Anda di halaman 1dari 131

Manajemen

Peserta Didik
Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I

Penerbit Garudhawaca
Manajemen Peserta Didik

Penulis
Dr. Shalahudin, S.Ag., M.Pd.I

Penyunting
Dr. Muhamad Sholeh, M.Pd
( UNESA)

Tata letak
Jalu Sentanu

Desain sampul
freepik.com

14,5 x 21cm ; 131 hlm


ISBN 978-623-6521-61-8
Terbit 2021

Diterbitkan oleh
Penerbit Garudhawaca
Yogyakarta
www.penerbitgarudhawaca.com

Pastikan Anda mendapatkan buku ini melalui cara-cara yang shalih dan tidak
melukai. Selalu belilah buku/ebook garudhawaca dengan cara-cara yang
jujur. Anda tidak diperkenankan meng-copy dan kemudian menyebarkan
buku/ebook ini kepada orang lain tanpa seijin penerbit.
~*~

ii
KATA SAMBUTAN

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN )Sulthan Thaha


Saifuddin Jambi ;

Prof. Dr. Su’aidi, MA, Ph.D

Saya selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan


Thaha Saifuddin Jambi menyambut baik dan gembira
dengan diterbitnya buku referensi Manajemen Peserta
Didik. Menurut hemat saya, buku ini dapat memberi
kontribusi bagi pengembangan pengetahuan terutama yang
berkenaan dengan manajemen pendidikan.
Buku Manajemen Peserta didik dapat memberi arahan
dan menuntun bagi para pembaca untuk mengelola Peserta
didik dengan efektif dan efisien yang merupakan sumber
daya pendidikan yang vital.
Buku ini membahas tentang materi perkuliahan
Manajemen peserta didik yang disusun berdasarkan
Rencana Perkuliahan dan silabus. Mudah-mudahan
kehadiran buku ini dapat sedikit menambah referensi
perkuliahan manajemen peserta didik.

iii
KATA SAMBUTAN

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas


Islam Negeri (UIN ) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ;

Dr. Hj. Fadlillah, M. Pd.

Saya selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi mengucap syukur atas
terbitnya buku karya ilmiahnya bagi para mahasiswa dan
para Dosen.
Buku ini adalah merupakan salah satu referensi pada
program studi manajemen pendidikan islam di lingkungan
fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca
terutama yang berkenaan dengan manajemen peserta didik.
Dengan harapan, semoga dengan kehadiran karya ini
dapat menambah sedikit referensi perkuliahan bagi para
mahasiswa dan para Dosen khususnya di fakultas tarbiyah
dan keguruan.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulilillah segala puja dan puji hanya kita


haturkan kehadirat Allah Swt, karena Dia telah memberi
nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis
dapat menyelesaikan Buku bahan ajar dalam mata kuliah
Manajemen Peserta didik.
Adapun yang menjadi sub topik pembahasan buku ini
adalah: Konsep dasar manajemen peserta didik,
perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik baru,
orientasi, urgensi pengelompokan peserta didik, pelayanan
dan pembinaan peserta didik, evaluasi belajar, pengaturan
mutasi siswa, pengaturan peserta didik drop out, dan kode
etik dan disiplin peserta didik.
Buku ini disusun untuk menjawab salah satu kendala
para mahasiswa dalam membuat tugas perkuliahan sangat
minim referensi khususnya dalam kajian manajemen
peserta didik. Diharapkan kehadiran buku ini menjadi solusi
terhadap masalah tersebut.
Akhirnya, semoga Buku ini bermanfaat bagi para
pembaca, kritikan dan sumbang saran yang konstruktif
sangat diharapakan untuk perbaikan karya tulis ini.

v
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN______________________________________________________ iii


KATA SAMBUTAN_______________________________________________________ iv
KATA PENGANTAR _____________________________________________________ v
DAFTAR ISI ______________________________________________________________ vi
BAB I KONSEP MANAJEMEN PESERTA DIDIK ________________________ 1
BAB II Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta didik _________ 29
BAB III TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP MANAJEMEN PESERTA DIDIK
__________________________________________________________________________ 38
A. Tujuan Dan Fungsi Manajemen pesrta didik ______________ 38
B. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta didik _________________ 40
C. Pendekatan Manajemen peserta didik ____________________ 41
BAB IV PROSEDUR PERENCANAAN PESERTA DIDIK _______________ 43
A. Batasan Perencanaan Peserta Didik _______________________ 43
B. Langkah-langkah Perecanaan Peserta Didik ______________ 43
C. Sensus Sekolah _____________________________________________ 49
D. Ukuran Sekolah dan Kelas _________________________________ 51
E. Kelas yang Efektif _____________________________________________ 55
BAB V KEBIJAKAN REKRUTMEN PESERTA DIDIK___________________ 57
A. Kebijakan penerimaan peserta didik ______________________ 57
B. Sistem penerimaan peserta didik __________________________ 58
C. Kriteria penerimaan peserta didik baru ___________________ 59
D. Prosedur penerimaan peserta didik baru _________________ 61
E. Orientasi peserta didik ________________________________________ 69
BAB VI PEMBINAAN PESERTA DIDIK ________________________________ 83
A. Definisi Pembinaan _________________________________________ 83

vi
B. Materi dalam pembinaan___________________________________ 84
C. Tahap-tahap dalam pembinaan ____________________________ 87
BAB VII EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK _______________________ 89
A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta didik _______________________ 89
B. Alasan Perlu Evaluasi ______________________________________ 90
C. Batasan Evaluasi____________________________________________ 92
D. Tujuan Evaluasi_____________________________________________ 93
E. Kriteria Evaluasi_______________________________________________ 95
BAB VIII MUTASI PESERTA DIDIK____________________________________ 97
A. Pengertian Peserta Didik yang Mutasi _____________________ 97
B. Macam-macam Mutasi _____________________________________ 97
C. Sebab-sebab Peserta Didik Mutasi _________________________ 99
BAB IX PESETA DIDIK DROP OUT __________________________________ 102
A. Pengertian Peserta didik Drop Out______________________ 102
B. Sebab-sebab Siswa Drop Out ____________________________ 102
C. Sebab Ketidakhadiran Siswa _____________________________ 104
D. Rekomendasi Pencegahan Putus Sekolah (Drop Out) __ 107
BAB X KODE ETIK PESERTA DIDIK_________________________________ 110
A. Definisi kode etik dan disiplin Peserta didik____________ 110
B. Macam-macam kode etik dan disiplin siswa ____________ 112
DAFTAR PUSTAKA ___________________________________________________ 119
CURRICULUM VITAE_________________________________________________ 122

vii
viii
BAB I
KONSEP MANAJEMEN PESERTA DIDIK

A. Konsep Manajemen Pendidikan

Sebelum dielaborasi pembahasan lebih mendalam,


akan dibahas defenisi manajemen secara umum yang
kemukan para pakar.
Manajemen dapat dipahami sebagai kemampuan
mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan dengan
tujuan, usaha manusia dan sumber lainnya. Definisi lain
dijelaskan manajemen ialah suatu proses pengaturan dan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui
kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.1
Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet seperti
dikutip oleh Syaiful2 sagala sebagai “The art of getting thing
done through people” atau diartikan lebih luas sebagai
proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan daya
manusia dan material secara efisien.
Kata management berarti pimpinan, direksi, dan
pengurus, yang diambil dari kata kerja manage berarti
mengemudikan, mengurus dan memerintah. Dalam bahasa
perancis manage berarti tindakan membimbing atau

1 Syaifuddin,Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,


2005), h. 41.
2
Syaiful, Sagala. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 49.
memimpin.3
Fridreck Taylor mendefinisikan management sebagai
berikut: management the art of as knowing axacty what you
want to do, and then seeing that they do it in the best and
cheapest way.4
Manajemen berasal dari kata “managio” yaitu
pengurusan atau ”managiare” atau melatih dalam mengatur
langkah-langkah. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu,
kiat dan profesi. Karena itu, manajemen merupakan suatu
sistem tingkah laku manusia yang koperatif dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus
menerus dilandasi tindakan yang rasional. Dikatakan
sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena dipandang sebagai
suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha
memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Dikatakan sebagai kiat atau seni oleh Filieat, karena
manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan
mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan
dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasai
oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer dan para professional dituntun oleh suatu kode
etik.
Manajemen pendidikan secara umum didefinisikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
3
Wojowarsito, Poerwadarminto, Kamus Lengkap Indonesia Inggris (Jakarta:
Hasta, 1974),h. 96.
4 Friderick Taylor W, Scientific Management (New York: Harper and Bros,
1974), h. 2.

2
dan pengawasan usaha pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Atau suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
peng-organisasian, penyusunan staf, pembinaan,
pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian,
penganggaran, pengen-dalian, pengawasan, penilaian dan
pelaporan secara sistemitis untuk mencapai tujuan
pendidikan secara berkualitas.5
Menurut H.B. Siswanto manajemen adalah seni dan
ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemo-tivasian, dan pengendalian terhadap orang dan
mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.6
Manajemen ilmiah mencakup suatu revolusi mental
yang lengkap pada pihak pekerja yang terlihat dalam usaha
tertentu, suatu revolusi mental lengkap pada pihak orang-
orang mengenai kewajiban-kewajiban mereka terhadap
pekerjaan mereka. Revolusi mental terjadi dalam sikap
mental kedua pihak dalam manajemen ilmiah adalah kedua
belah pihak berpaling dari pembagian surplus sebagai hal
yang paling penting.
Manajemen merupakan proses yang khas terdiri atas
tindakan-tindakan aktivitas manajemen yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan péngawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melaiui pemantaatan sumber

5
Tim Guru Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta 2011),h. 88.
6 H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara 2013),h.14.

3
daya manusia serta sumber daya lain7.
Bertitik tolak pada pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep manajemen adalah menjalankan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dalam proses pendayagunaan segata
sumberdaya secara efisien disertai penetapan cara
pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi.
Setelah dielaborasi tentang definisi manajemen secara
umum, selanjutnya akan diulas secara komprehensip
fungsi-fungsi manajemen pendidikan.

B. Fungsi Manajemen

Dalam mengkaji fungsi manajemen, secara umum akan


dibahas tentang fungsi perencanaan (planning ), fungsi
pengorganisasian (organizing ), Fungsi penggerakan
(aktuating ), dan fungsi pengawasan (controlling ).

1. Fungsi Perencanaan (Planning)


Dalam proses pelaksanaan manajemen, seorang
manajer harus menjalankan berbagai fungsi-fungsi
manajemen sebagai mana akan dijelaskan sebagai berikut:
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang

7 R. Eko. Indrajit dan R. Djoko Pronoto. Manajemen Perguruan Tinggi Modern


(Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2006), h. 28.

4
ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang
diperIukan untuk mencapai tujuan tersebut, berapa orang
personal yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya.
Pencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Banghart dan Trull sebagaimana dikutip oleh Hadari
Nawawi mengemukakan: “Educational planning is firs of all a
rational process”8. Perencanaan menurut Engkoswara dan
Aan Komariah adalah membuat keputusan mengenai arah
yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya
yang akan diolah, dan teknik yang digunakan9.
Planning adalah penentuan segala sesuatunya terlebih
dahulu untuk melaksanakan suatu aktivitas. Dalam rumusan
lain disebutkan: Planning is deciding in advance what is to be
done.10 Louis Allen mendefinisikan planning is the
determinition of a course of action to achieve a desired result.
Selanjutnya, dalam perencanaan ada 4 tahap yang
harus dilakukan yaitu: (1) Menetapkan tujuan; (2)
Merumuskan tujuan saat ini; (3) Mengidentifikasi segala
peluang dan hambatan; (4) Mengembangkan rencana.11
Endang Soenarya menjelaskan dalam proses
perencanaan ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan
yaitu: memformulasikan tujuan, merumuskan strategi,

8
Hadari, Nawawi. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit Bidang
Pemerintahan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 50.
9 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan (Bandung:

Alfabeta, 2010), h. 90.


10 Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al Qur’an

(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h. 65.


11 Anharululum. Blokspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-

pendidikan.html, diunduh, 11 juni 2012

5
kebijakan, dan perincian perencanaan, membentuk
organisasi untuk melaksanakan keputusan, dan membahas
hasil umpan balik untuk dijadikan acuan rencana
selanjutnya.12
Dengan melihat pendapat para pakar di atas, maka
dapat dipahami perencanaan adalah aktivitas yang harus
dilakukan dalam menjawab pertanyaan lima W (what, why,
who, when, where) dan satu H (how).
Adapun langkah yang harus dilakukan dalam suatu
perencanaan menurut Mukhtar adalah sebagai berikut: 1).
Mengumpulkan data atau informasi untuk menentukan
indikator; 2). Menganalisis data; 3). Merumuskan kebijakan;
4). Memprediksi kebutuhan yang akan datang; 5).
Menetapkan sasaran dan alternative strategi, dan 6).
Memperhitungkan yang dibutuhkan.13

Dalam Al-qur’an surah al-Hasyr: 18 Allah berfirman


sebagai berikut:

12 Endang Soenarya, Teori Perencanaan Pendidikan (Yogyakarta: Adicita


Karya Nusa, 2000) ), h. 38.
13 Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi ( Jakarta: PT. Nimas Multima, 2001 ), h.

18.

6
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.14

Ayat ini memberi pesan kepada orang-orang yang


beriman untuk memikirkan masa depan yang dituangkan
dalam konsep yang jelas dan sistematis. Dalam Islam
perencanaan (planning) karena berfungsi mengarahkan
kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan
sehingga aktivitas dapat berjalan dengan tertib15.
Menurut jangkauan waktunya perencanaan dapat
dibagi menjadi perencanaan jangka pendek (satu mingu,
satu bulan, satu semester dan satu tahun), perencanaan
jangka menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk
jangka waktu tiga sampai tujuh tahun, dan perencanaan
waktu jangka panjang dibuat untuk jangka waktu delapan
sampai dua puluh lima tahun.
Hamzah dalam bukunya Model pembelajaran
mendefinisikan perencanaan ialah hubungan antara apa
yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang
berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, perioritas,
program, dan alokasi dana.16

14 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004),


h. 799.
15
Mujammil, Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Malang: PT Gelora Aksara
Pratama, 2007), h. 30.
16 Hamzah, Model Pembelajaran ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007 ), h. 82.

7
Berdasar uraian di atas tergambar bahwa
perencanaan pondok pesantren adalah proses menentukan
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan,
pedoman, dan kesepakatan (commitment) yang
menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Tujuan perencanaan sekolah membantu
sekolah menjelaskan pengelolaan sekolah sekarang dan
masa mendatang, mendorong dan mendukung partisipasi
masyarakat, mendorong adanya keputusan-keputusan
tingkat sekolah, dan mendorong terciptanya ketentuan
dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan
pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam
kerja sama sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian banyak
dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-
tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit
organisasi. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa
yang akan melaksanakan tugas sesuai pninsip
pengorganisasian. Pengorganisasian adalah keseluruhan
proses memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana
dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya
sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber

8
daya organisasi yang dimiliki dan lingkungan. Dalam
penyusunan struktur ada dua aspek utama yaitu
departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan kerja
organisasi agar kegiatan sejenis saling berhubungan dapat
kerja sama. Pembagian kerja adalah rincian tugas pekerjaan
agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan.
Aspek-aspek penting dalam pengorganisasian ialah:
bagan organisasi, pembagian kerja, departementalisasi,
rantai perintah, tingkat hirarki manajemen, saluran
komunikasi, dan rentang manajemen serta kelompok
informal yang dihindari.

3. Fungsi Penggerakan (Actuating)


Fungsi ketiga manajemen fungsional adalah fungsi
pelaksanaan atau penggerakan yang dilaksanakan sebuah
organisasi yang dilaksanakan setelah fungsi-fungsi di atas
sudah dilaksanakan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pengarahan (commanding), bimbingan
(directing), dan komunikasi (communication) termasuk
didalamnya melakukan koordinasi.
Penggerakan ialah menggerakkan dan memotivasi
para personalia agar bekerja dengan giat dan antusias.17
Dalam Al-Qur’an surat Alkahfi ayat 2 Allah SWT
berfirman:
17
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), h. 2.

9
“Yang artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi
Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang
yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik.18”
“Ayat tersebut menjelaskan diperlukan tindakan
actuating dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
dilengkapi dengan berbagai motif yaitu kabar gembira
bagi staf yang melakukan tugas dengan baik, dan kabar
buruk bagi staf yang melakukan penyalah gunaan
wewenang.”

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar


tugas-tugas yang telah dibagi, tidak dikerjakan menurut
kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan
sehingga menyumbang pencapaian tujuan.
Pengkoordinasian menurut The Liang Gie merupakan
rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga
semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju ke
arah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan,
percekcokan, kekembaran kerja atau kekosongan kerja.
Sedangkan Oteng Sutisna merumuskan koordinasi ialah
mempersatukan sumbangan-sumbangan dan orang-orang,
bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud

18
Anonim, op. cit., 401.

10
yang telah ditetapkan19.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)


Proses terakhir dari fungsi manajemen adalah
controlling atau Ar Riqobah (pengawasan) adalah kegiatan
untuk meneliti dan memeriksa apakah pelaksanaan tugas-
tugas perencanaan semula betul-betul dilaksanakan. Juga,
untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan,
penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan dalam
melaksankan tugas-tugas dan sekaligus dapat mengetahui
jika sekiranya terdapat segi-segi kelemahan.
Henry Fayol mengartikan controlling is not consist in
verifying whether everything accors in eguformity with the
plan adopted the instruction and principle estableshed.
Sayyid Muhammad mendefinisikan pengawasan ialah
mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya, serta
menunjukkan secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah
ditetapkan dalam perencanaan awal.20
Tujuan pengawasan yaitu: mencegah terjadinya
penyimpangan pencapaian tujuan yang direncanakan, agar
proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
mencegah dan menghilang hambatan dan kesulitan yang
akan datang, mencegah penyimpangan penggunaan sumber
daya, dan mencegah penggunaan otoritas dan kedudukan.21

19
Hadari, Nawawi, op. cit., h. 90.
20
As Sayyid Mahmud Al Hawary, Idarah Al Asas Wal Ushulil Ilmiyah, Cet ke III,
(Kairo: Almaktabah almadinah, 1976), h. 189.
21 Anharululum. Blokspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-

pendidikan.html, diunduh, 11 juni 2012

11
Setiap kegiatan pengawasan memerlukan tolok ukur
atau kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
bekerja, yang dalam Penilaian Kinerja disebut Standar
Pekerjaan. Tanpa tolok ukur tidak satupun sistem kontrol
yang dapat dilakukan secara efektif. Suatu sistem kontrol
terdiri dari standar (tolok ukur), proses pengukuran
(penilaian), koreksi dan umpan balik, yang dapat
digambarkan dalam gambar di bawah ini.

Umpan Balik

STANDAR
PELAKSAN
AAN

PROSES KOREKSI
PENGUKUR KEBERHASI
AN DAN LAN /

PELAKSAN
AAN
PEKERJAAN

Gambar: 2: 1 Alur Kegiatan Proses Pengawasan.

Dengan mencermati gambar alur kegiatan proses


pengawasan tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan
pengawasan dalam fungsi manajemen diawali dengan
menentukan standar pelaksanaan pekerjaan, proses
pengukuran pelaksanaan pekerjaan, koreksi kegagalan atau

12
keberhasilan pekerjaan, kemudian menindak lanjuti dengan
melakukan umpan balik.
Kegiatan pengawasan dapat dilakukan dengan melalui
kegiatan pengukuran (measurement) dan penilaian
(evaluation). Proses pengukuran dilakukan terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang standar pekerjaannya bersifat
kuantitatif.
Menurut Mukhneri dalam bukunya pengawasan
pendidikan menjelas ada Sembilan unsur yang terdapat
dalam aktivitas pengawasan yaitu: pertama, ada proses
pengamatan tentang fakta yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang diamati. Kedua, fakta yang
sebenarnya ini merupakan bahan untuk merumuskan
tindakan-tindakan yang dapat menjamin pekerjaan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, pengawasan lebih ditekankan pada pekerjaan yang
sedang berjalan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan (concurrent control). Keempat, pengawasan
sebagai proses untuk menentukan pekerjaan apa yang
sudah dilaksanakan. Kelima, pengawasan adalah mata dan
telinga pimpinan yang dapat mengungkapkan fakta.
Keenam, controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan
korektif yang menggunakan standar untuk mengukur
apakah kegiatan telah sesuai dengan rencana. Ketujuh,
pengawasan untuk menentukan bahwa tujuan manajemen
telah tercapai. Kedelapan, pengawasan adalah sebagai usaha
sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan.
Kesembilan, pengawasan bersifat konstruktif, dan tidak

13
mencari kesalahan, akan tetapi lebih diarahkan pada
efisiensi waktu, dana, material, metode dan tenaga dengan
meminimalkan penyimpangan yang terjadi.22
Jadi, dengan mencermati penjelasan fungsi
pengawasan oleh para pakar manajemen pendidikan dapat
disarikan pengawasan adalah berfungsi untuk memastikan
bahwa aktivitas atau program yang telah berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan atau belum berjalan.
Kemudian mendiagnosa penyebab belum berjalannya suatu
program.

C. Konsep Manajemen Peserta Didik

Setelah kita memahami konsep fungsi manajemen,


pada pembahasan berikut akan dibahas tentang konsep
manajemen atau manajemen pesrta didik.
Dilihat dari kata manajemen pesrta didik terdiri dari
dua kata yaitu manajemen dan kesiswaan. Pengertian siswa
menurut undang-undang sisdiknas No. 20 tahun 2003
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang terdedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Definisi
lain menjelaskan siswa adalah orang yang tidak bergantung
pada orang lain.23
Manajemen adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang

22
Mukhneri Mukhtar, Pengawasan Pendidikan (Jakarta: BPJM Press, 2013), h.
39.
23 Anonim, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 205.

14
didasarkan atas aturan tertentu dalam rangka mencapai
suatu tujuan.
Kesiswaan atau peserta didik menurut ketentuan
umum undang-undang RI tentang Sistem Nasional adalah
angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Menurut knezevich (1961) yang dikutip oleh E.
Mulyasa manajemen pesrta didik (pupil personnel
administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa
di kelas dan di luar kelas seperti : pengenalan, pendaftaran,
layanan individual seperti pengembangan keseluruhan
kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Manajemen pesrta didik dapat di artikan sebagai usaha
pengaturan terhadap siswa mulai dari siswa tersebut masuk
sekolah sampai deengan mereka lulus sekolah .
Manajemen pesrta didik adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik , mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen pesrta
didik bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik,
melainkan aspek yang lebih luas yang secara operasional
dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.24

24 E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung,


2002, hal. 7.

15
Dengan demikian dapat dipahami siswa adalah orang
yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya, agar dapat berkembang dengan
baik serta merasa puas dalam menerima pelajaran.
Menurut buku manajemen pendidikan yang dikarang
oleh tim Dosen administrasi pendidikan Indonesia
mengatakan bahwa manajemen siswa atau manajemen
peserta didik (pupil personnel administration) adalah
layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas.
Sri Minarni dalam Manajemen Sekolah menjelaskan
manajemen pesrta didik adalah merupakan suatu penataan
atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan
siswa, mulai dari masuknya siswa sampai dengan keluarnya
siswa tersebut dari suatu sekolah.
Kosasi mengartikan manajemen peserta didik atau
pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan
layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan,
pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia
matang di sekolah.25
Dengan demikian dapat dipahami manajemen pesrta
didik adalah suatu aktivitas penataan siswa mulai dari dia
masuk suatu sekolah sampai keluar untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.

25
Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 166.

16
Sutjipto dan Mukti rnengemukakan bahwa ada
beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
manajemen pesrta didik, yaitu : 1) penerimaan siswa, 2)
pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4)
pemberhentian siswa dari sekolah.26
Dari kedua pendapat di atas, maka kita dapat
mengambil sebuah alur aktivitas manajemen pesrta didik,
yaitu:
a. Langkah pertama adalah perencanaan yang dilakukan
untuk memperoleh atau rnenyusun program/rencana
kerja.
b. Langkah kedua adalah pelaksanaan berupa
implementasi, dari program/rencana kerja yang telah
ditetapkan dalam tahap perencanaan. Pelaksanaannya
itu sendiri terdiri atas aktivitas-aktivitas; penerimaan
siswa (rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan dan
pengelompokkan), pembinaan siswa (akademik dan
non-akademik), evaluasi hasil (output) dan dampak
(impact).
c. Langkah ketiga adalah pengawasan yang dilakukan
secara menyeluruh terhadap keseluruhan proses dan
hasil pembinaan kesiswaan.
Langkah-langkah tersebut masing-masing akan
dibahas secara lebih rinci berikut ini :

26
Sutjipto dan Mukti, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2006), h.
40.

17
a. Perencanaan

Langkah awal dalam sebuah proses melakukan proses


perencanaan. Nanang Fatah mengartikan perencanan
sebagai tindakan menetapkan terlebih dahlulu apa
yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya,
apa yang harus dikerjakan dan siap yang
mengerjakannya.27 Perencanaan sering juga disebut
jembatan yang nnenghubungkan kesendangan atau
jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang
diharapkan terjadi pads masa yang akan datang.

Selanjutnya Nanang Fatah juga menyebutkan bahwa


dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga
kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya
dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah
(1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2)
pemilihan program untuk mencapai tujuan itu; (3)
identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya
selalu terbatas.
b. Pelaksanaan

Setelah proses perencanaan dilakukan hingga


menghasilkan rencana kerja, maka langkah
selanjutnya adalah langkah pelaksanaan. Pelaksanaan
pada hakikatnya merupakan aktualisasi dari rencana

27
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 49.

18
kerja yang telah disusun. Fungsi pelaksanaan meliputi
proses mengoperasionalkan desain atau rancangan itu
dengan menggunakan berbagai strategi kebijakan dan
kegiatan yang terarah secara jelas, menggunakan
tenaga manusia dan fasilitias yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.

Dalam manajemen pembinaan kesiswaan, Sutjipto dan


Mukti mengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan
yang dilaksanakan dalam implementasi manajemen
pembinaan kesiswaan, yaitu penerimaan siswa,
pembinaan siswa, promosi dan mutasi, dan
pemberhentian siswa dari sekolah.28

Sebagai sebuah sistem, maka lmplementasi pembinaan


kesiswaan diawali dengan masukan (input). Masukan
dasar dalam Manajemen pesrta didik adalah siswa itu
sendiri. Untuk memperoleh masukan berupa siswa
maka dilakukan langkah penerimaan siswa. Setelah
masukan berupa siswa itu tersedia kemudian
dilanjutkan pada tahapan transformasi atau prosesi.
Pada langkah ini siswa dibina dan dikembangkan
dengan berbagai aktivitas pembinaan kesiswaan yang
telah dipersiapkan dan direncanakan. Untuk
mengetahui hasil dari proses pembinaan maka
dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi ini akan
menunjukkan tingkat pencapaian prestasi dan
kepribadian siswa. Setelah tingkat pencapaian prestasi

28
Ibid.,h. 48.

19
siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengukuran terhadap hasil evaluasi ini
(outcome).

Dengan demikian langkah-langkah pelaksanaan


pembinaan kesiswaan terdiri atas penerimaan,
penempatan, dan pengelompokkan siswa, pembinaan
siswa dan evaluasi hasil (output) serta dampak
(impact). Secara lebih rinci, masing-masing langkah
akan dijelaskan pada uraian berikut ini:

1) Penerimaan, Penempatan dan Pengelompokkan


Siswa
Penerimaan siswa adalah proses seleksi dan
pencatatan siswa yang memasuki sekolah tertentu
setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang
telah ditentukan oleh sekolah. Untuk melakukan
penerimaan siswa Baru di sekolah ada beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu;
penetapan daya tampung, penetapan syarat-syarat
bagi siswa-siswa yang siswa yang diterima, dan
pembentukan panitia penerimaan siswa.

Secara umum terdapat empat aktivitas dalam


proses penerimaan siswa baru yaitu; rekrutmen,
seleksi, orientasi, dan
penempatan/pengelompokkan. Rekrutmen
merupakan aktivitas untuk mengumpulkan calon
siswa melalui pendaftaran calon siswa, sedangkan
seleksi adalah proses pemilihan calon siswa yang

20
akan diterima sebagai siswa berdasarkan kriteria
tertentu. Sistem rekrutmen dan seleksi
penerimaan siswa tentu tidaklah sama dengan
sistem rekrutmen dan seleksi yang digunakan
untuk para pegawai, walaupun tujuan awal
keduanya sama, yaitu untuk memperoleh masukan
dasar (input) yang berkualitas sesuai dengan target
yang diharapkan. Oleh karena itu, konsepsi tentang
rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan pegawai
tidak dapat sepenuhnya digunakan dalam
rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan siswa.
Teori umum tentang sistem rekrutmen dan seleksi
siswa tidak banyak yang dapat kita temukan,
berbeda dengan teori tentang sistem rekrutmen
dan seleksi pegawai. Umunya system rekrutmen
dan seleksi siswa lebih bersifat ketentuan teknis
dan sangat bergantung pada kebijakan-kebijakan
yang berlaku dalam suatu wilayah/Negara dimana
rekrutmen dan seleksi siswa itu dilaksanakan.
2) Pembinaan Siswa
Langkah selanjutnya dalam tahapan pelaksanaan
pembinaan kesiswaan adalah melakukan
pembinaan siswa. Pembinaan siswa (student
development) menurut Drum sebagaimana yang
dikutip oleh Morril et.all., didefinisikan sebagai
berikut :

21
Pembinaan Siswa adalah suatu proses di mana
setiap orang mengalami sejumlah perubahan
kearah perilaku lebih maju, hal tersebut
diakibatkan oleh pengetahuan yang terus
meningkat menuntut tantangan dalam menjalani
hidup. la berubah ke arah perilaku lebih maju
seiring naiknya individu yang berubah dalam suatu
posisi yang berkembang lebih tinggi
mengakibatkan seseorang mengamati orang-orang,
peristiwa, dan berbagai hal dengan cara yang
berbeda.29
Pembinaan siswa (student development) adalah
proses dimana individu/peserta didik diberikan
sejumlah perlakuan yang telah dipersiapkan secara
sistematis dan bervariasi sehingga dari perlakuan
ini akan dihasilkan suatu perubahan prilaku hidup
dari individu/peserta didik yang bersangkutan
diharapkan perubahan itu dapat menjawab
tantangan dan kebututhan hidup. Perubahan yang
dimaksud adalah adanya peningkatan dalam
pengetahuan, nilai-nilai kehidupan, moralitas dan
kehidupan sosial siswa dan berinteraksl dengan
lingkungannya.
Diharapkan melalui pembinaan kesiswaan,
kemampuan yang dimiliki para siswa dapat

29
Morill, et all, Dimension of intervention for Student Development (Canada:
John Wiley and Sins, Inc, 1980), h. 23.

22
berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Pembinaan kesiswaan itu sendiri
dilakukan agar siswa mengenal Iingkungan tempat
belajar mereka, dan dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman
tentang lingkungan itu diharapkan dapat tercipta
suatu keadaan dimana siswa lebih tertib dan
mementingkan tugas-tugas belajarnya,
dibandingkan dengan kegiatan pribadi lainnya
disekolah.

Aktivitas pembinaan siswa adalah persoalan teknis


sehingga dalam implementasinya pembinaan siswa
yang dilakukan sekolah dapat beragam sesuai
dengan situasi, kondisi, kreatifitas, dan
kemampuan sekolah yang bersangkutan.
Karenanya, pembinaan siswa pada setiap sekolah
bisa beragam dan mempunyai corak atau kekhasan
masing-masing sekolah. Namun walaupun begitu
terdapat beberapa arahan dari para ahli dalam
menyusun program pembinaan siswa.

Holmes dan Wynne menyatakan bahwa ketika


sekolah akan membuat program kegiatan bagi para
siswanya hendaknya harus memperhatikan empat
fungsi utama sekolah, yaitu fungsi distribusi sosial,
fungsi pengenalan dasar-dasar ilmu pengetahuan,
fungsi pembekalan kemampuan dasar membaca,
menulis, dan berhitung, dan fungsi pembekalan

23
penjagaan diri. keempat fungsi utama sekolah
tersebut harus diselaraskan dengan enam wilayah
fungsi pendidikan, yaitu fungsi intelektual, fungsi
moral spiritual, fungsi budaya dan seni, fungsi
sosial, fungsi fisik dan fungsi kejuruan.
Morril et.all. memberikan arahan agar program
pembinaan siswa senantiasa memperhatikan tiga
hal penting dalam sistem kehidupan seorang siswa,
yaitu; pertama, pembinaan diarahkan pada
pengembangan kemampuan intelektual siswa
sehingga nantinya siswa akan mengalami
perubahan dalam pola pikir, pengetahuan, dan
kemampuan memecahkan masalah, kedua
pembinaan diarahkan pada pengembangan diri
pribadi siswa, sehingga nantinya siswa akan
mengalami perubahan dalam mengenal diri dan
memahami esensi dan tanggung jawab
kehidupannya; dan ketiga, pembinaan diarahkan
pada pengembangan kehidupan sosial siswa,
sehingga nantinya siswa akan mengalami
perubahan dalam hal bagaimana berinteraksi
dengan sesame manusia dan dengan lingkungan
sekitarnya.
Secara umum, pembinaan siswa dapat diklasifikasi
kepada dua jenis pembinaan, yaitu pembinaan
siswa yang bersifat akademik, pembinaan siswa
yang bersifat non-akademik.

24
Pembinaan siswa yang bersifat akademik adalah
pembinaan siswa yang secara langsung
berhubungan pelajaran yang diajarkan di sekolah
bersangkutan. Pembinaan siswa yang bersifat
akademik ini dibagi kepada dua jenis kegiatan,
yaitu: kegiatan intrakurikuler, yaitu kegiatan yang
dilakukan disekolah yang waktunya sesuai dengan
struktur program yang telah kegiatan yang erat
kaitannya dengan pemerkayaan pelajaran yang
dilakukan diluar jam pelajaran yang dalam
struktur program. Kegiatan ini dimaksudkan agar
apa yang telah dipelajari dalam intrakurikuler
dapat lebih dikuasai dan dipahami oleh siswa.
Kegiatan-kegiatan ini dapat merupakan
penugasan-penugasan atau pekerjaan rumah yang
merupakan penunjang kegiatan intrakurikuler.
Pembinaan siswa yang bersifat non-akademik
adalah pembinaan siswa yang tidak secara
langsung berhubungan dengan pelajaran resmi di
kelas. Dalam istilah lain, pembinaan siswa yang
bersifat non-akademik ini juga disebut kegiatan
ekstrakurikuler. Menurut Sucipto dan Mukti,
kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
memperluas pengetahuan siswa, menambah
keterampilan mengenai hubungan atar berbagai
mata pelajaran pengetahuan siswa, menambah
keterampilan mengenal hubungan antar berbagai

25
mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat,
menunjang pencapaian tujuan intrakurikuler serta
melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.

c. Pengawasan
Selanjutnya dalam Manajemen pesrta didik adalah
melakukan pengawasan, Oteng Sutisna rnengartikan
pengawasan sebagai suatu proses flungsl dan mirip
administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai
dengan apa yang semestinya terjadi. Apabila tidak
sesuai dengan semestinya maka perlu adanya
penyesuaian yang semestinya dilakukan.30

Pengawasan mempunyai peranan yang penting dalam


suatu organisasi. Pengawasan merupakan suatu yang
sangat essensial dalam kehidupan organisasi untuk
menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan tidak
menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
Dengan pengawasan akan diketahui keunggulan dan
kelemahan dalam pelakasanaan manajemen, sejak dari
awal, selama dalam proses, dan akhir pelaksanaan
manajemen.
Ada dua hal yang mendorong adanya pengawasan,
yaitu ; pertama, tujuan-tujuan individu atau kelompok
kadang-kadang atau pada umumnya bertentangan

30
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.58.

26
dengan tujuan organisasi; dan kedua, adanya jangka
waktu antara saat tujuan dirumuskan dengan saat
tujuan diwujudkan dalam hal ini adanya
penyimpangan yang perlu diluruskan.

Oteng Sutisna mengemukakan bahwa tindakan


pengawasan terdiri atas tiga langkah yang umum,
yaitu; mengukur perbuatan atau menyelidiki apa yang
sedang dilakukan, membandingkan perbuatan dengan
standar yang telah ditetapkan dan menetapkan
perbedaannya jika terdapat perbedaan, dan
memperbaiki penyimpangan dengan tindakan-
tindakan pembetulan atau tindakan perbaikan.31

Dalam pelaksanaanya, pengawasan ada yang


dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dalam arti pengawas langsung terjun ke
lapangan untuk mengawasi perilaku atau kegiatan.
Sedangkan pengawasan tidak langsung berarti
pengawas tidak secara langsung terjun mengawasi
perilaku atau kegiatan, namun mengawasi hanya
melalui laporan-laporan.

Hasil dari pengawasan itu sendiri kemudian akan


menjadi tolak ukur tingkat efektifitas atau tingkat
keberhasilan program dan juga akan menjadi bahan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
pembinaan kesiswaan di sekolah, pada saat kegiatan

31
Ibid.,h.58.

27
masih berlangsung maupun ketika kegiatan sudah
selesai. Dan juga yang terpenting adalah bahwa hasil
dari hasil pengawasan ini haruslah ditindaklanjuti,
sebab bila ditindaklanjuti tentu hasil dari pengawasan
ini akan tidak bernilai. Selanjutnya juga hasil dari
pengawasan ini akan dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan pada saat
penyusunan kembali perencanaan pembinaan pada
periode selanjutnya.

28
BAB II
Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta
didik

A. Faktor-Faktor Manajemen peserta didik

Dalam mengkaji faktor manajemen peserta didik ada


dua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas peserta didik
yaitu factor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang ada pada diri Kepala
Madrasah, dan guru tentu sangat terpengaruhi, terhadap
usaha mereka dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun faktor-faktor internal yang dimaksud antara lain :

1. Wawasan dan Kemampuan Professional


Mengajar, mendidik, melatih dan melakukan evaluasi/
penilaian merupakan tugas guru. Atas dasar tugas itulah
maka setiap guru di tuntut untuk memilik kemampuan
profesional untuk mengayomi anak didiknya.32

Mendidik yaitu mentransfer nilai-nilai pada anak didik


peran pendidik sangat penting termasuk didalamnya
transfer nilai-nilai moral dimana anak didik didorong,
dibimbing dan diarahkan Untuk sikap atau tingkah laku
yang baik.

32
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar (Bandung: Alfabeta, 2006). h. 54.

29
Adapun sikap mental yang dimaksud antara lain Ikhlas
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya (tanpa pamrih), kemampuan untuk bekerja
keras, tabah, sabar dan tak pernah kenal dan menyerah
dan senantiasa meningkatkan kemampuan segala
bidang, terutama yang relevan dengan tugas pokoknya,
memiliki sifat-sifat terpuji (akhlakul karimah) dan
berusaha menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela
karena guru adalah teladan bagi para peserta didik
kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas profesi
yang disandangnya.
2. Pengalaman Lapangan
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman
adalah guru yang terbaik (experience is the best teacher).
Bila pepatah ini masih berlaku, berarti faktor
pengalaman juga sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan.
Pengalaman dapat di peroleh dari diri sendiri maupun
pengalaman dari orang lain/teman seprofesi.
Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman
daam kegiatan pendidikan, baik dalam bentuk kegiatan
intra maupun ekstra kurikuler. Misalnya ada guru yang
selama mengajar belum pernah membuat rencana
pengajaran. Artinya dia mengajar hanya berdasarkan
buku paket yang ada. Hasil belajar mengajar yang
diperoleh pun tentu tidak akan sebaik guru yang selalu
mempersiapkan Rencana Pengajaran pada setiap kali

30
pertemuan/setiap kali belajar mengajar. Dari dua
pengalaman yang berbeda ini perlu ada kesepakatan
untuk mengikuti atau mengambil yang terbaik, dari
sinilah kita melihat bahwa pengalaman itu sangat
diperlukan.
3. Kerjasama
Dalam setiap kegiatan organisasi dan managemen tidak
ada konsep yang menyatakan bahwa tujuan dapat
dicapai sendiri. Akan tetapi sebaliknya bahwa tujuan
akan tercapai berkat hasil kerjasama antara dua orang
atau lebih.

Begitu pula halnya dengan kegiatan pendidikan, baik di


sekolah umum maupun madrasah. Untuk mencapai
suatu tujuan sangat diperlukan kerjasama antar semua
unsur yang terkait. Misalnya proses belajar mengajar
akan berhasil bila terjadi kerjasama antara guru dan
siswa, proses belajar mengajar akan berjalan dengan
baik bila di dukung oleh, pengawas dan kepala sekolah
sebagai Pembina, serta adanya kerjasama dengan guru-
guru lain di sekolah tersebut maupun guru di sekolah
lain.
Tegasnya untuk mencapal suatu tujuan di perlukan
kerjasama yang baik dari semua pihak dan kerjasama ini
harus dimiliki oleh setiap guru.

31
Di samping faktor internal, faktor eksternalpun sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor
eksternal tersebut antara lain:
4. Sarana dan prasarana
Sebaik apapun tujuan yang dirumuskan dan sesiap
apapun manusianya (guru dan siswa) untuk melakukan
suatu kegiatan, pada akhirnya akan terbentur pada
sarana dan prasarana yang tersedia. Hal ini berarti
bahwa faktor sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan Madrasah
diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan
tujuan kurikulum. Fasilitas yang dimaksud adalah
sarana dan prasarana madrasah. Sarana dan prasarana
Madrasah adalah "semua benda bergerak maupun yang
tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengelolaan sarana dan prasarana Madrasah pada
manajemen pesrta didik mengenai keseluruhan proses
pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk menunjang tujuan
manajemen pesrta didik di Madrasah sehingga dapat
tercapai secara efektif dan efisien.

Aktivitas yang terdapat dalam pengelolaan sarana dan


prasarana Madrasah adalah: (1) perencanaan

32
kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4)
inventarisasi, (5) pemeliharaan, ( 6) penghapusan,
dan (7) pengawasan.33

a. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan Kebutuhan sarana dan prasarana
Madrasah didasarkan pada pertimbangan :

 Perkembangan kebutuhan zaman, seperti


pengadaan media pendidikan yang moderen.
 Pengganti sarana dan prasarana yang
rusak,dihapuskan, atau hillang.
 Persediaan barang.

b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Madrasah


Pengadaan adalah kegiatan untuk rnenghladirkan
sarana dan prasarana Madrasah dalam rangka
menunjang pelaksanaan manajemen pesrta didik.
Dana untuk pengadaan sarana dan prasarana
Madrasah ini bisa berasal dari dana rutin, bantuan
masyarakat dan dana bantuan pemerintah daerah.
c. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Madrasah
Penyimpanan sarana dan prasarana adalah kegiatan
yang dilakukan dalam mengurus, menyelenggarakan,
dan mengatur sarana dan prasarana di ruang
penyimpanan atau gudang penyimpanan ini dilakukan

33
Ibid.,h. 75.

33
dalam rangka barang tidak rusak dari mudah
dihadirkar jika dibutuhkan. Oleh karena itu,
penyimpanan ini bersifat sementara.

d. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Madrasah


Inventarisasi sarana dan prasarana merupakan
kegiatan mengurus, menyelenggarakan, mengatur, dan
mencatat sarana dan prasarana yang menjadi milik
Madrasah berdasarkan daftar inventaris.
Daftar inventaris merupakan suatu dokumen yang
berisi jenis dan jumlah barang baik bergerak maupun
tidak bergerak yang menjadi milik dan dikuasai oleh
oleh Negara dibawah tanggung jawab Madrasah.
Daftar inventaris ini terdiri dari: a) Kartu inventaris
ruangan, b) Kartu inventaris barang, dan c) buku
inventaris.

e. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Madrasah


Pemeliharaan sarana dan prasarana Madrasah
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menjaga atau mencegah dari kerusakan
barang. Pemeliharaan ini seyogyanya dilakukan secara
kontinu sehingga barang tetap baik ban siap dipakal.
Pemeliharaan ini hendaknya dilakukan oleh tenaga
yang fropesional yang mampu merawat barang
dengan baik. Pelaksanaan pemeliharaan ini meliputi:
perawatan, pencegahan kerusakan, dan penggantian
ringan.

34
f. Penghapusan Sarana dan Prasarana
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan
kegiatan meniadakan barang-barang milik Madrasah
tidak berguna lagi atau karena biaya pemeliharaannya
sudah terlalu mahal. Penghapusan hendaknya
dilakukan dengan transparan agar tidak terjadi
penyalahgunaan barang-barang Madrasah tersebut.

g. Pengawasan Sarana dan Prasarana Madrasah


Pengawasan sarana dan prasarana Madrasah
merupakan kegiatan pengamatan, pemeriksaan, dan
penilaian terhadap pelaksanaan manajemen sarana
dan prasarana agar tidak terjadi penyimpangan,
penggelapan, dan penyalahgunaan. Pengawasan ini
dilakukan dalam rangka untuk mengoptimalkan
penempatan sarana dan prasarana Madrasah.
5. Budaya Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekaligus
sebagai sumber belajar dan pusat pendidikan
hendaknya mampu menciptakan situasi yang kondusif.
Budaya sekolah merupakan faktor eksternal yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta
didik.
Disamping kebersihan, disiplin, keamanan dan
kenyamanan serta keramah tamahan sekolah sangat
besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak
peserta didik. Menjaga kualitas budaya sekolah, menjadi

35
kepala sekolah dan seluruh personil yang ada di sekolah
tersebut.
6. Pengawasan
Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan adalah pengawasan. Dalam hal ini ada dua aspek
pengawasan yang dapat dilakukan di sekolah yaitu
pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah
tersebut dan pengawasan fungsional yang dilakukan
oleh pengawas.
Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang
terdapat pada diri setiap pemimpin. Beres tidaknya
pelaksanaan manajemen pesrta didik di sekolah
tersebut sangat di pengaruhi oleh berjalan tidaknya
fungsi pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
Selanjutnya, dalam menata pesrta didik/ kesiswaan
seorang manajer harus memperhatikan beberapa
prinsip mendasar seperti yang dikemukakan oleh
Syafaruddin yang mengatakan ada empat prinsip yaitu:
(1). Siswa harus diperlakukan sebagai subjek bukan
objek dan harus didorong untuk aktif dalam setiap
perencanaan; (2). Kondisi siswa yang beragam baik
ditinjau dari fisik, kemampuan intelektual, sosial,
ekonomi, dan lain-lain; (3). Menciptakan suasana belajar

36
yang menyenangkan; dan (4). Mengembangkan potensi
siswa secara menyeluruh.34

34
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat
Press, 2005). h. 262.

37
BAB III
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP MANAJEMEN
PESERTA DIDIK

A. Tujuan Dan Fungsi Manajemen pesrta didik


1. Tujuan manajemen pesrta didik
1) Tujuan umum
Tujuan umum manajemen pesrta didik adalah
bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan-kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran
di sekolah dapat berjalan lancer, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan.
2) Tujuan khusus
a. Meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan
pskimotor siswa.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan
umum (kecerdasan) , bakat dan minat siswa .
c. Manyalurkan aspirasi , harapan dan memenuhi
kebutuhan siswa.
d. Denga terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan
siswa dapat mencapai kebahagiaan dan

38
kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar
dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.35

2. Fungsi manajemen pesrta didik


1) Fungsi secara umum

Fungsi manajemen pesrta didik secara umum adalah


sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin , baik yang berkenaan dengan segi-
segi aspirasinya, segi invidualitasnya , segi sosialnya
,segi kebutuhannya dan segi-segi potensi siswa lainnya.
2) Fungsi secara khusus

a. Fungi yang berkenaan dengan pengembangan


individualitas siswa ialah agar mereka dapat
mengembangkan potensi-potensi individualitsnya
tanpa hambatan .
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan
fungsi sosil siswa ialah agar siswa dapat mengadakan
sosialisasinya dengan sebayanya , dengan orang tua
dan keluarganya, dengan lingkungan sosial
sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi
dan harapan siswa , ialah agar siswa tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya.

35 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-
sekolah

39
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan ialah agar siswa
terpenuhi kesejahteraanya .

B. Prinsip-prinsip Manajemen Peserta didik


Yang di maksud dengan prinsip adalah sesuatu yang
harus dipedomi dalam melaksanakan tugas . jika sesuatu
tersebut sudah tiak di pedomi lagi, maka akan tangal sebagai
suatu prinsip.36 Prinsip manajemen pesrta didik
mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj
kesiawaaan, prinsip-prinsip yang di sebutkan di bawah ini
haruslah selalu di pegang dan di pedomi.adapun prinsip-
prinsip manajemen kesiswan di antaranya ialah :
1. Manajemen pesrta didik di pandang sebagai bagian dari
keseluruhan manajemen sekolah . oleh karena itu , ia
harus mempunyai tujuan yang sama dan tau
mendukung tahap tujuan manajemen keseluruhan .
2. Segala bentuk kegiatan manajemen kesiswan haruslah
mengemban misi pendidikan dan dalam rangka
mendidik para siawanya.
3. Kegiatan manajemen kesiswan haruslah diupayakan
untuk mempersatukan siswa yang mempunyai aneka
ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan.

36 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-
sekolah

40
4. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah dipandang
sebagi upaya pengaturan terhadap pembimbingan
siswanya.
5. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah mendorong
dan memacu kemandirian siswa
6. Apa yang di berikan kepada siswa dan yang selalu
diupayakan oleh kegiatan manajemen pesrta didik
haruslah fungsional bagi kehidupan siswa baik di
sekolah lebih-lebih di masa depan .

C. Pendekatan Manajemen peserta didik


Ada dua pendekatan yang digunakan dalam
manajemen pesrta didik ( yeager , 1994)
1. Pendekatan kuntitatif ( the quantitative approach)
pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi
administratifdan biroktratif lembaga pendidikan . dalam
pendektaan demikian, kesiswaan dihrapkan bnyak
memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan
lembaga pendidikan di tempat kesiswaan tersebut
berada.37
2. Pendekatan kualittif (the qualitative approach )
pendekatan ini lebih memberikan perhatian pada
kesejahteraan kesiswaan . jika pendekatan kuantitatif
ini lebih diarahkan agar kesiswaan senang . asumsi dari
pendekatan ini adalah , jika kesiswaan senang dan
sejahtera maka mereka dapat belajar dengan baik serta

37 Loc.cit

41
senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri
di lembaga pendidikan seperti sekolah .

42
BAB IV
PROSEDUR PERENCANAAN PESERTA DIDIK

A. Batasan Perencanaan Peserta Didik


Perencanaan merupakan terjemahan dari kata
planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah
memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan.
Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia
berkenaan dengan kurun waktu dan bukan kurun tempat.
Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil
dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud
rumusan tertulis. Dengan kata, jika rencana yang terumus
secara tertulis tersebut belum ada, maka aktivitas
perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil.
Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas
memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan
berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak
peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan
lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang
harus dikerjakan berkenaan dengan peserta didik sampai
dengan pelulusan peserta didik.

B. Langkah-langkah Perecanaan Peserta Didik


Ada beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam perencanaan peserta didik.langkah-langkah tersebut
meliputi:

43
1. Perkiraan (forcasting)
Yang dimaksud dengan perkiraan (forcasting) adalah
menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi
ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang disertakan
dalam hal ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Kelampauan
Adalah dimensi yang berkenaan dengan pengalaman-
pengalaman masa lampau penanganan peserta didik.
Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik
pada masa lampau harus selalu diingat dan diulang
kembali, sementara kegagalan penanganan peserta
didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat dan
dijadikan pelajaran.

b. Dimensi Kekinian
Adalah dimensi yang berkaitan erat dengan faktor
kondisional dan situasional peserta didik di masa
sekarang ini. Keadaaan peserta didik yang senyatanya
sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan
peserta didik. Semua keterangan, informasi dan data
mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar
dapat ditetapkan kegiatan-kegiatannya, dan
konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut pada
biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.
c. Dimensi Keakanan
Adalah dimensi yang berkenaan dengan antisipasi ke
depan peserta didik. Ha-hal yang diidealkan dari
peserta didik di masa depan, haruslah dapat dijangkau

44
seberapa pun jangkauannya. Pemikiran mengenai
peserta didik dalam perkiraan ini, tidak saja hanya
untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga
tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta
didik di masa depan.
2. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju,
dan oleh karena itu ia tidak dapat dicapai. Tujuan ini
dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan
sudut kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka
panjang, kemudian dijabarkan ke dalam tujuan jangka
menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang
digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Ada juga rumusan tujuan final atau akhir yang
dijabarkan ke dalam tujuan sementara.

3. Kebijakan
Yang dimaksud dengan kebijakan adalah
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat
dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan. Bisa
jadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan,
sebaliknya, bisa juga beberapa tujuan atau target
membutuhkan satu kegiatan.
4. Pemograman (Penyusun Program)
Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang
bermaksud memilih kegiatan-kegiatan yang sudah
diindentifikasi sesuai dengan langkah kegiatan.
Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak

45
semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut nantinya
dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain, penyusunan
program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang
sudah diidentifikasi dalam kebijakan.

Ada beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan


ini. Pertama, berkaitan dengan pertanyaan: apakah
kegiatan-kegiatan yang di pilih tersebut memang paling
besar kontribusinya terhadap pencapaian target? Kedua,
berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan
tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan segi
tenaga, biaya dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah?
Atau dengan kata lain, seberapa besar dampak positif
kegiatan tersebut bagi peserta didik? Ketiga, berkaitan
dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan mengingat waktu yang tersedia? Keempat,
berkaitan dengan pertanyaan: apakah tidak ada faktor-
faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada, apakah
mungkin hal tersebut dapat diatasi berdasarkan estimasi-
estimasi dan pertimbangan-pertimbangan yang telah
dibuat?

1. Langkah- langkah
Yang dimaksud dengan langkah-langkah (procedure)
adalah merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktivitas
dalam hal ini, yakni aktivitas pembuatan skala prioritas,
aktivitas pengurutan dan aktivitas menyusun langkah-

46
langkah kegiatan. Yang dimaksud dengan pembuatan
skala prioritas adalah menetapkan rumusan. Faktor-
faktor yang harus dijadikan penentu dalam membuat
skala prioritas ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa jauh kegiatan tersebut memberikan


kontribusi bagi pencapaian targetnya?
b. Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak untuk
dilaksanakan dilihat dari segi kebutuhan?
c. Apakah kegiatan tersebut mengikuti periode waktu
tertentu, misalnya saja periode bulan dan tanggal?
d. Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana dan
sarananya bagi kegiatan tersebut cocok dengan
waktunya?

Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang


sesuatu yang diprioritaskan. Pengulangan demikian,
bukan dimaksudkan untuk pemborosan, melainkan
memberi ketegasan kembali mengenai urutan
pelaksanaan kegiatan. Penegasan demikian perlu
dilakukan, agar jelas mana kegiatan yang menjadi skala
prioritas dan yang tidak menjadi skala prioritas.
Penegasan demikian juga perlu dilakukan, agar prioritas
sekolah tidak mudah dilupakan oleh personalia sekolah.

2. Penjadwalan
Yang dimaksud dengan schedule adalah penjadwalan.
Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan urutan
prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas

47
pelaksanaannya, dan di mana dilaksanakan. Dengan
adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan
memberikan bantuan di bidang manajemen peserta
didik akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya,
serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut.
Yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis
kegiatannya secara urut, kapan dilaksanakan, siapa yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan, bahkan kalau
perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan.
Dengan jadwal demikian, diharapkan kegiatan yang
direncanakan akan dapat dilaksanakan. Adanya jadwal
demikian, juga memberikan kemungkinan bagi mereka
yang konsen untuk memberikan bantuan, baik bantuan
yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana
dan biaya.

3. Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan.
Pertama, mengalokasikan biaya. Yang dimaksud dengan
alokasi disini adalah perincian mengenal biaya yang
dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Pengaplikasian di sini hendaknya dibuat
serinci dan serealistik mungkin.
Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya
demikian perlu disebutkan secara jelas, agar mudah
menggalinya. Ada sumber-sumber biaya yang bersifat
primer dan sumber-sumber biaya yang bersifat
sekunder. Baik sumber biaya primer maupun sumber

48
biaya sekunder haruslah sama-sama dicantumkan, agar
dapat memberi petunjuk kepada mereka yang terkait
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

C. Sensus Sekolah
Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana
atau kegiatan prinsip untuk mengumpulkan informasi yang
berguna untuk perencanaan dalam berbagai kegiatan dalam
program sekolah (Atkinson, 1965). Sedangkan menurut
Yeager (1945) sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap
siswa yang berada pada usia sekolah. Berarti, sensus
sekolah adalah suatu aktivitas yang bermaksud
mengumpulkan informasi mengenai anak usia sekolah di
suatu daerah (area) tertentu, berdasarkan data dari hasil
sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan
layanan kepada peserta didik.
Fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar
pembagian anggaran belanja dan sarana untuk
mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi
khusus sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai
dengan sudut pandang dan latar belakang serta daerah
mereka.
Menurut Calvin Greader (1981), fungsi khusus sensus
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penentuan kebutuhan program sekolah.
2. Penentuan bidang school attendance.
3. Pemberian fasilitas transportasi.

49
4. Perencanaan program pendidikan dari melayani
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.
5. Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang
kerja bagi anak.
6. Menyediakan fasilitas pendidikan.
7. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat.
8. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat.
9. Mendapatkan informasi dari berbagai macam
kesejahteraan masyarakat, yayasan dan sebagainya.

Sementara itu, Smith Akinson berpendapat bahwa


fungsi sensus sekolah dapat dikemukakan dengan
menggunakan rasional berikut:
1. Biaya sekolah bergantung kepada jumlah peserta didik.
2. Batas daerah anak sekolah dipengaruhi oleh jumlah
penduduk.
3. Jumlah guru yang dibutuhkan bergantung kepada
populasi peserta didik.
4. Transportasi dan fasilitas sekolah harus diberikan
kepada peserta didik.
5. Keadaan rumah peserta didik perlu diketahui.
6. Bangunan sekolah berdasarkan jumlah peserta didik
dan kebutuhan pendidikannya.
7. Penerangan kelas berdasarkan atas keadaan dan jumlah
peserta didik.
8. Buku teks, peralatan dan fasilitas sekolah haruslah
berdasarkan pendaftaran enrollmen peserta didik.

50
9. Jumlah anggota staf bergantung registrasi peserta didik
pada masing-masing pelajaran.

Jelaslah bahwa sensus sekolah sangat besar artinya


bagi perencanaan suatu sekolah. Oleh karena itu, dalam
merencanakan peserta didik, yang dimulai dari tahap
prakiraan sampai dengan pembiayaan di atas, haruslah
berdasarkan pada data yang diperoleh dari sensus sekolah.
Hanya dengan cara itu, program-program yang akan dibuat
benar-benar realistik sesuai dengan kebutuhan.

D. Ukuran Sekolah dan Kelas


1. Ukuran Sekolah
Dari sensus sekolah antara lain akan diketahui dan
didapatkan mengenai school size. Yang dimaksud
dengan school size adalah perbandingan antara jumlah
sekolah dengan jumlah peserta didik di suatu daerah.
Perbandingan demikian dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut.

SS = Di mana:

SS = School Size
JP = Jumlah peserta didik
JS = Jumlah sekolah

Jika jumlah peserta didik pada suatu daerah adalah


15.000, sementara jumlah sekolah adalah 150, maka
ukuran sekolah (SS) adalah 15.000 : 150 = 100

51
2. Ukuran Kelas
Setelah ukuran sekolah (school size) didapatkan,
kemudian dapat dihitung class size. Yang dimaksud
dengan class size adalah hasil perbandingan antara
jumlah kelas dengan jumlah peserta didik di suatu
daerah. Perbandingan demikian, dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

CS =

Di mana:
CS = Class Size
JP = Jumlah peserta didik
JK = Jumlah kelas

Jika jumlah peserta didik adalah 15.000 sedangkan


jumlah kelasnya adalah 500, maka ukuran kelas (CS)
adalah 15.000 : 500 = 30
3. Ukuran Kelas Ideal
Yang di maksud dengan kelas adalah jumlah peserta
didik dalam suatu kelas. Ukuran kelas yang ideal secara
teoritik 30 sampi 35 peserta didik. Sedangkan
kebijaksanaan pemerintah mengenai ukuran kelas
khususnya di sekolah dasar kita adalah 40-45 orang
peserta didik.
4. Rata-rata Ukuran Kelas
Yang di maksud dengan rata-rata ukuran kelas (Average
Size of Class ) adalah rata-rata peserta didik dalam kelas

52
di suatu sekolah. Untuk menghitung Average Size of
Class di pergunakan rumus sebagai berikut.
∑ ∑ ⋯
=
Di mana:
ASC = Averege size class
∑ = Sigma
P = Peserta didik
K = Kelas
1 = Tingkat atau kelas

Jika jumlah peserta didik pada kelas 1 adalah 45, kelas 2


adalah 40, kelas 3 adalah 45, kelas 4 adalah 40, kelas 5
adalah 40, dan kelas 6 adalah 35, maka rata-rata ukuran
kelas adalah:
ASC =

ASC = 41

5. Rasio Murid dengan Guru


Yang di maksud dengan rasio murid (pupil teacher ratio)
adalah perbandingan antara banyaknya peserta didik
dengan guru per full timer. Adapun rumus yang di
pergunakan untuk menghitung pupil teacher ratio
adalah sebagai berikut:
PTR=

Di mana:
PTR = Pupil teacher ratio

53
JG = Jumlah guru
JS = Jumlah siswa

Jika jumlah guru sebanyak 25, sementara jumlah siswa


berjumlah 500, maka rasio murid adalah = 25 : 500 = 1
:20.
6. Daya Tampung Kelas dan Sekolah
Daya tampung kelas berdasarkan ukuran ruang
disarankan 1,2 meter per orang atau peserta didik. Daya
tampung sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat
dibedakan antara yang single shift dan double shift.
Pada sekolah yang menggunakan single shift berlaku
rumus sebagai berikut.
DT = ∑B(M)- TK
Di mana:
DT = Daya tampung
B = Bangku
M = Muatan tiap bangku
TK = Tingkat kelas
∑ = Sigma

Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku


adalah 1 sedangkan siswa tinggal kelas adalah 5, maka
daya tampungnya adalah 40(1) – 5 = 35

54
Sementara itu, daya tampung sekolah yang
menggunakan sistem double shift dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
DT = ∑B(M) (2) – TK
Di mana:
DT = Daya tampung
B = Bangku
M = Muatan tiap bangku
TK = Tinggal kelas
∑ = Sigma

Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku


adalah 1 sedangkan siswa tinggal kelas adalah 5 maka
daya tampungnya adalah 40 (1) (2) – 10 = 70.

E. Kelas yang Efektif


Yang dimaksud dengan effectife class adalah suatu
ukuran kelas yang efektif. Semakin kecil ukuran suatu kelas,
semakin efektif. Sebaliknya semakin besar, akan semakin
tidak efektif. Tetapi ukuran kelas yang kecil, meskipun
efektif, tidaklah efisien. Sebab semakin banyak kelas yang
dibentuk dengan ukuran kecil, berarti semakin banyak
tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dibutuhkan.
Sebaliknya kelas besar, akan lebih efisien meskipun tidak
efektif.
Adapun beberapa kerugian kelas besar, yaitu sebagai
berikut:

55
1. Individualisasi pembelajaran terbatas.
2. Pelajaran yang diberikan cenderung ceramah tanpa
partisipasi kelompok dan individu.
3. Hanya terjadi komunikasi lisan, partisipasi menyeluruh
sangat kurang.
4. Kerja menulis kurang ditangani oleh guru.
5. Persiapan guru kurang, oleh karena tanggung jawab
mereka bertambah.
6. Peserta didik tidak mengenal guru secara pribadi.
7. Wawancara dengan orang tua peserta didik menjadi
berkurang karena banyaknya jumlah peserta didik.
8. Peserta didik yang mengalami atau memiliki kelainan
akan kurang terkontrol.
9. Pengembangan kurikulum tersedat-sendat, demikian
juga pengembangan pengajaran.38

Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah(Jakarta: Bumi


38 .

Aksara, 2011) hlm. 21-39

56
BAB V
KEBIJAKAN REKRUTMEN PESERTA DIDIK

A. Kebijakan penerimaan peserta didik


Kebijakan penerimaan peserta didik baru sebenarnya
menggunakan dasar-dasar manajemen peserta didik,
peserta didik dapat diterima disuatu lembaga pendidikan
seperti sekolah, haruslah memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan.
Sungguhpun setiap orang mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan layanan pendidikan, tidak secara otomatis
mereka dapat diterima di suatu lembaga pendidikan seperti
sekolah, sebab untuk dapat diterima, haruslah terlebih
dahulu memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah
ditentukan.
Kebijakan operasinal penerimaan peserta didik baru,
memuat aturan mengenai jumlah peserta didik yang didik
yang dapat diterima di suatu sekolah. Penentuan mengenai
jumlah peserta didik, tentu juga didasarkan atas kenyataan-
kenyataan yang ada di sekolah ( faktor kondisional sekolah
). Faktor kondisional tersebut meliputi : daya tamping kelas
baru, kriteria mengenai siswa yang dapat di terima,
anggaran yang tersedia, prasarana dan saran yang ada,
tenaga kependidikan yang tersedia, jumlah peserta didik

57
yang tinggal di satu tempat dan lain sebagainya.39
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik, juga
memuat sistem pendaftaran dan seleksi atau penyaringan
yang akan diberlakukan untuk peserta didik. Selain itu,
kebijakan penerimaan penerimaan peserta didik, juga berisi
mengenai suatu pendaftaran,kapan dimulai dan kapan
diakhiri. Selanjutnya, kebijakan penerimaan peserta didik
harus juga memuat tentang personalia yang akan terlibat
dalam pendaftaran, seleksi dan penerimaan peserta didik.

B. Sistem penerimaan peserta didik


Sistem yang dimaksudkan disini lebih menunjuk
kepada cara. Berarti, sistem penerimaan peserta didik
adalah cara penerimaan peserta didik baru. Ada dua macam
sistem penerimaan peserta didik baru. Pertama, dengan
menggunakan sistem promosi, sedangkan yang kedua
dengan menggunakan sistem seleksi. Yang dimaksud dengan
sistem promosi disini adalah penerimaan peserta didik,
yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang
mendaftar sebagai peserta didik disuatu sekolah, diterima
semua dengan begitu saja. Oleh karena itu, mereka yang
mendaftar menjadi peserta didik, tidak adayang ditolak.
Kedua sistem seleksi. Sistem seleksi ini dapat
digolangkan menjadi tiga macam. Pertama, seleksi
berdasarkan Daftar nilai Ebta Murni (DANEM), yang kedua

39. Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011 hlm 41-43

58
berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK),
sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil tes
masuk. Meskipun demikian, sekolah juga masih dapat
memberikan kebijaksanaan kepada masing-masing calon,
misalnya saja menunda pemenuhan persyaratan
administrative dengan batas waktu yang telah di tentukan,
sebab dengan cara demikian, sekolah memang akan lebih
mudah merekrut calon yang lebih potensial. Jangan sampai
calon yang potensial gagal mengikuti seleksi, hanya karena
tertundanya persyaratan administrative, karena ada kalanya
persyaratan administrative demikian melibatkan instansi
lain dalam pemenuhannya.
Adapun seleksi akademik, adalah sersuatu aktifitas
bermaksud mengetahui kemampuan akdemik calon. Apakah
calon yang akan di terima di suatu sekolah tersebut dapat
memenuhi kemampuan persyaratan yang di tentukan
ataukah tidak. Jika kemampuan persyaratan yang di
inginkan oleh sekolah tidak dapat di penuhi maka yang
bersangkutan tidak di terima sebagai calon peserta didik.
Sebaliknya, jika calon dapat memenuhi kemampuan
persyaratan yang di tentukan maka yang bersangkutan akan
di terima sebagai peserta didik di sekolah tersebut.40

C. Kriteria penerimaan peserta didik baru


Yang di maksud dengan kriteria adalah patokkan-
patokkan yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang

40. Ali imron Ibid : hlm 44-45

59
untuk di terima sebagai peserta didik.
Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik.
1. Adalah kriteria acuan patokkan yaitu suatu penerimaan
peseta didik yang di dasarkan atas patokkan-patokkan
yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam hal ini,
sekolah terlebih dahulu membuat patokkan bagi calon
peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat
dengan sekolah yang menerima peserta didik.
2. Kriteria acuan norma yaitu penerimaan calon peserta
didik yang di dasarkan atas keseluruhan prestasi calon
peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini
sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan
prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan
prestasi peserta didik di jumlah, kemudian di cari rata-
ratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada di atas
rata-rata di golongkan sebagai calon yang dapat di
terima. Sementara yang berada di bawah rata-rata
termasuk peserta didik yang tidak di terima.
3. Kriteria yang di dasarkan atas daya tamping sekolah,
sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah
daya tampungnya atau berapa calon peserta didik baru
yang akan di terima. Setelah sekolah menentukan,
kemudian merangking prestasi siswa mulai dari prestasi
yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Penentuan
peserta didik yang di terima di lakukan dengan cara
mengurutkan dari atas ke bawah, sampai daya tampung
tersebut terpenuhi.

60
Jika ada di antara siswa yang rangkingnya sama, maka
sekolah dapat mengambil kebijakkan antara lain, melalui tes
ulang atas siswa yang rangkingnya sama, atau dapat pula
memilih di antara mereka dengan mengamati prestasi
lainnya. Alternative mana yang di pilih, tentulah harus di
sepakati bersama dengan tenaga pendidik di sekolah sejak
awal perencanaan. Di sinilah pentinya rapat penerimaan
peserta didik baru.41

D. Prosedur penerimaan peserta didik baru


Penerimaan peserta didik termasuk salah satu
aktivitas penting dalam manajemen peserta didik. Sebab
aktivitas penerimaan ini menentukan beberapa kualitas
input yang dapat diterima oleh sekolah tersebut.
Adapun prosedur penerimaan peserta didik baru
adalah pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru,
rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan,
pemasangan atau pengiriman pengumuman, pendaftaran
peserta didik baru, seleksi, penentuan peserta didik yang
diterima, pengumuman peserta didik yang diterima dan
registrasi peserta didik yang diterima. Secara jelasnya
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
pembentukan panitia penerimaan, rapat penentuan peserta
didik baru, pembuatan pengumuman peserta didik baru,
pemasangan pengumuman peserta didik baru, pendaftaran
peserta didik baru,seleksi peserta didik baru, rapat

41. Ali imron Ibid: hlm 45-46

61
penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan pendaftaran ulang peserta
didik baru. Rapat penerimaan peserta didik baru dipimpin
oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Yang
dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan ketentuan
penerimaan peserta didik baru.
Walaupun penerimaan peserta didik merupakan
pekerjaan rutin yang dilakukan setiap tahun, tetapi
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan penerimaan
harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh
mereka yang terlibat.42
Dalam rapat ini, keseluruhan anggota panitia dapat
bicara sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dibicarakan setuntas
mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota
panitia tinggal menindaklanjuti saja. Apa yang sudah
diputuskan dalam rapat hendaknya tidak dimentahkan,
melainkan diikuti dengan langkah selanjutnya. Hasil rapat
penerimaan peserta didik baru tersebut, dicatat dalam buku
notulen rapat. Buku notulen rapat merupakan buku catatan
tentang rapat yang dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
untuk membuat keputusan-keputusan sekolah. Dalam rapat
banyak sekali pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
cemerlang yang perlu didokumentasikan. Bahan untuk
mendokumentasikannya melalui buku catatan rapat
tersebut.

42. Ali imron Ibid : 47-51

62
1. Pengertian orientasi peserta didik
Orientasi peserta didik siswa (baru) adalah kegiatan
penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta
didik itu menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini
menyangkut lingkungan fisik sekolah dan lingkungan
sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah seperti jalan
menuju sekolah, halaman sekolah, tempat olahraga,
gedung dan perlengkapan sekolah serta fasilitas fasilitas
lainnya yang disediakan lembaga. Sedangkan
lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah, guru
guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak kelas, peraturan
atau tata tertib sekolah, layanan layanan sekolah bagi
peserta didik serta kegiatan kegiatan organisasi
kesiswaan yang ada dilembaga. 43

Pemberian gambaran yang tuntas tentang sekitar


sekolah, amat membantu personil baru dalam
melaksanakan tugasnya, sebab sebagai orang baru,
banyak hal yang masih merupakan tanda tanya. Kalau
dibiarkan tidak terjawab dapat menimbulkan keragu
raguan dalam setiap tindakan dan perilaku seharri hari.
Padahal keragu raguan akan mengurangi produktivitas
kerja.
Hal hall yang perlu dilakukan dalam masa orientasi
banyak ragamnya, namun yang paling utama adalah:

43. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,


Manajemen Pendidikan(Bandung: Alfabeta,2014) hlm 60.

63
a. Sejarah sekolah. Dengan memahami sejarah sekolah
personalia baru lebih mudah terlibat atau “involve”
dalam aktivitas sekolah dan sekaligus mudah
menyesuaikan sikap dan perilaku.
b. Aktivitas yang ada. Penjelasan ini bermakna selain
untuk memberi pengertian, sekaligus mendorong
personil mengadakan pemilihan keterlibatan yang
dirasa cocok baginya.
c. Fasilitas yang tersedia. Penjelasan bidang ini tidak
kalah penting nya dengan jumlah dan jenis fasilitas
yang tersedia dapat memperlancar tindakan dan
program kerja.
d. Persepsi masyarakat. Memahami persepsi
masyarakat terhadap sekolah membantu personil
baru dalam menetukan tindakan tanpa harus diberi
penjelasan rinci oleh kepala sekolah.
e. Perkenalan oleh personil sekolah lainnya. Tindakan
ini selain untuk menciptakan keakraban juga untuk
memberi bimbingan kepada personil baru dalam
bersikap.44

2. Alasan dan batasan orientasi peserta didik


Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa lingkungan
sekolah peserta didik yang lama telah ditinggalkan
mereka berganti dengan lingkungan sekolah yang baru,

44. Nurhamiyah, S.Pd Mohammad Jauhar, S.Pd, Pengantar Manajemen


Pendidikan di Sekolah(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2015) hlm73

64
dengan penghuni dan budaya yang baru. Oleh karena itu
peserta didik perlu orientasi. Dengan orientasi tersebut
peserta didik akan siap menghadapi lingkungan dan
budaya baru di sekolah, yang dapat saja berbeda jauh
dengan sebelumnya.
Kian tinggi jenjang lembaga pendidikan, kian berat
tuntutan tuntuan yang harus dipenuhi oleh peserta
didik. Daya saing lingkungan baru tersebut, relatif lebih
ketat dibandingkan dengan lingkungan sebelumnya.
Orientasi peserta didik baru diharapkan dapat
menghantarkan peserta didik pada suasana baru yang
berbeda dengan sebelumnya. Dengan demikian, peserta
didik akan sadar, bahwa lingkungan baru dimana ia
akan memasukinya, membutuhkan pikiran, tenaga dan
waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan
lingkungan sekolah sebelumnya.45
3. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik
Tujuan orientasi peserta didik baru adalah sebagai
berikut:
a. Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai
diri mereka sendiri di tengah tengah lingkungan
barunya.
b. Agar peserta didik mengenal lingkungan sekolah,
baik lingkungan fisiknya, maupun lingkungan
sosialnya.

45. Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd, M.Si, Manajemen Peserta Didik Berbasis
Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 72-73

65
c. Pengenalan lingkungan sekolah demikian sangat
penting bagi peserta didik dalam hubungan nya
dengan: a). Pemanfaatan semaksimal mungkin
terhadap layanan yang dapat diberikan oleh sekolah.
b). Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara
optimal.
d. Menyiapkan peserta didik secara fisik, mental dan
emosional agar siap menghadapi lingkungan baru
sekolah.

Adapun fungsi orientasi peserta didik adalah sebagai


berikut:

a. Bagi peserta didik sendiri, orientasi peserta didik


berfungsi sebagai: a). Wahana untuk menyatakan
dirinya dalam konteks keseluruhan lingkungan
sosialnya. Diwahana ini peserta didik dapat
menunjukkan: inilah saya kepada teman sebayanya.
b). Wahana untuk mengenal siapa lingkungan
barunya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
menentukan sikap.
b. Bagi personalia sekolah dan atau tenaga
kependidikan, dengan mengetahui siapa peserta
didik barunya, akan dapat dijadikan sebagai titik
tolak dalam memberikan layanan layanan yang
mereka butuhkan.
c. Bagi para peserta didik senior, dengan adanya
orientasi ini akan mengetahui lebih dalam mengenai

66
peserta didik penerusnya disekolah tersebut. Hal ini
sangat penting terutama berkaitan dengan
kepemimpinan estafet organisasi peserta didik
disekolah tersebut.46

Hari hari pertama sekolah bagi peserta didik adalah hari


yang secara campur aduk. Campur aduk antara senang,
khawatir, bangga, dan kadangkala cemas. Senang dan
bangga, karena baru saja diterima menjadi peserta didik
disekolah yang dipilihnya. Khawatir dan cemas karena
ia akan berhadapan dengan tugas tugas baru yang lebih
berat dibandingkan dengan masa masa sebelumnya.
Oleh karena yang dihadapi peserta didik baru tersebut
adalah hal hal yang serba baru, maka hasrat ingin tahu
mereka terhadap lingkungan baru tersebut sangat
besar. Siapa saja guru di sekolah tersebut, siapa saja
pejabat prjabat disekolah tersebut, dan bagaimana
penampilan orangnya, adalah pertanyaan pertanyaan
yang seringkali menggoda peserta didik baru. Demikian
juga keahlian gurunya, bidang study yang akan
diajarkan seringkali ingin diketahui oleh mereka.
Para peserta didik baru ini juga seringkali tidak sabar
dengan keingintahuannya tentang perpustakaan
sekolah, laboratorium sekolah serta berbagai macam
jenis layanan yang didapatkan di sekolah. hal demikian
wajar mengingat lingkungan baru sekolah yang lebih

46. Ibid hlm 74

67
tinggi dibandingkan sekolah mereka sebelumnya,
menimbulkan persepsi lebih bagi peserta didik terhadap
sekolah barunya. Kelebihan kelebihan inilah yang segera
ingin mereka ketahui.

Tidak jarang, peserta didik sebenarnya telah mengenal


sekolah tersebut melalui brosur brosur, berita berita
dikoran, serta berita dari teman temannya. Oleh karena
itu, ia ingin tahu kenyataannya terhadap sekolah
tersebut, begitu ia diterima sebagai peserta didiknya.
Oleh karena itulah, pada hari hari pertama sekolah
peserta didik diperkenalkan secara global mengenai
sekolahnya, personalianya, jenis jenis layanan yang
dapat dimanfaatkan dan sebagainya. Perkenalan secara
menyeluruh tersebut dilakukan bersama dengan
penerimaan secara resmi terhadap peserta didik oleh
kepala sekolah.
Pada saat penerimaan peserta didik, para peserta didik
dikumpulkan digedung pertemuan yang dapat
menampung secara keseluruhan. Didepan mereka
duduk kepala sekolah beserta guru guru dan karyawan
sekolah. dengan demikian, pada saat mereka
diperkenalkan, para peserta didik akan dapat melihat
mereka dengan mudah.
Pada saat itu kepala sekolah memberikan sambutan
penerimaan. Isi sambutan itu antara lain adalah sejarah
singkat sekolah, prestasi prestasi yang peranah diraih,
pernyataan penghargaan kepada peserta didik yang

68
secara jeli telah menjadikan sekolah tersebut sebagai
pilihan untuk memobilisasi diri. Selanjutnya, kepala
sekolah memperkenalkan wakil kepala sekolah, guru
guru beserta keahlian dan pengalamannya, personalia
sekolah dengan jenis jenis layanan yang akan dia
berikan, tokoh tokoh organisasi peserta didik, dan
sebagainya. 47

E. Orientasi peserta didik


Pekan orientasi peserta didik adalah kelanjutan dari
orientasi hari hari pertama masuk sekolah. jika pada hari
hari pertama masuk sekolah, peserta didik diperkenalkan
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah
secara global, maka pekan orientasi studi ini mereka
diperkenalkan secara rinci.
Adapun lingkungan sekolah yang diperkenalkan
secara rinci tersebut adalah peraturan dan tata tertib
sekolah, guru dan personalia sekolah, perpustakaan sekolah,
laboratorium sekolah, bengkel sekolah, kafeteria sekolah,
bimbingan dan konseling sekolah, layanan kesehatan
sekolah, layanan asrama sekolah, orientasi program studi,
cara belajar yang evektif dan efisien disekolah dan
organisasi peserta didik.48

47. Ibid hlm 76


48. Ibid hlm 77

69
1. Peraturan dan tata tertib sekolah
Para peserta didik baru perlu diperkenalkan dengan tata
tertib sekolah. Sebab, tata tertib sekolah ini mengatur
perilaku peserta didik di sekolah. Adapun tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi oleh peserta adalah:

a. Peserta didik wajib berpakaian sesuai dengan


ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah.
b. Peserta didik wajib memelihara dan menjaga
ketertiban serta menjunjung tinggi nama baik
sekolah.
c. Peserta didik harus hadir disekolah paling lambat
lima menit sebelum pelajaran dimulai.
d. Peserta didik harus siap menerima pelajaran yang
telah di tetapkan oleh sekolah.
e. Pada jam istirahat para peserta didik para peserta
didik tidak dibenarkan ada dalam ruang kelas atau
meninggalkan pekarangan sekolah, kecuali ijin
kepada kepala sekolah.
f. Selama jam sekolah berlangsung, peserta didik
dilarang meninggalkan sekolah tanpa izin kepada
sekolah.
g. Setiap peseerta didik yang tidak dapat mengikuti
pelajaran harus dengan menunjukkan keterangan
yang sah.
h. Setiap peseta didik wajib memekihara dan menjaga
kebersihan sekolah.

70
i. Peserta didik tidak dibenarkan membawa rokok atau
merokok, baik didalam kelas, maupun halaman
sekolah, dan lingkungannya,
j. Peserta didik dilarang berpakaian yang berlebihan
dan memakai perhiasan yang mencolok.
k. Peserta didik dilarang menbawa segala sesuatu yang
dapat mengganggu pelajran.
l. Peserta didik dilarang mengadakan kegiatan legiatan
yang dapat mengganggu pelajran disekolah.
m. Setiap peserta didik wajib membayar SPP setiap
bulan selambat lambatnya tgl 10 setiap bulan.
n. Pelanggaran atas tata tertib sekolah dapat
menyebabkan peserta didik dikeluarkan daari
sekolah setelah mendapat peringatan lisan, tertulis
dan skorsing sementara.

2. Guru dan personalia sekolah


Pada pekan orientasi pesrta didik ini para peserta didik
harus diperkenalkan dengan guru guru dan personalia
sekolah secara detail. Perkenalan mengenai guru dan
personalia ini meliputi: tempat dan tanggal lahirnya,
statusnya, jumlah anaknya, alamatnya, latar belakang
pendidikannya, bidang keahliannya, pengalamannya,
prestasi prestasi yang pernah dicapaidan karya
karyanya.
Perkenalan secara detai demikian sangat penting, agar
peserta didik mengetahui lebih banyak tentang gurunya

71
dan personalia sekolah yang akan memberikan layanan
kepadanya. Lebih jauh, peserta didik akan dapat
mengetahiu alamat, dan kepada siapa menyampaikan
masalah yang sedang dihadapi. Peserta didik akan tahu,
kepada guru mana ia harus mengadukan mata pelajaran
dan personalia sekolah ini.
3. Perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah ini juga harus di perkenalkan
kepada peserta didik. Yang diperkenalkan menyangkut
siapa yang mengelola dan mengepalai, dan apa saja
tugas dan tanggung jawab mereka. Pesert didik perlu
diperkenalkan berapa jumlah koleksi bahan pustaka
yang dipunyai perpustakaan sekolah, macam macam
dan jenis koleksi buku, dari mana koleksi yang dipunyai
selama ini. Peserta didik juga diperkenalkan dengan
layanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan,
misalnya saja layanan baca, peminjaman, pemesanan,
dan pengembalian.
4. Labolatorium sekolah
Layanan laboratorium ini juga perlu diperkenalkan
kepada peserta didik baru, tidak berbeda dengan
pengenalan perpustakaan, peserta didik terlebih dahulu
diperkenalkan kepada para petugas laboratorium
petugas dan tanggung jawabnya.
Lebih lanjut peserta didik diberi informasi mengenai
macam macam laboratorium yang dimiliki oleh sekolah,

72
termasuk sarana dan prasarananya, perlengkapan dan
atau fasilitas yang dipunyai. Tata cara menggunakan
masig masing laboratorium beserta dengan petunjuk
teknisnya perku juga disampaikan.
5. Bengkel sekolah
Bengkel yang dimiliki sekolah perlu juga diperkenalkan
kepada peserta didik baru. Tujuan, fungsi dan
pemanfaatannya itu perlu pula diperkenalkan kepada
peserta didik baru.

Selanjutnya, Pengelompokan atau lazim dikenal


grouping di dasarkan atas pandangan bahwa disamping
peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, dan juga
mempunyai perbedaan. Kesamaan yang ada pada peserta
didik melahirkan pemikiran penempatan kepada kelompok
yang sama, sementara perbedaan yang ada pada peserta
didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada
kelompok yang berbeda.
Jika dicermati lebih mendalam, akan ada perbedaan
antara individu dan intraindividu. Yang pertama berkenaan
dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain
dalam kelas, yang kedua berkenaan dengan berbedanya
kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai
mata pelajaran atau bidang studi.
Perbedaan antara peserta didik ini mengharuskan
layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh
karenanya layanan yang berbeda secara individual di

73
anggap kurang efisien, maka dilakukannya pengelompokan
berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar
kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat
dikurangi.
Dengan perkataan lain pengelompokkan atau
pengorganisasian siswa adalah konvergensi dari pengajaran
sistem klasikal dan sistem individual.

1. Pengertian sistem klasikal


Merupakan kemampuan guru yang utama, pembelajaran
klasikal ini berarti melaksanakan dua kegiatan, yaitu:
pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran.
Pengelolaan kelas merupakan penciptaan kondisi yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar
dengan baik. Dapat dilakukan dengan cara penciptaan
belajar yang tertib49dikelas, penciptaan suasana senang
didalam kelas dan pengorganisasia siswa sesuai dengan
kondisi kelas.50
2. Pengertian sistem individual51
Pada pembelajaran individu guru lebih membantu atau
memberi bantu kepada masing-masing pribadi,
sedangkan pada klasikal guru memberi bantuan secara
umum. Yang sering nampak dalam sistem individual ini

49PROF. DR. ALI IMRON, M.PD, M.SI, Manajemen Peserta Didik Berbasis
Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 95-96
50 Ibid. hlm 97

51 --

74
seperti tujuan pengajaran, siswa sebagai subyek yang
belajar dan guru dalam pembelajaran secara individual.

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan


peserta didik berdasarkan karakteristiknya. Karakteristik
demikian perlu di golongkan, agar mereka berada dalam
kondisi yang sama, adanya kondisi yang sama inilah
memudahkan pemberian yang sama pula. Oleh karena itu
pengelompokan ini lazim atau biasa dengan istilah
pengklasifikasian.
Sebagaimana telah disebutkan, bahwa pebgelompokan
bukan dimaksudkan mengotak-kotakan peserta didik,
melainkan justru membantu mereka agar dapat
berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud
pengelompokan demikian tidak tercapai, maka peserta didik
tidak perlu dikelompokan atau di golong-golongkan.
Adapun alat ukur yang lazim pergunakan untuk
membedakan peserta didik diantaranya adalah tes, dalam
hal ini banyak tes yang dapat dipergunakan oleh peserta
didik untuk membedakan, antara lain adalah:
1. Tes kemampuan umum, seperti tes kemampuan verbal
dan numerikal. Hal ini dapat dipergunakan untuk
membedakan kemampuan umum peserta didik.
2. Tes keklerekan, dapat dipergunakan untuk
membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja
para peserta didik.

75
3. Tes minat, dapat dipergunakan untuk membedakan
minat yang dimilki oleh peserta didik.
4. Tes prestasi belajar, dapat dipergunakan untuk
membedakan daya serap masing-masing peserta didik,
terhadap bahan ajaran yang telah disampaikan kepada
peserta didik.
5. Tes kepribadian, yang digunakan untuk membedakan
intergritas dan kepribadian peserta didik. 52

Ada banyak jenis dalam pengelompokan peserta didik,


salah satunya yang dikemukakan para ahli yang
mengemukakan hal tersebut diantaranya:
1. Ability grouping, maksudnya adalah pengelompokan
yang berdasarkan kemampuan didalam setting sekolah.
2. Sub grouping in the class, maksudnya adalah
pengelompokan yang dilakukan dalam setting kelas.

Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-


masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan
karakteristik individu, ada beberapa macam kelompok kecil
didalam suatu kelas yaitu:
1. Pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus(special
need grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping adalah
pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus peserta
didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung

52 Ibid. hlm 97

76
dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
2. Pengelompokan berdasarkan minat(interest grouping)
Maksunya adalah pengelompokan yang didasrakn atas
minat peserta didik, peserta didik yang minat pada
pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada
topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam
suatu kelompok.53
3. Pengelompokan beregu(team grouping)
Maksudnya adalah suatu kelompok yang terbentuk
karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan
bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah
khusus.

4. Pengelompokan tutorial(tutoril group)


Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana
peserta didik bersama-sama dengan guru
merencanakan kegiatan kelompoknya, dengan demikian
apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan
guru tersebut, telah disepakati terlebih dahulu. Antara
kelompok satu dengan yang lainnya bisa berbeda
kegiatannya, karena mereka mempunyai otonomi untuk
menentukan kelompoknya masing-masing.

53 Ibid. hlm 98-99

77
5. Pengelompokan penelitian(research grouping)
Maksudnya adalah suatu pengelompokan diaman dua
atau lebih peserta didik menggarap suatu topik
peneklitian untuk dilaoprkan didepan kelas. Bagaimana
cara penggarapan penyajian serta sistem kerja yang
dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota
kelompok.

6. Pengelompokan kelas utuh(full-class grouping)


Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana
peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan
mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja,
kelompok yang berlatih drama, musik, tari, dan
sebagainya.

7. Pengelompokan kombinasi(combined class grouping)


Maksudnya adalah suatu pengelompokan dimana dua
atau lebih kelas yang dikumpulakan dalam suatu
ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran
film, slide, TV, dan media audio visual lainnya.54

Selanjutnya ada beberapa macam pengelompokan


atau grouping yang didasarkan atas realitas pendidikan di
sekolah, di kemukakan oleh sebagian para ahli, yaitu Regen
seperti dibawah ini:
1. SD tanpa tingkat (the non grade elementary school)

54 Ibid. hlm 100-101

78
Yang dimaksud SD tanpa tingkat adalah sekolah dasar
tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan
kemampuan masing-masing individu peserta didiknya.
Bahkan peserta didik dapat mengambil pelajaran yang
mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya
tidak sama.
Adapun keuntungan dalam menggunakan sistem
pengelompokan ini adalah:

a. Secara psikologis, kebutuhan peserta didik


terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk
melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa,
tidak suka dan tidak mampu.
b. Peserta didik tidak bosan, karena pengajaran yang
diberikan disesuaikan dengan minat dan
kemampuannya.
c. Peserta didik akan dapat dibantu sesuai dengan
tingkat dan kecepatan perkembangannya.
d. Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang
didapatkan sesuai benar dengan apa yang mereka
inginkan.
e. Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik
dengan gurunya, karena di antara mereka tidak
terjadi perbedaan interpretasi(mis-intepretation).

79
f. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan
pendidikan yang terbaik.55

Disamping ada kelebihan dalam pengelompokan jenis


ini, ada juga kekurangannya yitu:

a. Sangat sulit melakukan administrasinya, karena


harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik yang berbeda-beda.
b. Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga
dan ruang kelas yang banyak. Tenaga yang tersedia
didasrkan atas jumlah kelas atau tingkat yang ada.
c. Membutuhkan guru yang tinggi tingkat komitmen
dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian
akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik
secara individual.

2. Pengelompokan kelaa rangkap (multy-garde and mult-


age grouping)
Yang dimaksud dengan pengelompokan kelas ini adalah
pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia.
Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah
yang menggunakan sistem tingkat. Pada pengelopokan
demikian, peserta didik berbeda usianya, di kelompokan
pada tempat yang sama, mereka berinteraksi dan
belajar bersama-sama.

55 Ibid. hlm 101-102

80
Adapun keuntungan dalam pengelompokan pada sistem
ini adalah:
a. Mendorong cepatnya sosialisasi dengan lingkungan
sebayanya.
b. Pesrta didik yang berbeda pada tingkat awal dan
relatif yang lebih.
c. Sedikit usianya akan dapat belajar banyak kepada
peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya, dan
lebih tua usiannya.56
d. Peserta didik yang lebih muda dan lebih
tingkatannya, jika mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan
diri.

Sedangkan kekurangan dalam sistem pengelompokan


ini adalah:
a. Peserta didik yang lebih rendah tingkatan usiannya,
akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan
peserta didik yang lebih tinggi usiannya dan
tingkatannya. Hal demikian bisa kurang
menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai
kemampuan rendah. Pemaksaan demikian tidak
jarang menjadikan peserta didik yang tinggal akan
frustasi.

56 Ibid. hlm 103

81
3. Pengelompokan kemajuan rangkap(the dual progress
plan grouping)
Yang dimaksud dengan pengelompokan kemajuan
rangkap adalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan
kemampuan individual di setiap umur dan setiap
tingkat. Masing-masing peserta didik diberikan tugas-
tugas dari guru sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap
demikian sebagai berikut:

a. Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh


layanan yang diberikan bersifat individual.
b. Layanan yang diberikan oleh gru benar-benar sesuai
dengan yang dibutuhkan, karena lebih dirahkan pada
pelayanan bakat khusus peserta didik.

Sementara itu, kekurangan sistem ini adalah:57


a. Layanan yang diberikan oleh guru kepada seluruh
peserta didik menjadi terbatas. Disamping
disebabkan oleh jumlah kelompok yang sangat
banyak, waktu guru banyak terbatas dihabiskan
untuk menyusun strategi penyampian kepada
masing-masing kelompok yang beraneka tuntunan.58

57 Ibid. hlm 104-105

58 Ibid. hlm 106-107

82
BAB VI
PEMBINAAN PESERTA DIDIK

A. Definisi Pembinaan
Menurut Arifin, membina adalah usaha atau tindakan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Membina adalah
serangkaian tindakan atau usaha yang sengaja dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik dari
sebelumnya. Dan hal-hal yang harus dibina dalam peserta
didik yaitu :
1. Hakikat tingkah laku menyimpang
Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang
dinilai menyimpang dari aturan-aturan normative yang
berlaku dalam suatu lembaga pendidikan. Tingkah laku
menyimpang dapat pula didefinisikan sebagai keluhan
atau keadaan pada umumya tidak dapat diterima oleh
suatu lembaga pendidikan. Dalam penyimpangan
tingkah laku disekolah, sering terjadi hal-hal yang
bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan
sebuah sekolah, siswa dalam kehidupanya disekolah
selalu melakukan berbagai aktivitas yang mengarah
pada perubahan tingkah laku baik itu dalam belajar,
bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah
dan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian
sisiwa dalam bertingkah laku tidak selalu mengarah

83
pada apa yang diinginkan oleh siswa, melainkan adanya
penyimpangan tingkah laku, baik penyimpangan
terhadap ketentuan sekolah maupun dalam
penyesuaian diri dengan diri sendiri.
2. Tingkah laku yang secara sosial dinilai tidak baik
Saparina sadli mengatakan bahwa tingkah laku
menyimpang adalah sebagai kelakuan atau keadaan
pada umumnya tidak diinginkan, seperti ganguan
mental, cacat fisik, dipandang rendah dalam kelompok,
kriminalitas, dll.

Dari kedua penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan


bahwa perilaku menyimpang adalah suatu tingkah laku atau
sikap hidup yang tidak diterima oleh suatu sekolah. Selain
itu yang menyimpang juga dapat dikatakan merupakan
sebuah tingkah laku abnormal atau tingkah laku karena
ganguan internal yang mempengaruhi kepribadian
seseorang59.

B. Materi dalam pembinaan


Dalam proses pembinaan di suatu lembaga
pendidikan, memiliki materi yang dilakukan dalam
aktualisasinya, diantaranya ialah :
1. Pembinaan sikap kepemimpinan dan kemampuan
berorganisasi

59 Prof.Dr.Sudarwan Danim. Visi baru manajemen sekolah.

84
2. Pembinaan sikap dan kepribadian siswa
3. Pembinaan wawasan keilmuan siswa
4. Pembinaan kemampuan dan keterampilan siswa
5. Pembinaan sikap, wawasan dan keterampilan dalam
bidang keagamaan
6. Pembinaan apresiasi seni dan budaya siswa
7. Pembinaan kebugaran dan kesehatan jasmani dan
rohani siswa
8. Pembinaan kehidupan siswa dilingkungan pendidikan
sekolah

Jalur pembinaan kesiswaan adalah bidang pembinaan


yang dijadikan sebagai media penyelenggaraan kegiatan
pembinaan kesiswaan yang meliputi :

1. Jalur penegakan disiplin


Pembinaan kesiswaan melalui jalur penegakan disiplin
adalah jalur pembinaan kesiswaan yang berusaha
memberi pembinaan dan penanganan terhadap
masalah-masalah yang berhubungan dengan
kedisiplinan siswa, baik disekolah maupun diluar
sekolah. Tujuan dari pembinaan kesiswaan jalur
penegakan disiplin bertujuan member penanganan dan
pembinaan masalah yang berhubungan dengan
kedisiplinan siswa baik disekolah maupun diluar
sekolah.
2. Jalur latihan kepemimpinan dan berorganisasi

85
Pembinaan kesiswaan melalui jalur latihan
kepemimpinan dan berorganisasi adalah jalur
pembinaan kesiwaan yang berusaha memberi bekal
pengetahuan maupun pengalaman kepada siswa untuk
memimpin dirinya, orang lain dan lingkungannya dalam
mengikuti kegiatan sekolah dan lingkungan sosial sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan siswa disekolah.
Bentuk program iniadalah pemberian latihan kepada
siswa untuk memimpin serta berorganisasi melalui
organisasi siswa.
3. Jalur kegiatan ekstrakulikuler
Pembinaan jalur kegiatan ekstrakulikuler adalah
pembinaan kesiswaan yang berusaha memberikan
penyaluran minat, bakat, perluasan wawasan, serta
kemantapan iman dan taqwa melalui kegiatan-kegiatan
yang direncanakan dan dilaksanakan diluar program
kulikuler untuk menunjang pencapaian tujuan
pendidikan sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler adalah
program pembinaan kepada siswa yang diberikan oleh
sekolah diluar program kulikuler untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan sekolah60.

60. Ratminto & Atik Septi Winarsih. Manajemen pelayanan.

86
C. Tahap-tahap dalam pembinaan
1. Teknik dialog
Teknik dialog dapat diartikan sebagai pertemuan antara
dua orang yang berkomunikasi secara lisan atau tertulis
dengan tujuan untuk lebih mengenali atau mengenalkan
siswa dalam suasana akrab dan gembira. Teknik dialog
ini dilakukan apabila para peserta didik saling mengenal
secara dalam antara satu sama lain dan ditujukan untuk
membangun keakraban. Langkah teknik ini dapat
dilakukan dengan cara pendidik meminta peserta didik
berpasangan dengan teman disampingnya, dan
selanjutnya melakukan tanya jawab.
2. Teknik pembentukan kelompok kecil
Adapun teknik pembentukan kelompok kecil berguna
untuk membina keakraban dan keterbukaan. Teknik ini
dilakukan untuk pembentukan kelompok kecil yang
jumlah anggotanya terbatas, teknik ini dilakukan
dengan cara membina dinamika kelompok yang
anggotanya mempunyai hubungan yang erat dan akrab
serta efektif agar dapat dilaksanakan kegiatan
pembelajaran.
3. Teknik pembinaan belajar kelompok
Penggunaan teknik belajar kelompok ini adalah untuk
mengetahui harapan peserta didik tentang aktifitas yang
dapat mereka lakukan dalam kegiatan berkelompok.
Harapan ini dilakukan secara tertulis dengan cara

87
memeriksa informasi dan mengisi kotak yang
disediakan dalam lembar isian. Tujuan penggunaan
teknik ini ialah untuk membiasakan para peserta didik
dalam kegiatan belajar kelompok.

Adapun berdasarkan dalam landasan Firman ALLAH


SWT dalam Al- Qur’an surah Al Jumu’ah ayat 2, maka tahap
pembinaan dibagi dalam 3 tahap yaitu :
1. Marhalah Tilawah, atau sering disebut dengan tahap
open mind (membuka pikiran/membangun kesadaran)
para siswa.
2. Marhalah Tazkiyah, yaitu tahap untuk mengikis sifat-
sifat negatif yang ada pada diri siswa.
3. Marhalah Ta’lim. pada tahap ketiga inilah para siswa
akan merasa nyaman dalam belajar dan mampu
menerima pelajaran dengan baik61.

61. Http: Kaltim. Trimbunnews.com/2017/07/16/sekolah-tiga-tahap-


pembinaan. Tanggal 06/06/2016.

88
BAB VII
EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta didik


Dalam pengevaluasian ada dua langkah kegiatan yang
dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang
disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai.
Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran.
a. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kuantitatif.
c. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas
yakni mengukur dan menilai.

Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah


measurement, sedangkan penilaian adalah evaluation. Dari
kata evaluation inilah di peroleh kata indonesia evaluasi
yang berarti menilai.
Menurut Bloom et.al (1971), ia mengemukakan bahwa
evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis
untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi
perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana
tingkat perubahan dalam pribadi siswa.

89
Dalam suatu pendidikan guru, ataupun pengelola
pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat
apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah
mencapai tujuan. Jadi, evaluasi pendidikan adalah kegiatan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Dalam
suatu pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya
di kelas. Guru adalah pihak yang bertanggung jawab atas
hasilnya. Dengan demikian guru patut di bekali dengan
evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni
mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru
bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu
yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai
dengan tujuan yang di rumuskan.62

B. Alasan Perlu Evaluasi


Untuk membatasi masalah evaluasi seperti di sekolah
umpamakan sebagian tempat mengolah sesuatu dan calon
siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan
dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang
sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang digunakan
teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat
sebagai berikut :

INPUT TRANSFORMASI OUTPUT

62 Dr.
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, Bina Aksara,
Jakarta, 1988, Hal. 13.

90
1. Input adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam
transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang
dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa
yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki
atau tingkat (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu
kemampuannya. Dengan evaluasi itu ingin diketahui
apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan
melaksanakan tugas – tugas yang akan diberikan
kepadanya.
2. Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh
transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini
adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk
dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus
atau tidak, perlu diadakan kegiatan evaluasi.
3. Transformasi adalah maesin yang bertugas mengubah
bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah,
sekolah itulah disebut dengan transformasi. Sekolah itu
sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan
berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi
yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan
sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat
pekerjanya unsur – unsur yang ada. Unsur – unsur
transformasi sekolah tersebut antara lain :
a. Guru dan personal lainnya.
b. Bahan pelajaran.
c. Metode belajar dan sistem evaluasi.
d. Sarana penunjang.
e. Sistem administrasi.

91
Adapun umpan baliknya di sekolah itu diperlukan
sekali untuk memperbaiki input maupun trsnsformasi.
Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi
harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang
bermutunya lulusan.

C. Batasan Evaluasi
Ada tiga batasan dalam evaluasi yang memiliki makna
berbeda, tetapi sering diartikan sama oleh sebagian guru.
Tiga batasan tersebut, yaitu evaluasi, pengukuran, dan tes.
Pertama, evaluasi menurut Cross (1973) diartikan
sebagai evaluasi merupakan proses yang menentukan
keadaan dimana tujuan dapat dicapai, sedangkan Good
(1973) memberikan batasan seperti berikut evaluation is a
process of making an assessment of a student’s grown.
Batasan ini sering digunakan sama dengan arti evaluasi
adalah assessment is a process by whichas many data as
possible are gathered and used to evaluate a person more a
accurately.63
Kedua, batasan lain yang juga penting dalam
pembahasan evaluasi yaitu batasan tentang pengukuran
(measurement), pengukuran merupakan batasan luas,
pengukuran ini lebih spesifik cangkupanya, yaitu testing dan

63. Dr. Suhar Simi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta, 1995, hal. 3.

92
scaling. Pada proses pengukuran, fenomena dari objek
ditransfer kedalam satuan angka, agar para guru dapat
memberikan makna yang relevan. Dalam pengukuran
perilaku digunakan alat ukur yang berbeda dengan para
guru pendidikan teknologi kejuruan, dimana objek yang
diukur mungkin benda konkret yang mempunyai bentuk
teratur. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku atau
penguasaan hasil belajar guru menggunakan salah satu cara
yaitu dengan melakukan testing.
Ketiga, tes yang merupakan prosedur sistematis yang
direncanakan oleh evaluator guna membandingkan perilaku
dua orang siswa atau lebih. Dalam kenyataannya tes pada
umumnya terdiri atas sekumpulan pertanyaan atau tugas
yang harus dijawab oleh para peserta didik. Tujuan testing
lebih lanjut dikatakan bahwa tes adalah untuk menghasilkan
pertanyaan yang mewakili karakteristik siswa yang hendak
direncanakan untuk diukur, peristiwa ulangan dalam proses
pembelajaran pada umumnya merupakan penggunaan dari
tes dimana pada unit-unit silabus yang telah direncanakan
guru yang memberikan tes untuk dijawab oleh para siswa.

D. Tujuan Evaluasi
Di dalam dunia pendidikan evaluasi ini mempunyai
beberapa tujuan diantaranya mencakup Tujuan Umum dan
Tujuan Khusus.

93
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan
ada dua, yaitu :

a. Untuk menghimpun bahan – bahan keterangan yang


akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
pengembangan atau taraf kemajuan yang dialami
oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam
pendidikan adalah untuk memperoleh data
pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai
dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan
peserta didik dalam pencapaian tujuan – tujuan
kurikuler, setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode –
metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi
pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai
sampai dimanakan efektivitas mengajar dan metode
– metode mengajar mengajar yang telah diterapkan
atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan
belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik.

94
2. Tujuan Khusus
Adapun yang terjadi tujuan khusus dari kegiatan
evaluasi dalam bidang pendidikan adalah :

a. Untuk merangsang kegitan peserta didik dalam


menempuh program pendidikan. Tanpa adanya
evaluasi maka tidak timbul kegairahan atau
meransang pada diri peserta didik untuk
memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing
– masing.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor – faktor
penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan
peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan ditentukan jalan keluar
atau cara – cara perbaikannya.

E. Kriteria Evaluasi
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal
dengan kata tolak ukur, atau standar. Dari nama – nama
yang di gunakan tersebut dapat segera di pahami bahwa
kriteria, tolak ukur, atau standar, adalah sesuatu yang di
gunakan sebagai patokan atau batasan minimal untuk
sesuatu yang di ukur. Kriteia atau stadar dapat di samakan
dengan “takran”. Jika untuk mengetahui berat beras yang di
gunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur
digunakan untuk menakar kondisi objek yang di nilai.
Dalam kriteria atau tolak ukur ini ia bersifat jamak,
karena ia menunjukkan batas atas dan batas bawah. Dengan

95
demikan kriteria menunjukkan geradasi atau tingkat dan
ditunjukkan dalam bentuk kata keadaan atau predikat.

96
BAB VIII
MUTASI PESERTA DIDIK

A. Pengertian Peserta Didik yang Mutasi


Apa yang dimaksud dengan mutasi? Mutasi adalah
perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas lain
yang sejajar atau perpindahan peserta didik dari sekolah
lain yang sejajar.64
Mutasi ini dapat dilakukan oleh peserta didik, karena
mereka berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan
sesuai dengan yang dibutuhkan dan diminati.
Meskipun, untuk melakukan mutasi mereka harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang
ditentukan oleh sekolah yang menerimanya.
Penentuan persyaratan sangat penting karena untuk
menghindari ajang penumpukan hanya pada sekolah-
sekolah tertentu saja.

B. Macam-macam Mutasi
Ada beberapa macam mutasi:

64 Prof.Dr.Ali
imron, M.PD.,M.Si, (Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah),
Jakarta, Bumi Aksara , tahun 2012, hlm: 152

97
1. Mutasi intern
Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh
peserta didik dalam data sekolah. Umumnya, peserta
didik demikian hanyalah pindah kelas yang
tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh
peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda
jurusannya.
Sebagai contoh: disuatu sekolah menengah atas ada tiga
tingkatan , ialah tingkat satu, dua ,dan tiga. Pada tingkat
dua dibagi lagi menjadi tingkat 2A dan 2B. Tingkat 2A
sendiri ada beberapa program yakni: A1,A2,A3, dan A4.
Jumlah A1 ada 3 kelas, yaitu A1A,A1B, dan A1C. Jika
peserta didik mutasi dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu tingkatan di wilayah sekolah ini disebut
mutasi intern. Katakanlah, bahwa siswa tersebut
sebelumnya berada di program A1A ke A1B atau A1C.
Bahkan tidak jarang, peserta didik juga dapat mutasi
(selama masih baru pemilihan program) dari A1Ake
A2A.
2. Mutasi ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah
lain dalam satu jenis,dan satu tingkatan. Meskipun ada
juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan
jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah
negri ,hal demikian menjadi persoalan. Namun tidak

98
demikian pada sekolah swasta, terutama yang
kekurangan peserta didik.65

C. Sebab-sebab Peserta Didik Mutasi


Ada banyak penyebab peserta didik mutasi.
Penyebabnya dapat bersumber dari peserta didik sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan-lingkungan sekolah, dan
lingkungan teman sebaya.
Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
1. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di
sekolah tersebut.
2. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak
cocok.
3. Malas.
4. Ketinggalan dalam pelajaran.
5. Bosan dengan sekolahnya.
6. Tidak adanya termotivasi .
7. keterpaksaan .
Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
1. Mengikuti orang tua pindah kerja.
2. Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau
kakeknya, karena ditinggal tugas belajar keluar negri.
3. Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar.
4. Orang tua meminta pindah.
5. Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus
dikeluarkan disekolah tersebut.

65 ibid,hlm:153-154

99
6. Mengikuti orang tua pindah rumah.
7. Mengikuti orang tua transmigrasi.

Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:


1. Lingkungan sekolah yang tidak menarik.
2. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
3. Guru sering tidak masuk.
4. Kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh
peserta didik.
5. Jarak sekolah yang jauh dan sulit dijangkau.
6. Sekolah dibubarkan.
7. Sekolah dianggap tidak bermutu yang diindentifikasikan
dengan rendahnya angka kelulusan setiap tahun.

Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya,yaitu:


1. Bertengkar dengan teman.
2. Diancam oleh teman.
3. Tidak cocok dengan teman.
4. Usia peserta didik lebih tua dibandingkan teman
sebayanya.
5. Peserta didik merasa rendah diri.

Yang bersumberdari lain-lain adalah:


1. Sekolah tersebut sering dilanda banjir.
2. Terjadi peperangan sehingga tidak memungkinkan
adanya aktifitas mengajar.

100
3. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat
sekolah tersebut berada.
4. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu
tua.

101
BAB IX
PESETA DIDIK DROP OUT

A. Pengertian Peserta didik Drop Out


Yang dimaksud dengan drop out adalah keluar dari
sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus. Drop out
demikian ini perlu dicgah karena menyebabkan terjadinya
pemborosan biaya. Jumlah peserta didik yang drop out
merupakan indikasi rendahnya produktivita pendidikan.
Penanganan drop out tentu tidak bisa dilakukan oleh
sekolah sendiri , melainkan haruslah terpadu dan bersama-
sama dengan lingkungan lain: keluarga dab masysarakat.
Pemerintah juga perlu mengupayakan bagaimana agar drop
out ini dapat ditekan. Sebab, kalau hanya satu lembaga saja
yang harus berusaha menekaan angkan drop out, maka
tidak akan dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan.

B. Sebab-sebab Siswa Drop Out


Peserta didik yang drop out atau tidak menyelesaikan
pendidikannya dalam suatu lembaga pendidikan tertentu
disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
menyebabkan peserta didik yang drop out ini antara lain
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran menjadi
penyebab peserta didik merasa berat untuk
menyelesaikan pendidikannya. Oleh sebab itu, mereka

102
ini perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda
dengan peserta didik kebanyakan.
2. Peserta didik yang tidak memiliki biaya sekolah. Hal ini
banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan dan kantong-
kantong kemiskinan. Padahal semakin tinggi tingkatan
dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh
peserta didik, semakin banyak pula biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan.
3. Sakit parah. Peserta didik yang mengalami sakit parah
tidak dapat masuk sekolah sampai dengan batas waktu
yang ditentukan. Hal ini menyebabkan peserta didik
tertinggal jauh pelajaran di sekolah sehingga peserta
didik lebih memilih tidak melanjutkan sekolah.
4. Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara
berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak. Anak-
anak ini tidak jarang bekerja pada sektor formal yang
terikat oleh waktu dan peraturan di perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat
melanjutkan sekolahnya karena harus bekerja.
5. Membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris, anak
laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting oleh
ayahnya untuk bekerja di ladang. Membantu di ladang
dibutuhkan waktu yang relatif banyak sehingga menyita
waktu belajar dan peserta didik tidak dapat mengikuti
pelajaran di sekolah. Karena merasa peserta didik tidak
dapat mengikutui tersebut, peserta didik drop out.
6. Peserta didik di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi
karena yang bersangkutan memang sudah tidak

103
mungkin dapat dididik lagi. Faktor ini disebabkan
karena kemampuan belajarnya yang rendah, atau dapat
juga yang bersangkutan tidak mau belajar.
7. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak
mau sekolah. Pada peserta didik demikian, memang
tidak dapat dipaksa untuk sekolah termasuk orang
tuanya sendiri.
8. Kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.
Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa
tahun, bisa menjadikan yang bersangkutan akan drop
out dari sekolah.
9. Sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik.
Mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.66
10. kecanduan alkohol, alkoholisme telah muncul sebagai
masalah besar dalam masyarakat. Banyak remaja yang
mencengkram kecanduan ini dan menghancurkan hidup
mereka. Siswa mengembangkan cacat emosional dan
psikologis karena mereka tidak dapat berkonsentrasi
pada studi dan dengan demikian mereka drop out dari
sekolah.67

C. Sebab Ketidakhadiran Siswa

66 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta, Bumi


Aksara, 2012) hlm. 159
67 Donna J. Dockery,”Masalah Putus Sekolah (dropout): Indikator, Tren
dan Intervensi bagi Konselor Sekolah”,
http://muktizasikin.blogspot.co.id/2012/04/ masalah-putus-
sekolah-dropout-indikator.html, 23 Mei 2016 pukul 22.34 wib

104
Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini
dibedakan 3 hal sehubung dengan masalah ketidak hadiran.
Penyebab ketidak hadirn tersebut diantaranya adalah
adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal tersebut akan
menyebabkan sebuah masalah jika dalam jumlah yang
sering dilakukan oleh peserta didik. Salah satu akibat yang
akan diterima oleh peserta didik adalah sebuah pilihan yang
harus diterima yaitu sebuah pernyatan drop out dari
sekolah.
Secara umum sebab-sebab terjadinya drop out yaitu
peserta didik tidak mampu menyelesaikan pendidikan, tidak
mempunyai biaya sekolah, peserta didik dalam keadaan
sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika dibedakan melalui
beberapa sumber ketidak hadiran yang juga akan
menyebabkan terjadinya sebuah drop out dapat dilihat dari
berbagai sumber, ysaitu sebagai berikut: (Sahertian,
1987:75)
1. Dilihat dari segi tanggung jawab murid itu sendiri
 Murid yang sering sakit
 Membolos karena pengaruh teman-teman
sekelompok
 Karena malas
 Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
 Melanggar peraturan lalu dihukum
 Berkelahi lalu tidak berani masuk sekolah
 Lupa atau tidak mau minta ijin dari sekolah
 Kebiasaan-kebiasaan buru yang telah dibawa sejak
lama

105
2. Dilihat dari segi rumah tangga
 Orang tua yang selalu sibuk karena ayah dan ibu
bekerja dan kurang memperhatikan anak
 Latar elakang ekonomi orang ua yang terlalu buruk
 Terlalu memanjakan anak
 Keluarga yang berpindah-pindah tempat kerja
 Tempat tinggal yang jauh
 Karena tidak mempunyai pakaian yang layak untuk
ke sekolah
 Tuntutan orang tua yang harus bekerja
 Orang tua mengajak anak untuk bepergian
3. Dilihat dari segi sekolah
 Suasana belajar yang kurang menyenangkan
 Guru yang terlalu keras dan menyakitkan
 Kurangnya pembinan dan bimbingan dari guru
 Kebijaksanaan pimpinan sekolah yang kurang
menguntungkan
 Bangunan sekolah yang agak jauh
 Biaya dan pungutan uang sekolah yang terlalu tinggi
 Tuntutn peraturan yang menekan para siswa
 Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat
 Program sekolah yang kurang menarik
 Sukarnya pengangkutan untuk datang ke sekolah
4. Dilihat dari segi masyarakat
 Musim panaen yang memaksa anak harus ikut kerja
musiman
 Bencana alam menimpa sehingga masyarakat kacau
 Jalan yang terhalang

106
Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa ada hubungan yang berarti antara
ketidakhadiran seseorang siswa dari kemajuan belajar
dan pembentukan pribadi.
2. Bahwa ketidakhadiran ada yang disebut tardiness atau
terlambat datang dan ada yag
disebut truency(kebenaran).
3. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor
kesehatan atau faktor diluar kesehatan.
4. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu
diperlukan perhitungan yang lebh akurat dan lebih teliti.
5. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat
dari setiap segi, yaitu segi dari murid sendiri, orang tua,
sekolah, dan masyarakat.68

D. Rekomendasi Pencegahan Putus Sekolah (Drop


Out)
Ada sejumlah rekomendasi untuk mengurangi tingkat
putus sekolah dan memperbxxesar
kelulusan, yang disarankan dalam penelitian ini . Intervensi,
termasuk strategi reformasi sekolah untuk meningkatkan
keterlibatan siswa, bantuan yang ditujukan kepada individu
atau kelompok siswa yang teridentifikasi beresiko untuk
putus sekolah, memberikan dukungan bagi siswa selama

68 Siti Maymunah, “Manajemen pesrta didik”,


http://sitimaymunahborbat.blogspot.co.id/2013/
06/bab-i-pendahuluan-1.html, 22 Mei 2016 pukul 23.30 wib.

107
transisi, dan menggunakan sistem pelacakan diagnostik
untuk mengidentifikasi siswa dan faktor sekolah yang
mempengaruhi tingkat putus sekolah (Dynarski et al, 2008.).
Beberapa strategi yang paling umum dari program
pencegahan putus sekolah yang menjanjikan untuk dikaji,
Yaitu:
 Menerapkan Sistem Pelacakan
 Melatih dan Menggunakan Pendukung (penganjur)
 Memberikan Dukungan dan Pengayaan Akademik
 Promosikan Pengembangan Keterampilan Sosial
 Membantu masa transisi bagi siswa baru
 Melaksanakan Pendampingan Luas di Sekolah.69
Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak
selamanya dapat dipecahkan. Dalam pengertian, ada
beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah
dan yang tak dapat dicegah. Pada peserta didik drop
out karena alasannya biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang
tua asuh dan sebagainya. Sedangkan kasus peserta
didik drop out karena yang bersangkutan tidak mau lagi
bersekolah, sangat sulit pemecahannya. Oleh karena itu,
amanat wajib belajar, dengan memberikan sanksi bagi orang
tua yang anak-anaknya tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai
sarana untuk menekan angka drop out.70
Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan
dapat mengurangi ketidak hadiran di sekolah. Seorang

69 Donna J. Dockery, Loc. Cit.


70 Ali Imron, Op. Cit. hlm 161

108
administrator dapat menciptakan sebuah suasana sekolah
yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman.
Sehingga seorang siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat
dengan adnya sekolah tersebut. Olek karena itu Dr. P. Ely
dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator
sebaiknya memilki tender, love and care atau perawatan.
Berlakulah supel tetapi tegas dan berwibawa. Jadi seorang
murid tidak akan merasa takut atau ketidaknyaman dalam
belajar. Itulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi sebab yang berasal dari segi lingkugan sekolah
yaitu melalui seorang guru ataupun administrator.71

71 Siti Maymunah, Loc. Cit.

109
BAB X
KODE ETIK PESERTA DIDIK

A. Definisi kode etik dan disiplin Peserta didik


Kode etik, yang merupakan terjemahan dari ethical
code, adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku
seseorang yang berada dalam lingkung kehidupan tertentu.
Ia berisi rumusan baik-buruk, boleh tidak boleh, terpuji-
tidak terpuji, yang harus di pedomani oleh seseorang dalam
suatu lingkungan tertentu.
Kode etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode
berarti simbol atau benda; sedangkan etik berasal dari
bahasa latin ethica dan bahasa Yunani ethos. Dalam kedua
bahasa tersebut, etik berati norma-norma nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia.
Kode etik adalah aturan-aturan, norma-norma yang
dikenakan kepada peserta didik, berisi sesuatu yang
menyatakan boleh-tidak boleh, benar-tidak benar, layak-
tidak layak, dengan maksud agar di taati oleh peserta didik.
Aturan-aturan tersebut, bisa berupa yang tertulis maupun
yang tidak tertulis, termasuk di dalamnya adalah tradisi-
tradisi yang lazim di taati di dunia pendidikan, khususnya
sekolah.72
Adapun pengertian dari disiplin peserta didik, yakni

72 Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta,
2011, hlm 163-164.

110
disiplin sangat penting bagi peserta didik karena itu, ia
harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin
tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-
orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing
umumnya mempunyai ke disiplinan yang tinggi. Sebaliknya
orang yang gagal umumnya tidak disiplin.
Banyak para ahli yang memberikan pengertian sesuai
dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie ( 1972 )
memberikan pengertian disiplin sebagai berikut.
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-
orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang
hati”
Good’s ( 1959 ) dalam Dictionary of Education
mengartikan disiplin sebagai berikut.
1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian
keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai
maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif.
2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan di
arahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.
3. Pengendalian prilaku secara langsung dan otoriter
dengan hukuman atau hadiah.
4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman
dan bahkan menyakitkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya


jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu

111
itu berada dalam keadaan tertib, tetatur dan semestinya,
serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara
langsung atau tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu
keadaan dan teratur yang di miliki oleh peserta didik di
sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang
merugikan baik secara langsung maupun tiak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara
keseluruhan.73

B. Macam-macam kode etik dan disiplin siswa


1. Macam-macam kode etik siswa
1) Peserta didik adalah insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

a. Memiliki keyakinan yang kuat kepada Tuhan yang


Maha Esa.
b. Bersikap dan berprilaku taat dan di siplin,
menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang di
anutnya.
c. Melaksanakan yang di perintahkan dan menjahi yang
di larang Tuhan yang Maha Esa.
d. Saling menghormati sesama dan antar umat
beragama.

2) Menghormati kepada pendidik dan tenaga


kependidikan.

73 Ibid : hlm 172-173

112
a. Bersikap dan berprilaku sopan
santun/bertatakrama.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis, kondusif,
dan kekelurgaan dengan warga sekolah.
c. Mentaati nasihat yang di berikan oleh guru.

3) Di siplin untuk mengikuti proses pembelajaran,


dengan menjujung tinggi ketentuan pembelajaran dan
mematuhi semua peraturan yang berlaku.

a. Tekun, rajin, ulet, optimis, percaya diri, bersemangat,


aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran.
b. Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien
untuk belajar.
c. Mentaati/mematuhi semua peraturan yang ada di
sekolah.

4) Memelihara kerukunan dan kedamaian untuk


mewujudkan harmoni sosial sesama teman.
a. Saling hormat menghormati, tolong menolong antar
teman tanpa membeda-bedakan.
b. Yang tua menyayangi yang muda dan yang muda
menghormati yang tua.
c. Memiliki sikap peduli dan setia kawan sesama
teman.

5) Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi


sesama

113
a. Berbakti kepada kedua orang tua dan mencintai
keluarga
b. Memiliki kepedulian dan berpartisipasi dalam
kegiatan di masyarakat.
c. Menyayangi sesama tanpa diskriminasi atas dasar
pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, dan
kemampuan ekonomi.

6) Mencintai lungkungan, bagsa, dan negara.

a. Memiliki kepedulian untuk memelihara,


melestarikan, dan mencintai lingkungn atau ramah
lingkungan.
b. Memiliki rasa bangga dan mencintai terhadap
sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara
Republik Indonesia.

7) Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana,


kebbersihan, ketertiban, keamanan, keindahan, dan
kenyamanan sekolah.

a. Memanfaatkan sarana dan prasarana sesuai dengan


fungsinya dan dapat menjaga serta memelihara
dengan sebaik-baiknya.
b. Membiasakan hidup bersih baik di sekolah maupun
di luar sekolah.

114
c. Berusaha selalu tertib dalam segala hal baik di
sekolah maupun di luar sekolah ( selalu mentaati tata
tertib ).
d. Berusaha selalu untuk menjaga keamanan di sekolah.
e. Turut menciptakan keindahan dan kenyamanan
sekolah.74

Adapun isi yang terkandung di dalam kode etik


tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik
tersebut di tetapkan dan harus di taati.
2. Standar tingkah laku peserta didik yang layak di
tampilkan, baik ketika berada di sekolah, di lingkungan
keluarga, maupun di masyarakat.
3. Kapan peserta didik harus sudah berada di sekolah, dan
kapan juga peserta didik harus sudah berada di rumah
kembali.
4. Pakaian yang bagaimanakah yang layak di pakai oleh
peserta didik terutama di lingkungan sekolah.
5. Apasaja yang wajib di lakukan oleh peserta didik
berkaitan dengan lembaga pendidikan atau sekolahnya.
6. Bagaimanakah hubungan antara peserta didik dengan
guru, kepala sekolah, personalia yang lain, dengan
teman sebaya ( senior dan juniornya ), orang tua,
masyarakat pada umum bahkan pada tamu yang sedang
berkunjung ke sekolah.

74 Hamiyah Nur dan Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen Pendidikan Di


Sekolah, Prestasi, Pustakaraya, Jakarta, 2015 hlm 120

115
7. Apa yang di lakukan oleh peserta didik ketika ada di
antara temanya ada yang merasa kesusahan.

Adapun di sini tujuan kode etik peserta didik adalah


sebagai berikut :
1. Agar dapat suatu standar tingkah laku tertentu yang
dapat di jadikan sebagai pedoman bagi peserta didik di
sekolah tertentu.
2. Agar dapat kesamaan bahasa dan gerak langkah antara
sekolah dengan orang tua peserta didik serta
masyarakat, dalam hal menangani peserta didik.
3. Agar dapat menjunjung tinggi citra peserta didik di mata
masyarakat .
4. Agar tercipta suatu aturan yang dapat di taati bersama,
khususnya peserta didik dan demikian juga oleh
personalia sekolah yang lain.75
5. Macam-macam disiplin siswa

Ada tiga macam disiplin yaitu :


Pertama, di siplin yang di bangun berdasarkan konsep
otoritatian. Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah di
katakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk
tenang sambil memperhatikan uraian guru guru ketika
sedang mengajar. Peserta didik di haruskan mengiyakan
saja terhadap apa yang di kehendaki guru, dan tidak boleh
membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan

75 Ali imron Op-cit hlm 164-166

116
tekanan kepada peserta didik, dan memeang harus menekan
peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan
terpaksa mengikuti apa yang di inginkan oleh guru.
Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep
permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah
diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan
sekolah. Aturan-aturan d sekolah di longgarkan dan tidak
perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik di
biarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurut mereka
baik. Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep
otoritarian. Keduanya sama-sama berbeda dalam kutub
ekstrim.
Ketiga, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep
kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang
bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari pebuatan itu,
haruslah ia tnggung. Karena ia yang menabur maka ia pula
yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari
konsep otoritarion dan permissive di atas.76
Menurut konsep kebebasan ini, ada juga batas-batas
tertentu yang harus di ikuti oleh seseorang dalam kerangka
kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan
bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba
kebebasan mutlak, sebenarnya akan terbatasi oleh
kebebasan itu sendiri.

76 Ibid : 172-174

117
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim di kenal dengan
kebebasan terbimbing. Terbimbing karena dalam
menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada
hal-hal yang kontruksif. Manakala arah tersebut berbalik
atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka di bimbing
kembali ke arah arah yang konstruktif.
Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian
di kemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin
peserta didik.
Pertama, di namai dengan teknik external control
adaalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah
di kendalikan dari luar peserta didik. Menurut teknik
external control ini, peserta didik hrus terus–menerus di
siplinkan, dan kalau perlu di takuti dengan ancaman dan
ganjaran.
Kedua, di namai engan teknik inner control atau
internal control. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik
di atas. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat
mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik di sadarkan akan
pentingnya disiplin. Jika teknik ini dapat di kembangkan
dengan baik maka akan mempunyai kekuatan yang lebih
hebat di bandingkan dengan teknik external control.
Ketiga, adalah teknik cooperatit control. Konsep teknik
ini, adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling
bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.

118
DAFTAR PUSTAKA

Antonio. Muhammad, Syafii, The Muhammad Saw Super Leader


Super Manager. Jakarta: ProLM Centre & Tazkia
Publishing, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.
Anwar , Moch. Idochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen
Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2003.
Anharululum. Blogspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-
pendidikan.html.
Aly, Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.
Cribbin,James J. Leadership: Strategies for Organizational
Effectiveness. New York: Amacon, 1981.
Christopher F. Achua, Robert N, Lussier. Effective leadership.
Laten America: Leap Publishing Service, 2010.
Ditjen Bimbaga Islam. Statistik Pendidikan Agama dan
Keagamaan, 2003-2004, Jakarta: Depag RI.
Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar
Surabaya, 2004.
Denzin, Norman K dan Yvonnas Lincoln. Handbook of
Qualitative Research Terjemahan, Dariyatno et al.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Engkoswar dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2010.

119
Gibran, James, L, John M, Ivancevich dan James H. Donnel Jr.
Organization Behavior: Structure and Process. Texas:
Business Publication, Inc, 1985.
http://rudien87.wordpress.com/2010/03/20/manajemen-
hubungan-masyarakat/
Indrajit R. Eko. dan R. Djoko Pronoto. Manajemen Perguruan
Tinggi Modern. Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2006.
M, Bass, Bernard. Management. Sandiego: Harcourt Brace
Jovanotich, Publisher, 1988.
Mungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2006.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit
Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito, 1992.
Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Qomar, Mujammil. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: PT
Gelora Aksara Pratama, 2007.
Robbin, Stephen P, dan Many Coulter. Management. New
Jersey: Prentice Hall, Inc, 1999.
Syaifuddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press, 2005.

120
Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2007.
Saefullah,Aef. Kiat Menjadi Pemimpin Sukses. Bandung: Pustaka
Rineka Cipta, 2010.
Satori, Djamaran dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.
William, David,. Penelitian Naturalistik, Alih Bahasa Lexy. J
Moleong Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta,
1995.
Woodside, Arch G. Case Study Research, Theory, Methods,
Practice. Boston College USA: British Library
Cataloguing In Publication Data.
Yin, Robert K. Case Study Research Design and Methods, Third
Edition. California: Sage Publications, Inc, 2003.

121
CURRICULUM VITAE

Nama :Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I


Tempat/ Tanggal Lahir : Desa Danau, 03 Maret
1974
Ayah/ Ibu : M. Syauti/ Maimunah
Istri : Ratna, S.Pd.I
Anak : Ahmad Wildan Zuirfan
Ahmad Fauzan Alfath
Pendidikan Terakhir : S3 Program Studi Manajemen
Pendidikan
Universitas Jakarta
Nomor HP : 02114114974
Alamat : Jl. Sunan Kalijaga Lr. Sekawan
Rt 13 Nomor 81
Kel Simpang Tiga Sipin Kota Baru
Jambi
Riwayat Pendidikan

Jenjang Tahun Tahun


Nama Lembaga
Pendidikan Masuk Lulus
SDN 22/II Padang Plangeh
SD 1982 1988

MTS 1988 1991 MTS As’ad Kota Jambi


MA 1991 1994 MAS As’ad Kota Jambi
S1 1994 1998 IAIN STS Jambi
S2 1999 2002 Pasca IAIN STS Jambi
S3 2010 2015 UNJ

Riwayat Organisasi
Nama Organisasi Jabatan Tahun
1992-
OSIS MAS As’ad Ketua
1993
PRAMUKA Anggota 1991-

122
1994
1995-
Himpunan Jurusan Tafsir Hadis Ketua
1997
1995-
Pers Alhikmah Editor
1996
2006-
MAS Labor Kabag TU
2007
2016-
Jurusan PGMI Sekretaris
2019

Karya Tulis
No. Judul Karya Tulis Jenis Karya Tulis Tahun
Konsep Sabar Dalam
1 Skripsi 1998
Alqur’an
2 Implementasi Kebijakan
Pengembengan Kurikulum Tesis 2002
Pesantren
3 Manajemen Pondok
Pesantren
Disertasi 2015
(Studi Ponpes As’ad Kota
Jambi )
4 Studi Gaya Kepemimpinan
Dalam Meningkatkan Mutu Penelitian 2018
UIN STS Jambi
5 Usaha Dosen FTK Dalam
2015
Membina Karakter Penelitian
Mahasiswa
6 Implementasi Media
Pembelajaran Kolase
Artikel 2019
Berbasis Pemenfaatan
Daur Ulang Sampah
7 Pengembangan Media
Pembelajaran Wayang Prosiding Nasional 2019
Sorong

123

Anda mungkin juga menyukai