5
STRUKTUR DAN
FUNGSI PROTEIN
1. Pengantar
Protein merupakan polipeptida alami yang memiliki berat molekul lebih dari 5.000.
Makromolekul ini sangat berbeda-beda sifat fisiknya, mulai dari enzim yang
larut dalam air sampai keratin yang tak larut seperti rambut dan tanduk.
Protein memiliki berbagai fungsi biologis yang berbeda-beda pula, yaitu: 1.
Katalis enzim. Enzim merupakan protein katalis yang mampu
meningkatkan laju reaksi sampai 1012 kali laju
awalnya.
2. Transport dan penyimpanan. Banyak ion dan molekul kecil diangkut
dalam darah maupun di dalam sel dengan cara berikatan pada protein
pengangkut. Contohnya, hemoglobin merupakan protein pengangkut
oksigen. Zat besi disimpan dalam berbagai jaringan oleh protein ferritin.
3. Fungsi mekanik. Protein ini menjalankan peranan sebagai pembentuk
struktur. Misalnya, protein kolagen-menguatkan kulit, gigi, serta tulang.
Membran yang mengelilingi sel dan organel juga mengandung
protein yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sekaligus
menjalankan fungsi biokimia lainnya.
4. Pergerakan. Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara ua
tipe protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki aktivitas
2.
Pemurnian dan Karakterisasi Protein
Langkah pertama dalam pemurnian protein adalah memisahkan molekul
protein dari zat terlarut lain yang memiliki berat molekul rendah. Kemudian
dilakukan beberapa derajat pemisahan protein yang berbeda-beda, berdasarkan
sifat-sifat fisik protein seperti muatan listrik, ukuran molekul, serta kelarutan dalam
berbagai macam pelarut. Akhirnya, dilakukan proses kromatografi afinitas
yang merupakan proses pemurnian tingkat tinggi yang berdasarkan afinitas
spesifik senyawa tertentu yang berikatan dengan suatu padatan.
Molekul protein yang memiliki berat molekul lebih dari 5.000 tidak akan dapat
melewati membran selofan. Permeabilitas selektif ini merupakan dasar dari proses
dialisis. Proses dialisis biasanya dilakukan dengan menaruh larutan protein ke
dalam kantung selofan lalu mencelupkan kantung tersebut dalam larutan
penyangga. Molekul-molekul kecil akan berdifusi melewati kantung menuju
larutan penyangga, sedangkan protein tetap berada dalam kantung.
184
Biokimia Dasar
Struktur dan sifat peptida maupun protein sangat tergantung pada urutan asam amino
dalam rantai peptida. Insulin adalah protein yang pertama kali diurutkan
susunan asam aminonya secara lengkap (51 residu asam amino), yakni oleh F.
Sanger di tahun 1953. Proses pengurutan protein kini dilakukan menggunakan
mesin pengurut protein otomatis (automated protein sequencers). Identifikasi
asam amino dilakukan secara step-by-step pada ujung N protein, dengan
menggunakan proses kimia yang dikenal sebagai degradasi Edman.
Asam amino pertama dalam urutan suatu peptida (residu ujung-N) bisa
ditentukan dengan cara mereaksikan peptida dengan fenilisotiosianat.
Pada pH netral, senyawa fenilisotiosianat bereaksi dengan gugus a-amino.
Setelah dilakukan hidrolisis asam lemah, hasil reaksi akan bersiklisasi
(melingkar), dengan melepaskan residu yang paling ujung sebagai
turunan feniltiohidantoin (PTH). Seluruh proses ini adalah proses
degradasi Edman (Gambar 5-1). Turunan PTH lalu dianalisis untuk
menentukan asam amino asalnya serta kuantitasnya.
185
Fenilisotiosianat
་་་
་་་
་་་
ཝ་
ཡི། །
H
S
HO H
C
H
NH-C
0411
C
N-C
R1
R2
O
·N
S=5
N-H
H
R1
H
+ H3Ñ·
C
R2
pH netral
pH asam
Feniltiohidantoin
Gambar 5-1.
Degradasi Edman
Pereaksi lain yang juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi ujung N antara
lain dansil klorida dan fluoro-2,4-dinitrobenzen. Senyawa-senyawa ini dapat
bereaksi dengan residu ujung amino.
186
|
H3C
CH3
N
NO2
O
A
SI
O
CI
Dansil klorida
NO2
Fluoro-2,4-dinitrobenzen
Biokimia Dasar
cs Dipindai dengan CamScanner
Banyak protein yang mengandung ratusan residu asam amino, sehingga
kurang efektif bila dilakukan penentuan seluruh urutan asam aminonya
ini dikarenakan meningkatnya ketidakpastian
sekaligus. Hal
pada tiap tahap pengurutan. Akan lebih mudah bila
dilakukan pemotongan protein terlebih dahulu, agar didapat
potongan-potongan protein yang lebih kecil untuk diurutkan. Selain
itu, protein bisa saja mengandung jembatan disulfida yang
menghubungkan residu- residu sistein pada bagian-bagian
rantai yang berbeda atau berjauhan. Ikatan disulfida ini harus
diputuskan terlebih dahulu sebelum protein dapat
diurutkan.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk memotong
polipeptida menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil adalah
dengan hidrolisis oleh enzim tripsin. Tripsin adalah enzim
pencernaan yang diproduksi oleh pankreas. Enzim ini
menghidrolisis ikatan peptida pada sisi karboksil residu lisin dan
arginin (bermuatan positif):
Tripsin
R1 Lys-Ala-R2
R1 Lys-COO + NH3+-Ala-R2
Enzim lain yang biasa digunakan untuk pemotongan protein secara selektif
adalah kimotripsin. Enzim kimotripsin menghidrolisis ikatan peptida pada sisi
karboksil residu aromatik (fenilalanin, tirosin, dan triptofan):
Kimotripsin
187
N-CH-C
-N-R2
R1 C
-N-
H
CH-C-N-R2
CH2
CH2O
CH2
CH2
H2O
S-CH3
CH3 S-CN
+
Br-C=N
Br
H
R1
-N-
-CH-
+ H3N-R2
CH2
CH2
Jah
un
el
i
memperkirakan berat kasar polipeptida, yakni perhitungan rule-of-thumb
(aturan ibu jari). Perhitungan rule-of-thumb berdasarkan pada proporsi asam-
asam amino yang ditemukan dalam sebagian besar protein; sehingga
berat molekul didapat dengan mengalikan jumlah residu dengan 110.
Protein yang memiliki struktur kuaterner disusun oleh beberapa rantai
polipeptida terpisah yang ditahan oleh interaksi nonkovalen. Berat
molekul komponen rantai polipeptida dalam protein seperti ini dapat
ditentukan dalam kondisi disosiasi, yakni 8 M urea untuk
melemahkan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofob, dan 1 mM
merkaptoetanol untuk memutuskan ikatan disulfida. Dari
perbandingan dengan berat molekul keseluruhan, dapat ditentukan
jumlah rantai polipeptida yang terlibat dalam struktur awalnya (struktur
kuarterner).
D(1 - p)
dengan R adalah tetapan gas, T adalah suhu mutlak, v volume spesifik parsial
dari zat terlarut, dan p adalah kerapatan pelarut. Koefisien sedimentasi
tergantung pada ukuran, bentuk, dan berat molar zat terlarut. Koefisien
sedimentasi ini ditentukan dari kecepatan sedimentasi zat terlarut dalam medan
gravitasi suatu ultrasentrifuga. Koefisien difusi tergantung pada ukuran dan
bentuk zat terlarut, dan ditentukan dari kecepatan terbentuknya perbatasan
antara larutan dan pelarut murni.
189
Bab 5 Struktur dan Fungsi Protein
-
cs Dipindai dengan CamScanner
Protein
Mr
S
Lisozim
14.000
1,9 S
Hemoglobin
64.500
4,5 S
Katalase
248.000
11,3 S
Urease
480.000
18,6 S
Volume yang dibutuhkan untuk mengelusi protein globular dari kolom filtrasi
gel merupakan fungsi penurunan dari berat molekul. Bila hasil elusi protein
sampel dibandingkan dengan serangkaian berat molekul standar yang telah
diketahui, maka perkiraan berat molekul protein sampel dapat diinterpolasi
(Gambar 5-2).
Vel
200
160
O
120
80
4
5
LO
O
Gambar 5-2.
Log Mr
Gel filtrasi protein. Serangkaian protein yang Mr-nya berbeda dianalisis dalam
kolom Sephadex G-200 untuk mengetahui volume elusi Vel
masing-masing. Volume elusi ini diplotkan dalam grafik,
dengan dua titik data yang ditunjukkan oleh lingkaran putih
tidak dipakai untuk membentuk kurva kalibrasi.
190
Biokimia Dasar
Dekstran biru*
106
85
Lisozim
14.000
200
Kimptripsinogen
25.000
190
Ovalbumin
*Dekstran biru merupakan
45.000
170
Serum albumin
karbohidrat yang berat
65.000
150
Aldolase
molekulnya besar yang
150.000
125
mengandung molekul
Urease
500.000
90
Ferritin**
700.000
pewarna yang terikat secara kovalen.
92
Ovomukoid**
28.000
160
**Tidak digunakan dalam
Sampel enzim
kurva kalibrasi.
130
Dalam teknik filtrasi gel maupun teknik gel elektroforesis, sifat hidrodinamik
tergantung pada bentuk molekul. Karena itu harus dianggap bahwa
bentuk protein sampel adalah sama dengan bentuk protein-protein
standar (misalnya berbentuk bola, elips, dan sebagainya). Filtrasi gel
sangat tergantung pada ukuran efektif, bukan massa. Karena itu, jika
kerapatan protein sampel berbeda dengan standar, maka perkiraan berat
molekulnya akan tidak tepat.
Protein mengikat SDS, dan dianggap bahwa jumlah SDS yang terikat per
gram adalah sama untuk semua protein. Perbedaan jumlah ikatan per molekul
akan menghasilkan perbedaan muatan total dan mobilitas elektroforesis,
sehingga akan didapat besar berat molekul yang salah.
3.
Pelipatan Protein
Protein biasanya melipat membentuk struktur tiga dimensi yang teratur dan
kompak. Untuk memahami fungsi protein, perlu diketahui mengenai
konformasi atau pola lipatan tiga dimensi yang dimiliki rantai polipeptida.
Banyak poli asam amino buatan tidak memiliki konformasi yang baik
sehingga terlihat seperti random coils dalam larutan. Akan tetapi kebanyakan
protein biologis alami memiliki struktur lipat yang baik. Beberapa protein seperti
keratin rambut serta bulu memiliki bentuk serat dan tersusun dalam struktur linear atau
lembaran yang polanya berulang-ulang secara teratur. Protein yang lainnya seperti
enzim, terlipat dalam konformasi globular (bulat) seperti bola kompak.
ΔΕ =
Α
ZAZB&
2 DrAB
dengan AE adalah energi interaksi elektrostatik, ZA dan ZB adalah jumlah
muatan kedua partikel yang berinteraksi, rAB adalah jarak antara kedua
partikel, ε adalah muatan elektron, dan D adalah tetapan dielektrik medium. Bila
kedua muatan saling berlawanan, energi interaksi menurun saat keduanya saling
mendekati, sehingga interaksi terjadi dengan baik.
C
N H
Arginin
N H
Gambar 5-3.
Jembatan garam antara rantai-rantai samping residu Arg dan Glu.
Energi yang menyertai pasangan ion dalam suatu protein yakni 0,5 -
1,5 kJ mol untuk interaksi di permukaan, sampai 15 kJ mol untuk
interaksi elektrostatik antara residu-residu yang berada di bagian dalam
protein. Dalam hal ini tetapan dielektriknya lebih rendah daripada air
(tetapan dielektrik air sebesar 80).
Semua atom maupun molekul saling tarik menarik satu sama lain karena adanya
interaksi dipol-dipol. Suatu molekul tidak perlu memiliki muatan total
untuk dapat melakukan interaksi dipolar. Kerapatan elektron dapat menjadi
sangat tidak merata bila atom-atom yang berinteraksi mempunyai
keelektronegatifan yang berbeda.
Interaksi dipolar ini dikenal sebagai interaksi van der Waals. Interaksi ini bersifat
lemah dan berjarak dekat. Apabila atom-atom dalam interaksi van der Waals
berada terlalu dekat satu sama lain, akan terjadi tolakan yang kuat. Energi interaksi
van der Waals (Evdw) biasanya diberikan oleh persamaan berikut:
b
a
Evdw
=
d12 do
Interaksi
Contoh
Elektrostatik
Ikatan hidrogen
Hidrofob*
**
-COOH3N+-
-N-HO=C-
-CH2-
Energi ikatan (kJ mol1)*
0,4 - 2,0
0,5-15
2,0 7,5
~3
Interak
globuli
hidrofi
memi
Energ bany
ini / terde
(a)
(b)
(c)
194
1
Biokimia Dasar
NH2
C-NH2
Urea
urea atau guanidin
NH2
C-NH2
*NH,CI
Guanidin hidroklorida
195