KIMIA ORGANIK
OLEH:
KELOMPOK II
PENDAHULUAN
Lemak adalah ester yang mempunyai rantai panjang asam karboksilat dengan
trihidroksi alkohol (gliserol). Bau yang enak dan buah-buahan adalah campuran
Bau dari isopentenil asetat mirip dengan aroma buah pisang ataupun buah
satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus organik
(biasa dilambangkan dengan R). Asam oksigen adalah suatu asam yang
molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat terdisosiasi menjadi
ion H+.
Ester dapat dibuat dari reaksi antara lain klorida asam dengan suatu
alkohol dalam media basa seperti piridin, dari reaksi asam anhidrida dengan suatu
alkohol, dan juga reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol menggunakan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mensintesis butil asetat dari
Prinsip dari percobaan ini adalah sintesis butil asetat dimana n-butanol dan
asam asetat glasial direaksikan dengan menggunakan katalis asam sulfat pekat,
TINJUAN PUSTAKA
2005):
a. Katalisator
dengan penambahan asam kuat, seperti asam sulfat atau asam klorida. Titik
ditingkatkan. Setiap kasus, sekarang secara umum digunakan sebuah katalis, yang
biasanya asam sulfat, dalam pencampuran dengan alkohol dan asam yang akan
direaksikan. Penggunaan katalis asam sulfat pada esterifikasi hanya sedikit tetesan
asam pekat perlu ditambahkan ke suatu campuran alkanol dan asam alkanoat
banyak sekitar 5% sampai 10% dari volume reaksi, asam sulfat tersebut akan
memiliki efek yang penting pada posisi kesetimbangan. Asam sulfat pekat
adalah dehydrating agent, sehingga memiliki ikatan yang kuat dengan air.
banyak asam sulfat merupakan pemborosan, tidak ekonomis dan sulit melakukan
pemisahan ester dari campuran reaksi. Katalisator basa tidak efektif karena
b. Suhu reaksi
dengan kenaikan suhu 10C. Oleh karena itu, panas digunakan untuk
reaksi dengan dasar bahwa molekul bergerak kira-kira lebih cepat pada suhu
yang lebih tinggi dan konsekuensinya tumbukan satu sama lain lebih sering.
Selama suhu meningkat tidak hanya sering terjadi tumbukan molekul, tetapi
bergerak lebih cepat. Pada suhu tinggi presentase hasil tumbukan dalam sebuah
reaksi kimia lebih luas karena presentase molekul yang memiliki energi
sebagainya).
dengan berbahan dasar asam karboksilat. Ester asam karboksilat ini merupakan
senyawa yang mengandung gugus COOR dengan R yang berbentuk alkil
rendemen tinggi dari ester tersebut, kesetimbangan harus di geser kearah sisi ester
dengan menambahkan salah satu pereaksi secara berlebih. Kekuatan asam dari
asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester
Menurut Rasyid (2007), proses esterifikasi antara asam lemak dan alkohol
akan menghasilkan senyawa ester dan air dapat dilihat pada Gambar 1.
R C O + R OH R C O+ H OH
OH OR'
Asam lemak Alkohol Ester Air
A+B C + D (1)
Asam asetat merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi
ion H+ dan senyawa CH3COO-. Senyawa ini bersifat korosif. Struktur asam asetat
secara alami diproduksi pada buah-buahan atau makananyang sudah basi. Cara
yang paling populer dalam pembuatan asam asetat melalui karbonilasi metanol.
ataupun secara terpisah-pisah. Proses pembuatan ester alkil (ester metil) untuk
Alkil ester adalah senyawa yang merupakan hasil dari reaksi esterifikasi
O
O
R' C O R
C O C R' C OH
O O
C O R'' + R OH R'' C O R + C OH
O
O
C O C R''' C OH
R''' C O R
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah n-butanol, asam asetat
glasial, asam sulfat pekat, akuades, NaHCO3, Na2SO4 anhidrat, kertas saring
whatman 42, aliminium foil, plastik wrap, es batu, vaselin, tissue roll, plat KLT,
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat-alat gelas yang
magnetik bar, botol vial, batu didih, blender, isolator air, chamber, pipa kapiler,
statif dan klemnya, pisau, neraca analitik, hot plate, FTIR, dan refraktometer.
tetes asam sulfat pekat. Kemudian dicampurkan 7,65 mL (6,1506 g, 0,0829 mol)
n-butanol yang telah dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian alat refluks
dirangkai untuk merefluks bahan yang telah dicampurkan selama 1-3 jam pada
suhu 110oC sehingga digunakan penangas minyak. Larutan hasil refluks diuji
refluks. Plat KLT ukuran 5x1 cm diberi garis atas 0,3 cm dan bawah sejauh 0,7
cm. Kemudian larutan ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler. Lalu
akuades maka akan terbentuk dua fasa, yaitu lapisan atas adalah lapisan organik
dan lapisan bawah adalah lapisan air. Setelah itu, campuran dikocok dan
dikocok dan didiamkan lalu dipisahkan hingga tersisa lapisan organik. Larutan
jenuh untuk membuang sisa asam yang ada dalam larutan kemudian dipisahkan.
3.3.3 Pengeringan
saring whatman 42. Larutan dimasukkan dalam botol vial dan diberi label.
mempunyai sifat yang khas yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya
ditambah. Jika konsentrasi alkohol dan asam karboksilat 1:1 maka konsentrasi
ester yang dihasilkan akan menjadi lebih sedikit. Tetapi bila menggunakan katalis
asamsulfat atau asam klorida, kesetimbangan reaksi akan tercapai dalam beberapa
molekul dari alkohol, suhu proses dan konsentrasi katalis maupun reaktan.
Pada sintesis butil asetat digunakan bahan dasar n-butanol dan asam asetat
glasial yang dikatalisis oleh asam sulfat pekat. Pada percobaan ini yang berfungsi
sebagai pereaksi pembatas adalah n-butanol karena larutan ini yang membatasi
tergantung dari banyaknya n-butanol yang digunakan. Reaksi yang terjadi dapat
CH3 C O H H+ CH3 C+ O H
H H
H
H O O
CH3 CH2 CH2 CH2 O+ C CH3 CH3 CH2 CH2 CH2 O C CH3
O O
H H
O
-H2O
CH3 CH2 CH2 CH2 O C+ CH3 CH3 CH2 CH2 CH2 O C CH
3
O Butil Asetat
H
Gambar 5. Reaksi esterifikasi n-butanol dan asam asetat
Campuran larutan tersebut kemudian direfluks selama 1-3 jam agar reaksi
uap dengan pendingin air dan kembali menguap ke labu reaksi. Selama proses
refluks suhu dijaga agar tidak melebihi 110C, ini merupakan suhu maksimum
dari larutan tersebut. Hal ini karena dikhawatirkan pada suhu yang lebih besar
ditambahkan batu didih, dengan tujuan meratakan panas dan tidak terjadi
bumping. Proses refluks ini berlangsung konstan pada suhu 102C. Proses refluks
tentu juga didukung oleh adanya katalis asam sulfat pekat tapi masih saja
memerlukan waktu yang sangat lama, karena katalis yang digunakan kurang
uji KLT untuk mengetahui bahwa reaksi pembentukan ester sudah terjadi. Namun,
kendala yang diperoleh bahwa tidak adanya eluen yang cocok untuk mengelusi
Hasil refluks (n-butil asetat, air, alkohol, dan sisa asam) kemudian
akuades berfungsi sebagai pelarut polar untuk menarik larutan pengotor yang
bersifat polar seperti alkohol atau sisa asam. Setelah itu dikocok dan dipisahkan,
lapisan atas merupakan lapisan organik (butil asetat) dan lapisan bawah
merupakan lapisan polar (air dan senyawa polar lainnya). Proses ini dilakukan
sebanyak dua kali tetapi dengan penambahan akuades kemudian lapisan bawah
disisihkan.
atau pengotor lain yang bersifat polar akan mengikuti air. Alasan fasa organik
berada di atas dan air berada di bawah dikarenakan massa jenis air lebih besar dari
pada massa jenis organik yaitu ester. Massa jenis air yaitu 1 gr/cm3 sedangkan
ketika direaksikan dengan asam akan membentuk gas CO2 dan H2O. Kemudian
pengotor. Penambahan air akan membentuk du fasa pada larutan, lapisan bawah
penambahan Na2SO4 anhidrat yang berfungsi sebagai pengikat air yang terikut ke
fase organik ini. Na2SO4 anhidrat merupakan agen pengering yang dapat
mengikat 7 molekul air. Untuk dapat mengetahui apakah lapisan organik sudah
bebas air atau tidak dapat diamati dari kejernihan fase organiknya. Jika fase
organiknya sudah tidak keruh (jernih) maka berarti seluruh molekul air sudah
diikat oleh Na2SO4 anhidrat. Selain itu, adanya gumpalan-gumpalan dari Na2SO4
akibat molekul tersebut sudah mengikat molekul air. Kemudian, Larutan disaring
untuk memisahkan fase organiknya. Fase organik tersebut diukur indeks biasnya
untuk meyakinkan bahwa yang diperoleh adalah butil asetat, indeks bias yang
diperoleh adalah 1,391 sedang indeks bias butil asetat secara teori adalah 1,387.
Hasil yang tidak terlalu jauh menandakan n-butil asetat yang dihasilkan pada
percobaan memiliki kemurnian yang cukup baik. Kemudian diuji dengan FTIR.
menandakan adanya gugus Csp3-H. Serapan pada daerah 1442 cm-1 menunjukan
adanya gugus metilen. Adanya serapan pada daerah 1463 cm-1 dan 1367 cm-1
menunjukan adanya gugus metil. Serapan pada daerah 1741 cm-1 menandakan
adanya gugus karbonil (C=O) ester. Adanya serapan pada daerah 1240 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-O ester. Serapan pada daerah 3500-an cm-1
menandakan adanya OH. Hal ini dikarenakan masih adanya air atau alkohol yang
5.1 Kesimpulan
butil asetat dapat disintesis dari n-butanol dan asam asetat glasial dengan katalis
5.2 Saran
Adapun saran pada percobaan ini adalah dapat digunakan jenis asam
karboksilat lainnya sebagai pengganti asam asetat glasial, mengganti jenis katalis
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 2006, Kimia Orgaik Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Prakoso, T., Kurniawan, I.B., dan Nugroho, R.H., 2007, Esterifikasi Asam Lemak
Bebas dalam Minyak Sawit Mentah untuk Produksi Metil Ester, Jurnal
Teknik Kimia Indonesia, 6(3); 705-709.
Rasyid, R., 2007, Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi
Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel, Jurusan
Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia, 3 (10), 305-309.
Riyanto, 2006, Produksi Asam Asetat dari Etanol dengan Cara Elektrolisis,
Logika, 3 (2), 61-70.
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan
= 12,3012 gram
= 21 gram
= 19,2908 gram
= 0,88 gram
berat praktek
% rendemen x100%
berat teori
0,88 gram
= x100%
19,2908 gram
= 4,56 %