Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDEKATAN DAN BERBAGAI MACAM


PERENCANAAN PENDIDIKAN

Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Perencanaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Ashif Az Zafi, M.Pd.I

Disusun oleh :
ISNAATUL LUTFIYAH 1710320003

IAIN KUDUS
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu
kegiatan. Oleh karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Perencanaan pada
sebuah lembaga pendidikan akan mengarahkan kemana lembaga tersebut
akan ditujukan. Artinya, sebuah perencanaan memberikan arah bagi
ketercapaian tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan
berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang.
Perencanaan pendidikan memberikan kejelasan arah dalam usaha
proses penyelengaraan pendidikan, sehingga manajemen pendidikan akan
dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
Perencanaan pendidikan memiliki peranan penting di sekolah dasar.
Dengan adanya perencanaan akan dimungkinkan untuk memprediksi kerja
di masa yang akan dating, bahkan akan mampu memprediksi kemungkinan
hasil yang akan dicapai.
Namun, pada kenyataannya banyak lembaga pendidikan yang
menganggap perencanaan pendidikan hanyalah sebuah factor pelengkap
sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal.
Salah satu penyebabnya adalah para perencana pendidikan masih kurang
memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih
komprehensif.
Perencanaan pendidikan akan berjalan secara optimal apabila
perencana memiliki pemahaman perencanaan pendidikan seperti memahami
pendekatan dalam perencanaan pendidikan, atau jenis perencanaan
pendidikan apa yang akan digunakan pada lembaganya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan dalam perencanaan pendidikan ?
2. Apa saja macam – macam perencanaan pendidikan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan


Pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan memerlukan
pengaturan dan perencanaan secermat mungkin, komprehensif, akurat dan
efisien serta berdasarkan perhitungan matang, karena tanpa perencanaan
matang, sistematis, dan rasional upaya pengembangan lembaga pendidikan
tidak akan berjalan dengan efektif. Dengan perencanaan usaha yang terpadu,
kurun waktu yang dikehendaki, distribusi wewenang dan tanggung jawab
dapat disusun dan dihitung terlebih dahulu secara sistematis, cermat dan
komprehensif.1
Perencanaan memiliki peranan yang amat penting dalam pengelolaan
sebuah institusi atau lembaga, terutama pada lembaga pendidikan, karena
lembaga pendidikan bukanlah menghasilkan barang dan jasa. Lembaga
pendidikan merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi generasi-
generasi yang unggul dalam prestasi dan berbudi baik sebagai pandangan
dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta didik. Dengan
Perencanaan pendidikan yang matang maka akan meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan.
Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan,
yaitu: pendekatan kebutuhan social (social demand approach); pendekatan
ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach); dan pendekatan terpadu (integratif).2 Berikut
penjelasan keempat pendekatan perencanaan pendidikan:
1. Pendekatan kebutuhan social (social demand approach)
Pendekatan ini focus atau tujuan yang hendak dicapai
pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan
pendidikan dasar, pemberian layanan pembelajaran untuk

1 Rudi Ahmad Suryadi dan Aguslani Mushlih, Desain dan Perencanaan Pembelajaran,
(Yogyakarta: CV.Budi Utama, 2019), 11.
2 Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar” Jurnal FKIP
Universitas Bung Hatta Padang Sumatra Barat Volume 12 No.2 (2017),152.

3
membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf) dan
pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa
ketakutan penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan.
Apabila pendekatan kebutuhan social ini dipakai, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyusun rencana,
misalnya: analisis pertumbuhan penduduknya, tingkat partisipasi
warga masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, presentase
penduduk yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan,
dinamika atau mobilitas peserta didik dari tingkat dasar ke perguruan
tinggi.
Pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat
atau Negara yang baru merdeka dengan kondisi kebutuhan social,
khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah. Pendekatan ini
akan memberikan pemerataan layanan pendidikan kepada warga
masyarakat.
Ada tiga kelemahan pendekatan kebutuhan social, yaitu:3
 Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi sumber
dalam skala nasional, dan secara implisit tidak
mempermasalahkan berapa besar sumber yang
diperuntukkan bagi pendidikan. Karena beranggapan
bahwa penggunaan sumber itulah yang terbaik bagi
pembangunan bangsa.
 Pendekatan ini mengabaikan ciri – ciri dan pola
kebutuhan manpower yang diperlukan di sector kehidupan
ekonomi, dengan demikian akan cenderung menghasilkan
tamatan yang sebenarnya kurang diperlukan dan justru
akan kekurangan jenis tamatan yang dibutuhkan.
 Pendekatan ini cenderung berlaku menjawab tuntutan saja
sehingga mengabaikan pertimbangan pembiayaan,
sehingga pemerataan sumber – sumber itu menjadi kecil

3 Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Rosda karya, 2011), 235-236.

4
akibatnya tuntutan kualitas dan efektivitas pendidikan
tidak tercapai yang berarti pemborosan.
2. Pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan – kegiatan
pendidikan diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan
nasional akan tenaga kerja pada tahap permulaan pembangunan tentu
saja memerlukan banyak tenaga kerja dari segala tingkatan dan dalam
berbagai jenis keahlian.
Dalam keadaan ini kebanyakan Negara mengaharapkan supaya
pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang
terampil untuk pembangunan, baik dalam sector pertanian,
perdagangan industry, dan sebagainya. Untuk itu perencanaan
pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas
tenaga kerja dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional.
Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan
lulusan siste pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga
kerja.
Namun demikian di dalam pendekatan ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu;4
 Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan
pendidikan, karena pendekatan ini mengabaikan keberadaan
sekolah umum karena hanya akan menghasilkan pengangguran
saja, pendekatan ini lebih mengutamakan sekolah menengah
kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
 Menggunakan klasifikasi rasio permintaan dan persediaan
 Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah untuk pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja,di sisi lain tuntutan dunia kerja berubah
ubah sesuai dengan cepatnya perubahan zaman.
3. Pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach)
Pendekatan ini menekankan pada analisis untung rugi yang lebih
bersifat ekonomis dan berlandaskan pada konsep investment in human

4 Moch Wispandono, Buku Ajar Menguak kemampuan pekerja Migran, (Yogyakarta: CV.Budi
Utama, 2018), 100.

5
capital. Pendidikan dipandang sebagai investasi sumber daya manusia
yang akan mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai
moneter. Penyelenggara pendidikan akan mempertimbangkan berapa
banyak investasi yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan,
keuntungan apa yang akan diperolehnya dan berapa banyak, adakah
keuntungan langsung ataupun keuntungan tidak langsung atas
program penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Masalah untung rugi menjadi bahan pertimbangan utama dalam
penyelenggaraan pendidikan. Konsep ini juga menjadi dasar
pemikiran bahwa semakin banyak dana dialokasikan untuk
pendidikan, akan semakin banyak keuntungan yang akan diperoleh
penyelenggara pendidikan di masa yang akan dating.5
Pendidikan ini hanya diadakan jika memberikan keuntungan
yang relative pasti, baik bagi penyelenggara maupun peserta didik.
Seperti contoh: pembukaan sekolah – sekolah Magister Manajemen,
Magister Bisnis Administrasi, dan lembaga kursus.
Kelemahan pendekatan ini akan sulit dalam menentukan secara
pasti biaya dan keuntungan (cost and benefit) dari layanan pendidikan,
terlebih apabila digunakan mengukur keuntungan untuk periode yang
akan datang.
4. Pendekatan terpadu (integratif)
Pendekatan terpadu dianggap sebagai pendekatan yang lebih
lengkap dan relatif lebih baik dari pada ketiga pendekatan di atas.
Pendekatan ini sering disebut dengan “pendekatan sistematik atau
pendekatan sinergik.”
Pendekatan terpadu perencanaan pendidikan yang secara teoritik
selama ini ada yaitu:
a. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan
social
b. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan
tenaga kerjaan; dan

5 Manap Somantri, Perencanaan Pendidikan, (Bogor:PT.Penerbit IPB Press, 2014),5.

6
c. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan keefektifan
biaya.
Untuk dapat memadukan ketiga pendekatan dalam perencanaan
pendidikan diperlukan suatu pendekatan perencanaan yang memiliki
karakteristik sistemik, analitik dan sistematik. Sistemik dalam arti
permasalahan dilihat dari konteks keseluruhan. Analitik dalam arti
setiap permasalahan dianalisis sebab dan akibatnya dikaitkan dengan
berbagai masalah yang ada baik di dalam maupun di luar system.
Sistematik dalam arti cara kerjanya beraturan atau runtut. Hal ini
dapat dilihat dari proses kegiatannya yaitu perumusan masalah,
penelitian, penilaian, penelaahan, pemeriksaan, dan pelaksanaan.6
Sedangkan kelebihan dan kelemahan pendekatan perencanaan
pendidikan integrasi atau terpadu adalah:
Pertama, kelebihan pendekatan terpadu antara lain: semua
sumber daya (internal-eksternal) yang dimiliki dalam proses
pengembangan pendidikan akan terberdayakan secara baik dan
seimbang; dalam proses pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan memberikan peluang secara maksimal kepada setiap warga
sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan komite sekolah
(tokoh dan orangtua wali siswa) untuk berkontribusi secara positif
sesuai dengan status dan peran masing-masing; peluang untuk
pencapaian tujuan pendidikan yang telah dirumuskan akan lebih
efektif, karena dalam perencanaan terpadu memberikan porsi yang
cukup besar bagi pemberdayakan semua potensi yang dimiliki secara
kelembagaan, dan menuntut partisipasi aktif dari semua warga
sekolah; perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu
menghadapi perubahan atau dinamika kehidupan sosial, ekonomi dan
budaya atau tingkat kompetisi yang begitu tinggi di semua bidang
kehidupan di era globalisasi; pelaksanaan pendekatan perencanaan
pendidikan terpadu secara baik akan mampu mensosialisasi dan
menginternalisasi setiap warga sekolah, untuk membangun sikap

6 Siti Aisyah, “Perencanaan dalam Pendidikan”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 7
No.1 November, (2018),723-724.

7
mental dan pola perilaku yang integral atau multidimensional atau
komprehensif dalam memahami dan melaksanakan setiap agenda
kehidupan di masyarakat; dan output dari proses layanan pendidikan
pada peserta didik akan lebih menampilkan potret hasil pendidikan
yang lengkap, baik kualitas akademiknya, kualitas kepribadiannya dan
kualitas keterampilannya.
Kedua, kelemahan pendekatan terpadu antara lain: (1)
Pendekatan ini memerlukan ketersediaan kualitas sumber daya
manusia (pendidik dan tenaga kependidikan), khususnya kualitas
pengetahuan, mentalitas atau kepribadiannya, dan spiritualnya. Dalam
realitasnya menurut data Depdiknas 2006-2007, khususnya tentang
kualitas tenaga pendidik (guru) secara makro (nasional) dari jenjang
pendidikan paling dasar sampai menengah atas yang betul-betul telah
memenuhi standar kualitas guru yang profesional masih kurang. Hal
ini tentu sangat menyulitkan proses pelaksanaan perencanaan
pendidikan yang integratif. (2) Perencanaan pendidikan terpadu
menuntut kualitas pengelolaan manajemen kelembagaan secara
transparan, akuntabel, demokratik dan visioner. Dalam realitasnya
masih banyak dijumpai pola pengelolaan manajemen di setiap satuan
pendidikan yang tidak selaras dengan prinsip-prinsip Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). (3) Perencanaan
pendidikan terpadu menuntut kualitas peran serta masyarakat (PSM)
dalam meningkatkan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan,
khususnya dalam melaksanakan empat peran penting, yaitu sebagai:
(a) pemberi pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c)
pengontrol (controlling); dan (d) mediator. Dalam realitasnya keempat
peran tersebut belum terlaksana dengan baik di setiap lembaga atau
satuan pendidikan.7

B. Berbagai Macam Perencanaan Pendidikan

7 Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar” Jurnal FKIP


Universitas Bung Hatta Padang Sumatra Barat Volume 12 No.2 (2017),158.

8
Perencanaan Pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, berikut
pembagiannya:
1. Berdasarkan Besarannya (Magnitude)
a) Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan
kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan
cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional.
b) Perencanaan Meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro,
kemudian dijabarkan ke dalam program-program yang berskala
kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan departemen atau unit-unit
(intermediate unit).
c) Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat
institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan
tingkat meso.8
2. Berdasarkan Tingkatannya
a) Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan strategik disebut juga perencanaan jangka panjang
strategi itu menurut R. G. Murdik J.E. Ross (1983) diartikan
sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada
masa depan.
b) Perencanaan Koordinatif (Managerial)
Perencanaan koordinatif ditunjukkan untuk mengarahkan
jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
c) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional memusatkan perhatian pada ada yang
akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu
rencana strategi perencanaan lebih bersifat spesifik dan

8 http://owplus.com/view=a, diakses 18 Februari 2020.

9
berfungsi untuk memberikan petunjuk konkrit tentang
bagaimana suatu program atau obyek khusus dilaksanakan
menurut aturan prosedur dan ketentuan lain yang ditetapkan
secara jelas sebelumnya.9
3. Berdasarkan Waktunya
Ditinjau dari segi waktu, ada tiga tipe perencanaan, yaitu:
perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang minimal 10 tahun, jangka menengah di
atas 1 sampai 5 tahun, dan jangka pendek maksimal 1 tahun.
Ketiga perencanaan ini saling berkaitan satu dan lainnya.
Perencanaan jangka panjang menjadi induk dari kedua tipe yang lain.
Perencanaan jangka menengah menjadi sumber dari perencanaan
jangka pendek. Dengan kata lain, perencanaan jangka pendek harus
dijabarkan dari perencanaan menengah dan perencanaan jangka
panjang.10

Sedangkan menurut Nanang Fattah dan Djam’an Satori perencanaan


pendidikan dibagi menjadi beberapa macam berikut:11
1) Top-Down Planning
Perencanaan jenis ini dibuat di tingkat atas kemudian disampaikan
kepada perencanaa tingkat menengah dank e tingkat bawah. Biasanya
dalam jenis ini perencanaan berbasis makro atao nasional.
2) Bottom-Up Planning
Perencanaan jenis ini dibuat di tingkat bawah kemudian adisampaikan
ke perencanaa tingkat yang lebih tinggi. Biasanya perencanaan yang

9 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,2011),54-


55.
10 Neneng Lina dan Sarbini, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 89.
11 Nanang Fatah, Analisis Kebijakan Pendidikan, ((Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,2013),
168-169.

10
demikian bersifat mikro, yaitu perencanaan yang dilakukan pada
tingkat unit pelaksana teknis (UPT), atau pada tingkat kabupaten/kota.
3) Diagonal-Horizontal Planning
Perencanaan jenis ini biasanya dilaksanakan pada waktu penyusunan
perencanaan lintas sektoral. Biasanya oleh top level manajer, yang
membicarakan kebijakan-kebijakan makro serta penentuan prioritas
kebijakan dasar.
4) Rolling Plan
Perencanaan menggelinding dilakukan terhadap perencanaan jangka
menengah atau jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adanya
pembahasan menjadi perencanaan tahunan. Apabila tahun pertama
sasarannya tidak tercapai, maka akan digelindingkan kepada tahun
berikutnya. Atau apabila ada suatu perencanaan lima tahun tudak
tercapai, maka digulingkan pada sasaran lima tahun berikutnya.
5) Di Indonesia, ada lagi jenis perencanaan yang disusun secara
gabungan antara Top-Down dan Bottom-Up Planning, yang dilakukan
dalam Rakor, Rakerda, dan Rakernas. Dalam jenis perencanaan ini
dilakukan penentuan sasaran prioritas yang disesuaikan dengan
kemampuan penyediaan anggaran.
6) Dilihat dari posisi pengembangan kelembagaan, perencanaan dapat
dibedakan ke dalam 2 kategori, yaitu perencanaan strategis (Strategic
Planning) dan perencanaan operasional (Operational Planning).
Perencanaan Strategis dilakukan apabila dalam proses perencaan,
perencana memperhatikan visi dan misi lembaga dikaitkan dengan
kepentingan stakeholders, memperhatikan lingkungan internal dan
eksternal lembaga, yang diikuti dengan kajian isu-isu strategis bagi
pengembangan prioritas lembaga di masa depan. Perencanaan
strategis biasanya dilakukan untuk jangka waktu minimum 3 tahun,
sdedangkan perencanaan operasional merupakan perencanaan internal
organisasi yang biasanya terbatas mengendalikan proses tranformasi
sistem (Input-Proses-Output).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pendidikan memang sangatlah penting untuk sebuah
lembaga pendidikan, dengan perencanaan yang matang maka lembaga
pendidikan akan lebih terarah kemana akan dilaksanakan program –
program yang akan diterapkan di lembaga tersebut, dengan perencanaan
akan secara otomatis memantapkan sebuah kualitas pendidikan.
Sebagai seorang yang merancang sebuah perencanaan pendidikan
harus mengetahui pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Diantaranya
yaitu: pendekatan kebutuhan social (social demand approach); pendekatan

12
ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach); dan pendekatan terpadu (integratif).
Selain itu perencanaan pendidikan dibagi menjadi beberapa jenis :
Berdasarkan Besarannya perencanaan pendidikan dibagi menjadi tiga jenis
(makro, meso dan mikro). Berdasarkan tingkatannya (Strategik, Koordinatif,
dan Operasional). Berdasarkan waktunya (Panjang, menengah dan pendek).
Ada yang berpendapat bahwa jenis – jenis perencanaan pendidikan
meliputi : Top-Down Planning, Bottom-Up Planning, Diagonal-Horizontal
Planning, Rolling Plan dan gabungan.

B. Saran
Bagi semua lembaga pendidikan mulai dari tingkat RA/TK SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan perguruan tinggi hendaknya merencanakan
pendidikan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan prosedur agar tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rudi Suryadi dan Aguslani Mushlih.2019.Desain dan Perencanaan

Pembelajaran,.Yogyakarta: CV.Budi Utama.

Sahnan Muhammad.2017.“Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar”

Jurnal FKIP Universitas Bung Hatta Padang Sumatra Barat Volume 12 No.2.

Syaefudin Udin Sa’ud.2011.Perencanaan Pendidikan.Bandung: Rosda karya.

13
Moch Wispandono. 2018.Buku Ajar Menguak kemampuan pekerja

Migran.Yogyakarta: CV.Budi Utama.

Somantri Manap. 2014.Perencanaan Pendidikan.Bogor:PT.Penerbit IPB Press.

Siti Aisyah. 2018. “Perencanaan dalam Pendidikan”, Jurnal Manajemen

Pendidikan Islam Volume 7 No.1 November.

http://owplus.com/view=a, diakses 18 Februari 2020.

Fatah Nanang. 2011.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.Remaja

Rosda Karya.

Lina Neneng dan Sarbini. 2011.Perencanaan Pendidikan.Bandung: Pustaka Setia.

Nanang Fatah. 2013.Analisis Kebijakan Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda

Karya.

14

Anda mungkin juga menyukai