Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KIMIA DASAR II
“Alkohol, Eter, Aldehid, Keton, Asam Karboksilat dan Ester”

Makalah ini Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Kimia Dasar II
Dosen Pengampu:
Dr. Albaiti, S.Pd. M.Pd

Di Susun Oleh
TIRAS BALYO
2019011054034

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul. “Alkohol, Eter,
Aldehid, Keton, Asam Karboksilat dan Ester”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Kimia Dasar II pada
Semester Enam Tahun Ajaran 2022.

Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung.

1. Ibu Dr. Albaiti, S.Pd. M.Pd, selaku dosen bidang mata kuliah Kimia Dasar II yang
telah memberikan materi-materi yang bermanfaat:

2.      Teman-teman, yang telah memberikan ide-ide.

3.      Orang Tua, yang telah memberikan dukungan moral maupun materi.

4.      Semua Pihak, yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, baik dalam isi maupun
sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami
dan umumnya bagi pembaca.

Jayapura, 31 Mei 2022

Penulis
Halaman Cover / Sampul Depan............................................................................ i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... i
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
1.1. Alkohol

1.1.1 Tatanama Alkohol


1.2. Eter (alkoksi alkana)
1.2.1. Tata nama eter

1.2.2. Keisomeran eter

1.2.3. Sifat-sifat eter

2.
3.
3.1. Aldehid
3.1.1. Struktur Kimia
3.1.2. Tata Nama
3.1.3. Sifat Fisika Aldehid
3.1.4. Sifat Kimia
3.1.5. Reaksi-Reaksi Yang Terjadi Pada Aldehid
3.1.6. Reaksi Pembuatan Aldehid
3.1.7. Sumber Di Alam Dan Penggunaannya
3.2. KETON
2.2.1. Pengertian Keton
2.2.2.Contoh-Contoh Keton
2.2.3. Tatanama Keton
2.2.4. Sifat-Sifat Kimia
2.2.5. Sifat-Sifat Fisik
2.2.6. Pembuatan Keton
2.2.7. Aplikasi Keton
2.3. ALDEHID DAN KETON

2.3.1. Perbedaan Aldehid Dan Keton


2.4. ASAM KARBOKSILAT
2.4.1. Rumus Umum Asam Karboksilat
2.4.2. Sifat Fisika Dan Kimia Asam Karboksilat
2.4.3. Manfaat Dan Kegunaan Asam Karboksilat (Struktur, Nama Dan Fungsinya)
2.4.4. Penentuan Tata Nama Asam Karboksilat (Iupac)
2.4.5. Pembuatan Asam Karboksilat

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 12


1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2. Saran............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16
 

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada
atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada
molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang
sama atau mirip. Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari gugus fungsi senyawa
organik yang merasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Senyawa-senyawa ini
menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal.Senyawa aldehida
dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda
dua (gugus karbonil). 
Salah satu gugus fungsi yang kita ketahui yaitu aldehid yaitu suatu senyawa yang
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom
hidrogen. Keton yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat
dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon
lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Asam karboksilat merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus karboksil – COOH. Istilah
karboksil berasal dari dua gugus, yaitu gugus karbonil (-CO-) dan gugus hidroksil (-OH). Asam karboksilat
merupakan turunan dari alkana dimana sebuah atom H dari alkana diganti gugus – COOH. Rumus umum
asam karboksilat adalah R-COOH atau CnH2nO2.Asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil (-COOH ), misalnya : asam formiat, asam asetat, asam propionnat, asam
butirat, dan lain-lain.Asam asetat dapat dihasilkan dengan mereaksikan Na-asetat dengan K-hidrosulfat.
Suatuester karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R yangberupa alkil
atau aril. Ester ini dapat di bentuk dengan mereaksikan langsung suatu asam karboksilat dengan suatu
alkohol. Reaksi ini di sebut reaksi esterifikasi, yang berkataliskan asam dan bersifat reversibel.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Alkohol Eter?
2. Apa yang dimaksud Aldehid ?
3. Apa yang dimaksud Keton ?
4. Apa yang dimaksud Asam Karboksilat ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mehetahui tatanama alcohol dan eter
2. Untuk mengetahui gugus fungsi dari aldehid
3. Untuk memahami reaksi dan penamaan pada aldehid
4. Untuk mengetahui gugus fungsi dari Keton
5. Untuk memahami reaksi dan penamaan pada keton
6. Untuk mengetahui gugus fungsi dari asam karboksilat
7. Untuk memahami reaksi dan penamaan pada asam karboksilat
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Alkohol
Alkohol adalah susuatu yang tidak asing kita dengar, alkohol dikenal sebagai zat yang
bersifat memabukkan, karena alkohol banyak dipergunakan oleh okmum-oknum  secara tidak
benar, yaitu hanya untuk mabuk-mabukan.

Kata alkohol mengandung konotasi sebagai zat yang merusak, padahal masih banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari alkohol. Alkohol memiliki sifat yang dapat memabukan bagi
penggunanya, sifat memabukkan ini merupakan sebagian kecil dari sifat alkohol.

Tahukah kalian kegiatan apa saja yang menggunakan alkohol dalam kehidupan sehri-hari?
Salah satu contohnya adalah spiritus, spiritus merupakan contoh bahan yang mengandung
alkohol. Penamaan alkohol dengan mengubah akhiran –a pada alkana menjadi –ol. Contoh:
metana menjadi metanol, etana menjadi etanol, propana menjadi propanol, dll. Berikut adalah
rumus umum alkohol.

Keterangan: jumlah atom C =2, atom H = 6, dan 1 atom O. Jadi dapat disimpulkan alkohol
mempunyai rumus umum molekul C2H6O.

3.1.1. Tatanama Alkohol


Tatanama alkohol menenggunakan sisitim tata nama IUPAC dengan aturan sebagai
berikut:

a) Menentukan rantai atom karbon terpanjang yang mengandung gugus OH. Pada rantai
terpanjang tersebut dapat dikatakan sebagai rantai utama, diberi nama sesuai dengan nama
alkananya, dengan diganti akhiran –a dengan –ol.
Contoh:

Rantai terpanjang pada contoh di atas mengandung 5


atom karbon, sehingga dapat kita beri nama dengan pentanol.

b) Atom karbon yang berada di luar rantai utama dinamakan cabang, lalu diberi nama alkil
sesuai dengan jumlah atom C.

c) Penomoran pada rantai utama dimulai dari ujung terdekat dengan gugus OH, seperti pada
contoh berikut:
d) Urutan pemberian nama alkohol adalah sebagai berikut:

 Nomor cabang
 nama alkil
 nomor gugus OH
 nama rantai utama. 

1.2. Eter (alkoksi alkana)


Eter atau alkoksi alkana merupakan turunan alkana yang mempunya struktur berbeda
dengan alkohol. Rumus molekul eter dapat dituliskan sebagai berikut:

Dari contoh diatas dapat kita lihat pada gugus fungsi – O – dapat terikat pada dua gugus
alkil sekaligus, gugus alkil sama ataupun di gugus alkil yang berbeda. Perhatikan rumus
molekul etoksi etana di atas dapat dilihat jumlah atom C = 4, H = 10, dan O = 1. Jika
dituliskan rumus molekulnya adalah C4H10O. Secaraumum rumus molekul eter adalah seperti
berikut.

3.1.2. Tata nama eter

Ada dua macam cara pemberian nama eter, yaitu:


1. Penamaan secara trivial, pada penamaan ini dmuali dengan menyebutkan alkil yang
terikat langsung pada gugus – O – kemudian diikuti oleh kata eter.
2. Penamaan secara IUPAC, pada penamaan ini dilakukan dengan cara mengganti
akhiran ana pada alkana asal dengan akhiran oksi.

Perhatikan contoh pada tabel berikut:

3.1.3. Keisomeran eter


Eter mempunyai keisomeran fungsi dengan alkohol, dengan rumus umum eter R – O – R’,
dan alkohol (R – OH).

Contoh:

Pada kedua senyawa diatas mempunyai rumus molekul yang sama, yaitu C3H8O sedangkan
gugus fungsi yang berbeda. Jadi alkohol dan eter mempunyai keisomeran fungsi. Contoh lain,
Eter selain berisomer dengan sesamanya, juga berisomer dengan alkohol (isomer fungsi) yang
rumusnya sama yaitu CnH2n+2O.

 Contoh: isomer C4H10O.


3.1.4. Sifat-sifat eter
Eter memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Memiliki sifat yang mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun.


2. Dapat bereaksi dengan HBr atau HI.
3. Titik didih eter lebih rendah dibandingkan dengan titik didih alkohol, hal ini
disebabkan karena eter tidak membentuk ikatan hidrogen diantara molekul-molekul.
Tetapi massa molekul relatifnya sama. Titik didih eter sebanding dengan titik didih
alkana.

2.

1.3 Aldehid
1.
2.
Alkanal merujuk pada segolongan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karbonil yang terikat pada rantai karbon di satu sisi dan atom hidrogen di sisi yang lain.
Golongan ini dikenal pula sebagai golongan aldehid (aldehid juga merupakan nama gugus
fungsional). Contoh senyawa yang paling dikenal dari golongan ini adalah metanal atau lebih
populer dengan nama trivial formaldehid atau formalin. Beberapa contoh aldehid:
2.1.1. Struktur Kimia
Aldehid adalah senyawa yang mengandung satu gugus karbonil (satu ikatan rangkap
C=O). Aldehid termasuk kedalam senyawa sederhana, karena tidak memiliki gugus-gugus
reaktif yang lain, seperti –OH atau Cl yang terikat pada atom karbon pada gugus karbonil.
Gambar di bawah ini merupakan struktur kimia dari aldehid

Gugus aldehid dituliskan sebagai –CHO dan tidak pernah dituliskan sebagai COH.
Sehingga penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit dibedakan dengan alkohol.

2.1.2. Tata Nama


Nama aldehid atau alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi al. Tata nama isomer alkanal pada dasarnya sama seperti tatanama alkanol,
tetapi posisi gugus fungsi ( -CHO ) tidak perlu dinyatakan karena selalu menjadi atom karbon
nomor satu.

Untuk alkanal yang memiliki cabang, penamaan dimulai dari rantai induk yang paling
panjang serta penomoran nomor atom C dimulai dari gugus yang dekat dengan gugus
fungsinya.
Contoh:
4
CH3-3CH-2CH2-1CHO

CH3
3-metil butanal
Nama lazim dari aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang sesuai
dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam. Misalnya asam
format nama lazimnya adalah formaldehida.
O
H C H
Formaldehid
Jika rantai utama aldehida berupa cincin siklik maka penamaan digunakan akhiran karbal
dehida. Contoh:
O

C H

Siklobutanakarbaldehida
(Formilsiklobutana

2.1.3. Sifat Fisika Aldehid


1. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas dengan titik didih (-21°C) dan
etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang
mendekati suhu kamar. Aldehid lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan
gaya-gaya antar-molekul, yaitu :
a. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom
karbon dalam rantai juga meningkat pada aldehid
b. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya gaya-
gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul
yang berdekatan. Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih
hidrokarbon yang berukuran sama, yang mana hanya memiliki gaya dispersi. Misalnya, titik
didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang mirip. Ketiga
senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah elektronnya juga mirip
(walaupun tidak identik).

molekul Tipe titik didih (°C)

CH3CH2CH3 Alkana -42

CH3CHO aldehid +21

CH3CH2OH alkohol +78

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol dan
gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran sebanding
yang hanya memiliki gaya dispersi. Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah dari titik
didih alkohol. Hal ini terjadi karena pada alkohol terdapat ikatan hidrogen dan dua jenis gaya-
tarik antar molekul lainnya (gaya-tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi). Walaupun aldehid
merupakan molekul yang sangat polar, namun aldehid tidak memiliki atom hidrogen yang
terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa membentuk ikatan hidrogen sesamanya.
2. Kelarutan dalam air
Aldehid yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang
seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal dan propanal
yang merupakan aldehid berukuran kecil dapat bercampur dengan air pada semua
perbandingan volume. Alasan mengapa aldehid yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa
walaupun aldehid tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa
berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari
sebuah aldehid untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.
Selain karena adanya ikatan hidrogen antara air dan molekul aldehid,adanya gaya dispersi
dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid dengan molekul air menyebabkan aldehid berukuran
kecil dapat larut dalam air. Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang
membantu menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau
keton satu sama lain sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari molekul-molekul
(semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai mengalami proses di atas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut memutus
ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan
ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga
kelarutan berkurang.

2.1.4. Sifat Kimia


A. Reaktivitas
a. gugus karbonil
Atom oksigen pada gugus karbonil (C=O) jauh lebih elektronegatif dibanding karbon
sehingga memiliki kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam
ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan
rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap
C=O sangat polar. Oleh karena itu, karbon karbonil bersifat elektrofilik, sehingga lebih reaktif
terhadap nukleofil. Selain itu, oksigen yang elektronegatif juga dapat bereaksi dengan
elektrofil.
Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida, CN -), atau
bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada
sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH 3). Selama reaksi berlangsung, ikatan
rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil
akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air.
b. Reaktifitas gugus karbonil α,β-tak jenuh dan hydrogen α
Senyawa karbonil α,β-takjenuh adalah sebuah kelompok senyawa karbonil yang penting
dengan struktur umumnya Cβ-Cα−C=O. Pada senyawa-senyawa ini, gugus karbonil
berkonjugasi dengan sebuah alkena. Hal ini menyebabkan sifat-sifat khusus senyawa ini.
Sebagai contoh senyawa ini adalah akrolein, mesitil oksida, asam akrilat, dan asam maleat.
Karbonil tak jenuh dapat dibuat dalam laboratorium menggunakan reaksi aldol dan reaksi
Perkin. Gugus karbonil, baik pada aldehida menarik elektron dari alkena dan gugus alkena
pada karbonil tak jenuh, sehingga menurunkan reaktivitas terhadap elektrofil seperti bromin
atau asam klorida. Sedangkan hidrogen yang melekat pada karbon α disebut hidrogen alfa,
yang terjadi akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil, kerapatan elektron pada atom
karbon alfa semakin berkurang maka ikatan karbon dan hidrogen alfa semakin lemah dan
menyebabkan hidrogen alfa lebih mudah melepaskan proton. Sehingga senyawa ini reaktif
terhadap nukleofil pada adisi nukleofilik.

B. Sifat Spektral Aldehid


Aldehid mempunyai spektra inframerah yang sangat mirip dengan spektra keton. Beda
yang penting antara suatu aldehida dan suatu keton ialah bahwa aldehida mempunyai H yang
terikat pada karbon karbonil. Ikatan C-H istimewa ini menunjukan dua pita uluran
karakteristik (tepat di kanan pita CH alifatik) pada 2820 – 2900 cm -1 (3,45 – 3,35 µm) dan
2700 – 2780 cm-1 (3,60 – 3,70 µm). kedua peak CH ini runcing, tetapi lemah, dan peak pada
2900 cm-1 (3,45 µm) dapat tersembunyi oleh absorpsi yang bertumpang tindih (dari) ikatan
CH lain (lihat gambar)
2.1.5. Reaksi-Reaksi yang Terjadi Pada Aldehid
1. Oksidasi
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator lemah.
Pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan
pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat
jika dilakukan pada suasana asam, dan jika reaksi ini dilakukan dalam suasana basa maka
oksidasi aldehida ini akan menghasilkan garam karboksilat, karena dalam suasana basa asam
karboksilat mudah bereaksi dengan logam alkali.

Pada kondisi asam, persamaan setengah reaksinya adalah:

dan pada kondisi basa:

Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara
menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang
mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak
oksida (Ag2O). aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur
perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut

Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentuk akan melapisi
bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut reaksi cermin perak.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ berfungsi
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.Reaksi Aldehida
dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.

Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti glukosa) dalam air
kemih pada penderita penyakit diabetes (glukosa mengandung gugus aldehida).

2. Reaksi Adisi
a. Adisi Alkohol (Pembentukan Hemiasetal dan Asetat)
Alkohol merupakan salah satu jenis nukleofil oksigen. Dengan katalis asam, alkohol dan
aldehid bereaksi melalui adisi pada gugus karbonil. Sebagai hasil reaksi adalah hemiasetal,
yaitu suatu struktur yang mengandung gugus fungsi alkohol dan eter pada satu atom karbon
R RO
H+
R-OH + C = O R’ O – OH

H H
Jika digunakan alkohol berlebih, hemiasetal bereaksi kembali dengan alkohol
membentuk asetal, yaitu struktur yang mengandung dua gugus fungsi eter pada satu atom
karbon

R’O R’O

R’ – C + OH +ROH H+ R’ C-OR + HOH


H H

Reaksi pembentukan hemiasetal dan asetal merupakan reaksi kesetimbangan.


Kesetimbangan akan bergeser ke kanan jika alkohol berlebihan. Sebaliknya, asetal dapat
terhidrolisis membentuk aldehid kembali jika terdapat air yang berlebihan.

b. Adisi Pereaksi Grignard dan Asetilida

Aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi Grignard melalui adisi nukleofilik terhadap gugus
karbonil. Hasil reaksi dari proses ini adalah garam alkoksida yang dapat dihidrolisis lebih
lanjut membentuk alcohol

Pereaksi Grignard biasanya dikerjakan dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan
aldehida dalam eter kering ke dalam pereaksi Grignard. Reaksinya merupakan reaksi
eksotermis. Setelah semua aldehid ditambahkan, magnesium alkoksida yang terbentuk
dihidrolis membentuk alcohol. Sedangkan penambahan asam bertujuan untuk mencegah
terbentuknya Mg (OH)2. Pada hasil akhir dari reaksi ini adalah lapisan eter dan air. Senyawa
alcohol yang dihasilkan terdapat dalam lapisan eter.

c. Adisi Hidrogen Sianida


Sianida dari Hidrogen sanida akan masuk kedalam ikatan rangkap C=O pada aldehid dan
menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai hidroksinitril. Senyawa-senyawa ini biasa juga
disebut sebagai sianohidrin. Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal (sebuah
aldehid) maka diperoleh 2-hidroksipropananitril:
Reaksi ini biasanya tidak dilakukan dengan menggunakan hidrogen sianida saja, karena
hidrogen sianida merupakan sebuah gas yang sangat beracun. Oleh karena itu, aldehid
dicampur dengan sebuah larutan natrium atau kalium sianida dalam air yang telah
ditambahkan sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan menjadi sekitar 4 sampai 5 karena
pada pH ini reaksi berlangsung paling cepat. Reaksi terjadi pada suhu kamar.
Larutan ini akan mengandung hidrogen sianida (hasil dari reaksi antara natrium atau kalium
sianida dengan asam sulfat), tetapi juga masih mengandung beberapa ion sianida bebas.
reaksi-reaksi pembuatan

d. Reaksi Adisi Hidrogenasi (Reduksi)


Pada reaksi ini, ikatan rangkap –C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi oleh gas
hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurunan bilangan
oksidasi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu, adisi hidrogen tergolong reduksi.

e. Reaksi kondensasi Aldol


Hidrogen alfa pada aldehida dapat bersifat asam sehingga dapat menghasilkan ion karbon.
Oleh karena itu, dua molekul aldehida atau satu molekul aldehida dengan satu molekul keton
akan menghasilkan senyawa aldol. Reaksi ini disebut reaksi kondensasi aldol, yang
diturunkan dari kata aldehida dan alkohol.
f. Reaksi Cannizaro
Reaksi ini merupakan reaksi reduksi aldehida yang tidak memiliki hidrogen alfa. Karena
tidak adanya hidrogen alfa pada gugus karbonil maka tidak akan terjadi ion karban, akibatnya
aldehida yang tidak memiliki hidrogen alfa tidak akan mengalami reaksi kondensasi aldol.

g. Reaksi halogenasi
Apabila aldehida yang mempunyai hydrogen alfa direaksikan dengan gas klor atau gas
brom, maka hydrogen alfa akan diganti oleh atom klor atau brom dengan adanya katalis asam
dan basa
1. Dalam suasana basa
2. Dalam suasana asam

h. Reaksi alkilasi pada aldehid


Adanya hidrogen alfa pada senyawa karbonil dapat menyebabkan senyawa tersebut
bereaksi dengan karbonkation atau dapat terjadi reaksi alkilasi. Tinjau senyawa karbonil
(anion enolat) sebagai sampel. Reaksi alkilasi yang terjadi dapat dikatakan sebagai reaksi
substitusi elektrofilik, tetapi reaksi ini juga dikatakan sebagai reaksi substitusi nukleofilik,
karena dapat dianggap anion enolat sebagai gugus masuk (pengganti). Pernyataan yang
terakhir lebih mudah untuk menerangkan mekanisme alkilasi terhadap senyawa karbonil yang
mempunyai atom hidrogen alfa.
Reaksi alkilasi secara umum dapatt ditulis

2.1.6. Reaksi Pembuatan Aldehid


1. Melalui reaksi oksidasi
Reaksi pembuatan aldehida dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling
sederhana adalah dengan mengoksidasi alcohol primer dan sekunder. Persamaan reaksi secara
umumnya adalah sebagai berikut

Oksidasi senyawa alkena dengan ozon juga menghasilkan aldehida. Reaksi ini dapat
digunakan untuk mengetahui posisi ikatan rangkap di dalam molekul.

2. Pembuatan aldehid melalui reaksi reduksi


Aldehid dapat diturunkan melalui reaksi reduksi (hidrogenasi) dari turunan asam
karboksilat. Beberapa reaksi reduksi pembuatan aldehida adalah sebagai berikut:
2.1.7. Sumber Di Alam dan Penggunaannya
Senyawa aldehid yang terdapat di alam salah satunya adalah benzaldehid yang merupakan
senyawa aromatic pemberi aroma buah ceri. Formaldehida merupakan aldehida yang paling
banyak diproduksi dan mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai berikut. Untuk
membuat formalin, yaitu larutan 40 % formaldehida dalam air. Formalin digunakan untuk
mengawetkan contoh biologi dan juga mengawetkan mayat, tetapi tidak boleh untuk
mengawetkan makanan, untuk membuat berbagai jenis plastik termoset (plastik yang tidak
meleleh pada pemanasan), sebagai desinfektans, membuat damar buatan. Sumber
formaldehid adalah diudara bebas, diluar rumah, formaldehid bisa berasal dari pembakaran
tidak sempurna dari bensin yang keluar dari knal pot kendaraan bermotor, dari cerobong
pabrik yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, dari kebakaran hutan dan
pembakaran sampah. Di udara bisa terjadi karena sinar matahari dapat memacu pembentukan
formaldehid dari oksigen dan polutan yang ada diudara. Di dalam rumah bisa berasal dari cat
tembok, cat kayu, peralatan rumah tangga dari “polywood” , serbuk kayu yang dipadatkan,
lem kayu, “fiberglass”, bahan kosmetik, sampo, sabun busa, bahan pembersih lantai,
deodoran, cat rambut, pasta gigi, obat kumur, “hair spray”. Juga bisa terdapat dalam bahan
plastik, kertas (kertas pembersih muka, kertas toilet, kertas handuk), karpet, pakaian (kain
yang tidak mudah kusut). Formaldehid juga didapatkan dalam asam rokok.

2.2. KETON
2.2.1. Pengertian Keton
Keton sebagai senyawa karbonil
Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil –
sebuah ikatan rangkap C=O. Keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau
berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat
langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti yang bisa ditemukan misalnya pada
asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil (O=C)
yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang mengandung gugus
karbonil. Keton memiliki rumus umum:
R1(CO)R2.

Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam
karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan ganda
gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang paling sederhana adalah
aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).
Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hidrogen yang
melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis, keton
mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.

2.2.2. Contoh-contoh keton


Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat padanya. Sekali
lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin benzen.
Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk
menyederhanakan pembahasan.
Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil.
Propanon biasanya dituliskan sebagai CH3COCH3. Diperlukannya penomoran atom karbon
pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu diperhatikan. Pada pentanon, gugus
karbonil bisa terletak di tengah rantai atau di samping karbon ujung – menghasilkan pentan-3-
ena atau pentan-2-on.
 Propanon = Dimetil Keton = Aseton = (CH3)2-C=O
¨     Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.
¨     Penggunaan : sebagai pelarut
Keton yang memiliki rumus (CH3)2CO ini adalah suatu zat cair yang mudah terbakar
dengan bau yang manis, tak berwarna da mudah menguap. Dibuat dalam industry dengan cara
oksidasi isopropyl alkohol (2-propanol) dan juga sebagai hasil samping pada pembuatan
fenol.
Aseton relative tidak beracun, bercampur dalam air dan hamper semua pelarut organik
lain, dapat larut dalam hampir semua senyawa organik. Sebab itu aseton banyak digunakan
sebagai pelarut.
Napas dan air seni orang yang menderita diabetes yang tak terkontrol kadang–kadang
berbau aseton. Dalam sel-sel tubuh aseton dibentuk dari ion asetanoat.

2.2.3. Tatanama Keton

Asetone, keton paling sederhana

Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan menggantikan sufiks -a
pada alkana induk dengan -on. Untuk keton yang umumnya dijumpai, nama-nama tradisional
digunakan, seperti pada aseton dan benzofenon, nama-nama ini dianggap sebagai nama
IUPAC yang dipertahankan walaupun beberapa buku kimia menggunakan nama propanon.
Okso adalah tatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton. Namun prefiks lainnya
juga digunakan dalam berbeagai buku dan jurnal. Untuk senyawa-senyawa yang umum
(terutama pada biokimia), keto atau okso adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
gugus fungsi keton (juga dikenal dengan nama alkanon). Okso juga merujuk pada atom
okesigen tunggal yang berkoordinasi dengan logam transisi (okso logam).

2.2.4. Sifat-sifat Kimia


Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus
karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen, sehingga keton larut dalam air.
Ia merupakan akseptor ikatan hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak akan
membentuk ikatan hidrogen dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah
menguap daripada alkohol dan asam karboksilat.
a. Keasaman
Hidrogen-α keton lebih asam (pKa ≈ 20) daripada hidrogen alkana biasa (pKa ≈ 50). Hal
ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk ketika berdisosiasi.
Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah penting dalam reaksi enolisasi keton dan senyawa
karbonil lainnya.
b. Sifat-sifat spektroskopi
Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk mengidentifikasi keton. Keton dan
aldehida akan menunjuukkan puncak yang signifikan pada spektroskopi inframerah di sekitar
1700 cm−1 (agak tinggi atau rendah, bergantung pada lingkungan kimiawi)
c. Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil
Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki
kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O
kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan rangkap C=O
bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat
polar.
d. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh
nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida, CN-),
atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan elektron bebas
pada sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan
ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti
dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi-
eliminasiatau kondensasi. Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton anda akan
menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana dan reaksi adisi-eliminasi. Aldehid dan
keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip
jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.

2.2.5. Sifat-sifat fisik


a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal
memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang mendekati
suhu kamar. Aldehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan
gaya-gaya antar-molekul.
b. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom
karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
c. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti
halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada
molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbon
yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
d. Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya
berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal dan
propanon – yang merupakan aldehid dan keton berukuran kecil – dapat bercampur dengan air
pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa
walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya
bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari
sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai energi
yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau keton satu sama lain
sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari molekul-molekul
(semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai mengalami proses diatas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut
memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa menggantinya
dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi,
sehingga kelarutan berkurang.
2.2.6. Pembuatan Keton
Ada 3 cara pembutan keton:
 Oksidasi dari alkohol sekunder
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Tidak ada reaksi lebih lanjut yang terjadi
seperti pada oksidasi alkohol primer. Sebagai contoh, jika anda memanaskan alkohol
sekunder propan-2-ol dengan natrium dikromat(VI) atau kalium dikromat(VI), maka akan
terbentuk propanon. Mengubah-ubah kondisi reaksi tidak akan merubah produk yang
terbentuk.
Dengan menggunakan persamaan versi sederhana, reaksinya bisa dituliskan sebagai
berikut:

 Asilasi Friedel-Craft
Asilasi cincin aromatik dengan asil klorida menggunakan katalis asam lewis yang kuat.
Asilasi Friedel-Crafts dapat terjadi dengan asam anhidrida.
Asilasi Friedel-Crafts adalah asilasi cincin aromatik dengan asil klorida menggunakan
katalis asam lewis yang kuat. Asilasi Friedel-Crafts dapat terjadi dengan asam anhidrida.
Kondisi reaksi ini sama dengan alkilasi Friedel-Crafts di atas. Reaksi ini memiliki beberapa
keuntungan dari reaksi alkilasi. Oleh karena efek penarikan elektron dari gugus karbonil,
hasil reaksi keton selalu kurang reaktif dari reaktan, oleh karena itu asilasi berganda tidak
terjadi. Selain itu, juga tidak terjadi penataan-ulang karbokation karena ion karbonium
distabilkan oleh struktur resonans dengan muatan positif pada oksigen.
Reaksi asilasi Freidel-Crafts sangat bergantung pada stabilitas reagen asil klorida. Formil
klorida, sebagai contohnya, sangat tidak stabil untuk diisolasikan. Oleh karena itu sintesis
benzaldehida via lintasan Friedel-Crafts memerlukan sintesis formil klorida secara in situ. Ini
dapat dilakukan melalui reaksi Gatterman-Koch yang mereaksikan benzena dengan karbon
monoksida dan hidrogen klorida pada tekanan tinggi dan dikatalisasikan dengan campuran
aluminium klorida dan kupro klorida.
Ø    Reaksi Kondensasi
Reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan hilangnya sebuah
molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil tersebut adalah air.

Mekanisme reaksinya yaitu:

2.2.7. Aplikasi Keton


Keton digunakan pada parfum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga
tidak berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara
dalam industri kimia.

2.3. ALDEHID DAN KETON

2.3.

2.3.1. Perbedaan aldehid dan keton


 Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.
 Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat,
CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
 Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.

2.2.
2.3.
2.4. ASAM KARBOKSILAT
2.4.1. Rumus Umum Asam Karboksilat
Asam karboksilat merupakan golongan senyawa karbon yang mempunyai gugus
fungsional –COOH terikat langsung pada gugus alkil, sehingga rumus umum asam
karboksilat adalah : CnH2nO2
Adapun struktur senyawa asam karboksilat dapat ditulis seperti :

O
//
R — C — OH atau R — COOH

R (radikal) dapat berupa gugus fungsional lain.

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2. SIFAT FISIKA DAN KIMIA ASAM KARBOKSILAT
1.      SIFAT FISIKA ASAM KARBOKSILAT
a) Wujud, suku-suku rendah berupa zat cair, sedangkan suhu yang lebih tinggi berupa
zat padat.
b)   Kelarutan dalam air, suku-suku rendah (c1-c4) mudah larut, namun makin banyak
atom C dalam molekul kelarutan makin berkurang, dan senyawa yang berbentuk padat
tidak dapat larut. atom C5-C9 berbentuk cairan kental dan asam karboksilat bersuku
tinggi C10 berbentuk padatan.
c) Titik tinggi dan titik leleh tinggi, karena antar molekul terdapat ikatan hidrogen.
d) Merupakan asam lemah, makin panjang rantai C makin lemah asamnya. Contoh
HCOOH Ka = 1,0 × 10-4
CH3COOH Ka = 1,8 × 10-5
CH3CH2COOH Ka = 1,3 × 10-5

2.      SIFAT KIMIA ASAM KARBOK SILAT


a) Direaksikan dengan basa akan membentuk garam. Contoh :
O O
// //
CH3 — C — OH + NaOH → CH3 — C — ONa + H2O
Asam etanoat Natrium etanoat
b) Direaksikan dengan alkohol membentuk ester
O O
// //
CH3 — CH2 — C — OH + CH3OH → CH3 — CH2 — C — OCH3 + H2O
Asam propanoat Metanol Metil propanoat

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3. MANFAAT DAN KEGUNAAN ASAM KARBOKSILAT (STRUKTUR, NAMA
DAN FUNGSINYA)
1.      Asam Formiat (asam semut/asam metanoat)
Asam formiat merupakan zat cair yang tidak berwarna, mudah larut dalam air dan berbau
tajam. Dalam jumlah sedikit terdapat dalam keringat, oleh karena itu keringat baunya asam.
Asam ini juga menyebabkan lecet atau lepuh pada kulit. Sifat khusus yang dimiliki asam
formiat yaitu dapat mereduksi, karena mempunyai gugus aldehid.
O O
// //
H — C — OH H — C — OH
gugus asam gugus aldehid

Contoh :
a)      Mereduksi larutan Fehling membentuk endapan merah bata
O
//
H — C — OH + 2CuO → H2O + CO2 + Cu2O(s)
merah bata
b)      Mereduksi larutan Tollens membentuk cermin perak

O
//
H — C — OH + Ag2O → H2O + CO2 + Ag(s)
cermin perak
Kegunaan asam format yaitu untuk mengumpulkan lateks, penyamakan kulit, dan pada proses
pencelupan tekstil.

2.      Asam asetat (asam cuka/asam etanoat)


O
//
CH3 — CH2 — C
\
OH

Asam asetat mempunyai banyak kesamaan sifat dengan asam formiat yaitu: berwujud cair,
tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan berbau tajam.
Larutan cuka sebagai makanan yang umum digunakan sehari-hari mempunyai kadar 25%
volume asam asetat, sedangkan asam asetat murni disebut asam asetat glasial digunakan
untuk membuat selulosa asetat dalam industri rayon.

.      Asam sitrat


Asam sitrat juga terdapat pada jeruk, biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng.
4.      Asam stearat
Asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari terutama digunakan
untuk pembuatan lilin.
5.      Asam karboksilat lainnya
a)      Asam laktat pada susu
b)      Asam tartrat pada anggur
c)      Asam valerat pada mentega
d)     asam glutamat pada kecap (garam glutamat dikenal dengan nama MSG atau
monosodium glutamat dipakai untuk penyedap masakan

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4. PENENTUAN TATA NAMA ASAM KARBOKSILAT (IUPAC)

A.    Tata cara membeti nama asam karboksilat dari suatu unsur kimianya
Pada sistem IUPAC nama asam diturunkan dari nama alkana, akhiran a diganti oat dan di
depannya ditambah kata asam. Jadi, asam karboksilat disebut golongan asam alkanoat.
Untuk senyawa yang mempunyai isomer, tata namanya sama seperti pada aldehid karena
gugus fungsinya sama-sama berada pada ujung rantai C. Cara penamaannya sebagai berikut.
a.       Rantai pokok yang paling panjang O
//
yang mengandung gugus fungsi — C — OH.
Nama karboksilat sesuai nama rantai pokok diberi akhiran oat.
b.      Penomoran dimulai dari gugus fungsi.
c.       Penulisan nama dimulai dengan nama cabang-cabang atau gugus lain yang disusun menurut
abjad kemudian nama rantai pokok. Karena gugus fungsi pasti nomor satu, jadi nomor gugus
fungsi tidak perlu disebutkan.
Contoh:
O
//
CH3 — CH2 — CH2 — CH2 — CH2 — C Asam heksanoat
\
OH

O
//
CH3 — CH2 — CH2 — CH2 — C Asam 2,3-dimetilpentanoat
| | \
CH3 CH3 OH

O
//
CH3 — CH2 — C — C Asam 2-metil propanoat
| \
CH3 OH

O
//
CH3 — CH2 — CH2 — C — C Asam 3-kloro butanoat
| \
Cl OH

B.     Tata cara membuat struktur asam karboksilat dari namanya


Untuk membuat struktur, yaitu dengan mellihat nama dari rantai induknya
contoh
Asam 3,3 dimetil butanoat
Pada asam 3,3 dimetil butanoat, diketahui bahwa rantai induknya adalah butana yang
berarti rantai induk terdiri atas 4 atom karbon.
C–C–C–C
Lalu diketahui bahwa 3,3 dimetil adalah cabangnya, jadi dengan mengetahui rantai
induk dan cabangnya maka kita sudah bisa membuat struktur asam karboksilat. Jadi
asam 3,3 dimetil butanoat memiliki struktur

CH3 O
| //
CH3 — CH3 — CH3 — C
| \
CH3 OH

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4.
2.4.5. PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT
Pembuatan Asam Karboksilat dengan cara mengoksidasi alkohol primer

CH3CH2OH + (O)  CH3CHO + H2O


Alkohol Primer Aldehid

CH3CHO + (O)  CH3COOH


Aldehid Asam Karboksilat

Dari reaksi diatas dapat diketahui untuk membuat asam karboksilat bisa dari mengoksidasi
alkohol primer dengan langkah sebagai berikut:
1.      Pada alkohol primer di tambahkan oksigen (sebagai agen pengoksidasi) sehingga menjadi
aldehid.
2.      Lalu pada aldehid juga titambahkan oksigen (sebagai agen pengoksidasi) sehingga menjadi
asam karboksilat.
BAB III
PENUTUP

1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan

Aldehid merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus
fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hydrogen dan berikatan
rangkap dengan atom oksigen.

Keton atau bisa disebut dengan alkanon memiliki dua gugus alkil yang terikat pada
gugus karbonil, dan pada aldehid memiliki sekurang kurangnya satu atom hidrogen yang
terikat pada atom karbonilnya. Aldehid dan keton mempunyai rumus molekul yang sama,
yaitu CnH2n.
Gugus aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi fehling yang terbukti dengan
terbentuknya endapan warna merah bata. Pengujian aldehid dan keton dengan reaksi adisi
nukleofilik memperlihatkan hasil berupa perubahan fisik, dimulai dari pembentukan kristal
saat Natrium bisulfit di dinginkan, di tambah aseton dan di tambah etanol. Kemudian kristal
kembali melarut setelah di tetesi HCl pekat dan menimbulkan asap.
Asam karboksilat adalah senywa organik yang memiliki gugusfungsi –COOH.
Penamaan dimulai dari karbon yang mengikat gugus dan diberi awalan “asam” dan akhiran
“oat”. Asam karboksilat suku rendah berbentuk cair dan mudah larut, semakin tinggi suku
semkin berbentuk kental dan sukar larut. asam karboksilat memiliki turunan antara lain: asam
format (asam semut/asam metanoat), asam asetat (asam cuka/asam etanoat), asam setrat,
asam stearat dan asam karboksilat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara.
Jakarta.

Matsjeh, Sabirin. 1993. Kimia Organik Dasar. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Tim Dosen Kimia.2010. Kimia Dasar 2. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Pudjaatmaka, Aloysius Handayana. 1991. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.


http://www.chem-is-try.org/ pada tanggal 18 April 2011 pukul 15.24 WITA

http:// www.chem-is-try.org

http:// www.wikipedia.org

http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-asam-karboksilat.html

http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/gugus-fungsional-asam-karboks ilat/

http://fullerena.blogspot.com/2011/04/bahas-tuntas-asam-karboksilat-
asam.html#ixzz2Q8JQKSOq

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_alkanoat

Anda mungkin juga menyukai