Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERBEDAAN SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN


SALAFIYAH DAN PESANTREN MODERN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Disusun oleh :
Gusnine Sari Maulidah (1808487)

PROGRAM STUDI KIMIA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pesantren di Indonesia merupakan pewaris sah atas khazanah literature


keilmuan Islam pada abad pertengahan. Pada dasarnya, pesantren merupakan
sistem pendidikan yang telah berkembang sejak lama. Pesantren sebagai lembaga
pendidikan memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan terkhusus di
perdesaan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah diakui
eksistensinya dan melekat kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal ini karena
pesantren berperan dalam sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajah.
(Yasmadi, 2005)

Dalam pesantren, materi yang diajarkan bukan hanya tentang ajaran-ajaran


Islam saja, melainkan juga mengajarkan tentang ilmu-ilmu umum, seperti
matematika, Bahasa asing, dan lain sebagainya, Pesantren sebagai
kemasyarakatan merupakan salah satu cara berjalannya proses perubahan sosial
dan kebudayaan di masyarakat.

Di Indonesia, pesantren dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu pesantren


salafiyah dan pesantren modern. Pada dasarnya kedua jenis pesantren ini
memiliki tujuan yang sama yakni mengajarkan ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu
dunia lain yang nantinya akan membuat generasi muda Muslim memiliki
orientasi yang seimbang antara urusan akhirat dan dunia. Namun, pada kedua
jenis pesantren ini memiliki metode/sistem pembelajaran yang berbeda serta
mempunya ciri khas kultural masing-masing. Hal tersebut akan dijelaskan lebih
lanjut dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pesantren Salafiyah
Salaf adalah sesuatu atau orang yang terdahulu. Pendidikan salafi adalah
sistem pendidikan yang tetap mempertahankan materi pelajaran yang
bersumber dari kitab-kitab Islam klasik, meskipun sekali waktu sistem
madrasah dipraktekan juga, sekedar untuk kemudahan pelaksanaan
sistem sorogan yang merupakan sendi utama. Pesantren yang
menerapkan pendidikan salafy tidak mengajarkan pengetahuan non
agama. (Ma’rif, Ahmad. 2017)
Pesantren salafiyah merupakan lembaga pendidikan Islam
konvensional yang sangat mengakar di dalam masyarakat muslim
Indonesia. Salafiyyah mengandung arti “yang dulu atau yang sudah
lewat”, ini menunjuk pada metode dalam agama Isnlam yang
mengajarkan syariat Islam secara murni, yakni periode sahabat Nabi
Muhammad SAW da Tabi’in.
Pesantren salafiyah dipandang sebagai indigenous education di
Indonesia. Pesantren ini didirikan oleh para wali untuk mengajarkan
ajaran Isalam kepada para pengikutnya yang datang dari berbagai daerah
yang selanjutnya setelah mereka selesai menuntut ilmu agama Islam,
mereka kembali ke temapat asalnya untuk mengajarkan kembali apa yang
telah mereka pelajari kepada murid-muridnya, sehingga berkembanglah
ilmu pesantren ini sebagai lembaha pendidikan yang khusus mengajarkan
ilmi-ilmu hingga sekarang. (Hanafi, M. Syadeli. 2018)
2. Pesantren Modern
Pesantren Khalaf atau yang disebut juga pesantren modern
Yaitu pendidikan yang menerapkan sistem pengajaran klasikal
(madrasah), memberikan ilmu umum dan agama, serta juga
memberikan pendidikan keterampilan. pesantren yang telah
melakukan pembaharuan (modernisasi) dalam sistem pendidikan,
kelembagaan, pemikiran dan fungsi.
Pengertian pesantren modern ditinjau dari asal katanya yaitu
modern yang berarti “yang terbaru”, ”cara baru”, “dilengkapi”,
“mutakhir”. Dari arti tersebut dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren modern adalah lembaga pendidikan Islam yang memakai
sistem berasrama dengan kiai sebagai pengasuh, santi sebagai murid
yang memasukkan mata pelajaran umun dan agama Islam secara
seimbang menggunakan sistem pembelajaran yang moden, serta
memiliki metode pengolahan dan penorganisasian kegiatan dengan
cara baru. (Dhofier, Zamaksyari. 1982)

B. Metode Pembelajaran
1. Pesantren Salafiyah
a. Sorongan
Metode sorongan merupakan sistem metode yang ditempuh
dengan cara guru menyampaikan pelajaran kepada santri secara
individual, biasanya dilakukan di langgar atau masjid. Sasaran
metode ini adalah kelompok santri yang penguasaan baca Al
Quran-nya masih rendh. Melalui metode ini, perkembangan
intelektual santri dapat ditangkap secara utuh oleh kiai.
b. Wetonan atau Bandongan
Metode wetonan atau bandongan merupakan suatu metode
pengajaran dengan cara kiai/ustad membaca, menerjemahkan,
dan menulis buku-buku Islam dalam Bahasa Arab lalu kelompok
santri mendengarkan dan memperhatikan bukunya dan membuat
catatan.
c. Metode Musyawarah
Metode musyawarah merupakan metode pembelajaran yang lebih
mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri
dengan jumlah tertentu membentuk halawah yang dipimpin
langsung oleh kiai atau ustadz, untuk membahas atau mengkaji
suatu persoalan yang telah ditentukan.
d. Metode Pengajian Pasaran
Metode pengajian pasaran merupakan kegiatan belajar para santri
melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang
kiai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam
kegiatan yang kontinyu selama waktu terterntu, umumnya
dilakukan pada bulan Ramadhan. Target dari metode ini adalah
selesainya kitab yang dipelajari.
e. Metode Hapalan (Muhafazhah)
Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara
menghapal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan
pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk
menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan
yang dimiliki santri ini kemudian dihapalkan di hadapan
Kyai/ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada
petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan. Materi pelajaran
dengan metode hapalan umumnya berkenaan dengan Al Qur’an,
nazham-nazham nahwu, sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu,
sharaf dan fiqih.
f. Metode Mudzakarah
Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara
spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan aqidah
serta masalah agama pada umumnya. Dalam mudzakarah tersebut
dapat dibedakan atas dua tingkat kegiatan:
- Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk
membahas suatu masalah dengan tujuan melatih para santri
agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan
mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorang
santri ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan
kesimpulan dari masalah yang didiskusikan
- Mudzakarah yang dipimpin oleh Kyai, dimana hasil
mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai
seperti dalam suatu seminar. Biasanya lebih banyak berisi
Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam
bahasa Arab. (Munawaroh. 2001)

2. Pesantren Modern
a. Kurikulum yang bersifat akademik.
Kurikulum dalam pesantren modern dibagi menjadi beberapa
bidang studi. Yakni, Bahasa Arab, Diratsah Islamyiha, Bahasa
Asing, Ilmu pasti yang meliputi Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
(Ismail. 2002)
Pesantren modern banyak melakukan terobosan- terobosan baru
di antaranya:
a). Adanya pengembangan kurikulum,
b).Pengembangan kurikulum agar bisa sesuai atau mampu
memperbaiki kondisi-kondisi yang ada untuk mewujudkan
generasi yang berkualitas,
c). Melengkapi sarana penunjang proses pembelajaran, seperti
perpustakaan, buku-buku klasik dan kontemporer, majalah,
sarana berorganisasi, sarana olahraga, internet (kalau
memungkinkan) dan lain-lain,
d). Memberikan kebebasan kepada santri yang ingin
mengembangkan talenta masing-masing, baik yang berkenaan
dengan pemikiran, ilmu pengetahuan, teknologi maupun
kewirausahaan, dan
e). menyediakan wahana aktualisasi diri di tengah masyarakat.
(Jamal Ma’mur Asmani. 2003)
Pada sisi pengajarannya, pondok pesantren modern
mempunyai kecenderungankecenderungan baru dalam rangka
renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan.
Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern
adalah mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih
terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program
dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat
berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat. (Hasbullah,
1999)
Metode pembelajaran modern (tajdid), yakni metode
pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pondok pesantren
dengan memasukkan metode yang berkembang pada masyarakat
modern, walaupun tidak diikuti dengan menerapkan sistem
modern, seperti sistem sekolah atau madrasah. Secara garis besar,
ciri khas pesantren modern adalah memprioritaskan pendidikan
pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern
(lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian
kitab kuning, baik pengajian sorogan, wetonan maupun madrasah
diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak
wajib diikuti. (Tolib, Abdul. 2015)
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa pesantren salafiyah memiliki sistem
pembelajaran yang cukup berbeda dengan pesantren modern.
Akan tetapi pada intinya, kedua jenis pesantren ini tetap
menanamkan ilmu-ilmu agama secara massif dan berupaya
menciptakan manusia yang utuh secara akhlak dan ilmu.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup


Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.

Hanafi, M. Syadeli. 2018. Budaya Pesantren Salafi (Studi Ketahanan Pesantren


Salafi di Provonsi Banten). Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.
Jurnal Kajian Keislaman

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah


Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ismail SM., dkk., Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2002.

Jamal Ma’mur Asmani. 2003. Dialektika Pesantren dengan Tuntutan Zaman.


Jakarta : Qirtas.

Ma’arif, Ahmad Miftahul. 2017. Tesis : Pola Integrasi Sistem Pendidikan


Pesantren Salaf dan Modern. Universitas Negeri Sunan Ampel.
Surabaya.

Munawaroh, Djunaidatul. 2001. “Pembelajaran Kitab Kuning di


Pesantren”, dalam Abuddin Nata (ed). Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Bekerja Sama
dengan IAIN Jakarta.

SM, Ismail. 2002. “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM


(Ed.). Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.
Tolib, Abdul. 2015. Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern. Fakultas Agama
Islam Universitas Wiralodra ; Indramayu. Junal Pendidikan dan Studi
Islam.

Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholish Majid Terhadap


Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Quantum Teaching.

Anda mungkin juga menyukai