Anda di halaman 1dari 4

Biokimia : Protein, Millon-nase test

Bab I
Dasar Teori
Protein merupakan persenyawaan kompleks yang dihasilkan dari polimerisasi asam
asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptide (-CO-NH-).Semua
protein terdiri dari rantai polipeptida yang memiliki struktur tertentu dalam tiga dimensi.
Struktur protein terdiri dari 3 macam yaitu sekunder, tersier, dan kuartener. Pada
struktur tersier, terdapat ikatan hidrogen, ikatan disulfida atau ikatan ionik. Struktur
pada protein menentukan sifat-sifat protein baik daya larutnya maupun peranannya
sebagai enzim suatu reaksi. Jika dari ketiga ikatan itu pecah maka rantai polipeptida
akan diubah bentuknya yang mempunyai sifat berbeda. Proses yang terjadi ini disebut
dengan dinaturasi dan disebabkan oleh pemanasan, larutan asam atau basa atau
dengan molekul polar.
Berdasarkan bentuk molekulnya protein dibagi menjadi dua, yaitu protein fibrosa,
adalah protein yang bentuknya memanjang, misalnya kolagen fibrin, miyosin dan
keratin; dan protein globuler, yaitu protein yang rantai polipeptidanya melinhkar
sehingga membentuk molekul membulat, misalnya albumin, globulin, protein, enzim
dan protein hormon. Berdasarkan elemen penyusunnya, terbagi menjadi dua yaitu
protein sederhana adalah protein yang apabila terhidrolisis sempurna menghasilkan
alfa asam amino saja; dan protein majemuk adalah protein ynang mengandung gugus
non protein atau prostetik di dalamnya.
Uji kualitatif protein dapat dilakukan berdasarkan uji warna atau melalui ujiendapan. Uji
warna meliputi Ninhidrin, Biuret, Reduksi Sulfur, Xantroprotein, dan Millon Nasse.
Sedangkan untuk uji pengendapan biasanya menggunakan garam logam.
Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa organic. Titik leleh diatas 200 0C,
sedangkan kebanyakan senyawa organik dengan bobot molekul sekitar itu berupa
cairan pada temperature kamar. Asam amino larut dalam pelarut air dan organic, tetapi
tidak larut dalam pelarut nonpolar. Asam amino memiliki momen dipole yang besar, juga
mereka bersifat kurang asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat dan
kurang basa dibandingkan sebagian besar senyawa amina yang lain.
Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya. Suatu protein
memiliki arti bagi tubuh jika melakukan aktivitas biokimiawi yang menunjang bagi
kebutuhan tubuh. Aktivitas ini mengandung struktur dan konformasi protein yang tepat
apabila konformasi protein berubah.

Peptide sederhana mengandung dua, tiga, empat, atau lebih residu asam amino,
masing-masing disebut dipeptida, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya. Peptide
didapatkan dari hidrolisis rantai panjang suatu polipeptida (protein). Sebagaimana asam
amino, peptide memiliki pH isolistrik (pHI). Reaksi kimia peptide disebabkan karena
adanya gugus NH2, R, dan COOH. Seperti pada asam amino, gugus -NH 2 pada
peptide dapat direaksikan dengan 2,4 dinitrofenil florobenzene fenilisotianat dan gugus
COOH. Dapat diesterfikasi dengan dan direduksi. Cara memperoleh reaksi berwarna
yang lain untuk pepetida dan protein tetapi tidak untuk asam amino bebas adalah reaksi
biuret. Reaksi ini terjadi antara pepetida atau protein dengan CuSO 4 dan alkali, yang
menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu.
Bab II
Persiapan Praktikum
Alat dan Bahan
1 Tirosin 2cc
2 Reagen Millon 1 cc
3 NaNO2 1%
4 Tabung reaksi
5 Pipet tetes
6 Gelas ukur
7 Spirtus
8 Pemantik

Cara Kerja
1 Masukkan ke dalam tabung reaksi 2 cc tirosin dan 1 cc reagen Millon
2 Panaskan di bunsen hingga mendidih
3 Dinginkan di bawah air mengalir selama 5-10 menit
4 Tambahkan 3-5 tetes NaNO2 1%
5 Panaskan lagi di Bunsen
6 Endapan atau larutan yang menjadi merah menunjukkan adanya tirosin

Bab III
Hasil Praktikum
2 cc tirosin + 1 cc reagen Millon dicampur warna larutan bening dipanaskan
didingingkan + 5 tetes NaNO2 1% dipanaskan lagi warna larutan berubah menjadi
merah tua.
Bab IV
Pembahasan
Reagen Millon ialah suatu reagen analitik yang digunakan untuk mendeteksi adanya
protein dan gugus fenol di dalam larutan. Beberapa tetes reagen ini ditambahkan ke
dalam larutan yang diuji, yang kemudian dipanaskan . Pewarnaan coklat-kemerahan
menandakan adanya residu tirosin yang terjadi di hampir semua protein. Reagen Millon
dibuat dengan melarutkan logam merkuri HgSO 4 1% dalam asam sulfat encer H2SO4
10% dan diencerkan dengan akuades. Fungsi reagen HgSO 4 yang terdapat di dalam
reagen Millon yaitu sebagai donor Hg 2+. H2SO4 memberi suasana asam agar Hg tidak
mengendap dan menghidrolisis protein agar diperoleh warna merah dari hasil
pemanasan tirosin. NaNO2 berfungsi untuk mereduksi Hg sehingga memekatkan tirosin
dalam larutan. Prinsip reaksi ini yaitu pengikatan Hg pada gugus hidroksifenil pada
tirosin menghasilkan larutan yang berwarna merah.

Bab V
Kesimpulan

Reaksi Millon-Nasse positif disebabkan oleh adanya kandungan tirosin yang


memiliki gugus hidroksi fenol dalam larutan yang ditandai dengan berubahnya
warna larutan menjadi merah setelah ditambahkan NaNO 2 dan dipanaskan.

Daftar Pustaka
Champe, P. (2011). Biokimia Ulasan Bergambar (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai