PEMBAHASAN
Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekuk protein berubah,
maka dapat dikatakan protein tersebut terdenaturasi. Sebagian protein globular
mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan ikatan yang membentuk konfigurasi
molekul tersebut rusak, molekul akan mengembang. Kadang kadang perubahan
ini memang dikehendaki dalam pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap
merugikan sehingga perlu dicegah.
Sisi merugikan dari denaturasi :
1. Protein kehilangan aktivitas biologi
2. Pengendapan protein
3. Protein kehilangan beberapa sifat fungsional
Sisi menguntungkan dari denaturasi:
1. Denaturasi panas pada inhibitor tripsin dalam legum dapat meningkatkan
tingkat ketercernaan dan ketersediaan biologis protein legume
2. Protein yang terdenaturasi sebagian lebih mudah dicerna, sifat pembentuk
buih dan emulsi lebih baik daripada protein asli.
3. Denaturasi oleh panas merupakan prasyarat pembuatan gel protein yang
dipicu panas.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan suatu protein mengalami
denaturasi antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
pH
Suhu Lingkungan
Alkohol
Aliran Listrik
Agen Pereduksi
Tekanan
Senyawa Kimia
protein yang dapat memutus kandungan struktur dari protein tersebut karena
terjadi subtitusi ion negatif dan positif pada garam dengan ion positif dan negatif
pada asam atau basa (Vladimir, 2007). Reaksi ini terjadi di dalam sistem
pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi.
miofibril,
dan protein
jaringan
ikat.
Protein
sarkoplasma adalah protein larut air karena umumnya dapat diekstrak oleh air dan
larutan garam encer.Protein miofibril terdiri atas aktin dan miosin, serta sejumlah
kecil troponin dan aktinin. Protein jaringan ikatini memiliki sifat larut dalam
larutan garam. Protein jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut,
terdiri atas protein kolagen, elastin, dan retikulin (Muchtadi & Sugiono 1992).
Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air, 20% protein, 9%
lemak dan 1% abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan yang akan
menurunkan persentase air dan protein serta meningkatkan persentase lemak.
1.2 Koagulasi
Koagulasi merupakan proses lanjutan yang terjadi ketika molekul protein
yang didenaturasi membentuk suatu massa yang solid. Cairan telur (sol) diubah
menjadi padat atau setengah padat (gel) dengan proses air yang keluar dari
struktur membentuk spiral-spiral yang membuka dan melekat satu sama lain.
Koagulasi ini terjadi selama rentang waktu temperatur yang lama dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya seperti panas, pengocokan,
pH, dan juga menggunakan gula dan garam.
Hasil dari proses koagulasi protein biasanya mampu membentuk
karakteristik yang diinginkan. Yaitu mengental yang mungkin terjadi pada proses
selanjutnya setelah denaturasi dan koagulasi. Kekentalan hasil campuran telur
mempengaruhi keinginan untuk menyusut atau menjadi lebih kuat.
2.3 Contoh kerusakan protein pada makanan.
Pengolahan pada bahan makanan khususnya daging melibatkan proses
pemanasan, pendinginan, pengeringan, serta penambahan bahan kimia. Ada pula
yang melibatkan fermentasi, radiasi, dan perlakuan-perlakuan lainnya. Tetapi,
proses pemanasan lah yang merupakan proses yang paling banyak diterapkan dan
dipelajari di lingkungan sekitar kita ini.
Menurut Purnomo (1997) pengolahan daging dengan menggunakan suhu
tinggi akan menyebabkan denaturasi protein sehingga terjadi koagulasi dan
menurunkan solubilitas atau daya kemampuan larutnya akan menurun. Proses
pemasakan cepat akan membuat daging menjadi liat karena selama pemanasan
terjadi denaturasi protein dan denaturasi collagen, yang diikuti dengan penyusutan
dan penegangan jaringan ikat, sehingga daging menjadi liat. Peliatan terjadi saat
protein mengalami denaturasi pada suhu 50-80C. Denaturasi pertama terjadi pada
suhu 45C yaitu denaturasi miosin dengan adanya pemendekan pada otot.
Denaturasi maksimal terjadi pada suhu 50-55C atau biasa disebut Aktomiosin
dan protein sarkoplasma pada 55-65C.
enzim
enzim oksidatif dan hidrolitik lainnya. Jika gagal menginaktivasi enzim-enzim ini
maka akan mengakibatkan off flavour, ketengikan, perubahan tekstur, dan
perubahan warna bahan pangan selama penyimpanan. Oleh karena itu, sering
dilakukan
inaktivasi
enzim
dengan
menggunakan
pemanasan
sebelum
proses
denaturasi
protein
daging.
Penurunan
pH
akan
mempengaruhi sifat fisik daging. Laju penurunan pH otot yang cepat akan
10
enzim
dalam
proses
pengolahan
pangan
berawal
dari
ketidaksengajaan karena enzim sudah ada secara endogenus dalam bahan dan/atau
karena keterlibatan mikroorganisme selama tahapan proses. Misalnya, pada proses
pengolahan minuman beralkohol dan keju. Dengan kemajuan teknologi, peran
enzim dalam produksi pangan sudah dilakukan optimasi terhadap kondisi proses
sehingga aktivitas enzim dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Pada beberapa produk, peranan enzim endogenus tidak memadai, sehingga
muncul ide untuk menambahkan enzim dari luar (eksogenus) untuk memperoleh
hasil yang diharapkan dengan waktu yang lebih cepat. Bahkan, untuk tujuan
11
tertentu dan untuk memperoleh citarasa yang baru, enzim dapat ditambahkan ke
dalam bahan. Ketika enzim dipertimbangkan untuk digunakan dalam pengolahan
pangan, maka sangat penting menjamin bahwa proses tersebut memberikan
keuntungan terhadap perbaikan mutu maupun keuntungan komersial. Keuntungan
komersial penggunaan enzim dapat ditinjau dari beberapa aspek seperti, konversi
bahan baku menjadi produk jadi yang lebih baik, keuntungan terhadap
lingkungan, penghematan biaya pada bahan baku, atau standarisasi dari proses.
Enzim pada makanan, merupakan aplikasi enzim yang sangat banyak
digunakan dan masih menunjukkan dominasi pada pemasaran enzim. Pada
industri pangan, beberapa produk yang melibatkan enzim selama tahapan
pengolahan adalah produk susu (keju, yogurt dan susu fermentasi lainnya), bir,
roti, dan banyak lagi lainnya.
Enzim merupakan komposisi penting pada sebagian besar produk roti.
Banyak enzim yang akhir-akhir ini ditemukan memberikan manfaat yang sangat
besar pada pembuatan roti karena mulai dibatasinya penggunaan bahan tambahan
kimia, khususnya pada pembuatan roti dan produk fermentasi lainnya.
Penambahan enzim pada tepung dan adonan merupakan langkah yang biasa
digunakan untuk standarisasi tepung dan juga membantu mempercepat proses
pematangan. Enzim biasanya ditambahkan untuk modifikasi dough rheology,
retensi udara dan melembutkan remahan pada produksi pembuatan roti, untuk
modifikasi dough rheology pastry dan biskuit, untuk mengubah kadar kelembutan
produk pada pembuatan kue dan mengurangi pembentukan akrilamid.
Dari beberapa uraian di atas, kita bisa tinjau bahwa enzim memainkan
peran yang sangat penting. Namun, kita tidak bisa hindari jika suatu saat ada
kondisi dimana adanya kerusakan yang terjadi pada enzim. Contohnya saja,
semua makanan mentah mengandung enzim. Enzim adalah substansi yang kita
dapatkan melalui makanan. Limpahan enzim dari buah dan sayur segar sangat
meringankan kerja organ penghasil enzim dalam tubuh. Sayangnya, enzim yang
sangat penting ini akan rusak sebagian bahkan keseluruhan dengan adanya
pemanasan. Rusaknya enzim dimulai pada suhu 48oC. Seiring meningkatnya suhu
12
pemanasan, makin parah pula kerusakan enzim dan pada saat suhu mencapai 115
o
13