“SENYAWA ETER”
Disusun Oleh :
Kelompok V
Dosen pembimbing
Suprayetno, M.T.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 2
A. Pengertian Eter................................................................................... 3
B. Pembuatan Eter.................................................................................. 4
C. Reaksi Pada Eter................................................................................. 6
D. Jenis-Jenis Eter................................................................................... 7
E. Tata Nama Eter................................................................................... 9
F. Sifat-Sifat Eter.................................................................................... 10
G. Keisomeran Pada Eter....................................................................... 12
H. Manfaat Eter serta Dampaknya........................................................ 12
A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah
ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang memiliputi
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang
menyertainya. Kehidupan selalu berkaitan dengan kimia contohnya saja
pestisida, alkohol, oksigen, air dan sebagainya yang didalamnya
mengandung unsur-unsur kimia.
Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk
memudahkannya senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan
sifat khas yang dimiliki oleh senyawa-senyawa tersebut. Misalnya saja
senyawa karbon alkohol dan eter. Cara pengelompokkan itu dapat dilihat
dari sudut pandang tentang ketatanamaan senyawa karbon tersebut atau
dilihat juga dari sifatnya, baik secara fisik maupun kimia.
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang
mengandung unsur-unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila
rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka eter dapat
dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan eter?
2. Bagaimana cara pembuatan eter?
3. Sebutkan jenis-jenis atau macam-macam eter?
4. Bagaimana tata nama eter?
5. Sebutkan sifat-sifat eter?
6. Bagaimana keisomeran pada eter?
7. Apa manfaat eter serta dampaknya dalam kehidupan?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian eter.
2. Mengetahui cara pembuatan eter.
3. Mengetahui jenis-jenis eter.
4. Mengetahui tata nama eter.
5. Mengetahui sifat-sifat eter.
6. Mengetahui keisomeran pada eter.
7. Mengetahui manfaat eter serta dampaknya dalam kehidupan sehari-
hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eter
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung
unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini
dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai
turunan dialkil dari senyawa air. Eter atau alkoksialkana merupakan
senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus
alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
R – H R – OR'
alkana eter
Rumus umum struktur : R – O -R'
Rumus umum molekul : CnH2n+2
2. Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis
berikut yang mempunyai stuktur serupa - R-O-R.
a. Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah
sebahagian daripada sistem aromatik.
b. Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan
dengan oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen,
atau sulfur:
1) Ester R-C(=O)-O-R
3
2) Asetal R-CH(-O-R)-O-R
3) Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
4) Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
B. Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat
dibuat melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu
sekitar 140°C hingga reaksi dehidrasi sempurna. Bila uap etanol dan
alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan di atas suatu
alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol
tersebut dan menghasilkan eter.
2 C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2O
Di laboratorium dan industri, yang biasa digunakan sebagai
penarik air adalah H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah
sebagai berikut:
(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H + H2O
(2) C2H5OSO3H + C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2SO4
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi
kembali dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh
karena itu cara pembuatan eter seperti ini dinamakan "proses eterifikasi
kontinyu". Secara teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan
asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol
yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu,
asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi
menjadi asam sulfit. Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan
suhu yang relatif rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat
(C2H5OSO3H) dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu
yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi
berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam
sulfat ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah
dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan
bercabang, ternyata lebih banyak menghasilkan etena.
4
Pembuatan eter dari alkohol, yaitu:
CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3 + H2O
3. Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann hamoir sama dengan metode
Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini
umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
5
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan.
Biasanya merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan
sebagai katalis.
5. Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida
yang paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang
dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida
lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
a. Melalui oksidasi alkena dengan peroksisam seperti asam
metakloroperoksibenzena (m-CPBA).
b. Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.
1. Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah
oleh asam-asam mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam
klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter
umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan dengan zat antara onium, yaitu
[RO(H)CH3]+Br-.Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat
menggunakan boron tribomida (dalam beberapa kasus aluminium
klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil
bromida.Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat
dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
2. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah
oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter
6
peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan
dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena itu, diisopropil eter
dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
D. Jenis-Jenis Eter
Eter terdiri atas eter simetris dan eter asimetris. Jika dalam rumus
umum eter R = R' dikategoikan sebagai eter sederhana atau eter simetrik.
Tetapi bila R ≠ R' maka dikategorikan sebagai eter campuran atau eter
asimetrik. Selain yang memiliki gugus alkil (R) terdapat pula eter yang
mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya dinyatakan dengan Ar
O-Ar' atau Ar-O-'R.
Antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi atau
keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya
berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah
CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan
alkohol.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang
tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi
khusus. Reaksi terhadap eter adalah:
7
Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami
oksidasi dengan hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya.
Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol) bila
direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO.
a. Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan
alkohol dan alkil iodida. Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI →
C2H5OH + C2H5I
b. Dengan H2SO4 Dingin
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut.
Pemanasan larutan eter dalam asam sulfat pekat
mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil
hidrogensulfat. Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH
+ C2H5HSO4
8
E. Tata Nama Eter
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan
alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR
disebut gugus alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai
dengan nama gugus alkoksi (alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai
utamanya.
9
metoksipropena yang mempunyai rumus CH3OCH=CHCH3. Eter
yang mengandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai
contoh adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai
berikut:
F. Sifat-Sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa
eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan
senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi
karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga
cenderung bersifat nono polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat
kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap
alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter jauh
lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak
bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk
membedakan alkohol dengan eter.
1. Sifat-sifat fisika
a. Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap
dengan bau yang khas.
b. Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
10
c. Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih
karena uap eter membentuk campuran yang eksplosif
dengan udara.
d. Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom,
dan iod.
Beberapa alkil eter
Titik Titik Kelarutan Mome
Eter Struktur lebur didih dalam 1 L n dipol
(°C) (°C) H2O (D)
Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30
CH3CH2-O-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3
Larut pada
Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 semua 1,74
perbandingan
Larut pada
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 semua 0,45
perbandingan
2. Sifat-sifat kimia
a. Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110
derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu
sama lainnya.
b. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar
alkohol, ester, ataupun amida.
c. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
d. Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang
rendah, meskipun lebih reaktif daripada alkana
e. Mudah terbakar
f. Pada umumnya bersifat racun
g. Bersifat anastetik (membius)
11
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer
fungsional.
1. Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus
molekul sama, namun rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil
eter memiliki isomer struktur dengan metil propil eter dan metil
isopropil eter.
2. Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang
sama, Akan tetapi, keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang
berbeda. Dua senyawa yang memiliki rumus umum molekul sama
namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki keisomeran
fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.
12
1. Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala,
sedangkan pada konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan
diri.
2. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu
pemulihan.
3. Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh
kobaran maupun percikan api.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini dapat di simpulkan: Eter
adalah senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O dengan
rumus umum R-O-R'. Eter dibuat dari dehidrasi alkohol, Pembuatan Eter
Menurut Williamson, Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida. Eter
terdiri atas eter simetris dan eter asimetris. Tata Nama Eter Penamaan eter
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter (Cara Trivial)
dan Menurut sistem IUPAC. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar,
hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Eter
memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
Manfaat eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius),
dibidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak
mau menyala, dilaboratorium, eter digunakan sebagai pelarut non polar
untuk melarutkan senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan
Manfaat ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni
2015.
14
Suhartinichemist. 2012. KIMIA ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA ALKOHOL dan ETER.htm. Akses tanggal 22 juni 2015
15