nama IUPAC
Methanol
Nama lain
17
hydroxymethane
methyl alcohol
methyl hydrate
wood alcohol
carbinol
Sifat
Rumus molekul CH3OH
Massa molar 32.04 g/mol
Penampilan colorless liquid
Densitas 0.7918 g/cm, liquid
Titik leleh
97 C, -142.9 F (176 K)
Titik didih
64.7 C, 148.4 F (337.8 K)
Kelarutan dalam air Fully miscible
Keasaman (pKa) ~ 15.5
Viskositas 0.59 mPas at 20 C
Momen dipol 1.69 D (gas)
Bahaya
Klasifikasi EU Flammable (F)
Toxic (T)
Titik nyala 11 C
2. Iodida
Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi
metil iodide:
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO) 2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-
3. Karbon Monoksida
Wujud : Gas
Bau : Tidak berbau
Komposisi : Minimal 98 % CO, maksimal 2 % dianggap H 2
1) Sifat-sifat Fisik
Berat molekul : 28,01 g/gmol
Densitas pada STP : 1,250 g/cm 3
Temperatur Kritis : -140,23 o C
Tekanan Kritis : 34,529 atm
Volume Kritis : 93,06 cm 3
18
Spesific heat ( pada volume konstan 1 atm )
1 oC : 4,97 kal/mol. o C
1 oC : 46,656 kal/mol.K
o
100 C : 48,8831 kal/mol.K
o
100 C :3130,6 kal/mol
0 o C : 3831,8 kal/mol
2) Sifat-sifat Kimia
Bereaksi dengan methanol membentuk asam asetat
CH3 -OH + CO CH3COOH + H2O
Bereaksi dengan hidrogen membentuk methanol
CO + 2H2 CH3OH
Bereaksi dengan di metil alamine membentuk dimetil nonamine
CO + (CH3)2NH CH3COOH + H2O
Bahan Pembantu
1. Rhodium (cis[Rh(CO)2I2])
Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan reaksi dan distribusi produk yang baik.Struktur katalis
kompleksRhodium (cis[Rh(CO)2I2]) dapat dilihat seperti gambar berikut:
Wujud : Cair
Warna : Putih kekuningan
Densitas : 0,26 g/cc
Komposisi : Minimal 39% katalis Rh kompleks, maksimal 61 % air
2. Iridium ([Ir(CO)2I2])
19
Iridium ([Ir(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan asam
asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih
sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2] dapat dilihat
seperti gambar berikut:
1) Sifat-sifat fisika
Rumus Molekul : CH 3 COOH
Berat Molekul : 60,053 g/gmol
Titik leleh pada 1 atm : 16,6 o C
Titik didih pada 1 atm : 117,9 o C
Spesific gravity : 1,051 g/cm 3
Koefisien ekspansi (20 o C) : 1,07 x 10 -3
Temperatur Kritis (liquid) : 594,45 o C
Tekanan Kritis (liquid) : 57,1 o C
Volume Kritis (liquid) : 2,85 cc/g
Surface tension
20 o C,udara : 27,6 dyne/cm
110 o C, udara : 22,2 dyne/cm
Viskositas
20 o C,udara : 1,22 cp
110 o C,udara : 0,42 cp
20
Spesific Heat (25 o C) : 0,487 kal/g. o C
Panas pelarutan dalam air (18O o C) : 6,3 kal/g
Hf (25 o C) : -1927,1 kal/g
Gf (25 o C) : -1549,9 kal/g
2) Sifat-sifat Kimia
Dengan alkohol terjadi reaksi esterifikasi.
2CH 3 -OH + CH 3 COOH CH 3 COOCH 3 + H 2 O
Pembentukan garam keasaman.
2CH 3 COOH + Zn (CH 3 COO) 2 Zn 2 + H +
Konversi ke ester
Benzil alkohol Benzil asetat
Konversi ke klorida-klorida asam
3 CH 3 COOH + PCl 3 3 CH 3 COCl + H 3 PO 3
Substitusi dari alkil/aril group
CH3COOH ClCH2OH Cl2CHCOOH Cl3CCOOH
Pembentukan ester
CH 3 COOH + CH 3 CH 2 OH CH 3 COOC 2 H 3
5.3. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi.Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu
sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
1) CH3OH + HI CH3I + H2O
2) CH3I + CO CH3COI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi
methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]), sedangkan proses cativa
menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2])yang didukung oleh ruthenium.
a. Proses Monsanto
21
Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap
2. Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO) 2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-
5. Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas.
Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium
yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm.
22
b. Proses Catavia
2. Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]-
3. Setelah terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I-
akan keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru
[Ir(CO)3I]
5. Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion I- di sekitar
kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I-
membentuk CH3COI.
6. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH 3COOH)
dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus
23
bereaksi dengan methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan
katalis.
7. Asam asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari
pengotor
Pada proses Monsanto reaksi terjadi pada suhu 160-190C dan tekanan 30 bar (Mc
Ketta,1976). Reaksi berlangsung dalam reactor bubble (reaktor gelembung). Yield asam
asetat adalah 99% berdasarkan methanol dan 90% berdasarkan karbon monooksida
(Ulmanns,1985).
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh carbonylation
dari metanol. Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya berbeda dalam
penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang mengandung katalis
seperti kompleksIr[(CO)2I2]. Proses ini pertama kali dikembangkan oleh BP
Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian Monsanto telah
menunjukkan bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses carbonylation
metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis iridium bisa
24
dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan sebuah
katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium.Penggunaan iridium
memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan
demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi
produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses ini
memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses
Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220C dan tekanan 15-
50 bar. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium 700-1500 ppm dan senyawa
ruthenium sebagai promoter sebanyak 1500-2500 ppm. Reaksi dijalankan dalam
reaktor gelembung
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
25
keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO) 3I]
(gambar 3), struktuir ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi
berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas,
sehingga dengan adanya ion I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH 3CO lepas
dari kompleks dan bereaksi dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI ini
kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI).
Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan
methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam
asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor
maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
5.5 KARAKTERISASI
Asam asetat (disebut asam asetat glasial) selain diproduksi untuk cuka
konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam
lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat dengan kode adiktif makanan E260 digunakan sebagai pengatur
keasaman. Di rumah tangga, asam asetat disetujui penggunaannya di banyak
negara.
26
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dalam produksi asam asetat dari metanol, ada berbagai macam reaksi yang dapat
terjadi. Sebagai seorang teknik kimia, dalam perancangan pabrik salah satu aspek yang
perlu dipertimbangkan adalah nilai ekonomis dari suatu proses. Sehingga dapat merancang
produk dengan nilai jual setinggi mungkin dan pengeluaran sekecil mungkin. Oleh karena
itu pembuatan asam asetat dari metanol dipilih proses karbonilasi methanol. Proses
pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan bahan baku berupa methanol dan gas
CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fae cair maupun gas. Proses menggunakan
karbonilasi metanol dapat mencapai selektivitas 90-99%.
6.2. SARAN
1. Proses produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan suhu
rendah.
2. Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP Chemicals
Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12 8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering, University of
California, Berkeley, CA 94720, USA
Ullmann, F., Gerhartz, W., Yamamoto, Y. S., Campbell, F. T., Pfefferkorn, R., Rounsaville,
J. F., & Ullmann, F. (1985). Ullmann's encyclopedia of industrial chemistry. Weinheim,
Federal Republic of Germany: VCH.