Anda di halaman 1dari 18

Nama : Amaliatul Khusna.

NIM : 190310012.

Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian.

ETER, EPOKSIDA & SULFIDA

1. ETER.
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan
anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan
dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada
senyawa karbohidrat dan lignin.

( Struktur umum eter )


a. Struktur dan Ikatan.
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi,
hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada
posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.
1) Struktur Serupa.
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai
stuktur serupa - R-O-R.
 Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada
sistem aromatik.
 Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur
b. Tata Nama Eter.
Menurut trivial tata nama eter didasarkan pada nama gugus alkil atau aril yang terikat
pada atom oksigen. Urutan namanya sesuai dengan abjad dan diakhiri dengan kata –
eter.
Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi sehingga penataan nama
senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh nama rantai utamanya.
Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai induk.
Beberapa contoh penamaan eter dapat dilihat pada tabel berikut :

Rumus Struktur Nama Trivial Nama IUPAC


CH3–O–CH3 Dimetil eter Metoksi metana
CH3–O–CH2–CH3 Etil metil eter Metoksi etana
CH3–CH2–O–CH2–CH3 Dietil eter Etoksi etena
Isopentil etil eter 2-etoksi pentana

Fenil propil eter Fenoksi propana

c. Sifat Fisik Eter.


1) Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang khas.
2) Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut non polar.
3) Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter membentuk
campuran yang eksplosif dengan udara.
4) Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
5) Eter memiliki titik didih yang relative rendah dibandingkan dengan alcohol.
6) Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. 
d. Sifat Kimia Eter.
1) Oksidasi.
Oksidasi suatu eter dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan aldehida.
Contoh :

2) Reaksi dengan Asam Sulfat.


Eter dapat bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan suatu alcohol dan asam
alkana sulfonat.
Contoh :

3) Reaksi dengan Asam Ionida.


Eter dapat bereaksi dengan asam ionida menghasilkan campuran alcohol dengan
alkil halida.
Contoh :

4) Hidrolisis.
Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan menghasilkan alcohol.
Contoh :
5) Halogenasi.
Eter dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen. Substitusi terjadi pada atom
Ha.
Contoh :

e. Reaksi.
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut :
1) Pembelahan Eter.
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral
seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan
sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida
(dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan
menghasilkan alkil bromide. Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat
dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
2) Pembentukan Peroksida.
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan
aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil
eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
3) Sebagai Basa Lewis.
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat
memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat
membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter
juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter (misalnya eter
mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
f. Sintesis Eter.
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara, yaitu :
1) Dehidrasi Alkohol.
Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter: 2R-OH → R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 °C). Reaksi ini
dikatalisis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn
menghasilkan eter simetris, namun tidak dapat digunakan untuk menghasilkan
eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan metode ini. Eter
siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
2) Sintesis Eter Williamson.
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan
alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada
senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut
dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja
dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini
menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida sekunder
dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan
dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik
oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol.
Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol
bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida,
membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X
pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya
melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X → C6H5OR
3) Kondensasi Ullmann.
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya
adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
4) Adisi Elektrofilik Alkohol ke Alkena.
Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara
elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
5) Pembuatan Epoksida.
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting
dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena
dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
 Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-
kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
 Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.
g. Beberapa Eter yang Penting.

Etilena Oksida Eter siklik yang paling


sederhana.
Dimetil Eter Merupakan propelan
pada aerosol. Merupakan
bahan bakar alternative
yang potensial untuk
mesin diesel karena
mempunyai bilangan
cetan sebesar 56-57.
Dietil Eter Merupakan pelarut umum
pada suhu rendah
( b.p.34,6 ̊C ) dan
dulunya merupakan zat
anestetik. Digunakan
sebagai cairan starter
kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana ( DME ) Pelarut pada suhu tinggi
( b.p. 85 ̊C )
Dioksana Merupakan eter siklik
dan pelarut pada suhu
tinggi ( b.p. 101.1 ̊C )

Tetrahidrofuran ( THF ) Eter siklik, salah satu eter


yang bersifat paling polar
yang digunakan sebagai
pelarut.
Anisol Merupakan eter aril dan
( Metoksibenzena ) komponen utama minyak
esensial pada biji adas
manis.

Eter Mahkota Polieter siklik yang


digunakan sebagai katalis
transfer fase.

Polietilen Glikol ( PEG ) Merupakan polieter


linear, digunakan pada
kosmetik dan farmasi.

h. Kegunaan dan Dampak Eter dalam Kehidupan.


1) Kegunaan.
 Eter digunakan sebagai pelarut.
 Dietil eter digunakan sebagi obat bius pada operasi.
 Metil ters-butil eter ( MTBE ) digunakan untuk menaikkan angka oktan
bensin.
2) Dampak.
Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada
konsentrasi tinggi menyebabkan tidak  sadarkan diri.
2. EPOKSIDA.
Epoksida adalah suatu eter siklik dengan cincin beranggota-tiga. Cincin ini kira-kira
membentuk suatu segitiga sama sisi, yang membuatnya tegang, dan karenanya sangat
reaktif, lebih dibandingkan eter lainnya. Senyawa ini diproduksi dalam skala besar untuk
berbagai aplikasi. Secara umum, epoksida dengan berat molekul rendah tidak berwarna
dan tidak reaktif, serta sering kali mudah menguap.
a. Tata Nama.
Senyawa yang mengandung gugus fungsional epoksida dapat disebut sebagai epoksi,
epoksida, oksirana, dan etoksilin. Epoksida sederhana terkadang dirujuk sebagai
oksida. Karenanya, epoksida etilena (C2H4) merupakan etilena oksida (C2H4O).
Kebanyakan senyawa ini memiliki nama trivial, etilena oksida disebut sebagai
"oksirana." Beberapa nama menekankan kehadiran gugus fungsional epoksida, seperti
pada senyawa 1,2-epoksisikloheptana, yang dapat pula disebut sebagai 1,2-heptena
oksida.
Suatu polimer yang terbentuk dari prekursor epoksida disebut sebagai epoksi, tapi
material tersebut tidak mengandung gugus epoksida (atau hanya berisi beberapa
gugus epoksi sisa yang tetap tidak bereaksi dalam pembentukan resin).
b. Sintesis.
Kebanyakan epoksida yang secara industri diproduksi adalah etilena
oksida dan propilena oksida, yang diproduksi masing-masing pada skala sekitar 15
dan 3 juta ton/tahun.

c. Bentuk Gugus Epoksi.


Bentuk gugus epoksi, antara lain :
1) Terminal 
2) Internal 

Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:

d. Reaksi.
Reaksi pembukaan-cincin mendominasi reaktivitas epoksida—mereka adalah
elektrofil yang potensial. Alkohol, air, amina, tiol dan banyak pereaksi lainnya dapat
bertindak sebagai nukleofil untuk reaksi ini. Reaksi ini adalah dasar bagi
pembentukan perekat epoksi dan produksi glikol. Dalam kondisi asam, posisi
serangan nukleofil dipengaruhi baik oleh efek sterik (seperti yang biasa terlihat dalam
reaksi SN2) dan oleh kestabilan karbokation (seperti yang biasa terlihat dalam reaksi
SN1). Hidrolisis suatu epksida dalam kehadiran suatu katalis asam menghasilkan suatu
glikol. Hidrolisis mensyaratkan adisi nukleofilik air ke epoksida. Dalam kondisi basa,
nukleofil menyerang karbon yang kurang tersubstitusi, sesuai dengan pola standar
untuk proses SN2. Ketika diperlakukan dengan tiourea, epoksida diubah menjadi
sulfida, yang disebut thiirana.
Polimerisasi epoksida menghasilkan polieter, misalnya etilena oksida terpolimerisasi
menghasilkan polietilena glikol, juga dikenal sebagai polietilena oksida.
Epoksida juga mengalami reaksi ekspansi cincin, diilustrasikan dengan penyisipan
karbon dioksida untuk menghasilkan karbonat siklik.
e. Penggunaan.
Etilena oksida banyak digunakan untuk menghasilkan deterjen dan surfaktan
oleh etoksilasi. Hidrolisisnya menghasilkan etilena glikol. Reaksi epoksida dengan
amina adalah dasar bagi pembentukan lem epoksi da material struktur. Suatu
pengeras-amina yang umum digunakan adalah trietilenatetramina (TETA).
Epoksida merupakan gugus fungsional pengalkilasi yang potensial, membuatnya
sangat beracun.
3. SULFIDA.
Sulfida (nama sistematisnya sulfanediida, dan sulfida(2−) adalah suatu anion anorganik
dari belerang (atau sulfur) dengan rumus kimia S2−. Ia tidak memberi warna pada garam
sulfida. Oleh karena diklasifikasikan sebagai basa kuat, larutan encer garamnya
seperti natrium sulfida (Na2S) bersifat korosif dan dapat menyerang kulit. Sulfida adalah
anion belerang yang paling sederhana.
Dalam kimia organik, "sulfida" biasanya merujuk pada ikatan C–S–C, meskipun istilah
tioeter lebih sesuai. Misalnya, tioeter dimetil sulfida adalah H3C–S–CH3. Polifenilena
sulfida (lihat di bawah) mempunyai rumus empiris C6H4S. Terkadang, istilah sulfida
mengacu pada molekul yang mengandung gugus fungsi –SH. Sebagai contoh, metil
sulfida dapat berarti H3C–SH. Deskripsi yang lebih disukai untuk senyawa yang
mengandung SH tersebut adalah tiol atau merkaptan, yaitu metanatiol, atau metil
merkaptan.
a. Tata Nama.
Nama sistematisnya sulfanediida dan sulfida(2−), nama IUPAC yang valid,
ditentukan menurut tata nama substitutif dan aditif. Namun, nama sulfida juga
digunakan dalam tata nama IUPAC komposisional tanpa mempedulikan sifat ikatan
yang terlibat. Contoh penamaan tersebut adalah selenium disulfida dan titanium
sulfida, yang tidak mengandung ion sulfida sama sekali.
Sulfida juga digunakan secara non-sistematik, untuk menggambarkan senyawa yang
melepaskan hidrogen sulfida pada pengasaman, atau senyawa yang mengamdung
belerang dalam beberapa bentuk, seperti dimetil sulfida. "Hidrogen sulfida" sendiri
merupakan contoh nama non-sistematis dari sifat ini. Namun, ini juga merupakan
nama trivial, dan nama yang lebih disukai IUPAC untuk sulfana.
b. Sifat Kimia.
Sulfida tidak ada dalam konsentrasi yang cukup, bahkan dalam air yang sangat
alkalis, tidak terdeteksi pada pH < ~15 (8 M NaOH).
1) Alkalinitas.
Anion sulfida dapat mengasimilasi proton dengan rekombinasi:
S2− + H+ → SH−
Karena penangkapan proton (H+), sulfida memiliki karakter basa. Dalam larutan
akuatik, ia memiliki nilai pKb kurang dari 0. Asam konjugatnya adalah bisulfida
(SH−). Dalam larutan akuatik, sebagian besar ion sulfida dinetralkan.
S2− + H2O ↔ SH- + OH-
2) Reaksi Kimia.
Setelah diberi perlakuan dengan asam standar, sulfida berubah menjadi hidrogen
sulfida (H2S) dan garam logam. Oksidasi sulfida menghasilkan belerang atau
sulfat. Logam sulfida bereaksi dengan nonlogam termasuk iodium, brom, dan klor
membentuk belerang dan garam logam.
8 MgS + 8 I2 → S8 + 8 MgI2
Belerang juga bisa dibuat dari isulfi dan oksidator yang tepat:

16HNO3 + 24 H2S → 16 NO + 3 S8 + 32 H2O


Sulfida adalah basa kuat, sehingga larutan isulfi dalam air bersifat basa, karena
mengalami hidrolisis. Larutan isulfi mengeluarkan bau telur busuk yang
khas H2S sebagai hasil hidrolisis.

S2–(aq) + H2O(l)   HS–(aq) + OH–(aq) (Kb = 8,3)

HS–(aq) + H2O(l)   H2S(aq) + OH–(aq) (Kb = 1×10-7)

c. Devirat Logam.
Larutan kation logam transisi dalam air bereaksi dengan sumber isulfi (H 2S, NaHS,
Na2S) membentuk endapan isulfi padat. Sulfida anorganik tertentu biasanya
memiliki kelarutan dalam air yang sangat rendah, dan banyak terkait dengan mineral
dengan komposisi yang sama (lihat di bawah). Salah satu contoh yang terkenal adalah
spesies kuning terang CdS atau “kadmium kuning”. Noda hitam yang terbentuk pada
perak murni adalah Ag2S. Spesies semacam itu terkadang disebut sebagai garam.
Sebenarnya, ikatan dalam isulfi logam transisi adalah kovalen, yang menyebabkan
sifat semikonduktor mereka, yang pada gilirannya terkait dengan kecerahan
warnanya. Beberapa isulfi memiliki aplikasi praktis seperti pigmen, sel surya, dan
sebagai katalis. Aspergillus niger berperan dalam pelarutan isulfi logam berat.
d. Geologi.
Banyak bijih logam penting adalah sulfide. Contoh penting meliputi : argentit (
perak sulfide ), cinnabar ( raksa ), galena ( timbal sulfide ), molibdenit (
molibdenum sulfide ), pentlandit ( nikel sulfide ), realgar ( arsenik sulfide ), dan
stibnit ( antimon ), sfalerit ( seng sulfide ), dan pirit ( besi disulfide ), serta kalkopirit (
besi – tembaga sulfide )
e. Korosi yang Diinduksi oleh Sulfida.
Sulfida bebas terlarut (H2S, HS− dan S2−) adalah spesies yang sangat agresif dalam
korosi banyak logam seperti baja, baja nirkarat, dan tembaga. Sulfida yang terdapat
dalam larutan akuatik bertanggung jawab terhadap retak stress korosi (bahasa
Inggris: stress corrosion cracking (SCC)) pada baja, yang dikenal juga sebagai retak
stress sulfida. Korosi merupakan hal yang menjadi perhatian besar dalam banyak
instalasi isulfid pemrosesan isulfi: pabrik bijih isulfi, sumur minyak dalam, pipa
penyalur minyak curah, pabrik kertas Kraft.
Korosi yang diinduksi mikrob (Microbially-induced corrosion, MIC) atau korosi
sulfida biogenik juga disebabkan oleh bakteri pereduksi sulfat, menghasilkan isulfi,
yang disebarkan di udara dan teroksidasi dalam asam sulfat oleh bakteri pengoksidasi
belerang. Asam sulfat isulfid bereaksi dengan bahan selokan sanitasi dan umumnya
mengakibatkan kehilangan massa, keretakan pada pipa saluran air kotor, dan
puncaknya, kerusakan struktur. Deteriorasi jenis ini adalah proses utama yang
mempengaruhi isulf air kotor di seluruh dunia dan memicu biaya rehabilitasi yang
sangat tinggi.
Oksidasi isulfi dapat membentuk tiosulfat (S2O2−3), suatu spesies antara yang
bertanggung jawab pada masalah berat korosi ceruk baja dan baja nirkarat yang
mediumnya juga diasamkan oleh produksi asam sulfat jika diperlukan oksidasi
lanjutan.
f. Disulfida.
Kerancuan muncul dari perbedaan makna istilah “disulfida”. Molibdenum
disulfida (MoS2) terdiri dari pusat isulfi yang terpisah, yang terikat dengan
isulfide pada tingkat oksidasi formal +4 (Mo4+). Besi isulfide ( pirit, FeS2)
sebaliknya, terdiri dari S2−2, atau dianion –S−S−, yang terikat pada besi isulfid
dengan tingkat oksidasi formal +2 (ion ferro: Fe2+). Dimetildisulfida memiliki ikatan
kimia H3C–S–S–CH3, sementara karbon disulfida tidak mempunyai ikatan S–S,
melainkan S=C=S (molekul linier yang analog dengan CO2). Paling sering dalam
kimia sulfur dan biokimia, istilah isulfide umum diasosiasikan untuk sulfur yang
analog dengan ikatan –O–O– peroksida. Ikatan disulfida (–S–S–) memainkan peran
penting dalam konformasi protein dan aktivitas katalitik enzim.
g. Contoh.

Rumus Titik Lebur Titik Didih Nomor


(̊C) (̊C) CAS
H2S Hidrogen sulfida -85,7 -60,20 7783-06-4
adalah gas yang
sangat beracun dan
korosif yang dapat
ditandai dengan bau
“telur busuk” yang
khas.
CdS Kadmium isulfi 1750 1306-23-6
dapat digunakan
dalam fotosel.
Kalsium polisulfida
“belerang kapur”
adalah fungisida
tradisional dalam
pertanaman.
CS2 Karbon isulfide -111,6 46 75-15-0
kadang-kadang
digunakan sebagai
pelarut dalam kimia
industri
PbS Timbal sulfida 1114 1314-87-0
digunakan dalam
sensor inframerah.
MoS2 Molibdenum 1317-33-5
disulfida, mineral
molibdenit,
digunakan sebagai
katalis untuk
menghilangkan
belerang dari bahan
bakar fosil; juga
sebagai pelumas
untuk aplikasi
bersuhu tinggi dan
dan bertekanan
tinggi.
Cl–CH2CH2–S– Sulfur mustard (gas 13-14 217 505-60-2
CH2CH2–Cl mustard) adalah suatu
organosulfida
(tioeter) yang
digunakan sebagai
senjata kimia dalam
Perang Dunia I,
klorida dalam
molekul bertindak
sebagai gugus pergi
jika terkena air dan
membentuk tioeter-
alkohol dan HCl.
Ag2S Perak sulfida 21548-73-
terbentuk pada 2
kontak listrik perak
yang beroperasi pada
atmosfer kaya
hidrogen sulfida.
Na2S Natrium sulfida 920 1180 1313-82-2
adalah bahan kimia
industri penting,
digunakan dalam
manufaktur kertas
kraft, pewarna,
penyamakan kulit,
pengolahan minyak
mentah, pengolahan
polusi logam berat,
dan lain-lain.
ZnS Seng sulfida 1185 1314-98-3
digunakan untuk
lensa dan peralatan
optik lainnya pada
bagian spektrum
inframerah. Seng
sulfida yang didoping
dengan perak
digunakan dalam
detektor alfa,
sementara seng
sulfida dengan
sekelumit tembaga
memiliki aplikasi
dalam garis
fotoluminesensi
untuk lampu darurat
dan tombol pemutar
arloji yang berpendar.
MeS Beberapa logam
arsenic digunakan
sebagai pigmen
dalam seni, meskipun
penggunaannya
mengundang
penolakan karena
toksisitasnya. Pigmen
arsenic meliputi
arsenic, raksa, dan
arsenic.
C6H4S Polifenilena sulfida 26125-40-
adalah suatu polimer 6225212-
yang umum disebut 74-2
"Sulfar". Unit
berulangnya terikat
satu sama lain
melalui tautan sulfida
(tioeter).
SeS2 Selenium disulfida <100 7488-56-4
adalah suatu
antijamur yang
digunakan dalam
preparat anti-
ketombe, seperti
Selsun Blue. Adanya
selenium yang sangat
beracun dalam
produk kesehatan dan
kosmetika merupakan
masalah kesehatan
dan lingkungan yang
umum.
FeS2 Kisi kristal pirit 600 1317-66-4
tersusun dari besi
disulfida, yang mana
besi berbentuk
divalen dan hadir
sebagai ion ferro
(Fe2+)

h. Preparasi.
Senyawa sulfida dapat disiapkan dengan beragam cara :
Kombinasi langsung unsur-unsurnya:
Contoh: Fe(s) + S(s) → FeS(s)
Reduksi sulfat:
Contoh: MgSO4(s) + 4 C(s) → MgS(s) + 4 CO(g)
Presipitasi sulfida tak larut:
Contoh: M2+ + H2S(g) → MS(s) + 2 H+(aq)
i. Keselamatan.
Banyak sulfida logam sangat tidak larut dalam air sehingga mereka mungkin tidak
terlalu beracun. Beberapa sulfida logam, ketika terpapar asam mineral kuat, termasuk
asam lambung, akan membebaskan hidrogen sulfida yang beracun.
Sulfida organik sangat mudah terbakar. Ketika sulfida terbakar, akan membebaskan
gas belerang dioksida (SO2).
Hidrogen sulfida, beberapa logamnya, dan hampir semua senyawa sulfida organik
mempunyai bau busuk dan menyengat yang dihasilkan dari pembusukan biomassa.

Anda mungkin juga menyukai