PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
ü Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang
mempunyai stuktur serupa - R-O-R.
· Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada
sistem aromatik.
· Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
· Ester R-C(=O)-O-R
· Asetal R-CH(-O-R)-O-R
· Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
· Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
ü Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya
adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
ü Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting
dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena
dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
· Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-
kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
· Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin
2.3 Reaksi pada eter
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia
lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai
berikut.[
1. Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron
tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan
menghasilkan alkil bromida.Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat
dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
2. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam,
dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini,
diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
Eter dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter
asimetris. Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan
eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R', dinamakan eter campuran
atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai gugus alkil (R) terdapat pula
eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya dinyatakan dengan
Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.
Di antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti
keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda.
Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan
CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya perbedaan
sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan alkohol.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak
terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus.
Reaksi terhadap eter adalah:
Ø Reaksi Oksidasi Eter
Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan hasil
seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari
etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO
Ø Reaksi Eter dengan Asam
· Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I
· Dengan H2SO4 Dingin
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam
asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus
alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus
alkoksi (alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai utamanya.
1. Penamaan Alkil Eter (Trivial)
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di. Tata nama
trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan nama-nama
gugus yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter.
Contohnya adalah CH3-O-CH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan
CH3CH2-O-CH2CH3 diberi nama dietil eter.
2. Penamaan Alkoksialkana (IUPAC)
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh
nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada
rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana,
dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya
adalah metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipentana yang rumus
strukturnya berurutan adalah sebagai berikut:
Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang diberikan
adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai
rumus CH3OCH=CHCH3.
Eter yang memngandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai contoh
adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:
Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC
Nama IUPAC
Rumus Struktur Eter Nama Trivial
(alkoksialkana)
CH3 ⎯ O ⎯ CH3 Dimetil eter Metoksi metana
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Etil metil eter Metoksi etana
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Dietil eter Etoksi etena
CH3-O-
Dimetil eter -138,5 -23,0 70 g 1,30
CH3
CH3CH2-
Dietil eter O- -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3
B. Sifat-sifat kimia
1. Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol
C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
2. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun
amida.
3. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
4. Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana
5. · Mudah terbakar
· Pada umumnya bersifat racun
· Bersifat anastetik (membius)
2.7 Keisomeran pada Eter
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
1) Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil isopropil eter.
2) Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang
memiliki rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda
disebut memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan
alkohol.
2.8 Manfaat Eter Beserta Dampaknya.
Ø Penggunaan senyawa eter dalam kehidupan adalah:
1. Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius).
Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat
bius) yang diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir.
2. Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau
menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga
laju mesin lebih kencang.
3. Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.
4.Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non
polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan
muntah selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang
dipakai di negara-negara maju.
Ø Dampak penggunaan senyawa eter
1. Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada
konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.
2. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
3. Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh kobaran
maupun percikan api.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-
unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan
dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari
senyawa air. Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu
atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus
alkil.
2. Eter dibuat dari dehidrasi alkohol, Pembuatan Eter Menurut Williamson,
Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida.
3. Eter digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penamaan alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC.
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas).
6. Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
7. Manfaat eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius), dibidang
otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala,
dilaboratorium, eter digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan
senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan
Manfaat ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
2. Ilmu Kimia. 2012. Golongan Eter. (online). Golongan Eter_Ilmu Kimia.htm.
Akses tanggal 22 juni 2015.
3. Ilmu Kimia. 2013. Pembutan Eter.
(online). http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-eter.html. Akses
tanggal 22 juni 2015.
4. Ilmu Kimia. 2012. Reaksi Terhadap Eter. (online). Reaksi Terhadap Eter
_ Ilmu Kimia.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
5. Ilmu Kimia. 2012. Tata Nama Eter. (online). Tata Nama Eter_Ilmu
Kimia.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
6. Suhartinichemist. 2012. KIMIA ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA ALKOHOL dan ETER.htm. Akses tanggal 22 juni 2015
7. Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid 1 . Penerbit Erlangga .
1986.
8. https://id.wikipedia.oig/wiki/Eter (diakses pada tanggal 22 juni 2015)