MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling dengan dosen pengampu Dr. Anne Hafina Adiwinata, M. Pd
Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas karunia dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pendekatan dan
Strategi Bimbingan dan Konseling serta Diagnostik Kesulitan belajar dan Remedial
Teaching. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan ummatnya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang dibuat pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
2.1 Pendekatan dan Strategi Bimbingan dan Konseling.....................................................6
2.1.1 Pendekatan Bimbingan dan Konseling............................................................................6
2.1.2 Strategi Bimbingan dan Konseling..................................................................................9
2.2 Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial Teaching................................................10
2.2.1 Diagnostik Kesulitan Belajar.........................................................................................10
2.2.2 Remedial Teaching........................................................................................................16
BAB III.............................................................................................................................20
3.1 Kesmipulan.....................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Depdiknas (2008) dijelaskan bahwa pada saat ini telah terjadi
perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan
yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kkepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan
dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau
bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling)
didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan
pengentasan masalah-masalah konseli. Pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan ini kemudian dikenal dengan bimbingan dan konseling komprehensif.
Tes diagnostik itu sendiri menurut Angelina dan Ch. Enny (Marsetyorini
dan Murwaningtyas, 2012 : 60) “berguna untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep”. Dan menurut
Mardapi, ”hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang
belum dipahami dan yang telah dipahami” (Marsetyorini dan Murwaningtyas,
2012, hlm. 60).
Kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini
mungkin, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu
dilakukan diagnosis dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal. Diagnosis kesulitan belajar perlu dilakukan
karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan
pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan
kemampuan, kecerdasan, bakat, minat, dan latar belakang lingkungan masing-masing
siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada
siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru lebih intensif dalam
menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah
keterampilan dalam mengindentifikasi kesulitan belajar siswa. [ CITATION MNg02 \l
1033 ]
2.2.1.3 Strategi
Strategi dipahami sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002). Dengan
demikian, strategi mengatasi kesulitan belajar pada siswa berarti garis besar
haluan bertindak dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa dalam rangka
mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu tercapainya tujuan belajar yang
diinginkan.
1) Strategi Umum
Pada dasarnya, banyak strategi alernatif yang dapat diambil dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa. Akan tetapi, seperti dijelaskan Muhibbin
Syah (2004), sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut. Pertama,
menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasi dan
menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Bidang-
bidang bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu kecakapan
bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri; kecakapan bermasalah
yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua; kecakapan
bermasalah yang tidak dapat ditangani baik guru maupun orang tua. Ketiga,
menyusun program perbaikan, khususnya progarm remedial
teaching (pengajaran perbaikan). Dalam menyusun program perbaikan,
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut: tujuan pengajaran
remedial; materi pengajaran remedial; metode pengajaran remedial; alokasi
waktu pengajaran remedial; dan evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti
program pengajaran remedial. Setelah langkah-langkah tersebut selesai, maka
sebagai langkah keempat adalah melaksanakan program perbaikan.
Secara garis besar, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002), langkah
yang perlu ditempuh dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa dapat
dilakukan melalui enam tahap; pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis.
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis,
prognosis, perlakuan (treatment) yang diantaranya terdapat remedial teaching,
dan evaluasi.
2) Startegi Khusus
Strategi mengatasi kesulitan belajar bahasa dapat dilakukan dengan lima
macam pendekatan remediasi (Mulyono Abdurrahman, 2003). Pertama,
pendekatan proses yang bertujuan untuk memperkuat dan menormalkan
proses yang dipandang sebagai dasar dalam memperoleh kemahiran
berbahasa dan komunikasi verbal. Proses yang ditekankan pada jenis
remediasi ini adalah persepsi auditoris, memori, asosiasi, interpretasi, dan
ekspresi verbal. Tujuan remediasi ditekankan pada peningkatan
pemahaman bahasa dan penggunaan modalitas auditoris, menulis, dan
bahasa nonverbal. Pendekaan ini sering disebut juga pendekatan
psikolinguistik. Kedua, pendekatan analisis tugas yang bertujuan untuk
meningkatkan kompleksitas pengertian (semantik), struktur (morfologis
dan sintaksis), atau fungsi (pragmatik) bahasa siswa. Pendekaan ini
menekankan pada pengembangan arti kata, konsep bahasa, dan
memperkuat kemampuan berpikir logis. Ketiga, pendekatan behavioral
atau perilaku yang bertujuan untuk memodifikasi atau mengubah bahasa
lahir dan perilaku komunikasi. Pendekatan ini secara umum menggunakan
prinsip-prinsip operan conditioning untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan atau menghilangkan perilakuk bahasa yang tidak
sesuai. Keempat, pendekatan interaktif-interpersonal yang secara umum
bertujuan untuk memperkuat kekemampuan pragmatik dan
memngembangkan kompetensi komunikasi. Tujuan lainnya adalah
meningkatkan pengambilan peran dan kemampuan pengambilan peran
siswa dalam berkomunikasi, mengembangkan persepsi sosial non-verbal,
dan meningkatkan gaya komunikasi verbal dan non-verbal. Kelima,
pendekatan sistem lingkungan total yang bertujuan untuk menciptakan
peristiwa atau situasi yang kondusif, sehingga dengan demikian
mendorong terjadinya peningkatan frekuensi berbahasa dan pengalaman
berkomunikasi siswa. Pendekaan ini sering disebut juga dengan
pendekatan holistik.
2.2.2.2 Tujuan
2.2.1.4 Strategi
Sugihartono, dkk (2007: 176-178) pendekatan dalam remedial teaching
dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan yang bersifat kuratif, preventif, dan
pengembangan.
a. Starategi Kuratif (penyembuhan)
Strategi kuratif diberikan kepada siswa yang telah mengalami
kesulitan dalam proses belajar mengajar, sehingga perlu disembuhkan
atau dikoreksi. Strategi kuratif dilakukan setelah program
pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru
akan menemukan bagian dari siswa yang tidak mampu menguasai
seluruh bahan yang telah disampaikan. Guru mengambil sikap dengan
memberikan bimbingan belajar remedial teaching, sedangkan siswa
yang hampir berhasil dan berhasil dapat diberikan layanan pengajaran
pengayaan atau diarahkan pada program pembelajaran selanjutnya.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pengulangan, pengayaan dan
pengukuhan, serta percepatan.
1) Pengulangan (repetition) dapat dilakukan setiap akhir jam
pertemuan, akhir unit pembelajaran, atau setiap pokok bahasan.
Pelaksanaannya bias secara individual maupun kelompok.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement),
layanan pengayaan ditujukan pada siswa yang mempunyai kelemahan
ringan secara akademik, mungkin siswa itu cerdas. Program ini dapat
dilakukan dengan memberikan tugas rumah atau tugas yang dikerjakan
di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
3) Percepatan (acceleration), layanan ini diberikan kepada siswa yang
berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial. Pelaksanaanya
bagi siswa yang berbakat dengan dinaikkan pada kelas yang lebih
tinggi sesuai kemampuannya tetapi statusnya sama dengan teman
seangkatannya.
3.1 Kesmipulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa diperlukan kemampuan mendiagnosa permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya guru dapat mengaplikasikan kegiatan remedial teaching.
3.2 Saran
Diagnostik kesulitan belajar peserta didik dan remedial teaching merupakan
dua hal yang berkaitan. Untuk itu dalam implementasinya diharapkan dapat
menghubungkan dua hal tersebut. Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi siswa, guru, dan terkhusus bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., & Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Amti, E. d. ( 2004). Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang: Jurusan Bimbingan
dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hagen, E. &. (1955). Measurement and Evaluation In. New York: Wiley.
Mulyono, A. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.