Anda di halaman 1dari 4

IKLIM AKADEMIK

Kita tentunya tahu, dalam dunia perkuliahan banyak perubahan yang terjadi, dimana
terjadinya perubahan lingkungan dan kondisi dari kehidupan SMA yang diatur ke kehidupan
perkuliahan yang serba mandiri. Saat kita masuk dalam dunia perkuliahan juga, tentunya kita
berkumpul dengan teman-teman lain dengan berbagai suku, budaya, dan kultur yang berbeda.
Itupun karena pembawaan sejak duduk di bangku SMA. Oleh karena itu, dibutuhkannya
penyatuan karakter tanpa maksud merubah secara keseluruhan, agar kita dapat hidup satu dalam
berbagai perbedaan.
Saat ini kita melihat para mahasiswa datang dengan budaya yang bisa dikatakan serba
modern, dimana beberapa mahasiswa menganggap kampus sebagai tempat untuk adu gaya dan
adu tenar, ataupun sebagai tempat untuk memperjuangkan cinta. Hal itu sebenarnya sudah
melenceng dari karakter mahasiswa yang sebenarnya. Dan tidak sedikit juga, baik mahasiswa
maupun dosen yang kadang bersikap egois atau mementingkan kepentingan sendiri dan kurang
peduli terhadap sesama, itu juga karena kurang tahunya mengenai karakter yang baik dan ideal.
Sehingga, dapat membuat istilah Bhineka Tunggal Ika ini berangsur-angsur hilang dari pikiran
mahasiswa.
Sejatinya, pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mengembangkan ilmu, melainkan
juga untuk membentuk karakter, keterampilan sosial, dan kepribadian yang baik. Ini merupakan
usaha yang baik, dimana dalam mengadakan pendidikan untuk mengasah kemampuan intelektual
kita, diberikan juga pendidikan karakter dan budaya akademik yang baik agar terciptanya
keseimbangan antara intelektual dan budaya yang sesuai dengan: Bhineka Tunggal Ika.
Ciri Khas Iklim Akademik
Setiap orang berasal dari kultur yang berbeda, sehingga tak heran jika kehidupan kampus
sangat beragam, begitu juga dalam hal belajar. Dan untuk mengatasi hal ini, tentunya kita perlu
melihat sikap-sikap yang ideal yang bisa menjadi acuan agar menjadi ciri khas dari kehidupan
akademik ini, tentunya di lingkungan Universitas Hasanuddin.
1. Adanya Komunikasi yang Baik

Ini merupakan salah satu ciri khas dari iklim akademik yang kondusif. Dimana
dalam kehidupan bersosialisasi ataupun dalam menuntut ilmu, kita perlu mengadakan
komunikasi dengan sesame, baik antar sesasama mahasiswa, sesame dosen, maupun
antara dosen dan mahasiswa. Hal ini mutlak diperlukan mengingat kita ini adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bayangkan saja, biarpun
kita ini hebat dalam intelektual, tapi kita kurang berkomunikasi dengan orang lain,
apakah ilmu kita ini akan tersalurkan ke orang lain? TIDAK. Begitu juga dalam menimba
ilmu, tentunya kita harus menjaga komunikasi dengan orang lain agar dapat berbagi ilmu,
saling memberi dan menerima ilmu. Banyak fungsi lain dari komunikasi ini, yaitu kita
bisa saling menyatukan pikiran dan pendapat, dan secara tidak langsung komunikasi ini
akan mengantar kita ke penyatuan budaya, karena sudah terbiasa dan sudah bisa saling
menghargai.
2. Etika Mahasiswa
Dalam kehidupan perkuliahan, kemampuan otak juga bukan menjadi bidang yang
paling diutamakan, melainkan karakter atau etika. Banyak ilmu yang dapat diperoleh dari
bagian ini, karena kita diajar bagaimana cara menerapkan ilmu yang telah didapatkan
oleh dosen maupun orang lain secara bijaksana dan tepat. Selain itu, adanya etika
mahasiswa yang baik tentunya akan menyatukan kita menjadi mahasiswa dengan
kehidupan sosial yang baik, harmonis, dan berbudaya luhur, dan satu.
3. Etika Dosen
Bukan hanya etika mahasiswa yang perlu diperhatikan, etika dosen juga tentunya
mempunyai kedudukan yang sama. Pada bagian ini, etika yang baik sangat diperlukan
agar dalam membagikan ilmunya kepada mahasiswa maupun orang lain, dapat
terciptanya rasa kekeluargaan, tanpa mengurangi rasa hormat antara mahasiswa dan
dosen.
4. Sikap Kritis
Hal pokok yang menjadi salah satu acuan yang dituntut dalam kehidupan
akademik perkuliahan adalah sikap kritis. Dalam sikap kritis ini, kita mampu menilai apa
yang baik dan mampu mempertahankan dan diperkuat dengan berbagai data dan
kemampuan logika yang ada. Dan dalam sikap kritis ini, otak kita bekerja keras dan
berusaha mencari tahu seluk-beluk dari suatu data yang belum diketahui, ataupun
menentang data yang sebenarnya salah dan berani mengubahnya.
5. Disiplin

Kita juga diajar bagaimana menggunakan waktu dengan baik, hidup dalam kedisiplinan,
dan lain sebagainya. misalnya bagaimana mengatur jadwal kegiatan luar kampus maupun
dalam kampus, mengerjakan tugas dan tepat waktu mengumpulkannya dan lain-lain.
Faktor-faktor yang Mengganggu Iklim Akademik
Dalam menciptakan iklim akademik tentunya tidak selalu berjalan mulus, terkadang ada
juga faktor-faktor penghambat. Diantaranya adalah:
1. Sikap Egois
Semua orang pasti memiliki rasa egois. Rasa egois ini dapat membuat kehidupan atau
iklim akademik kurang tercipta dengan baik. Ini bisa dilihat dalam kehidupan belajar.
Kita bisa melihat apa yang akan terjadi ketika teman kita tak mau membagikan ilmunya
kepada yang lain (bukan dalam hal mencontek pada saat ujian). Akan banyak dampak
yang ditimbulkan, misalnya orang menjadi bersikap tak senang pada teman tadi.
2. Masih terikat dengan kultur lama yang kurang baik
Hal ini juga termasuk sebagai faktor penghambat karena jika kita masih terikat dengan
kultur lama yang kurang baik, akibatnya kita belum siap terbuka dengan kultur yang lain
dan ini membuat adanya kesenjangan sosial terutama dalam dunia perkuliahan.
3. Anarkis
Sikap anarkis sering kali muncul dalam dunia mahasiswa, apalagi pada saat
menyampaikan aspirasinya di depan umum. Seringkali sikap kritis yang ingin
ditunjukkan berubah menjadi anarkis. Dan ini menjadi salah satu perusak dalam
kehidupan kemahasiswaan.
Penerapan Prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam Mengatasi Faktor-Faktor yang
Mengganggu Iklim Akademik
Untuk mengatasi faktor-faktor pengganggu, diperlukannya juga sikap yang baik dan
sesuai dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Diantaranya adalah:
1. Menghargai
Semua orang mempunyai pandangan yang berbeda, dan sikap menghargai ini dapat
mengatasi hal itu agar semua dan mendapat titik temu dari suatu masalah.
2. Toleransi
Semua orang memiliki perbedaan, dan untuk mengatasi ini, dibutuhkannya rasa toleransi
kepada sesame.

3. Saling Mengingatkan
Kita ini adalah satu, jadi apabila ada salah satu hal yang diperbuatnya dan itu ternyata
salah, maka kita sebagai mahasiswa harus saling mengingatkan bahwa itu salah dan
kembali menuntun ke arah yang lebih baik demi terciptanya kehidupan mahasiswa yang
kondusif

Anda mungkin juga menyukai