Peserta Didik
Dr. Shalahudin, S.Ag.,M.Pd.I
Penerbit Garudhawaca
Manajemen Peserta Didik
Penulis
Dr. Shalahudin, S.Ag., M.Pd.I
Penyunting
Dr. Muhamad Sholeh, M.Pd
( UNESA)
Tata letak
Jalu Sentanu
Desain sampul
freepik.com
Diterbitkan oleh
Penerbit Garudhawaca
Yogyakarta
www.penerbitgarudhawaca.com
Pastikan Anda mendapatkan buku ini melalui cara-cara yang shalih dan tidak
melukai. Selalu belilah buku/ebook garudhawaca dengan cara-cara yang
jujur. Anda tidak diperkenankan meng-copy dan kemudian menyebarkan
buku/ebook ini kepada orang lain tanpa seijin penerbit.
~*~
ii
KATA SAMBUTAN
iii
KATA SAMBUTAN
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
B. Materi dalam pembinaan___________________________________ 84
C. Tahap-tahap dalam pembinaan ____________________________ 87
BAB VII EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK _______________________ 89
A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta didik _______________________ 89
B. Alasan Perlu Evaluasi ______________________________________ 90
C. Batasan Evaluasi____________________________________________ 92
D. Tujuan Evaluasi_____________________________________________ 93
E. Kriteria Evaluasi_______________________________________________ 95
BAB VIII MUTASI PESERTA DIDIK____________________________________ 97
A. Pengertian Peserta Didik yang Mutasi _____________________ 97
B. Macam-macam Mutasi _____________________________________ 97
C. Sebab-sebab Peserta Didik Mutasi _________________________ 99
BAB IX PESETA DIDIK DROP OUT __________________________________ 102
A. Pengertian Peserta didik Drop Out______________________ 102
B. Sebab-sebab Siswa Drop Out ____________________________ 102
C. Sebab Ketidakhadiran Siswa _____________________________ 104
D. Rekomendasi Pencegahan Putus Sekolah (Drop Out) __ 107
BAB X KODE ETIK PESERTA DIDIK_________________________________ 110
A. Definisi kode etik dan disiplin Peserta didik____________ 110
B. Macam-macam kode etik dan disiplin siswa ____________ 112
DAFTAR PUSTAKA ___________________________________________________ 119
CURRICULUM VITAE_________________________________________________ 122
vii
viii
BAB I
KONSEP MANAJEMEN PESERTA DIDIK
2
dan pengawasan usaha pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Atau suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
peng-organisasian, penyusunan staf, pembinaan,
pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian,
penganggaran, pengen-dalian, pengawasan, penilaian dan
pelaporan secara sistemitis untuk mencapai tujuan
pendidikan secara berkualitas.5
Menurut H.B. Siswanto manajemen adalah seni dan
ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemo-tivasian, dan pengendalian terhadap orang dan
mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.6
Manajemen ilmiah mencakup suatu revolusi mental
yang lengkap pada pihak pekerja yang terlihat dalam usaha
tertentu, suatu revolusi mental lengkap pada pihak orang-
orang mengenai kewajiban-kewajiban mereka terhadap
pekerjaan mereka. Revolusi mental terjadi dalam sikap
mental kedua pihak dalam manajemen ilmiah adalah kedua
belah pihak berpaling dari pembagian surplus sebagai hal
yang paling penting.
Manajemen merupakan proses yang khas terdiri atas
tindakan-tindakan aktivitas manajemen yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan péngawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melaiui pemantaatan sumber
5
Tim Guru Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta 2011),h. 88.
6 H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara 2013),h.14.
3
daya manusia serta sumber daya lain7.
Bertitik tolak pada pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep manajemen adalah menjalankan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dalam proses pendayagunaan segata
sumberdaya secara efisien disertai penetapan cara
pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi.
Setelah dielaborasi tentang definisi manajemen secara
umum, selanjutnya akan diulas secara komprehensip
fungsi-fungsi manajemen pendidikan.
B. Fungsi Manajemen
4
ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang
diperIukan untuk mencapai tujuan tersebut, berapa orang
personal yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya.
Pencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Banghart dan Trull sebagaimana dikutip oleh Hadari
Nawawi mengemukakan: “Educational planning is firs of all a
rational process”8. Perencanaan menurut Engkoswara dan
Aan Komariah adalah membuat keputusan mengenai arah
yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya
yang akan diolah, dan teknik yang digunakan9.
Planning adalah penentuan segala sesuatunya terlebih
dahulu untuk melaksanakan suatu aktivitas. Dalam rumusan
lain disebutkan: Planning is deciding in advance what is to be
done.10 Louis Allen mendefinisikan planning is the
determinition of a course of action to achieve a desired result.
Selanjutnya, dalam perencanaan ada 4 tahap yang
harus dilakukan yaitu: (1) Menetapkan tujuan; (2)
Merumuskan tujuan saat ini; (3) Mengidentifikasi segala
peluang dan hambatan; (4) Mengembangkan rencana.11
Endang Soenarya menjelaskan dalam proses
perencanaan ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan
yaitu: memformulasikan tujuan, merumuskan strategi,
8
Hadari, Nawawi. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit Bidang
Pemerintahan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 50.
9 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan (Bandung:
5
kebijakan, dan perincian perencanaan, membentuk
organisasi untuk melaksanakan keputusan, dan membahas
hasil umpan balik untuk dijadikan acuan rencana
selanjutnya.12
Dengan melihat pendapat para pakar di atas, maka
dapat dipahami perencanaan adalah aktivitas yang harus
dilakukan dalam menjawab pertanyaan lima W (what, why,
who, when, where) dan satu H (how).
Adapun langkah yang harus dilakukan dalam suatu
perencanaan menurut Mukhtar adalah sebagai berikut: 1).
Mengumpulkan data atau informasi untuk menentukan
indikator; 2). Menganalisis data; 3). Merumuskan kebijakan;
4). Memprediksi kebutuhan yang akan datang; 5).
Menetapkan sasaran dan alternative strategi, dan 6).
Memperhitungkan yang dibutuhkan.13
18.
6
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.14
7
Berdasar uraian di atas tergambar bahwa
perencanaan pondok pesantren adalah proses menentukan
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan,
pedoman, dan kesepakatan (commitment) yang
menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Tujuan perencanaan sekolah membantu
sekolah menjelaskan pengelolaan sekolah sekarang dan
masa mendatang, mendorong dan mendukung partisipasi
masyarakat, mendorong adanya keputusan-keputusan
tingkat sekolah, dan mendorong terciptanya ketentuan
dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
8
daya organisasi yang dimiliki dan lingkungan. Dalam
penyusunan struktur ada dua aspek utama yaitu
departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan kerja
organisasi agar kegiatan sejenis saling berhubungan dapat
kerja sama. Pembagian kerja adalah rincian tugas pekerjaan
agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan.
Aspek-aspek penting dalam pengorganisasian ialah:
bagan organisasi, pembagian kerja, departementalisasi,
rantai perintah, tingkat hirarki manajemen, saluran
komunikasi, dan rentang manajemen serta kelompok
informal yang dihindari.
9
“Yang artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi
Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang
yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik.18”
“Ayat tersebut menjelaskan diperlukan tindakan
actuating dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
dilengkapi dengan berbagai motif yaitu kabar gembira
bagi staf yang melakukan tugas dengan baik, dan kabar
buruk bagi staf yang melakukan penyalah gunaan
wewenang.”
18
Anonim, op. cit., 401.
10
yang telah ditetapkan19.
19
Hadari, Nawawi, op. cit., h. 90.
20
As Sayyid Mahmud Al Hawary, Idarah Al Asas Wal Ushulil Ilmiyah, Cet ke III,
(Kairo: Almaktabah almadinah, 1976), h. 189.
21 Anharululum. Blokspot. Com/ 2011/ 09/ fungsi-manajemen-
11
Setiap kegiatan pengawasan memerlukan tolok ukur
atau kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
bekerja, yang dalam Penilaian Kinerja disebut Standar
Pekerjaan. Tanpa tolok ukur tidak satupun sistem kontrol
yang dapat dilakukan secara efektif. Suatu sistem kontrol
terdiri dari standar (tolok ukur), proses pengukuran
(penilaian), koreksi dan umpan balik, yang dapat
digambarkan dalam gambar di bawah ini.
Umpan Balik
STANDAR
PELAKSAN
AAN
PROSES KOREKSI
PENGUKUR KEBERHASI
AN DAN LAN /
PELAKSAN
AAN
PEKERJAAN
12
keberhasilan pekerjaan, kemudian menindak lanjuti dengan
melakukan umpan balik.
Kegiatan pengawasan dapat dilakukan dengan melalui
kegiatan pengukuran (measurement) dan penilaian
(evaluation). Proses pengukuran dilakukan terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang standar pekerjaannya bersifat
kuantitatif.
Menurut Mukhneri dalam bukunya pengawasan
pendidikan menjelas ada Sembilan unsur yang terdapat
dalam aktivitas pengawasan yaitu: pertama, ada proses
pengamatan tentang fakta yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang diamati. Kedua, fakta yang
sebenarnya ini merupakan bahan untuk merumuskan
tindakan-tindakan yang dapat menjamin pekerjaan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, pengawasan lebih ditekankan pada pekerjaan yang
sedang berjalan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan (concurrent control). Keempat, pengawasan
sebagai proses untuk menentukan pekerjaan apa yang
sudah dilaksanakan. Kelima, pengawasan adalah mata dan
telinga pimpinan yang dapat mengungkapkan fakta.
Keenam, controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan
korektif yang menggunakan standar untuk mengukur
apakah kegiatan telah sesuai dengan rencana. Ketujuh,
pengawasan untuk menentukan bahwa tujuan manajemen
telah tercapai. Kedelapan, pengawasan adalah sebagai usaha
sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan.
Kesembilan, pengawasan bersifat konstruktif, dan tidak
13
mencari kesalahan, akan tetapi lebih diarahkan pada
efisiensi waktu, dana, material, metode dan tenaga dengan
meminimalkan penyimpangan yang terjadi.22
Jadi, dengan mencermati penjelasan fungsi
pengawasan oleh para pakar manajemen pendidikan dapat
disarikan pengawasan adalah berfungsi untuk memastikan
bahwa aktivitas atau program yang telah berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan atau belum berjalan.
Kemudian mendiagnosa penyebab belum berjalannya suatu
program.
22
Mukhneri Mukhtar, Pengawasan Pendidikan (Jakarta: BPJM Press, 2013), h.
39.
23 Anonim, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 205.
14
didasarkan atas aturan tertentu dalam rangka mencapai
suatu tujuan.
Kesiswaan atau peserta didik menurut ketentuan
umum undang-undang RI tentang Sistem Nasional adalah
angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Menurut knezevich (1961) yang dikutip oleh E.
Mulyasa manajemen pesrta didik (pupil personnel
administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa
di kelas dan di luar kelas seperti : pengenalan, pendaftaran,
layanan individual seperti pengembangan keseluruhan
kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Manajemen pesrta didik dapat di artikan sebagai usaha
pengaturan terhadap siswa mulai dari siswa tersebut masuk
sekolah sampai deengan mereka lulus sekolah .
Manajemen pesrta didik adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik , mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen pesrta
didik bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik,
melainkan aspek yang lebih luas yang secara operasional
dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.24
15
Dengan demikian dapat dipahami siswa adalah orang
yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya, agar dapat berkembang dengan
baik serta merasa puas dalam menerima pelajaran.
Menurut buku manajemen pendidikan yang dikarang
oleh tim Dosen administrasi pendidikan Indonesia
mengatakan bahwa manajemen siswa atau manajemen
peserta didik (pupil personnel administration) adalah
layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas.
Sri Minarni dalam Manajemen Sekolah menjelaskan
manajemen pesrta didik adalah merupakan suatu penataan
atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan
siswa, mulai dari masuknya siswa sampai dengan keluarnya
siswa tersebut dari suatu sekolah.
Kosasi mengartikan manajemen peserta didik atau
pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan
layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan,
pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia
matang di sekolah.25
Dengan demikian dapat dipahami manajemen pesrta
didik adalah suatu aktivitas penataan siswa mulai dari dia
masuk suatu sekolah sampai keluar untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
25
Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 166.
16
Sutjipto dan Mukti rnengemukakan bahwa ada
beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
manajemen pesrta didik, yaitu : 1) penerimaan siswa, 2)
pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4)
pemberhentian siswa dari sekolah.26
Dari kedua pendapat di atas, maka kita dapat
mengambil sebuah alur aktivitas manajemen pesrta didik,
yaitu:
a. Langkah pertama adalah perencanaan yang dilakukan
untuk memperoleh atau rnenyusun program/rencana
kerja.
b. Langkah kedua adalah pelaksanaan berupa
implementasi, dari program/rencana kerja yang telah
ditetapkan dalam tahap perencanaan. Pelaksanaannya
itu sendiri terdiri atas aktivitas-aktivitas; penerimaan
siswa (rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan dan
pengelompokkan), pembinaan siswa (akademik dan
non-akademik), evaluasi hasil (output) dan dampak
(impact).
c. Langkah ketiga adalah pengawasan yang dilakukan
secara menyeluruh terhadap keseluruhan proses dan
hasil pembinaan kesiswaan.
Langkah-langkah tersebut masing-masing akan
dibahas secara lebih rinci berikut ini :
26
Sutjipto dan Mukti, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2006), h.
40.
17
a. Perencanaan
27
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 49.
18
kerja yang telah disusun. Fungsi pelaksanaan meliputi
proses mengoperasionalkan desain atau rancangan itu
dengan menggunakan berbagai strategi kebijakan dan
kegiatan yang terarah secara jelas, menggunakan
tenaga manusia dan fasilitias yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
28
Ibid.,h. 48.
19
siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengukuran terhadap hasil evaluasi ini
(outcome).
20
akan diterima sebagai siswa berdasarkan kriteria
tertentu. Sistem rekrutmen dan seleksi
penerimaan siswa tentu tidaklah sama dengan
sistem rekrutmen dan seleksi yang digunakan
untuk para pegawai, walaupun tujuan awal
keduanya sama, yaitu untuk memperoleh masukan
dasar (input) yang berkualitas sesuai dengan target
yang diharapkan. Oleh karena itu, konsepsi tentang
rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan pegawai
tidak dapat sepenuhnya digunakan dalam
rekrutmen dan seleksi dalam penerimaan siswa.
Teori umum tentang sistem rekrutmen dan seleksi
siswa tidak banyak yang dapat kita temukan,
berbeda dengan teori tentang sistem rekrutmen
dan seleksi pegawai. Umunya system rekrutmen
dan seleksi siswa lebih bersifat ketentuan teknis
dan sangat bergantung pada kebijakan-kebijakan
yang berlaku dalam suatu wilayah/Negara dimana
rekrutmen dan seleksi siswa itu dilaksanakan.
2) Pembinaan Siswa
Langkah selanjutnya dalam tahapan pelaksanaan
pembinaan kesiswaan adalah melakukan
pembinaan siswa. Pembinaan siswa (student
development) menurut Drum sebagaimana yang
dikutip oleh Morril et.all., didefinisikan sebagai
berikut :
21
Pembinaan Siswa adalah suatu proses di mana
setiap orang mengalami sejumlah perubahan
kearah perilaku lebih maju, hal tersebut
diakibatkan oleh pengetahuan yang terus
meningkat menuntut tantangan dalam menjalani
hidup. la berubah ke arah perilaku lebih maju
seiring naiknya individu yang berubah dalam suatu
posisi yang berkembang lebih tinggi
mengakibatkan seseorang mengamati orang-orang,
peristiwa, dan berbagai hal dengan cara yang
berbeda.29
Pembinaan siswa (student development) adalah
proses dimana individu/peserta didik diberikan
sejumlah perlakuan yang telah dipersiapkan secara
sistematis dan bervariasi sehingga dari perlakuan
ini akan dihasilkan suatu perubahan prilaku hidup
dari individu/peserta didik yang bersangkutan
diharapkan perubahan itu dapat menjawab
tantangan dan kebututhan hidup. Perubahan yang
dimaksud adalah adanya peningkatan dalam
pengetahuan, nilai-nilai kehidupan, moralitas dan
kehidupan sosial siswa dan berinteraksl dengan
lingkungannya.
Diharapkan melalui pembinaan kesiswaan,
kemampuan yang dimiliki para siswa dapat
29
Morill, et all, Dimension of intervention for Student Development (Canada:
John Wiley and Sins, Inc, 1980), h. 23.
22
berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Pembinaan kesiswaan itu sendiri
dilakukan agar siswa mengenal Iingkungan tempat
belajar mereka, dan dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman
tentang lingkungan itu diharapkan dapat tercipta
suatu keadaan dimana siswa lebih tertib dan
mementingkan tugas-tugas belajarnya,
dibandingkan dengan kegiatan pribadi lainnya
disekolah.
23
penjagaan diri. keempat fungsi utama sekolah
tersebut harus diselaraskan dengan enam wilayah
fungsi pendidikan, yaitu fungsi intelektual, fungsi
moral spiritual, fungsi budaya dan seni, fungsi
sosial, fungsi fisik dan fungsi kejuruan.
Morril et.all. memberikan arahan agar program
pembinaan siswa senantiasa memperhatikan tiga
hal penting dalam sistem kehidupan seorang siswa,
yaitu; pertama, pembinaan diarahkan pada
pengembangan kemampuan intelektual siswa
sehingga nantinya siswa akan mengalami
perubahan dalam pola pikir, pengetahuan, dan
kemampuan memecahkan masalah, kedua
pembinaan diarahkan pada pengembangan diri
pribadi siswa, sehingga nantinya siswa akan
mengalami perubahan dalam mengenal diri dan
memahami esensi dan tanggung jawab
kehidupannya; dan ketiga, pembinaan diarahkan
pada pengembangan kehidupan sosial siswa,
sehingga nantinya siswa akan mengalami
perubahan dalam hal bagaimana berinteraksi
dengan sesame manusia dan dengan lingkungan
sekitarnya.
Secara umum, pembinaan siswa dapat diklasifikasi
kepada dua jenis pembinaan, yaitu pembinaan
siswa yang bersifat akademik, pembinaan siswa
yang bersifat non-akademik.
24
Pembinaan siswa yang bersifat akademik adalah
pembinaan siswa yang secara langsung
berhubungan pelajaran yang diajarkan di sekolah
bersangkutan. Pembinaan siswa yang bersifat
akademik ini dibagi kepada dua jenis kegiatan,
yaitu: kegiatan intrakurikuler, yaitu kegiatan yang
dilakukan disekolah yang waktunya sesuai dengan
struktur program yang telah kegiatan yang erat
kaitannya dengan pemerkayaan pelajaran yang
dilakukan diluar jam pelajaran yang dalam
struktur program. Kegiatan ini dimaksudkan agar
apa yang telah dipelajari dalam intrakurikuler
dapat lebih dikuasai dan dipahami oleh siswa.
Kegiatan-kegiatan ini dapat merupakan
penugasan-penugasan atau pekerjaan rumah yang
merupakan penunjang kegiatan intrakurikuler.
Pembinaan siswa yang bersifat non-akademik
adalah pembinaan siswa yang tidak secara
langsung berhubungan dengan pelajaran resmi di
kelas. Dalam istilah lain, pembinaan siswa yang
bersifat non-akademik ini juga disebut kegiatan
ekstrakurikuler. Menurut Sucipto dan Mukti,
kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
memperluas pengetahuan siswa, menambah
keterampilan mengenai hubungan atar berbagai
mata pelajaran pengetahuan siswa, menambah
keterampilan mengenal hubungan antar berbagai
25
mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat,
menunjang pencapaian tujuan intrakurikuler serta
melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.
c. Pengawasan
Selanjutnya dalam Manajemen pesrta didik adalah
melakukan pengawasan, Oteng Sutisna rnengartikan
pengawasan sebagai suatu proses flungsl dan mirip
administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai
dengan apa yang semestinya terjadi. Apabila tidak
sesuai dengan semestinya maka perlu adanya
penyesuaian yang semestinya dilakukan.30
30
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.58.
26
dengan tujuan organisasi; dan kedua, adanya jangka
waktu antara saat tujuan dirumuskan dengan saat
tujuan diwujudkan dalam hal ini adanya
penyimpangan yang perlu diluruskan.
31
Ibid.,h.58.
27
masih berlangsung maupun ketika kegiatan sudah
selesai. Dan juga yang terpenting adalah bahwa hasil
dari hasil pengawasan ini haruslah ditindaklanjuti,
sebab bila ditindaklanjuti tentu hasil dari pengawasan
ini akan tidak bernilai. Selanjutnya juga hasil dari
pengawasan ini akan dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan pada saat
penyusunan kembali perencanaan pembinaan pada
periode selanjutnya.
28
BAB II
Hal- Hal Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta
didik
32
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar (Bandung: Alfabeta, 2006). h. 54.
29
Adapun sikap mental yang dimaksud antara lain Ikhlas
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya (tanpa pamrih), kemampuan untuk bekerja
keras, tabah, sabar dan tak pernah kenal dan menyerah
dan senantiasa meningkatkan kemampuan segala
bidang, terutama yang relevan dengan tugas pokoknya,
memiliki sifat-sifat terpuji (akhlakul karimah) dan
berusaha menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela
karena guru adalah teladan bagi para peserta didik
kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas profesi
yang disandangnya.
2. Pengalaman Lapangan
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman
adalah guru yang terbaik (experience is the best teacher).
Bila pepatah ini masih berlaku, berarti faktor
pengalaman juga sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan.
Pengalaman dapat di peroleh dari diri sendiri maupun
pengalaman dari orang lain/teman seprofesi.
Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman
daam kegiatan pendidikan, baik dalam bentuk kegiatan
intra maupun ekstra kurikuler. Misalnya ada guru yang
selama mengajar belum pernah membuat rencana
pengajaran. Artinya dia mengajar hanya berdasarkan
buku paket yang ada. Hasil belajar mengajar yang
diperoleh pun tentu tidak akan sebaik guru yang selalu
mempersiapkan Rencana Pengajaran pada setiap kali
30
pertemuan/setiap kali belajar mengajar. Dari dua
pengalaman yang berbeda ini perlu ada kesepakatan
untuk mengikuti atau mengambil yang terbaik, dari
sinilah kita melihat bahwa pengalaman itu sangat
diperlukan.
3. Kerjasama
Dalam setiap kegiatan organisasi dan managemen tidak
ada konsep yang menyatakan bahwa tujuan dapat
dicapai sendiri. Akan tetapi sebaliknya bahwa tujuan
akan tercapai berkat hasil kerjasama antara dua orang
atau lebih.
31
Di samping faktor internal, faktor eksternalpun sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor
eksternal tersebut antara lain:
4. Sarana dan prasarana
Sebaik apapun tujuan yang dirumuskan dan sesiap
apapun manusianya (guru dan siswa) untuk melakukan
suatu kegiatan, pada akhirnya akan terbentur pada
sarana dan prasarana yang tersedia. Hal ini berarti
bahwa faktor sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan Madrasah
diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan
tujuan kurikulum. Fasilitas yang dimaksud adalah
sarana dan prasarana madrasah. Sarana dan prasarana
Madrasah adalah "semua benda bergerak maupun yang
tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengelolaan sarana dan prasarana Madrasah pada
manajemen pesrta didik mengenai keseluruhan proses
pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk menunjang tujuan
manajemen pesrta didik di Madrasah sehingga dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
32
kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4)
inventarisasi, (5) pemeliharaan, ( 6) penghapusan,
dan (7) pengawasan.33
a. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan Kebutuhan sarana dan prasarana
Madrasah didasarkan pada pertimbangan :
33
Ibid.,h. 75.
33
dalam rangka barang tidak rusak dari mudah
dihadirkar jika dibutuhkan. Oleh karena itu,
penyimpanan ini bersifat sementara.
34
f. Penghapusan Sarana dan Prasarana
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan
kegiatan meniadakan barang-barang milik Madrasah
tidak berguna lagi atau karena biaya pemeliharaannya
sudah terlalu mahal. Penghapusan hendaknya
dilakukan dengan transparan agar tidak terjadi
penyalahgunaan barang-barang Madrasah tersebut.
35
kepala sekolah dan seluruh personil yang ada di sekolah
tersebut.
6. Pengawasan
Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan adalah pengawasan. Dalam hal ini ada dua aspek
pengawasan yang dapat dilakukan di sekolah yaitu
pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah
tersebut dan pengawasan fungsional yang dilakukan
oleh pengawas.
Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang
terdapat pada diri setiap pemimpin. Beres tidaknya
pelaksanaan manajemen pesrta didik di sekolah
tersebut sangat di pengaruhi oleh berjalan tidaknya
fungsi pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
Selanjutnya, dalam menata pesrta didik/ kesiswaan
seorang manajer harus memperhatikan beberapa
prinsip mendasar seperti yang dikemukakan oleh
Syafaruddin yang mengatakan ada empat prinsip yaitu:
(1). Siswa harus diperlakukan sebagai subjek bukan
objek dan harus didorong untuk aktif dalam setiap
perencanaan; (2). Kondisi siswa yang beragam baik
ditinjau dari fisik, kemampuan intelektual, sosial,
ekonomi, dan lain-lain; (3). Menciptakan suasana belajar
36
yang menyenangkan; dan (4). Mengembangkan potensi
siswa secara menyeluruh.34
34
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat
Press, 2005). h. 262.
37
BAB III
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP MANAJEMEN
PESERTA DIDIK
38
kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar
dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.35
35 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-
sekolah
39
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan ialah agar siswa
terpenuhi kesejahteraanya .
36 http://dayintapinasthika.wordpress.com/2003/01/02/manajemen-
sekolah
40
4. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah dipandang
sebagi upaya pengaturan terhadap pembimbingan
siswanya.
5. Kegiatan manajemen pesrta didik haruslah mendorong
dan memacu kemandirian siswa
6. Apa yang di berikan kepada siswa dan yang selalu
diupayakan oleh kegiatan manajemen pesrta didik
haruslah fungsional bagi kehidupan siswa baik di
sekolah lebih-lebih di masa depan .
37 Loc.cit
41
senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri
di lembaga pendidikan seperti sekolah .
42
BAB IV
PROSEDUR PERENCANAAN PESERTA DIDIK
43
1. Perkiraan (forcasting)
Yang dimaksud dengan perkiraan (forcasting) adalah
menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi
ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang disertakan
dalam hal ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Kelampauan
Adalah dimensi yang berkenaan dengan pengalaman-
pengalaman masa lampau penanganan peserta didik.
Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik
pada masa lampau harus selalu diingat dan diulang
kembali, sementara kegagalan penanganan peserta
didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat dan
dijadikan pelajaran.
b. Dimensi Kekinian
Adalah dimensi yang berkaitan erat dengan faktor
kondisional dan situasional peserta didik di masa
sekarang ini. Keadaaan peserta didik yang senyatanya
sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan
peserta didik. Semua keterangan, informasi dan data
mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar
dapat ditetapkan kegiatan-kegiatannya, dan
konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut pada
biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.
c. Dimensi Keakanan
Adalah dimensi yang berkenaan dengan antisipasi ke
depan peserta didik. Ha-hal yang diidealkan dari
peserta didik di masa depan, haruslah dapat dijangkau
44
seberapa pun jangkauannya. Pemikiran mengenai
peserta didik dalam perkiraan ini, tidak saja hanya
untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga
tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta
didik di masa depan.
2. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju,
dan oleh karena itu ia tidak dapat dicapai. Tujuan ini
dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan
sudut kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka
panjang, kemudian dijabarkan ke dalam tujuan jangka
menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang
digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Ada juga rumusan tujuan final atau akhir yang
dijabarkan ke dalam tujuan sementara.
3. Kebijakan
Yang dimaksud dengan kebijakan adalah
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat
dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan. Bisa
jadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan,
sebaliknya, bisa juga beberapa tujuan atau target
membutuhkan satu kegiatan.
4. Pemograman (Penyusun Program)
Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang
bermaksud memilih kegiatan-kegiatan yang sudah
diindentifikasi sesuai dengan langkah kegiatan.
Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak
45
semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut nantinya
dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain, penyusunan
program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang
sudah diidentifikasi dalam kebijakan.
1. Langkah- langkah
Yang dimaksud dengan langkah-langkah (procedure)
adalah merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktivitas
dalam hal ini, yakni aktivitas pembuatan skala prioritas,
aktivitas pengurutan dan aktivitas menyusun langkah-
46
langkah kegiatan. Yang dimaksud dengan pembuatan
skala prioritas adalah menetapkan rumusan. Faktor-
faktor yang harus dijadikan penentu dalam membuat
skala prioritas ini adalah sebagai berikut:
2. Penjadwalan
Yang dimaksud dengan schedule adalah penjadwalan.
Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan urutan
prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas
47
pelaksanaannya, dan di mana dilaksanakan. Dengan
adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan
memberikan bantuan di bidang manajemen peserta
didik akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya,
serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut.
Yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis
kegiatannya secara urut, kapan dilaksanakan, siapa yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan, bahkan kalau
perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan.
Dengan jadwal demikian, diharapkan kegiatan yang
direncanakan akan dapat dilaksanakan. Adanya jadwal
demikian, juga memberikan kemungkinan bagi mereka
yang konsen untuk memberikan bantuan, baik bantuan
yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana
dan biaya.
3. Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan.
Pertama, mengalokasikan biaya. Yang dimaksud dengan
alokasi disini adalah perincian mengenal biaya yang
dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Pengaplikasian di sini hendaknya dibuat
serinci dan serealistik mungkin.
Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya
demikian perlu disebutkan secara jelas, agar mudah
menggalinya. Ada sumber-sumber biaya yang bersifat
primer dan sumber-sumber biaya yang bersifat
sekunder. Baik sumber biaya primer maupun sumber
48
biaya sekunder haruslah sama-sama dicantumkan, agar
dapat memberi petunjuk kepada mereka yang terkait
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
C. Sensus Sekolah
Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana
atau kegiatan prinsip untuk mengumpulkan informasi yang
berguna untuk perencanaan dalam berbagai kegiatan dalam
program sekolah (Atkinson, 1965). Sedangkan menurut
Yeager (1945) sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap
siswa yang berada pada usia sekolah. Berarti, sensus
sekolah adalah suatu aktivitas yang bermaksud
mengumpulkan informasi mengenai anak usia sekolah di
suatu daerah (area) tertentu, berdasarkan data dari hasil
sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan
layanan kepada peserta didik.
Fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar
pembagian anggaran belanja dan sarana untuk
mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi
khusus sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai
dengan sudut pandang dan latar belakang serta daerah
mereka.
Menurut Calvin Greader (1981), fungsi khusus sensus
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penentuan kebutuhan program sekolah.
2. Penentuan bidang school attendance.
3. Pemberian fasilitas transportasi.
49
4. Perencanaan program pendidikan dari melayani
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.
5. Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang
kerja bagi anak.
6. Menyediakan fasilitas pendidikan.
7. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat.
8. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat.
9. Mendapatkan informasi dari berbagai macam
kesejahteraan masyarakat, yayasan dan sebagainya.
50
9. Jumlah anggota staf bergantung registrasi peserta didik
pada masing-masing pelajaran.
SS = Di mana:
SS = School Size
JP = Jumlah peserta didik
JS = Jumlah sekolah
51
2. Ukuran Kelas
Setelah ukuran sekolah (school size) didapatkan,
kemudian dapat dihitung class size. Yang dimaksud
dengan class size adalah hasil perbandingan antara
jumlah kelas dengan jumlah peserta didik di suatu
daerah. Perbandingan demikian, dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
CS =
Di mana:
CS = Class Size
JP = Jumlah peserta didik
JK = Jumlah kelas
52
di suatu sekolah. Untuk menghitung Average Size of
Class di pergunakan rumus sebagai berikut.
∑ ∑ ⋯
=
Di mana:
ASC = Averege size class
∑ = Sigma
P = Peserta didik
K = Kelas
1 = Tingkat atau kelas
ASC = 41
Di mana:
PTR = Pupil teacher ratio
53
JG = Jumlah guru
JS = Jumlah siswa
54
Sementara itu, daya tampung sekolah yang
menggunakan sistem double shift dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
DT = ∑B(M) (2) – TK
Di mana:
DT = Daya tampung
B = Bangku
M = Muatan tiap bangku
TK = Tinggal kelas
∑ = Sigma
55
1. Individualisasi pembelajaran terbatas.
2. Pelajaran yang diberikan cenderung ceramah tanpa
partisipasi kelompok dan individu.
3. Hanya terjadi komunikasi lisan, partisipasi menyeluruh
sangat kurang.
4. Kerja menulis kurang ditangani oleh guru.
5. Persiapan guru kurang, oleh karena tanggung jawab
mereka bertambah.
6. Peserta didik tidak mengenal guru secara pribadi.
7. Wawancara dengan orang tua peserta didik menjadi
berkurang karena banyaknya jumlah peserta didik.
8. Peserta didik yang mengalami atau memiliki kelainan
akan kurang terkontrol.
9. Pengembangan kurikulum tersedat-sendat, demikian
juga pengembangan pengajaran.38
56
BAB V
KEBIJAKAN REKRUTMEN PESERTA DIDIK
57
yang tinggal di satu tempat dan lain sebagainya.39
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik, juga
memuat sistem pendaftaran dan seleksi atau penyaringan
yang akan diberlakukan untuk peserta didik. Selain itu,
kebijakan penerimaan penerimaan peserta didik, juga berisi
mengenai suatu pendaftaran,kapan dimulai dan kapan
diakhiri. Selanjutnya, kebijakan penerimaan peserta didik
harus juga memuat tentang personalia yang akan terlibat
dalam pendaftaran, seleksi dan penerimaan peserta didik.
39. Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011 hlm 41-43
58
berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK),
sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil tes
masuk. Meskipun demikian, sekolah juga masih dapat
memberikan kebijaksanaan kepada masing-masing calon,
misalnya saja menunda pemenuhan persyaratan
administrative dengan batas waktu yang telah di tentukan,
sebab dengan cara demikian, sekolah memang akan lebih
mudah merekrut calon yang lebih potensial. Jangan sampai
calon yang potensial gagal mengikuti seleksi, hanya karena
tertundanya persyaratan administrative, karena ada kalanya
persyaratan administrative demikian melibatkan instansi
lain dalam pemenuhannya.
Adapun seleksi akademik, adalah sersuatu aktifitas
bermaksud mengetahui kemampuan akdemik calon. Apakah
calon yang akan di terima di suatu sekolah tersebut dapat
memenuhi kemampuan persyaratan yang di tentukan
ataukah tidak. Jika kemampuan persyaratan yang di
inginkan oleh sekolah tidak dapat di penuhi maka yang
bersangkutan tidak di terima sebagai calon peserta didik.
Sebaliknya, jika calon dapat memenuhi kemampuan
persyaratan yang di tentukan maka yang bersangkutan akan
di terima sebagai peserta didik di sekolah tersebut.40
59
untuk di terima sebagai peserta didik.
Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik.
1. Adalah kriteria acuan patokkan yaitu suatu penerimaan
peseta didik yang di dasarkan atas patokkan-patokkan
yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam hal ini,
sekolah terlebih dahulu membuat patokkan bagi calon
peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat
dengan sekolah yang menerima peserta didik.
2. Kriteria acuan norma yaitu penerimaan calon peserta
didik yang di dasarkan atas keseluruhan prestasi calon
peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini
sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan
prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan
prestasi peserta didik di jumlah, kemudian di cari rata-
ratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada di atas
rata-rata di golongkan sebagai calon yang dapat di
terima. Sementara yang berada di bawah rata-rata
termasuk peserta didik yang tidak di terima.
3. Kriteria yang di dasarkan atas daya tamping sekolah,
sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah
daya tampungnya atau berapa calon peserta didik baru
yang akan di terima. Setelah sekolah menentukan,
kemudian merangking prestasi siswa mulai dari prestasi
yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Penentuan
peserta didik yang di terima di lakukan dengan cara
mengurutkan dari atas ke bawah, sampai daya tampung
tersebut terpenuhi.
60
Jika ada di antara siswa yang rangkingnya sama, maka
sekolah dapat mengambil kebijakkan antara lain, melalui tes
ulang atas siswa yang rangkingnya sama, atau dapat pula
memilih di antara mereka dengan mengamati prestasi
lainnya. Alternative mana yang di pilih, tentulah harus di
sepakati bersama dengan tenaga pendidik di sekolah sejak
awal perencanaan. Di sinilah pentinya rapat penerimaan
peserta didik baru.41
61
penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan pendaftaran ulang peserta
didik baru. Rapat penerimaan peserta didik baru dipimpin
oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Yang
dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan ketentuan
penerimaan peserta didik baru.
Walaupun penerimaan peserta didik merupakan
pekerjaan rutin yang dilakukan setiap tahun, tetapi
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan penerimaan
harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh
mereka yang terlibat.42
Dalam rapat ini, keseluruhan anggota panitia dapat
bicara sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dibicarakan setuntas
mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota
panitia tinggal menindaklanjuti saja. Apa yang sudah
diputuskan dalam rapat hendaknya tidak dimentahkan,
melainkan diikuti dengan langkah selanjutnya. Hasil rapat
penerimaan peserta didik baru tersebut, dicatat dalam buku
notulen rapat. Buku notulen rapat merupakan buku catatan
tentang rapat yang dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
untuk membuat keputusan-keputusan sekolah. Dalam rapat
banyak sekali pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
cemerlang yang perlu didokumentasikan. Bahan untuk
mendokumentasikannya melalui buku catatan rapat
tersebut.
62
1. Pengertian orientasi peserta didik
Orientasi peserta didik siswa (baru) adalah kegiatan
penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta
didik itu menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini
menyangkut lingkungan fisik sekolah dan lingkungan
sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah seperti jalan
menuju sekolah, halaman sekolah, tempat olahraga,
gedung dan perlengkapan sekolah serta fasilitas fasilitas
lainnya yang disediakan lembaga. Sedangkan
lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah, guru
guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak kelas, peraturan
atau tata tertib sekolah, layanan layanan sekolah bagi
peserta didik serta kegiatan kegiatan organisasi
kesiswaan yang ada dilembaga. 43
63
a. Sejarah sekolah. Dengan memahami sejarah sekolah
personalia baru lebih mudah terlibat atau “involve”
dalam aktivitas sekolah dan sekaligus mudah
menyesuaikan sikap dan perilaku.
b. Aktivitas yang ada. Penjelasan ini bermakna selain
untuk memberi pengertian, sekaligus mendorong
personil mengadakan pemilihan keterlibatan yang
dirasa cocok baginya.
c. Fasilitas yang tersedia. Penjelasan bidang ini tidak
kalah penting nya dengan jumlah dan jenis fasilitas
yang tersedia dapat memperlancar tindakan dan
program kerja.
d. Persepsi masyarakat. Memahami persepsi
masyarakat terhadap sekolah membantu personil
baru dalam menetukan tindakan tanpa harus diberi
penjelasan rinci oleh kepala sekolah.
e. Perkenalan oleh personil sekolah lainnya. Tindakan
ini selain untuk menciptakan keakraban juga untuk
memberi bimbingan kepada personil baru dalam
bersikap.44
64
dengan penghuni dan budaya yang baru. Oleh karena itu
peserta didik perlu orientasi. Dengan orientasi tersebut
peserta didik akan siap menghadapi lingkungan dan
budaya baru di sekolah, yang dapat saja berbeda jauh
dengan sebelumnya.
Kian tinggi jenjang lembaga pendidikan, kian berat
tuntutan tuntuan yang harus dipenuhi oleh peserta
didik. Daya saing lingkungan baru tersebut, relatif lebih
ketat dibandingkan dengan lingkungan sebelumnya.
Orientasi peserta didik baru diharapkan dapat
menghantarkan peserta didik pada suasana baru yang
berbeda dengan sebelumnya. Dengan demikian, peserta
didik akan sadar, bahwa lingkungan baru dimana ia
akan memasukinya, membutuhkan pikiran, tenaga dan
waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan
lingkungan sekolah sebelumnya.45
3. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik
Tujuan orientasi peserta didik baru adalah sebagai
berikut:
a. Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai
diri mereka sendiri di tengah tengah lingkungan
barunya.
b. Agar peserta didik mengenal lingkungan sekolah,
baik lingkungan fisiknya, maupun lingkungan
sosialnya.
45. Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd, M.Si, Manajemen Peserta Didik Berbasis
Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 72-73
65
c. Pengenalan lingkungan sekolah demikian sangat
penting bagi peserta didik dalam hubungan nya
dengan: a). Pemanfaatan semaksimal mungkin
terhadap layanan yang dapat diberikan oleh sekolah.
b). Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara
optimal.
d. Menyiapkan peserta didik secara fisik, mental dan
emosional agar siap menghadapi lingkungan baru
sekolah.
66
peserta didik penerusnya disekolah tersebut. Hal ini
sangat penting terutama berkaitan dengan
kepemimpinan estafet organisasi peserta didik
disekolah tersebut.46
67
tinggi dibandingkan sekolah mereka sebelumnya,
menimbulkan persepsi lebih bagi peserta didik terhadap
sekolah barunya. Kelebihan kelebihan inilah yang segera
ingin mereka ketahui.
68
secara jeli telah menjadikan sekolah tersebut sebagai
pilihan untuk memobilisasi diri. Selanjutnya, kepala
sekolah memperkenalkan wakil kepala sekolah, guru
guru beserta keahlian dan pengalamannya, personalia
sekolah dengan jenis jenis layanan yang akan dia
berikan, tokoh tokoh organisasi peserta didik, dan
sebagainya. 47
69
1. Peraturan dan tata tertib sekolah
Para peserta didik baru perlu diperkenalkan dengan tata
tertib sekolah. Sebab, tata tertib sekolah ini mengatur
perilaku peserta didik di sekolah. Adapun tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi oleh peserta adalah:
70
i. Peserta didik tidak dibenarkan membawa rokok atau
merokok, baik didalam kelas, maupun halaman
sekolah, dan lingkungannya,
j. Peserta didik dilarang berpakaian yang berlebihan
dan memakai perhiasan yang mencolok.
k. Peserta didik dilarang menbawa segala sesuatu yang
dapat mengganggu pelajran.
l. Peserta didik dilarang mengadakan kegiatan legiatan
yang dapat mengganggu pelajran disekolah.
m. Setiap peserta didik wajib membayar SPP setiap
bulan selambat lambatnya tgl 10 setiap bulan.
n. Pelanggaran atas tata tertib sekolah dapat
menyebabkan peserta didik dikeluarkan daari
sekolah setelah mendapat peringatan lisan, tertulis
dan skorsing sementara.
71
dan personalia sekolah yang akan memberikan layanan
kepadanya. Lebih jauh, peserta didik akan dapat
mengetahiu alamat, dan kepada siapa menyampaikan
masalah yang sedang dihadapi. Peserta didik akan tahu,
kepada guru mana ia harus mengadukan mata pelajaran
dan personalia sekolah ini.
3. Perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah ini juga harus di perkenalkan
kepada peserta didik. Yang diperkenalkan menyangkut
siapa yang mengelola dan mengepalai, dan apa saja
tugas dan tanggung jawab mereka. Pesert didik perlu
diperkenalkan berapa jumlah koleksi bahan pustaka
yang dipunyai perpustakaan sekolah, macam macam
dan jenis koleksi buku, dari mana koleksi yang dipunyai
selama ini. Peserta didik juga diperkenalkan dengan
layanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan,
misalnya saja layanan baca, peminjaman, pemesanan,
dan pengembalian.
4. Labolatorium sekolah
Layanan laboratorium ini juga perlu diperkenalkan
kepada peserta didik baru, tidak berbeda dengan
pengenalan perpustakaan, peserta didik terlebih dahulu
diperkenalkan kepada para petugas laboratorium
petugas dan tanggung jawabnya.
Lebih lanjut peserta didik diberi informasi mengenai
macam macam laboratorium yang dimiliki oleh sekolah,
72
termasuk sarana dan prasarananya, perlengkapan dan
atau fasilitas yang dipunyai. Tata cara menggunakan
masig masing laboratorium beserta dengan petunjuk
teknisnya perku juga disampaikan.
5. Bengkel sekolah
Bengkel yang dimiliki sekolah perlu juga diperkenalkan
kepada peserta didik baru. Tujuan, fungsi dan
pemanfaatannya itu perlu pula diperkenalkan kepada
peserta didik baru.
73
anggap kurang efisien, maka dilakukannya pengelompokan
berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar
kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat
dikurangi.
Dengan perkataan lain pengelompokkan atau
pengorganisasian siswa adalah konvergensi dari pengajaran
sistem klasikal dan sistem individual.
49PROF. DR. ALI IMRON, M.PD, M.SI, Manajemen Peserta Didik Berbasis
Sekolah(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) hlm 95-96
50 Ibid. hlm 97
51 --
74
seperti tujuan pengajaran, siswa sebagai subyek yang
belajar dan guru dalam pembelajaran secara individual.
75
3. Tes minat, dapat dipergunakan untuk membedakan
minat yang dimilki oleh peserta didik.
4. Tes prestasi belajar, dapat dipergunakan untuk
membedakan daya serap masing-masing peserta didik,
terhadap bahan ajaran yang telah disampaikan kepada
peserta didik.
5. Tes kepribadian, yang digunakan untuk membedakan
intergritas dan kepribadian peserta didik. 52
52 Ibid. hlm 97
76
dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
2. Pengelompokan berdasarkan minat(interest grouping)
Maksunya adalah pengelompokan yang didasrakn atas
minat peserta didik, peserta didik yang minat pada
pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada
topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam
suatu kelompok.53
3. Pengelompokan beregu(team grouping)
Maksudnya adalah suatu kelompok yang terbentuk
karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan
bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah
khusus.
77
5. Pengelompokan penelitian(research grouping)
Maksudnya adalah suatu pengelompokan diaman dua
atau lebih peserta didik menggarap suatu topik
peneklitian untuk dilaoprkan didepan kelas. Bagaimana
cara penggarapan penyajian serta sistem kerja yang
dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota
kelompok.
78
Yang dimaksud SD tanpa tingkat adalah sekolah dasar
tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan
kemampuan masing-masing individu peserta didiknya.
Bahkan peserta didik dapat mengambil pelajaran yang
mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya
tidak sama.
Adapun keuntungan dalam menggunakan sistem
pengelompokan ini adalah:
79
f. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan
pendidikan yang terbaik.55
80
Adapun keuntungan dalam pengelompokan pada sistem
ini adalah:
a. Mendorong cepatnya sosialisasi dengan lingkungan
sebayanya.
b. Pesrta didik yang berbeda pada tingkat awal dan
relatif yang lebih.
c. Sedikit usianya akan dapat belajar banyak kepada
peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya, dan
lebih tua usiannya.56
d. Peserta didik yang lebih muda dan lebih
tingkatannya, jika mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan
diri.
81
3. Pengelompokan kemajuan rangkap(the dual progress
plan grouping)
Yang dimaksud dengan pengelompokan kemajuan
rangkap adalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan
kemampuan individual di setiap umur dan setiap
tingkat. Masing-masing peserta didik diberikan tugas-
tugas dari guru sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap
demikian sebagai berikut:
82
BAB VI
PEMBINAAN PESERTA DIDIK
A. Definisi Pembinaan
Menurut Arifin, membina adalah usaha atau tindakan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Membina adalah
serangkaian tindakan atau usaha yang sengaja dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik dari
sebelumnya. Dan hal-hal yang harus dibina dalam peserta
didik yaitu :
1. Hakikat tingkah laku menyimpang
Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang
dinilai menyimpang dari aturan-aturan normative yang
berlaku dalam suatu lembaga pendidikan. Tingkah laku
menyimpang dapat pula didefinisikan sebagai keluhan
atau keadaan pada umumya tidak dapat diterima oleh
suatu lembaga pendidikan. Dalam penyimpangan
tingkah laku disekolah, sering terjadi hal-hal yang
bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan
sebuah sekolah, siswa dalam kehidupanya disekolah
selalu melakukan berbagai aktivitas yang mengarah
pada perubahan tingkah laku baik itu dalam belajar,
bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah
dan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian
sisiwa dalam bertingkah laku tidak selalu mengarah
83
pada apa yang diinginkan oleh siswa, melainkan adanya
penyimpangan tingkah laku, baik penyimpangan
terhadap ketentuan sekolah maupun dalam
penyesuaian diri dengan diri sendiri.
2. Tingkah laku yang secara sosial dinilai tidak baik
Saparina sadli mengatakan bahwa tingkah laku
menyimpang adalah sebagai kelakuan atau keadaan
pada umumnya tidak diinginkan, seperti ganguan
mental, cacat fisik, dipandang rendah dalam kelompok,
kriminalitas, dll.
84
2. Pembinaan sikap dan kepribadian siswa
3. Pembinaan wawasan keilmuan siswa
4. Pembinaan kemampuan dan keterampilan siswa
5. Pembinaan sikap, wawasan dan keterampilan dalam
bidang keagamaan
6. Pembinaan apresiasi seni dan budaya siswa
7. Pembinaan kebugaran dan kesehatan jasmani dan
rohani siswa
8. Pembinaan kehidupan siswa dilingkungan pendidikan
sekolah
85
Pembinaan kesiswaan melalui jalur latihan
kepemimpinan dan berorganisasi adalah jalur
pembinaan kesiwaan yang berusaha memberi bekal
pengetahuan maupun pengalaman kepada siswa untuk
memimpin dirinya, orang lain dan lingkungannya dalam
mengikuti kegiatan sekolah dan lingkungan sosial sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan siswa disekolah.
Bentuk program iniadalah pemberian latihan kepada
siswa untuk memimpin serta berorganisasi melalui
organisasi siswa.
3. Jalur kegiatan ekstrakulikuler
Pembinaan jalur kegiatan ekstrakulikuler adalah
pembinaan kesiswaan yang berusaha memberikan
penyaluran minat, bakat, perluasan wawasan, serta
kemantapan iman dan taqwa melalui kegiatan-kegiatan
yang direncanakan dan dilaksanakan diluar program
kulikuler untuk menunjang pencapaian tujuan
pendidikan sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler adalah
program pembinaan kepada siswa yang diberikan oleh
sekolah diluar program kulikuler untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan sekolah60.
86
C. Tahap-tahap dalam pembinaan
1. Teknik dialog
Teknik dialog dapat diartikan sebagai pertemuan antara
dua orang yang berkomunikasi secara lisan atau tertulis
dengan tujuan untuk lebih mengenali atau mengenalkan
siswa dalam suasana akrab dan gembira. Teknik dialog
ini dilakukan apabila para peserta didik saling mengenal
secara dalam antara satu sama lain dan ditujukan untuk
membangun keakraban. Langkah teknik ini dapat
dilakukan dengan cara pendidik meminta peserta didik
berpasangan dengan teman disampingnya, dan
selanjutnya melakukan tanya jawab.
2. Teknik pembentukan kelompok kecil
Adapun teknik pembentukan kelompok kecil berguna
untuk membina keakraban dan keterbukaan. Teknik ini
dilakukan untuk pembentukan kelompok kecil yang
jumlah anggotanya terbatas, teknik ini dilakukan
dengan cara membina dinamika kelompok yang
anggotanya mempunyai hubungan yang erat dan akrab
serta efektif agar dapat dilaksanakan kegiatan
pembelajaran.
3. Teknik pembinaan belajar kelompok
Penggunaan teknik belajar kelompok ini adalah untuk
mengetahui harapan peserta didik tentang aktifitas yang
dapat mereka lakukan dalam kegiatan berkelompok.
Harapan ini dilakukan secara tertulis dengan cara
87
memeriksa informasi dan mengisi kotak yang
disediakan dalam lembar isian. Tujuan penggunaan
teknik ini ialah untuk membiasakan para peserta didik
dalam kegiatan belajar kelompok.
88
BAB VII
EVALUASI BELAJAR PESERTA DIDIK
89
Dalam suatu pendidikan guru, ataupun pengelola
pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat
apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah
mencapai tujuan. Jadi, evaluasi pendidikan adalah kegiatan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Dalam
suatu pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya
di kelas. Guru adalah pihak yang bertanggung jawab atas
hasilnya. Dengan demikian guru patut di bekali dengan
evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni
mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru
bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu
yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai
dengan tujuan yang di rumuskan.62
62 Dr.
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, Bina Aksara,
Jakarta, 1988, Hal. 13.
90
1. Input adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam
transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang
dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa
yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki
atau tingkat (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu
kemampuannya. Dengan evaluasi itu ingin diketahui
apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan
melaksanakan tugas – tugas yang akan diberikan
kepadanya.
2. Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh
transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini
adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk
dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus
atau tidak, perlu diadakan kegiatan evaluasi.
3. Transformasi adalah maesin yang bertugas mengubah
bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah,
sekolah itulah disebut dengan transformasi. Sekolah itu
sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan
berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi
yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan
sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat
pekerjanya unsur – unsur yang ada. Unsur – unsur
transformasi sekolah tersebut antara lain :
a. Guru dan personal lainnya.
b. Bahan pelajaran.
c. Metode belajar dan sistem evaluasi.
d. Sarana penunjang.
e. Sistem administrasi.
91
Adapun umpan baliknya di sekolah itu diperlukan
sekali untuk memperbaiki input maupun trsnsformasi.
Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi
harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang
bermutunya lulusan.
C. Batasan Evaluasi
Ada tiga batasan dalam evaluasi yang memiliki makna
berbeda, tetapi sering diartikan sama oleh sebagian guru.
Tiga batasan tersebut, yaitu evaluasi, pengukuran, dan tes.
Pertama, evaluasi menurut Cross (1973) diartikan
sebagai evaluasi merupakan proses yang menentukan
keadaan dimana tujuan dapat dicapai, sedangkan Good
(1973) memberikan batasan seperti berikut evaluation is a
process of making an assessment of a student’s grown.
Batasan ini sering digunakan sama dengan arti evaluasi
adalah assessment is a process by whichas many data as
possible are gathered and used to evaluate a person more a
accurately.63
Kedua, batasan lain yang juga penting dalam
pembahasan evaluasi yaitu batasan tentang pengukuran
(measurement), pengukuran merupakan batasan luas,
pengukuran ini lebih spesifik cangkupanya, yaitu testing dan
63. Dr. Suhar Simi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta, 1995, hal. 3.
92
scaling. Pada proses pengukuran, fenomena dari objek
ditransfer kedalam satuan angka, agar para guru dapat
memberikan makna yang relevan. Dalam pengukuran
perilaku digunakan alat ukur yang berbeda dengan para
guru pendidikan teknologi kejuruan, dimana objek yang
diukur mungkin benda konkret yang mempunyai bentuk
teratur. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku atau
penguasaan hasil belajar guru menggunakan salah satu cara
yaitu dengan melakukan testing.
Ketiga, tes yang merupakan prosedur sistematis yang
direncanakan oleh evaluator guna membandingkan perilaku
dua orang siswa atau lebih. Dalam kenyataannya tes pada
umumnya terdiri atas sekumpulan pertanyaan atau tugas
yang harus dijawab oleh para peserta didik. Tujuan testing
lebih lanjut dikatakan bahwa tes adalah untuk menghasilkan
pertanyaan yang mewakili karakteristik siswa yang hendak
direncanakan untuk diukur, peristiwa ulangan dalam proses
pembelajaran pada umumnya merupakan penggunaan dari
tes dimana pada unit-unit silabus yang telah direncanakan
guru yang memberikan tes untuk dijawab oleh para siswa.
D. Tujuan Evaluasi
Di dalam dunia pendidikan evaluasi ini mempunyai
beberapa tujuan diantaranya mencakup Tujuan Umum dan
Tujuan Khusus.
93
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan
ada dua, yaitu :
94
2. Tujuan Khusus
Adapun yang terjadi tujuan khusus dari kegiatan
evaluasi dalam bidang pendidikan adalah :
E. Kriteria Evaluasi
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal
dengan kata tolak ukur, atau standar. Dari nama – nama
yang di gunakan tersebut dapat segera di pahami bahwa
kriteria, tolak ukur, atau standar, adalah sesuatu yang di
gunakan sebagai patokan atau batasan minimal untuk
sesuatu yang di ukur. Kriteia atau stadar dapat di samakan
dengan “takran”. Jika untuk mengetahui berat beras yang di
gunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur
digunakan untuk menakar kondisi objek yang di nilai.
Dalam kriteria atau tolak ukur ini ia bersifat jamak,
karena ia menunjukkan batas atas dan batas bawah. Dengan
95
demikan kriteria menunjukkan geradasi atau tingkat dan
ditunjukkan dalam bentuk kata keadaan atau predikat.
96
BAB VIII
MUTASI PESERTA DIDIK
B. Macam-macam Mutasi
Ada beberapa macam mutasi:
64 Prof.Dr.Ali
imron, M.PD.,M.Si, (Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah),
Jakarta, Bumi Aksara , tahun 2012, hlm: 152
97
1. Mutasi intern
Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh
peserta didik dalam data sekolah. Umumnya, peserta
didik demikian hanyalah pindah kelas yang
tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh
peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda
jurusannya.
Sebagai contoh: disuatu sekolah menengah atas ada tiga
tingkatan , ialah tingkat satu, dua ,dan tiga. Pada tingkat
dua dibagi lagi menjadi tingkat 2A dan 2B. Tingkat 2A
sendiri ada beberapa program yakni: A1,A2,A3, dan A4.
Jumlah A1 ada 3 kelas, yaitu A1A,A1B, dan A1C. Jika
peserta didik mutasi dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu tingkatan di wilayah sekolah ini disebut
mutasi intern. Katakanlah, bahwa siswa tersebut
sebelumnya berada di program A1A ke A1B atau A1C.
Bahkan tidak jarang, peserta didik juga dapat mutasi
(selama masih baru pemilihan program) dari A1Ake
A2A.
2. Mutasi ekstern
Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah
lain dalam satu jenis,dan satu tingkatan. Meskipun ada
juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan
jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah
negri ,hal demikian menjadi persoalan. Namun tidak
98
demikian pada sekolah swasta, terutama yang
kekurangan peserta didik.65
65 ibid,hlm:153-154
99
6. Mengikuti orang tua pindah rumah.
7. Mengikuti orang tua transmigrasi.
100
3. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat
sekolah tersebut berada.
4. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu
tua.
101
BAB IX
PESETA DIDIK DROP OUT
102
ini perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda
dengan peserta didik kebanyakan.
2. Peserta didik yang tidak memiliki biaya sekolah. Hal ini
banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan dan kantong-
kantong kemiskinan. Padahal semakin tinggi tingkatan
dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh
peserta didik, semakin banyak pula biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan.
3. Sakit parah. Peserta didik yang mengalami sakit parah
tidak dapat masuk sekolah sampai dengan batas waktu
yang ditentukan. Hal ini menyebabkan peserta didik
tertinggal jauh pelajaran di sekolah sehingga peserta
didik lebih memilih tidak melanjutkan sekolah.
4. Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara
berkembang jumlah pekerja anak sangat banyak. Anak-
anak ini tidak jarang bekerja pada sektor formal yang
terikat oleh waktu dan peraturan di perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat
melanjutkan sekolahnya karena harus bekerja.
5. Membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris, anak
laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting oleh
ayahnya untuk bekerja di ladang. Membantu di ladang
dibutuhkan waktu yang relatif banyak sehingga menyita
waktu belajar dan peserta didik tidak dapat mengikuti
pelajaran di sekolah. Karena merasa peserta didik tidak
dapat mengikutui tersebut, peserta didik drop out.
6. Peserta didik di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi
karena yang bersangkutan memang sudah tidak
103
mungkin dapat dididik lagi. Faktor ini disebabkan
karena kemampuan belajarnya yang rendah, atau dapat
juga yang bersangkutan tidak mau belajar.
7. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak
mau sekolah. Pada peserta didik demikian, memang
tidak dapat dipaksa untuk sekolah termasuk orang
tuanya sendiri.
8. Kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.
Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa
tahun, bisa menjadikan yang bersangkutan akan drop
out dari sekolah.
9. Sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik.
Mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.66
10. kecanduan alkohol, alkoholisme telah muncul sebagai
masalah besar dalam masyarakat. Banyak remaja yang
mencengkram kecanduan ini dan menghancurkan hidup
mereka. Siswa mengembangkan cacat emosional dan
psikologis karena mereka tidak dapat berkonsentrasi
pada studi dan dengan demikian mereka drop out dari
sekolah.67
104
Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini
dibedakan 3 hal sehubung dengan masalah ketidak hadiran.
Penyebab ketidak hadirn tersebut diantaranya adalah
adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal tersebut akan
menyebabkan sebuah masalah jika dalam jumlah yang
sering dilakukan oleh peserta didik. Salah satu akibat yang
akan diterima oleh peserta didik adalah sebuah pilihan yang
harus diterima yaitu sebuah pernyatan drop out dari
sekolah.
Secara umum sebab-sebab terjadinya drop out yaitu
peserta didik tidak mampu menyelesaikan pendidikan, tidak
mempunyai biaya sekolah, peserta didik dalam keadaan
sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika dibedakan melalui
beberapa sumber ketidak hadiran yang juga akan
menyebabkan terjadinya sebuah drop out dapat dilihat dari
berbagai sumber, ysaitu sebagai berikut: (Sahertian,
1987:75)
1. Dilihat dari segi tanggung jawab murid itu sendiri
Murid yang sering sakit
Membolos karena pengaruh teman-teman
sekelompok
Karena malas
Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
Melanggar peraturan lalu dihukum
Berkelahi lalu tidak berani masuk sekolah
Lupa atau tidak mau minta ijin dari sekolah
Kebiasaan-kebiasaan buru yang telah dibawa sejak
lama
105
2. Dilihat dari segi rumah tangga
Orang tua yang selalu sibuk karena ayah dan ibu
bekerja dan kurang memperhatikan anak
Latar elakang ekonomi orang ua yang terlalu buruk
Terlalu memanjakan anak
Keluarga yang berpindah-pindah tempat kerja
Tempat tinggal yang jauh
Karena tidak mempunyai pakaian yang layak untuk
ke sekolah
Tuntutan orang tua yang harus bekerja
Orang tua mengajak anak untuk bepergian
3. Dilihat dari segi sekolah
Suasana belajar yang kurang menyenangkan
Guru yang terlalu keras dan menyakitkan
Kurangnya pembinan dan bimbingan dari guru
Kebijaksanaan pimpinan sekolah yang kurang
menguntungkan
Bangunan sekolah yang agak jauh
Biaya dan pungutan uang sekolah yang terlalu tinggi
Tuntutn peraturan yang menekan para siswa
Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat
Program sekolah yang kurang menarik
Sukarnya pengangkutan untuk datang ke sekolah
4. Dilihat dari segi masyarakat
Musim panaen yang memaksa anak harus ikut kerja
musiman
Bencana alam menimpa sehingga masyarakat kacau
Jalan yang terhalang
106
Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa ada hubungan yang berarti antara
ketidakhadiran seseorang siswa dari kemajuan belajar
dan pembentukan pribadi.
2. Bahwa ketidakhadiran ada yang disebut tardiness atau
terlambat datang dan ada yag
disebut truency(kebenaran).
3. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor
kesehatan atau faktor diluar kesehatan.
4. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu
diperlukan perhitungan yang lebh akurat dan lebih teliti.
5. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat
dari setiap segi, yaitu segi dari murid sendiri, orang tua,
sekolah, dan masyarakat.68
107
transisi, dan menggunakan sistem pelacakan diagnostik
untuk mengidentifikasi siswa dan faktor sekolah yang
mempengaruhi tingkat putus sekolah (Dynarski et al, 2008.).
Beberapa strategi yang paling umum dari program
pencegahan putus sekolah yang menjanjikan untuk dikaji,
Yaitu:
Menerapkan Sistem Pelacakan
Melatih dan Menggunakan Pendukung (penganjur)
Memberikan Dukungan dan Pengayaan Akademik
Promosikan Pengembangan Keterampilan Sosial
Membantu masa transisi bagi siswa baru
Melaksanakan Pendampingan Luas di Sekolah.69
Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak
selamanya dapat dipecahkan. Dalam pengertian, ada
beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah
dan yang tak dapat dicegah. Pada peserta didik drop
out karena alasannya biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang
tua asuh dan sebagainya. Sedangkan kasus peserta
didik drop out karena yang bersangkutan tidak mau lagi
bersekolah, sangat sulit pemecahannya. Oleh karena itu,
amanat wajib belajar, dengan memberikan sanksi bagi orang
tua yang anak-anaknya tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai
sarana untuk menekan angka drop out.70
Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan
dapat mengurangi ketidak hadiran di sekolah. Seorang
108
administrator dapat menciptakan sebuah suasana sekolah
yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman.
Sehingga seorang siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat
dengan adnya sekolah tersebut. Olek karena itu Dr. P. Ely
dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator
sebaiknya memilki tender, love and care atau perawatan.
Berlakulah supel tetapi tegas dan berwibawa. Jadi seorang
murid tidak akan merasa takut atau ketidaknyaman dalam
belajar. Itulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi sebab yang berasal dari segi lingkugan sekolah
yaitu melalui seorang guru ataupun administrator.71
109
BAB X
KODE ETIK PESERTA DIDIK
72 Ali imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta,
2011, hlm 163-164.
110
disiplin sangat penting bagi peserta didik karena itu, ia
harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin
tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-
orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing
umumnya mempunyai ke disiplinan yang tinggi. Sebaliknya
orang yang gagal umumnya tidak disiplin.
Banyak para ahli yang memberikan pengertian sesuai
dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie ( 1972 )
memberikan pengertian disiplin sebagai berikut.
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-
orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang
hati”
Good’s ( 1959 ) dalam Dictionary of Education
mengartikan disiplin sebagai berikut.
1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian
keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai
maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif.
2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan di
arahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.
3. Pengendalian prilaku secara langsung dan otoriter
dengan hukuman atau hadiah.
4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman
dan bahkan menyakitkan.
111
itu berada dalam keadaan tertib, tetatur dan semestinya,
serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara
langsung atau tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu
keadaan dan teratur yang di miliki oleh peserta didik di
sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang
merugikan baik secara langsung maupun tiak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara
keseluruhan.73
112
a. Bersikap dan berprilaku sopan
santun/bertatakrama.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis, kondusif,
dan kekelurgaan dengan warga sekolah.
c. Mentaati nasihat yang di berikan oleh guru.
113
a. Berbakti kepada kedua orang tua dan mencintai
keluarga
b. Memiliki kepedulian dan berpartisipasi dalam
kegiatan di masyarakat.
c. Menyayangi sesama tanpa diskriminasi atas dasar
pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, dan
kemampuan ekonomi.
114
c. Berusaha selalu tertib dalam segala hal baik di
sekolah maupun di luar sekolah ( selalu mentaati tata
tertib ).
d. Berusaha selalu untuk menjaga keamanan di sekolah.
e. Turut menciptakan keindahan dan kenyamanan
sekolah.74
115
7. Apa yang di lakukan oleh peserta didik ketika ada di
antara temanya ada yang merasa kesusahan.
116
tekanan kepada peserta didik, dan memeang harus menekan
peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan
terpaksa mengikuti apa yang di inginkan oleh guru.
Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep
permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah
diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan
sekolah. Aturan-aturan d sekolah di longgarkan dan tidak
perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik di
biarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurut mereka
baik. Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep
otoritarian. Keduanya sama-sama berbeda dalam kutub
ekstrim.
Ketiga, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep
kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang
bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari pebuatan itu,
haruslah ia tnggung. Karena ia yang menabur maka ia pula
yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari
konsep otoritarion dan permissive di atas.76
Menurut konsep kebebasan ini, ada juga batas-batas
tertentu yang harus di ikuti oleh seseorang dalam kerangka
kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan
bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba
kebebasan mutlak, sebenarnya akan terbatasi oleh
kebebasan itu sendiri.
76 Ibid : 172-174
117
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim di kenal dengan
kebebasan terbimbing. Terbimbing karena dalam
menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada
hal-hal yang kontruksif. Manakala arah tersebut berbalik
atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka di bimbing
kembali ke arah arah yang konstruktif.
Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian
di kemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin
peserta didik.
Pertama, di namai dengan teknik external control
adaalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah
di kendalikan dari luar peserta didik. Menurut teknik
external control ini, peserta didik hrus terus–menerus di
siplinkan, dan kalau perlu di takuti dengan ancaman dan
ganjaran.
Kedua, di namai engan teknik inner control atau
internal control. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik
di atas. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat
mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik di sadarkan akan
pentingnya disiplin. Jika teknik ini dapat di kembangkan
dengan baik maka akan mempunyai kekuatan yang lebih
hebat di bandingkan dengan teknik external control.
Ketiga, adalah teknik cooperatit control. Konsep teknik
ini, adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling
bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.
118
DAFTAR PUSTAKA
119
Gibran, James, L, John M, Ivancevich dan James H. Donnel Jr.
Organization Behavior: Structure and Process. Texas:
Business Publication, Inc, 1985.
http://rudien87.wordpress.com/2010/03/20/manajemen-
hubungan-masyarakat/
Indrajit R. Eko. dan R. Djoko Pronoto. Manajemen Perguruan
Tinggi Modern. Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2006.
M, Bass, Bernard. Management. Sandiego: Harcourt Brace
Jovanotich, Publisher, 1988.
Mungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2006.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Nonprofit
Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito, 1992.
Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Qomar, Mujammil. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: PT
Gelora Aksara Pratama, 2007.
Robbin, Stephen P, dan Many Coulter. Management. New
Jersey: Prentice Hall, Inc, 1999.
Syaifuddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press, 2005.
120
Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2007.
Saefullah,Aef. Kiat Menjadi Pemimpin Sukses. Bandung: Pustaka
Rineka Cipta, 2010.
Satori, Djamaran dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.
William, David,. Penelitian Naturalistik, Alih Bahasa Lexy. J
Moleong Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta,
1995.
Woodside, Arch G. Case Study Research, Theory, Methods,
Practice. Boston College USA: British Library
Cataloguing In Publication Data.
Yin, Robert K. Case Study Research Design and Methods, Third
Edition. California: Sage Publications, Inc, 2003.
121
CURRICULUM VITAE
Riwayat Organisasi
Nama Organisasi Jabatan Tahun
1992-
OSIS MAS As’ad Ketua
1993
PRAMUKA Anggota 1991-
122
1994
1995-
Himpunan Jurusan Tafsir Hadis Ketua
1997
1995-
Pers Alhikmah Editor
1996
2006-
MAS Labor Kabag TU
2007
2016-
Jurusan PGMI Sekretaris
2019
Karya Tulis
No. Judul Karya Tulis Jenis Karya Tulis Tahun
Konsep Sabar Dalam
1 Skripsi 1998
Alqur’an
2 Implementasi Kebijakan
Pengembengan Kurikulum Tesis 2002
Pesantren
3 Manajemen Pondok
Pesantren
Disertasi 2015
(Studi Ponpes As’ad Kota
Jambi )
4 Studi Gaya Kepemimpinan
Dalam Meningkatkan Mutu Penelitian 2018
UIN STS Jambi
5 Usaha Dosen FTK Dalam
2015
Membina Karakter Penelitian
Mahasiswa
6 Implementasi Media
Pembelajaran Kolase
Artikel 2019
Berbasis Pemenfaatan
Daur Ulang Sampah
7 Pengembangan Media
Pembelajaran Wayang Prosiding Nasional 2019
Sorong
123