Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN I

SINTESIS ETIL ASETAT

I. Tujuan Percobaan
- Memahami reaksi esterifikasi asam karboksilat dan alkohol
- Memahami rangkaian proses sintesis etil asetat
- Mampu menghitung randemen etil asetat hasil reaksi

II. DasarTeori

Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon
dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus
-COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah
gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen). (Clark, 2007).
O

R C OR'

Gambar 1.Rumus kimia ester (Hart, 2003)


Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang menggandung gugus CO2R dengan
R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi
berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel (Carey, 1993).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu
asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982). Laju esterifikasi suatu asam
karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam
dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester
(Fessenden, 1982). Secara umum reaksi esterifikasi dapat ditulis sebagai berikut :

Gambar2. Reaksi esterifikasi (Siregar, 1988)

1
Reaksi asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa ester melalui reaksi yang
dikenal dengan nama esterifikasi menggunakan katalis asam (Riswiyanto, 2009). Bila asam
karboksilat dan alkohol dipanaskan dalam suasan asam (HCl atau H2SO4) maka kesetimbangan
antara ester dan air akan terjadi.
Walaupun reaksi berada dalam kesetimbangan, pereaksi ini dapat digunakan untuk membuat
ester dengan hasil yang memuaskan dengan jalan mendorong ksetimbangan ke kanan dengan
berbagai cara (Siregar, 1988). Salah satu cara yaitu dengan menggunakan salah satu zat pereaksi
yang murah secara berlebihan dan membuang salah satu produk dalam campuran reaksi. Laju
esterifikasi asam karboksilat terutama pada halogen sterik daam alkohol dan asam
karboksilatnya. Esterifikasi melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Dalam reaksi
esterifikasi yang terputus adalah C-O dari asam karboksilat, bukan OH dari asam atau ikatan C-
O dari alkohol.
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang
mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut
akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. (Anonim, 2011).
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk
uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Kondensor yang digunakan adalah pendingin bola,
bukan pendingin Liebig, tujuannya untuk menghalangi uap pelarut tetap ada. Apabila
menggunakan Liebig, kemungkinan senyawa yang akan disintesis tidak ada hasilnya, karena
kesemuanya sudah menguap. (Anonim, 2011).

2
Gambar 3.Refluks
Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu campuran yang
berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu-campur dan
mudah menguap. Selain itu komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap
dan hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompok-kelompok
komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula proses
penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponennya berdasarkan perbedaan titik
didihnya. (Rahayu, 2009).

Gambar 4.Ekstraksi destilasi

3
Etil asetat (etil etanoat) adalah ester cair yang mudah terbakar, C2H5OOCH3, titik leleh -810C,
titik didih 16,60C. Digunakan sebagai pelarut dalam bahan cita rasa dan parfum (Daintith, 1997).
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan
ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma
khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili
asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. (Anonim, 2013).
Gambar 5.Etilasetat

Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan
tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan
air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air
yang mengandung basa atau asam.Berikut ini adalah reaksi pembentukan etil asetat :

H2SO4
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O

Asam asetat Etanol Etil asetat Air

Gambar 6.Reaksi pembentukan etil asetat (Fassenden, 1982)

Disamping itu etil asetat merupakan senyawa yang dihasilkan dari pertukaran gugus hidroksil
pada asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon yang terdapat pada etanol. Etil asetat seringkali
disintesis dengan menggunakan katalisator cair berupa asam sulfat. Penggunaan katalisator asam
sulfat dapat menghasilkan konversi yang cukup tinggi yaitu dapat mencapai 98%. Tetapi
penggunaan asam sulfat sebagai katalisator mempunyai beberapa kelemahan antara lain, unit
pengolahan limbah mempunyai beban semakin besar dengan adanya asam sulfat yang tidak

4
terpisahkan dari pemurnian dan tingkat korosifitas yang tinggi terhadap peralatan. Untuk itu
diperlukan suatu langkah untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan penggunaan
katlisator padat yaitu berupa resin penukar ion. Katalisator resin penukar ion mempunyai
beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam pemisahan hasil, sehingga masalah limbah
khususnya dari katalisator dapat diatasi (Nuryoto, 2008).
Langkah-langkah pembuatan reaksi esterifikasi suasana asam (etil asetat):
Langkah 1
Gugus karbonil dari asam terprotonasi secara reversible. Langkah ini menjelaskan
bagaimana katalis asam bekerja. Protonasi meningkatkan muatan positif pada karbin kaboksil
dan menambah reaktivitasnya terhadap nukleofili.
Langkah 2
Inilah langkah yang menentukan. Alkohol sebagai neukleofili menyerang karbon karbonil
dari asam yang terprotonasi. Inilah langkah yang membentuk ikatan baru C-O (ikatan ester).
Langkah 3 dan 4
Kedua langkah ini merupakan kesetimbangan yang mana oksigenya lepas atau
memperoleh proton. Kesetimbangan asam-basa seperti ini bersifat reversibel dan berlangsung
cepat dan terus menerus berjalan dalam larutan bersuasana asam dari senyawa yang mengandung
oksigen. Pada langkah 4, tidak jadi masalah mana gugus OH yang terprotonasi karena gugus
tersebut setara.
Langkah 5
Pada langkah ini terbentuk air, yaitu satu produk dari reaksi keseluruhan. Supaya langkah
ini berlangsung, gugus OH harus terprotonasi untuk meningkatkan kapasitas gugus perginya.
Langkah 6
Langkah deprotonasi ini menghasilkan ester dan meregenerasi katalis asam (Hart, 2003).

Mekanisme reaksi esterifikasi suasana asam (etil asetat):

5
OH OH
O
R C H+ 2
HO C R HO C R
1
OH
R' O H R' O H

3 -H-

OH OH
H+
R C OH2 HO C R
4
O R' O R'

5 -H2O

OH2 O
H+
R C R C
6
O R'
O R'

Hasil teoritis (theoretical yield) dari suatu hasil reaksi merupakan hasil maksimum yang
mungkin dapat diperoleh jika rektan hanya menghasilkan senyawa tersebut tanpa adanya reaksi
samping. Hasil teoritis adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan. Hasil yang sebenarnya
diperoleh (actual yield) adalah jumlah hasil reksi yang sebenarnya diperoleh dari percobaan.
Hasil persentase (rendemen) adalah ukuran efisiensi suatu reaksi dan disebut sebagai
(Brady,1999):
yield sebenarnya
%Yield 100%
yield teoritis

Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum sintesis etil asetat adalah sebagai berikut :
Aquadest
Rumus molekul : H2O
Bentuk Fisik : Cair
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Suhu Didih : 100 oC
Densitas : 1 g/ml
Asam Asetat

6
Rumus molekul : CH3COOH
Bentuk Fisik : Cair
Berat Molekul : 60,05 g/mol
Suhu Didih : 118,1oC
Suhu Lebur : 16,6oC
Suhu Kritis : 321,67oC
Densitas : 1,049 g/ml
Asam Sulfatpekat
Rumus Molekul : H2SO4
Bentuk Fisik : Cair
Berat Molekul : 98,08 g/mol
Suhu Didih : 270oC
Suhu Lebur : -35 oC
Tekanan Kritis : 64 bar
Densitas : 1,84 g/ml
Kalsium klorida anhidrat
Rumus Molekul : CaCl2
Bentuk Fisik : serbuk, hablur putih
Berat Molekul : 110,98 g/mol
Suhu Didih : 1935oC
Suhu Lebur : 772 oC
Bau : tidakberbau
Densitas : 2,15 g/ml
Sifat : larut dalam CH3COOH, alkohol, tidak larut dalam NH3, etil asetat
Etanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Bentuk Fisik : Cair
Berat Molekul : 46,04 g/mol
Suhu Didih : 78oC
Suhu Lebur : -114,1oC
Densitas : 0,790 g/ml
Natrium Karbonat
Rumus Molekul : Na2CO3
Bentuk Fisik : Padat
Berat Molekul : 105,99 g/mol
Warna : Putih
Suhu Lebur : 851 oC
Densitas : 2,532 g/ml
Produk yang dihasilkan :
Etil Asetat
Rumus Molekul : CH3COOC2H5
Bentuk Fisik : Cair
Berat Molekul : 88,11 g/mol
Suhu Didih : 77oC

7
Suhu Lebur : -83oC
Suhu Kritis : 250oC
Densitas : 0,902 g/ml

III. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :


Nama alat Ukuran Jumlah
Corong pisah - 1
Erlenmeyer - 1
Gelas ukur 10 ml 1
100 ml 1
Kondensor destilasi - 1
Pipa L - 1
Alonga - 1
Labu didih leher 3 - 1
Kondensor bola - 1
Pipet tetes - 1
Termometer - 1
Pipa penyumbat bola - 1
Heater / hot plate - 1
Beaker glass 50 ml 1
250 ml 1
Neraca digital - 1

Bahan-bahan yang digunakan :

Nama bahan Massa (gr) Volume (ml)


Asam asetat (CH3COOH) - 50 ml
Asam sulfat pekat - 10 ml
CaCl2 anhidrat 50 gr -
Etanol (C2H5OH 96%) - 50 ml
Aquadest - 50 ml

8
IV. Cara Kerja

9
V.Hasil Percobaan dan Pembahasan
a. Hasil percobaan
- Berat beaker glass kosong = 35,9136 gr.

10
- Berat beaker glass + etil asetat = 69,5807 gr
- Berat etil asetat = (berat beaker glass + etil asetat) (berat beaker glass kosong)
F = (69,5807 35,9136 gr)
F = 33,6671 gr.
- Volume etil asetat = 25 ml

b. Pembahasan

Dalam bidang ilmu kimia, ester merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus
OH pada asam karboksilat (RCOOH) diganti menjadi gugus R (alkil) sehingga menjadi ester
dengan rumus RCOOR. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi. Ester yang sering
digunakan adalah etil asetat. Dimana etil asetat diperoleh dari reaksi esterifikasi antara asam
asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis asam sulfat (H2SO4).
Etil etanoat merupakan senyawa organik berwujud cair, tidak berwarna dan titik didih
770C. Etil etanoat/etil asetat dibuat melalui rekasi esterifikasi senyawa asam asetat dengan
alkohol pada suasana asam dan dipanaskan. Pada percobaan pembuatan etil etanoat ini, mula-
mula gugus karbonil asam asetat diprotonasi oleh katalis asam (gugus H+).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, senyawa etil asetat yang dibuat berasal dari
alkohol 96% 50 ml dan asam asetat 50 ml, dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan
memiliki aroma yang khas melalui proses esterifikasi. Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi
yang bersifat reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol
dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air, artinya
bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam
asetat dan alkohol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka
diusahakan agar reaksi cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat
berlebih yang dalam percobaan ini alkohol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam
asetat. Berdasarkan reaksi esterifikasi yang terjadi, dapat dilihat pada reaksi berikut :

Berdasarkan reaksi di atas, proses protonasi sangat dibutuhkan dalam reaksi ini, karena
dapat menaikkan muatan positif pada atom karbon karbonil. Karena tanpa adanya H +, oksigen
yang terikat pada C karbonil memiliki keelektronegatifan yang besar sehingga adanya efek imbas
indeks dapat menyebabkan C karbonil berkurang keelektronegatifannya karena O akan

11
cenderung memberikan elektronegatifan. Akan tetapi dengan adanya protonasi pada oksigen
karbonil menyebabkan oksigen lebih cenderung memberikan elektron pada H + sehingga muatan
positif dari karbon karbonil meningkat dan menyebabkan keadaan yang baik penyerangan
nukleofilik. Dimana yang bertindak sebagai gugus nukleofilik di sini adalah gugus OH dari
etanol. Gugus OH merupakan gugus masuk yang baik sehingga akan menyerang karbon karbonil
pada asam asetat yang telah terprotonasi.

H2SO4
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O

Asam asetat Etanol Etil asetat Air

Reaksi selanjutnya merupakan tahap terjadinya adisi nukleofilik, yakni gugus OH (pada

etanol) kemudian terjadi ikatan C-O yang baru atau ikatan ester baru. Setelah adisi nukleofilik

maka reaksi dilanjutkan dengan deprotonasi/penghilangan gugus H+ pada ikatan ekster yang

baru. Deprotonasi ini dilakukan dengan tujuan untuk membentuk ikatan C-O yang stabil.

Karena digunakan katalis asam dari reaksi akan terbentuk kembali H+. Hal ini
memberikan peluang untuk terjadinya protonasi. Protonasi ini sangat di butuhkan karena melihat
bahwa OH pada gugus asam asetat merupakan gugus pergi yang jelek karena OH memiliki
keelektonegatifan sehingga kemampuan untuk terikat pada C yang parsial (+) sangat besar
(karena adanya perbedaan momen dipol menyebabkan OH enggan pergi). Untuk itu dibutuhkan
protonasi hingga terbentuk +OH2 yang merupakan gugus pergi yang baik.
Pada tahap akhir dari reaksi ini adalah lepasnya air dan putusnya ikatan C-O. Akan tetapi
karena reaksi ini merupakan kesetimbangan maka air yang dilepaskan akan menyerang kembali
gugus karbonil yang terprotonasi. Ester yang dihasilkan (yang berprotonasi) akan melepaskan
protonnya dan membentuk etil asetat/etil etanoat sebagai produk akhir.
Dalam percobaan ini digunakan katalis asam, asam yang digunakan adalah asam kuat
yaitu H2SO4 pekat. Fungsi dari katalis asam ini adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Pada reaksi esterifikasi ini, peran asam tersebut adalah untuk mempercepat terbentuknya
senyawa ester. Selain itu, dilakukan juga proses pendinginan ketika penambahan asam sulfat
pekat. Hal ini dikarenakan reaksi yang bersifat eksoterm, yaitu panas dilepaskan dari sistem ke

12
lingkungan. Kemudian reaksi juga dilakukan dengan cara direfluks selama 30 menit. Refluks
adalah proses penambahan panas pada suatu larutan sehingga dapat meningkatkan energi
aktivasi. Tujuan refluks adalah untuk memutuskan ikatan rangkap C dan O sehingga
memudahkan gugus OH yang bertindak sebagai nukleofilik untuk menyerang karbon karbonil
atau agar asetat yang dihasilkan lebih banyak. Pada saat proses refluks ini, suhu harus dijaga agar
tetap konstan ( 60C). Jika suhu terlalu rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu
terlalu tinggi, maka alkohol akan menguap.
Setelah direfluks, kemudian diambil volume larutan hasil refluks yang diperoleh yaitu2/3
dari volume sebelumnya ( 60 ml). Volume 60 ml yang diperoleh, kemudian ditambahkan
dengan CaCl2 25 gr yang telah dilarutkan dalam 25 ml aquadest. Penambahan ini bertujuan untuk
mengektraksi asam sisa dalam larutan etil asetat. Dari hasil percobaan terlihat ada dua lapisan,
dimana lapisan atas adalah etil asetat (jernih), sedangkan lapisan bawah adalah larutan sisa asam
dalam air (keruh), hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis. Dimana CaCl2yang larut
dalam air memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan senyawa organik yang
terbentuk. Selain hal tersebut, sifat kelarutannya juga mempengaruhi terjadinya pemisahan,
dimana senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, sedangkan pelarut non polar akan larut
pada senyawa non polar. Pencucian dengan CaCl2 dilakukan 2 kali, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan etil asetat yang murni. Kemudian didiamkan dahulu selama 20 menit, setelah itu
baru didestilasi.
Destilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan sebagai teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan titik didih masing-masing komponen yang akan dipisahkan.
Tujuan dari proses destilasi ini untuk pemurnian sampel yaitu memisahkan etil asetat dengan air
agar mendapatkan etil asetat murni, karena produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O (air).
Destilasi dilakukan pada suhu 74 79 C, kemudian hasil destilasi ditimbang dengan neraca
digital.
Pada waktu percobaan kemarin, pemisahan antara etil asetat dan air tidak berlangsung
sempurna, hal ini dikarenakan CaCl2 yang digunakan seharusnya memakai CaCl2 anhidrat tetapi
yang kita pakai pada percobaan kemarin menggunakan CaCl2. H2O. Fungsi CaCl2 adalah untuk
mencuci hasil refluks yang telah diambil 60 ml agar didapatkan etil asetat murni. Pada saat

13
didestilasi juga tidak terpisah secara sempurna, hal ini dikarenakan ada kebocoran pada pipa L
dan alonga.

VI. Simpulan dan Saran


A. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

14
1. Proses esterifikasi alkohol dan asam asetat akan menghasilkan senyawa ester dengan
menambahkan katalis asam kuat untuk mempercepat reaksi esterifikasi. Adapun
persamaan reaksi esterifikasi alkohol dan asam asetat yaitu :
H2SO4
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Asam asetat Etanol Etil asetat Air
2. Proses esterifikasi adalah proses pembentukan senyawa ester dari alkohol dan asam
karboksilat dengan menggunakan katalis asam kuat dengan reaksi :

B. Saran
- Supaya proses esterifikasi berjalan sempurna, pada saat direfluks temperatur campuran
harus dijaga pada suhu 600C
- Setelah suhu tercapai, heater dimatikan dahulu karena bila dilanjutkan suhu akan terus
naik dan ini menyebabkan etanol banyak yang menguap
- Pada saat melakukan destilasi, dicek semua peralatan, hal ini untuk mencegah
kebocoran pada sambungan peralatan seperti di pipa L dan alonga

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid Satu. Binarupa Aksara: Jakarta.

15
Carey, F. 1993. Advanced Organic Chemistry Part B : Reaction a Syntesis. Plenum Press.
London
Clark, J. 2007. Pembuatan Ester. Penerbit USU. Medan.
Fessenden, 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Bina Pura Bangsa, Jakarta.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Erlangga:
Jakarta.
Nuryoto. 2008. Studi Kinerja Katalisator Lewatit Monoplus s-100 pada Rekasi Esterifikasi
antara Etanol dan Asam Asetat, http://journal.ugm.ac.id/jrekpros/
article/download/551/369., diakses tanggal 27 Februari 2017.
Riswiyanto, 2009, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Siregar, M., 1988, Dasar-Dasar Kimia Organik , Depdikbud, Jakarta.
Tim Pengampu Kimia Organik, 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Kudus : STIKES
Muhammadiyah Kudus

16

Anda mungkin juga menyukai