Anda di halaman 1dari 16

MENGHITUNG KADAR ASAM ASETAT

DALAM CUKA (CH₃COOH)

DISUSUN
O
L
E
H
SYAKILA
CITRA SHELLA NST
NAZLA NUR AMALINA
AINNIYA FADILLAH SAID
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan,28 Januari 2022

Penyusun .

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Sifat-sifat kimia.........................................................................................................5

Keasaman.........................................................................................................................5

1.3 Sifat pelarut..............................................................................................................5

1.4 Reaksi dengan senyawa anorganik...........................................................................6

1.5 IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................................6

2 BAB II........................................................................................................................7

MENENTUKAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA.......................................7

2.1 1. Tujuan...................................................................................................................7

2. Alat dan Bahan.............................................................................................................7

2.2 3. Prosedur Kerja......................................................................................................7

2.3 4. Hasil......................................................................................................................8

3 BAB III.......................................................................................................................9

PEMBAHASAN..............................................................................................................9

4 BAB IV.....................................................................................................................10

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................10

iii
4.1 KESIMPULAN..........................................................................................................10

4.2 SARAN....................................................................................................................10

5 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah satu senyawa organik
yang berada dalam golongan asam alkanoat.Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis dalam bentuk CH3–COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat adalah
komponen utama cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau
menyengat. Selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat
juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan
selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat
bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO–. Asam asetat merupakan
pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat,
dengan kode aditif makanan E260, digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Sebagai aditif
makanan, asam asetat disetujui penggunaannya di banyak negara, termasuk Kanada,
Uni Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Dalam setahun, kebutuhan
dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun
diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia, terutama

v
dengan bahan baku metanol.Cuka adalah asam asetat encer, sering kali diproduksi
melalui fermentasi dan oksidasi lanjutan etanol.
Asam asetat merupakan nama trivial dari senyawa ini atau nama yang
dianjurkan IUPAC yang berasal dari kata dalam bahasa Latin: acetum, yang berarti
cuka.Akan tetapi, dalam penggunaan untuk tata nama IUPAC secara umum, senyawa
ini memiliki nama asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang
merujuk pada asam asetat yang tidak memiliki kandungan air (anhidrat). Penamaan
ini disebabkan oleh sifat asam asetat anhidrat yang membentuk kristal mirip es pada
suhu 16,6 °C (61,9 °F) yang merupakan suhu sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan nama senyawa yang paling sering digunakan dan menjadi singkatan
resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc. Ac mempresentasikan gugus asetil,
(CH3–C(=O)–), sedangkan asetat (CH3COO−) yang berfungsi sebagai basa
konjungat disingkat sebagai AcO−Ac jangan disalahartikan dengan lambang unsur
aktinium (Ac). Untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih baik, asam asetat
sering kali ditulis sebagai CH3–C(O)OH, CH3–C(=O)OH, CH3COOH, dan
CH3CO2H. Dalam konteks reaksi asam-basa, singkatan HAc sering digunakan untuk
simbol asam basa, dengan Ac merupakan singkatan dari asetat.[20] Asetat adalah ion
yang dihasilkan dari lepasnya H+ dari asam asetat.[Nama asetat dapat pula merujuk
pada garam dan ester yang dihasilkan dari interaksi asam asetat dengan senyawa lain.
Cuka merupakan jenis asam asetat yang telah dikenal manusia sejak dahulu
kala dan pertama kali ditemukan pada 5000 SM saat seorang pelayan istana dari
Babilonia menemukan anggur berubah menjadi minuman anggur ketika dibiarkan di
ruang terbuka . Penggunaan cuka dilakukan pertama kali untuk alkimia pada abad ke-
3 Sebelum Masehi. Saat itu, Filsuf Yunani Kuno Theophrastus menjelaskan bahwa
cuka bereaksi dengan logam-logam dan membentuk berbagai pigmen, misalnya
timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu zat warna hijau yang merupakan
campuran garam-garam tembaga, seperti tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi Kuno
menghasilkan sapa, sebuah sirup yang sangat manis, dengan mendidihkan anggur
yang sudah diasamkan. Sapa yang direbus di sebuah panci berbahan timbal memiliki

vi
kandungan timbal(II) asetat yang tinggi. Sapa yang merupakan suatu zat manis
disebut juga dengan nama gula timbal atau garam Saturnus. Konsumsi terhadap zat
ini menyebabkan keracunan timbal yang terjadi pada kaum bangsawan Romawi
Kuno.
Pada tahun 750 M, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan merupakan ilmuwan
pertama yang bisa menghasilkan asam asetat dari proses distilasi pada cuka. Pada
masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering tembaga asetat atau
logam berat sejenis. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius
menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang
dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan
sifat dengan larutan asam asetat dalam air sehingga kimiawan, seperti Antoine
Lavoisier mencoba untuk membedakan kedua zat tersebut, tetapi tidak berhasil.
Akhirnya, kimiawan Prancis Pierre Adet membuktikan bahwa kedua zat ini
sebenarnya sama dan asam asetat glasial merupakan bentuk monohidrat dari senyawa
asam asetat.
Pada 1847, kimiawan Jerman Hermann Kolbe berhasil mensintesis asam asetat
dari zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah
klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis
menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan
akhirnya reduksi elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat glasial dihasilkan dari cuka kayu yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida dan
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat untuk
menghasilkan asam asetat. Pada saat itu, Jerman memproduksi 10.000 ton asam asetat
glasial, sekitar 30% dari yang digunakan untuk produksi zat warna indigo.
Karena metanol dan karbon monoksida merupakan bahan baku yang diperdagangkan
secara umum, teknik karbonilasi metanol cukup lama menjadi prekursor yang
menarik untuk memproduksi asam asetat. Pada awal tahun 1925, Henry Dreyfus
mengembangkan rencara pabrik rintisan menggunakan teknik karbonilasi metanol di

vii
perusahaan British Celanese. Namun, kurangnya bahan logam yang berfungsi sebagai
wadah campuran reaksi korosif ini menyebabkan komersialisasi teknik produksi
proses ini tertunda.[31] Proses karbonilasi metanol komersial pertama, menggunakan
kobalt sebagai katalis. Teknik ini dikembangkan oleh perusahaan kimia Jerman
BASF, pada tahun 1963. Pada tahun 1968, katalis berbasis rodium (cis−
[Rh(CO)2I2]−) ditemukan yang dapat beroperasi secara efisien pada tekanan rendah
dengan hampir tanpa produk sampingan. Perusahaan kimia Amerika Serikat
Monsanto Company membangun pabrik pertamanya menggunakan katalis ini pada
tahun 1970, dan karbonilasi metanol dengan katalis rodium menjadi metode dominan
pada produksi asam asetat (lihat proses Monsanto). Pada tahun 1990-an, perusahaan
kimia BP Chemicals mengembangkan teknik menggunakan katalisator
([Ir(CO)2I2]−) yang mengandung iridium sebagai promotor. Teknik ini diberi nama
Cativa , untuk efisiensi yang lebih besar dan mengomersialkannya pada tahun 1995.
Proses Cativa berkatalis iridium dinilai lebih ramah lingkungan dan lebih efisien
sehingga menggantikan proses Monsato.

1.2 Sifat-sifat kimia


Keasaman
Atom hidrogen (H) yang menjadi pusat pada gugus karboksil (−COOH)
dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+
(proton).Karena ion H+ yang telah dilepaskan hanya satu , maka asam asetat
merupakan asam lemah monoprotik yang bila berada dalam larutan air memiliki
nilai pKa=4,76.[35][36] Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Basa
konjugatnya adalah asetat (CH3COO−). 1 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4 yang menandakan bahwa
hanya sekitar 0.4% molekul asam asetat saja yang terdisosiasi.

viii
1.3 Sifat pelarut

Asam asetat merupakan pelarut protik hidrofilik (polar) seperti air dan etanol.
Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa
melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun
senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar
lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Ketika larut dalam senyawa alkana
yang lebih tinggi (dimulai dari oktana), asam asetat tidak lagi bercampur
sempurna dan kebercampurannya terus menurun berbanding lurus dengan
panjang rantai n-alkana. Sifat kelarutan dan ketercampuran dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia, misalnya sebagai
pelarut dalam produksi dimetil tereftalat dan asam tereftalat.

1.4 Reaksi dengan senyawa anorganik

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,


magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut
logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat
dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue
(Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat.
Karena aluminium membentuk suatu film aluminium oksida yang tahan asam
sehingga melindungi permukaannya, tangki aluminium digunakan untuk
menampung dan mengangkut asam asetat. (https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat#cite_note-11)

ix
1.5 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
1. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan kadar asam asetat
dalam cuka?.
2. Apa tujuan dalam praktikum menentukan kadar asam asetat dalam cuka
tersebut? dan bagaimana metodenya ?
3. Bagaimana hasil yang didapat dalam menentukan kadar asam asetat dalam
cuka tersebut?

BAB II

x
MENENTUKAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
2.1 1. Tujuan

Untuk mengetahui larutan standar basa yang digunakan untuk mengetahui


kadar asam.

2. Alat dan Bahan

 Labu erlemeyer
 Pipet tetes
 Botol asam cuka
 Larutan NaOH
 Fenolftalein (PP)

2.2 3. Prosedur Kerja

 Masukkan 5 ml cuka kedalam gelas ukur 100 ml


 Tambahkan air hingga volumenya 100 ml, kemudian tuangkan pada labu
erlemeyer
 Pipet 10 ml cuka yang sudah diencerkan masukkan dalam erlemeyer yang lain
 Tambahkan 2 tetes larutan indicator fenolftalein, kemudian titrasi larutan
dengan larutan NaOH 0,1 N
 Catat jumah volume NaOH yang digunakan untuk memerahkan larutan
 Lakukan titrasi ini sampai diperoleh sekurang kurangnya 2 hasil tetap.
(https://rest-app.belajar.kemdikbud.go.id/files/pdf/195d1ff4f7dd462d89f33a0c91f3ead6.pdf)

xi
2.3 4. Hasil

Tabel 1. Pengamatan

No Titrasi larutan NaOH yang ditambahkan

1 1 22 ml (gagal)

2 2 12 ml ( merah muda )

3 3 19 ml ( merah muda )

Volume Rata-Rata : 17,3 ml

xii
BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, larutan baku primer yang digunakan adalah asam
oksalat. 0.1575 g asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur sampai batas kalibrasi
(250 ml). Proses pembuatannya harus dilakukan secara teliti, mulai dari
penimbangan sampai pelarutan.

Berbeda dengan pembuatan pelarutan baku sekunder yang pada umumnya


dilakukan di dalam beaker glass, karena ketidak akuratan pembuatan dapat
diabaikan.

Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkam ke dalam buret


(pipa panjang berskala ) melalui corong terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar
pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang
terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi . Larutan asam
oksalat yang dititrasi dimasukkan ke dalam erlemeyer dengan mengukur
volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok.

Untuk mengamati titik ekivalen, menggunakan indicator yang warnanya di


sekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik
ekivalen.

xiii
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 KESIMPULAN

1. Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan percobaan ini adalah


sebagai berikut :
2. Kadar asam asetat atau asam cuka adalah sebanyak 17,3 ml
3. Penambahan indicator fenolftalein (pp) pada titrasi ini bertujuan untuk
menandakan batas titrasi yang taerjadi di tandai dengan perubahan warna dari
warna bening menjadi warna merah muda
4. Pada proses titrasi semakin banyak indicator fenolftalein (PP) yamg
digunakan akan semakin cepat terjadi perubahan warna.
5. Terjadinya perubahan warna dari merah muda menjadi bening pada saat
standarisai larutan NaOH dan warna bening menjadi merah muda pada
penentuan kadar asam cuka. (https://www.slideshare.net/Putri_yusril/penentuan-kadar-asam-cuka.)

4.2 SARAN

Dalam praktikum kali ini, disarankan agar alat dan bahan yang digunakan saat
praktikum dalam keadaan baik dan lengkap agar proses pengujian praktikum
tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
(https://www.scribd.com/documen/377030690/penentuan-kadar-asam-asetat-dalam-cuka.)

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d.). " Asam Asetat ". Retrieved januari 28, 2022, from
http://wikipedia.com.

Meidi,Karin. (2018). id.scribd.com. Penetapan kadar asam asetat dalam cuka, 16.

Setiawati,Tati. (2022). Titrasi asam basa. KEMDIKBUD PPPPTK IPA, 2-3.

Sopyan,Lis. (1999). Menentukan Kadar Asam Cuka. Jakarta: Erlangga.

Yusril,Putri. (2013). slideshare.net. penetapan kadar asam cuka, 6.

xv
xvi

Anda mungkin juga menyukai