BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah ilmu
susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Kehidupan
selalu berkaitan dengan kimia contohnya saja pestisida, alkohol, oksigen, air dan
unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan
dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari
senyawa air.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eter
H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan
rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa
air. Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H
rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
R – H R – OR'
alkana eter
sekitar 140 pm. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa
eter adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen
yang berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada
Struktur Serupa
2
1. Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian
a. Ester R-C(=O)-O-R
b. Asetal R-CH(-O-R)-O-R
c. Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
d. Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
B. Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui
pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C hingga
reaksi dehidrasi sempurna. Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu
rendah yang lain dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka
adalah H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali
dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara
teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat
3
digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam
karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam sulfit. Dalam pembuatan eter
dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah karena dalam keadaan panas
sulfat. Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini
hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai
linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata
Eter dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan
4
Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar
104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi
untuk ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air
sangatlah mirip. Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3. Oksigen
lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian hidrogen alfa eter bersifat
keton).
3. Kondensasi Ullmann
substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya
tembaga.
elektrofilik.
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
5. Pembuatan epoksida
penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi
etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
5
a. Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-
kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
C. Reaksi pada eter
lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai
berikut.
a. Pembelahan eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
b. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
6
c. Sebagai basa Lewis
D. Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.
Eter terdiri atas eter simetris dan eter asimetris. Jika dalam rumus umum
eter R = R' dikategoikan sebagai eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠
R' maka dikategorikan sebagai eter campuran atau eter asimetrik. Selain yang
memiliki gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang
Antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi atau keduanya
mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh
untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH 3-O-CH3 dan
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak
terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus.
seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari
7
etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO.
Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh:
Dengan H2SO4 Dingin
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
Halogen(klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
8
alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus
menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen dan kemudian
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti
oleh nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat
pada rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai
Bila senyawa turunanya adalah alkena, maka nama yang diberikan adalah
9
CH3OCH=CHCH3. Eter yang mengandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena.
F. Sifat-Sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa
alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul
eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar,
sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah
terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam
alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan
1. Sifat-sifat fisika
Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang
khas.
Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
10
Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
2. Sifat-sifat kimia
Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester,
ataupun amida.
Mudah terbakar
11
Bersifat anastetik (membius)
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
Isomer Struktur
Isomer Fungsional
Akan tetapi, keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua
Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius).
Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau
lendir.
12
Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak
mau menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar
Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa
non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan
mual dan muntah selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini,
Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh kobaran
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
6. Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
melarutkan senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan
Manfaat ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
Suhartinichemist. 2012. KIMIA ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA ALKOHOL dan ETER.htm. Akses tanggal 22 juni 2015
Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid 1 . Penerbit Erlangga .
1986.
15