Eter/Alkoksi Alkana
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus ROR', dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut
dan
anestetik
ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus
penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
1.
Rumus Umum
Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa yang mempunyai dua gugus
alkil yang terikat pada satu atom oksigen. Dengan demikian eter mempunyai rumus
umum : ROR1 dimana R dan R1 adalah gugus alkil, yang boleh sama boleh tidak.
Contoh :
CH3CH2OCH2CH3
R = R1(eter homogen)
CH3OCH2CH2CH3
R - R1(eter majemuk)
2.
Penamaan Eter
Nama IUPAC
Nama Trivial
CH3CH2OCH2CH3
Etoksi etana
CH3OCH2CH2CH3
Metoksi propane
Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai
stuktur serupa - R-O-R.
Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada sistem
aromatik.
Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
Ester R-C(=O)-O-R
Asetal R-CH(-O-R)-O-R
Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
3. Sifat-Sifat Eter
- Sifat-sifat fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga
mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan
dengan alkohol.
2
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol
C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun
tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan
elektron menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen
dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom
oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.
Beberapa alkil eter
Eter
Struktur
Dimetil eter
CH3-O-CH3
-138,5
-23,0
70 g
1,30
Dietil eter
CH3CH2-OCH2CH3
-116,3
34,4
69 g
1,14
Tetrahidrofuran
O(CH2)4
-108,4
66,0
1,74
Dioksana
O(C2H4)2O
11,8
101,3
0,45
4.
Kegunaan Eter
Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril
halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
Etilena oksida
Dimetil eter
Dietil eter
Dimetoksimetana
(DME)
Dioksana
Tetrahidrofuran (THF)
Anisol
(metoksibenzena)
Eter mahkota
5.
Reaksi Eter
Eter adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-O-R'. Beberapa
reaksi dari eter diantaranya adalah:
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh:
b. Reaksi dengan Logam Aktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam aktif).
c. Reaksi dengan PCl5
Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.
d. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)
Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas:
Jika asam halida berlebihan:
e. Membedakan Alkohol dengan Eter
7
Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan rekasinya dengan logam natrium dan
fosforus pentaklorida.
Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen, sedangkan eter
tidak bereaksi.
Alkohol bereaksi dengan PCl5 menghasilkan gas HCl, sedangkan eter bereaksi
tetapi tidak menghasilkan HCl.
6.
Sumber Eter
Eter yang paling penting secara komersial adalah dietil eter, dibuat dari etanol dan asam
sulfat.
CH3CH2OH + HOCH2CH3
Etanol
H2SO4
O
140 C
CH3CH2-O-CH2CH3 + H2O
Dietil eter
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R'-X R-O-R' + NaX
Epoksida
Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga anggota.
Struktur dasar dari sebuah epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua atom
karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga
anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik.
Struktur epoksida
1. Tata nama
Nama kelas fungsional = alkena oksida misalnya etilen oksida
Substituen akhiran = - ena oksida
Prefix = substituen epoxy-misalnya Epoksietan
Catatan: The oksiran Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan epoksida .
1.
Gugus Epoksida
Internal
Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:
Gugus epoksi dapat pula menjadi bagian dalam sebuah struktur cincin, seperti:
Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, di bawah kondisi asam atau basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalis dengan senyawa asam atau basa
untuk menghasilkan propilen glikol.
Epoksida merupakan gugus yang sangat reaktif, terutama dalam larutan asam karena
akan menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara protonasi kepada atom
oksigen dan berinteraksi dengan berbagai macam reagen nukleofilik (Gunstone, 1996).
Epoksida adalah eter siklik, cincin beranggota 3 (lihat di atas diagram). Reaktivitas
mereka sedemikian rupa sehingga mereka sebenarnya adalah kelompok fungsional
yang terpisah.
Ada dua metode untuk penamaan epoksida:
o
sebagai oksida dari alkena yang sesuai (ini berhubungan dengan suatu
metode sintesa mereka).
Alkena oksida
10
Nama akar yang sesuai untuk alkena (memikirkan melepaskan oksigen dan
menambahkan C = C di lokasi itu).
Tambahkan oksida akhiran.
Epoxy
Nama root didasarkan pada rantai terpanjang dengan dua ikatan CO terpasang.
Rantai diberi nomor sehingga memberikan unit epoksida yang locant serendah
mungkin (lagi seperti alkena)
Awalan epoksida dimasukkan sebelum nama akar bersama dengan kedua locants
misalnya 1,2-epoxypropane.
Kedua locants disertakan karena metode ini juga digunakan untuk penamaan eter
siklik lainnya.
Epoxy gaya:
Rantai terus menerus terpanjang adalah C3 sehingga
root = prop
Epoksida adalah substituen sehingga prefix = epoxy
11
sikloheksena oksida
Epoxy gaya:
Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga
root = hex
Sistem akar siklik sehingga prefix = cyclo
Epoxy gaya:
Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga
root = hex
Ada substituen alkil C1 = metil
Karakteristik dari senyawa epoksida adalah gugus oksiran yang terbentuk oleh
oksidasi dari senyawa olefinik atau senyawa aromatik ikatan ganda.
Rute lain industri penting untuk epoksida memerlukan proses dua langkah. Pertama, alkena
yang diubah menjadi senyawa tersebut, dan kedua, klorohidrin yang diperlakukan dengan
basa untuk menghilangkan asam klorida , memberikan epoksida, hal ini adalah metode
yang digunakan untuk membuat propilena oksida.
Epoksida mudah dibuka, di bawah kondisi asam atau basa, untuk memberikan berbagai
produk dengan manfaat fungsional kelompok . Misalnya, hidrolisis asam atau basa--katalis
oksida propilena memberikan propilen glikol.
13
Epoksida dapat digunakan untuk merakit polimer yang dikenal sebagai epoxies, yang
merupakan perekat yang sangat baik dan pelapis permukaan berguna. Yang paling umum
epoxy resin yang terbentuk dari reaksi epiklorohidrin dengan bisphenol A.
L
eroy G. Wade, Jr
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam
industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen.
Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
14
Senyawa epoksida merupakan senyawa yang sangat penting sama seperti produk
kimia lainnya, misalnya resin. Epoksida minyak, yang produksinya mencapai sekitar level
50.000 ton per tahun, memiliki fungsi utama sebagai plastisizer dan stabilisator pada PVC
(Gunstone, 1996).
3. Reaksi Epoksida
Reaksi epoksida khas tercantum di bawah ini.
Dalam kondisi asam, posisi serangan nukleofil dipengaruhi baik oleh efek sterik
(seperti yang biasanya terlihat untuk S N 2 reaksi) dan oleh karbokation stabilitas
(seperti yang biasanya terlihat untuk S N 1 reaksi). Dalam kondisi dasar, nukleofil
menyerang karbon diganti setidaknya, sesuai dengan 2 proses penambahan standar
S reaksi N nukleofilik.
Hidrolisis dari epoksida dalam adanya katalis asam menghasilkan glikol . The
hidrolisis Proses epoksida dapat dianggap sebagai penambahan nukleofilik air
untuk epoksida bawah asam kondisi.
Pengurangan dari epoksida dengan hidrida aluminium lithium dan air menghasilkan
alkohol . Ini proses reduksi dapat dianggap sebagai penambahan nukleofilik hidrida
(H-) untuk epoksida di bawah kondisi dasar.
15
4. Kegunaan Epoksida
Salah satu produk penting industri petrokimia yang dapat dihasilkan dari minyak
nabati adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
bahan poliuretan, bahan aditif plastik, pelumas, surfaktan, dll sehingga kebutuhan akan
senyawa ini menjadi sangat tinggi. Senyawa polihidroksi trigliserida dihasilkan melalui
reaksi hidroksilasi. Reaksi hidroksilasi meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi
dan reaksi pembukaan cincin oksiran. Pada penelitian ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai reaksi epoksidasi.
Karena kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiren, epoksida dapat berlaku sebagai
bahan baku untuk sintesis berbagai macam varietas kimia, seperti alkohol, glikol,
alkanolamin, komponen karbonil, komponen olefin, dan polimer, seperti poliester,
poliuretan, dan resin epoksi (Dinda et al, 2008).
Reagen (produk): HX = H2 (alkohol), H2O (diol), ROH (alkoksi alkohol), RCOOH
(asiloksi alkohol), RCONH2 (asilamino alkohol), H2S (merkapto alkohol), HCN (cyano
alkohol), HBr (bromo alkohol). Reaksi epoksidasi (terutama yang berasal dari
triasilgliserol dengan alkohol polihidrik menghasilkan komponen polihidroksi yang mana
dapat direaksikan dengan diisosianat untuk menghasilkan poliuretan. Epoksida dapat
dikonversi menjadi keton melalui reaksi dengan natrium iodida dalam polietilen glikol
(Gunstone, 1996).
Sebagai kesimpulan, epoksida diproduksi bukan hanya sebagai produk akhir, tetapi
juga sebagai intermediet karena epoksida merupakan komponen yang sangat bernilai
dalam sintesis kimia organik. Sekarang ini, beberapa usaha telah dilakukan agar reaksi
dapat berlangsung secara selektif dengan penggunaan katalis (Brown et al., 2009).
NOTULEN
etanol yang dapat menaikkan bilangan oktan dimana MTBE ini memiliki bilangan oktan
sebesar 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat menambahkan
oksigen pada campuran gas didalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran yang
tidak sempurna seperti karbon monoksida (CO).
2. Mengapa eter tidak dapat direaksikan dengan logam aktif seperti Na? (Aryo)
Jawab :
Karena eter tidak memiliki atom H bebas, dimana rumus bangun eter ialah R-O-R dan
ikatan yang ada pada eter memiliki ikatan yang kuat dan sulit untuk dilepaskan, sehingga
eter tidak dapat direaksikan dengan atom Na. Tetapi beda halnya pada alkohol, dimana
alkohol ini dapat bereaksi dengan atom bebas seperti Na, karena alkohol dengan rumus
bangun R-OH, dimana ikatan atom H pada alkohol tidak terlalu kuat dan atom H yang bisa
dilepaskan lalu direaksikan dengan Na dengan reaksi berikut :
R-OH + Na R + NaOH
Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril
halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
4. Mengapa cincin epoksida mudah dibuka pada keadaan asam maupun basa? (Suci)
Jawab :
Karena pada epoksida memiliki ikatan yang kuat apabila direkasikan dengan atom H,
dimana atom O pada epoksida memiliki sifat anion yang lebih kuat daripada atom H
sehingga atom H yang direaksikan akan mengikat atom O yang ada pada epoksida. Selain
itu juga, epoksida akan jadi lebih reaktif dalam larutan asam karena akan menaikkan
kecepatan untuk menbuka cincin epoksdia dengan cara protonasi dengan atom O.
Senyawa yang menghasilkan gas HCl ialah alkohol, dimana pada alkohol memiliki atom H
yang bisa deraksikan denan PCl5 dengan reaksi sebagai berikut :
R-OH + PCl5 R-Cl + R-Cl + HCl
Pada reaksi berikut, alkohol yang direaksikan dengna PCl5 menghasilkan gas HCl dimana
atom H pada alkohol berikatan dengan Cl.
18
19