Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN DAN STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN REMEDIAL TEACHING

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling dengan dosen pengampu Dr. Anne Hafina Adiwinata, M. Pd

Oleh:

Ade S Sutrisno 1903474

Bella Nurul Aini 1906283

Indry Mi'syari 1902830

M. Aghil Syarif 1908741

Nurul A Agustini 1908582

PRODI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas karunia dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pendekatan dan
Strategi Bimbingan dan Konseling serta Diagnostik Kesulitan belajar dan Remedial
Teaching. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan ummatnya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang dibuat pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
kedepannya.

Bandung, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
2.1 Pendekatan dan Strategi Bimbingan dan Konseling.....................................................6
2.1.1 Pendekatan Bimbingan dan Konseling............................................................................6
2.1.2 Strategi Bimbingan dan Konseling..................................................................................9
2.2 Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial Teaching................................................10
2.2.1 Diagnostik Kesulitan Belajar.........................................................................................10
2.2.2 Remedial Teaching........................................................................................................16
BAB III.............................................................................................................................20
3.1 Kesmipulan.....................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Peserta didik merupakan pribadi yang sedang
berada dalam proses berkembang kearah kematangan. Masing-masing peserta
didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan
individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan. Dalam dunia
pendidikan, peserta didikpun tidak jarang mengalami masalah-masalah.
Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, maka
perlu adanya pendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Disini, guru memiliki perananan yang sangat penting karena guru
merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa atau
peserta didik.
Adapun masalah yang dihadapi peserta didik antara lain seperti kesulitan
dalam belajar, setiap siswa berhak memperoleh hasil belajar dengan baik. Namun
ada kendala dalam pembelajarannya. Dimana setiap siswa tidak mempunyai
kesamaan dalam proses pembelajaran. Di setiap sekolah-sekolah yang pada
umumnya hanya ditujukan pada siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata.
Sedangkan siswa yang berkemampuan lebih dan berkemampuan kurang terabaikan. Hal
inilah yang mengakibatkan adanya kesulitan belajar pada siswa-siswa yang
berkemampuan lebih dan berkemampuan kurang.
Dengan demikian terlebih dahulu guru harus mendiagnostik siswa-siswa yang
lain dari rata-rata itu. Tentunya dalam mendiagnosis hal tersebut, tidak mudah
dalam melaksanakannya. Dengan adanya remedial yaitu suatu bentuk dari tindak
strategi diagnostik.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana pendekatan bimbingan dan konseling bagi peserta didik?
2) Bagaimana strategi bimbingan dan konseling bagi peserta didik?
3) Apa pengertian, tujuan, dan strategi diagnostik kesulitan belajar?
4) Apa pengertian, tujuan dan strategi remedial teaching?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari mkalah ini adalah
sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan bimbingan dan konseling bagi


peserta didik.
2) Untuk mengetahui strategi bimbingan dan konseling.
3) Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan strategi diagnostik kesulitan
belajar.
4) Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan staretegi remedial teaching.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan dan Strategi Bimbingan dan Konseling

2.1.1 Pendekatan Bimbingan dan Konseling


Menurut Shertezer dan Stone (1982) Bimbingan adalah proses membantu
orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada inividu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
(Prayitno dan Erman Amti, 2004, hlm.105) Jadi, Teknik-teknik atau pendekatan
bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu,
mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan
mengembangkan potensipotensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan
dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses
pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan
langsung dan tatap muka antara guru/konselor dengan klien itu mampu memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Dalam Depdiknas (2008) dijelaskan bahwa pada saat ini telah terjadi
perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan
yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kkepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan
dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau
bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling)
didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan
pengentasan masalah-masalah konseli. Pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan ini kemudian dikenal dengan bimbingan dan konseling komprehensif.

Pada umumnya teknik-teknik atau pendekatan yang dipergunakan dalam


bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group
guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).

a. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)


Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok siswa
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok. Teknik ini membawa keuntungan pada diri
siswa diantaranya; 1) Menghemat waktu dan tenaga. 2) Menciptakan kesempatan
bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa
lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-
social. 3) Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh
teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi
kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya. Ada beberapa teknik
dalam bimbingan kelompok, antara lain seperti:
1). Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru
dapat mengenal peserta didiknya lebih baik, sehingga dapat membantunya
secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan
antara guru dengan siswa diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan
beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan,sehingga murid-murid
dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah.
2). Karyawisata/ field trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar untuk bimbingan
kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam
kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh tanggungjawab.
3). Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi
dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika
dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan
menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab.
Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
4). Organisasi Siswa
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan
masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun
kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan
untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid
dalam mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa
tanggungjawab dan harga diri.
5). Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik didalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam
sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu
masalah sosial.
6). Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis
yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu,
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau
dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang
didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psychis yang dialami individu
7). Remedial teaching
Bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan,
penekanan aspek-aspek tertentu.Hal ini tergantung dari jenis dan tingkat
kesulitan belajar yang dialami siswa.

b. Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)


Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang
dideritannya. Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati
dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkan diri
dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya.
Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling. (Arintoko, 2011,
hlm. 6)

2.1.2 Strategi Bimbingan dan Konseling


Pengembangan karakter pada siswa tidak cukup hanya dilakukan dengan
pendidikan akademik di dalam kelas. Akan tetapi, memerlukan layanan psikoedukatif
berupa layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan
konseling hendaknya diarahkan pada bagaimana membekali siswa dengan karakter
religius sehingga dapat mengantarka mereka menjadi makhluk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana uraian tujuan pendidian nasional dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Adapun
strategi layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan karakter religius siswa adalah sebagai berikut:
1. Strategi Layanan Dasar

a. Pengumpulan need assessment (kebutuhan siswa) guna penyusunan program


layanan bimbingan dan konseling dengan menyebarkan assessment baik berupa ITP
(Inventori Tugas Perkembangan) dan DCM (Daftar Cek Masalah).

b. Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok Pada dasarnya layanan


bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan
konseling yang sama, perbedaannya terletak pada jumlah sasaran peserta didik yang
menerima layanan. Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok diberikan
setelah mengetahui kebutuhan siswa melalui pengumpulan need assesment.

c. Pengelolaan media informasi Media informasi layanan bimbingan dan konseling


dapat berupa papan bimbingan, leaflet, poster, buku saku dan media laiinya.

2. Strategi Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Layanan perencanaan


individual dan peminatan sebagai layanan untuk merencanakan dan mempersiapkan
masa depan peserta didik dengan memperhatikan potensi yang ada pada dirinya
termasuk memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

3. Strategi Layanan Responsif Layanan responsif merupakan layanan segera yang


diberikan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengembangan nilai karakter religius dapat
diterapkan ke dalam strategi layanan responsif.

2.2 Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial Teaching

2.2.1 Diagnostik Kesulitan Belajar


2.2.1.1 Pengertian
1) Pengertian Diagnostik
Dilihat dari akar katanya, “diagnosa atau diagnosis berasal dari kata
Yunani atau Greek “dia (“apart”) dan gigno skein yang berarti mengetahui.
“Gnosis” berarti pengetahuan/ pengenalan/ ilmu” [ CITATION MNg02 \l 1033 ]

Tes diagnostik itu sendiri menurut Angelina dan Ch. Enny (Marsetyorini
dan Murwaningtyas, 2012 : 60) “berguna untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep”. Dan menurut
Mardapi, ”hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang
belum dipahami dan yang telah dipahami” (Marsetyorini dan Murwaningtyas,
2012, hlm. 60).

Menurut Thorndike dan Hagen (1955, hlm. 530-532), diagnosis dapat


diartikan sebagai upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala- gejalanya.

Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan


meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-
gejala yang tampak. Kesulitan dapat diartikan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga
memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Belajar didefinisikan
sebagai tingkah laku yang diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan
kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap [ CITATION MNg02 \l 1033 ]

Dari ketiga pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa di dalam


konsep diagnosis, secara implisit telah mencakup pula konsep prognosisnya.
Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar
mengidentifikasi jenis, karakteristik maupun latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.

2) Pengertian Kesulitan Belajar

Burton (1952, hlm. 622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang


siswa dapat dianggapa mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan
mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan – tujuan
belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :

1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang


bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang
telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.

2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai


prestasi yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih
dengan hasil yang memuaskan.

3) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai


tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi
kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.

3) Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar

Dengan mengaitkan kedua pengertian di atas maka kita dapat


mendefinisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan – kesulitan
belajar dengan menghimpun berbagai informasi selengkap mungkin sehingga
mempermudah dalam pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya. [ CITATION Abi02 \l 1033 ]
2.2.1.2 Tujuan

Kata kunci dari diagnosis adalah menemukan penyebab timbulnya masalah


serta usaha mencari solusinya, maka tujuan diagnosis adalah menemukan penyebab
timbulnya masalah serta usaha untuk menemukan letak dan jenis kesulitan belajar
yang dialami siswa. Dengan demikian, tujuan diagnosis yaitu menemukan penyebab
timbulnya masalah guna menetapkan kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. [ CITATION Dja02 \l 1033 ]

Kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini
mungkin, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu
dilakukan diagnosis dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal. Diagnosis kesulitan belajar perlu dilakukan
karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan
pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan
kemampuan, kecerdasan, bakat, minat, dan latar belakang lingkungan masing-masing
siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada
siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru lebih intensif dalam
menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah
keterampilan dalam mengindentifikasi kesulitan belajar siswa. [ CITATION MNg02 \l
1033 ]

2.2.1.3 Strategi
Strategi dipahami sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002). Dengan
demikian, strategi mengatasi kesulitan belajar pada siswa berarti garis besar
haluan bertindak dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa dalam rangka
mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu tercapainya tujuan belajar yang
diinginkan.
1) Strategi Umum
Pada dasarnya, banyak strategi alernatif yang dapat diambil dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa. Akan tetapi, seperti dijelaskan Muhibbin
Syah (2004), sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut. Pertama,
menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasi dan
menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Bidang-
bidang bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu kecakapan
bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri; kecakapan bermasalah
yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua; kecakapan
bermasalah yang tidak dapat ditangani baik guru maupun orang tua. Ketiga,
menyusun program perbaikan, khususnya progarm remedial
teaching (pengajaran perbaikan). Dalam menyusun program perbaikan,
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut: tujuan pengajaran
remedial; materi pengajaran remedial; metode pengajaran remedial; alokasi
waktu pengajaran remedial; dan evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti
program pengajaran remedial. Setelah langkah-langkah tersebut selesai, maka
sebagai langkah keempat adalah melaksanakan program perbaikan.
            Secara garis besar, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002), langkah
yang perlu ditempuh dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa dapat
dilakukan melalui enam tahap; pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis.
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis,
prognosis, perlakuan (treatment) yang diantaranya terdapat remedial teaching,
dan evaluasi.
2) Startegi Khusus
Strategi mengatasi kesulitan belajar bahasa dapat dilakukan dengan lima
macam pendekatan remediasi (Mulyono Abdurrahman, 2003). Pertama,
pendekatan proses yang bertujuan untuk memperkuat dan menormalkan
proses yang dipandang sebagai dasar dalam memperoleh kemahiran
berbahasa dan komunikasi verbal. Proses yang ditekankan pada  jenis
remediasi ini adalah persepsi auditoris, memori, asosiasi, interpretasi, dan
ekspresi verbal. Tujuan remediasi ditekankan pada peningkatan
pemahaman bahasa dan penggunaan modalitas auditoris, menulis, dan
bahasa nonverbal. Pendekaan ini sering disebut juga pendekatan
psikolinguistik. Kedua, pendekatan analisis tugas yang bertujuan untuk
meningkatkan kompleksitas pengertian (semantik), struktur (morfologis
dan sintaksis), atau fungsi (pragmatik) bahasa siswa. Pendekaan ini
menekankan pada pengembangan arti kata, konsep bahasa, dan
memperkuat kemampuan berpikir logis. Ketiga, pendekatan behavioral
atau perilaku yang bertujuan untuk memodifikasi atau mengubah bahasa
lahir dan perilaku komunikasi. Pendekatan ini secara umum menggunakan
prinsip-prinsip operan conditioning  untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan atau menghilangkan perilakuk bahasa yang tidak
sesuai. Keempat, pendekatan interaktif-interpersonal yang secara umum
bertujuan untuk memperkuat kekemampuan pragmatik dan
memngembangkan kompetensi komunikasi. Tujuan lainnya adalah
meningkatkan pengambilan peran dan kemampuan pengambilan peran
siswa dalam berkomunikasi, mengembangkan persepsi sosial non-verbal,
dan meningkatkan gaya komunikasi verbal dan non-verbal. Kelima,
pendekatan sistem lingkungan total yang bertujuan untuk menciptakan
peristiwa atau situasi yang kondusif, sehingga dengan demikian
mendorong terjadinya peningkatan frekuensi berbahasa dan pengalaman
berkomunikasi siswa. Pendekaan ini sering disebut juga dengan
pendekatan holistik.

2.2.2 Remedial Teaching


2.2.2.1 Pengertian Remedial Teaching
Remedial teaching secara etimologis berasal dari kata remedy yang
artinya menyembuhkan, membetulkan, perbaikan, pengulangan.sedangkan
teaching adalah mengajar, cara mengajar atau mengajarkan. Secara
terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang bersifat
menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian hasil yang diharapkan.
(Ahmadi & Widodo, 2004)
Sugihartono, dkk. (2007: 171) menyatakan bahwa remedial teaching
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan program
pembelajaran. Melalui program remedial teaching guru membantu siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Abin Syamsuddin (2004: 343) mengemukakan bahwa remedial
teaching merupakan upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama
dengan pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda
dari yang biasa) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan
karakteristik) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya (meningkatkan
prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan memalui suatu proses
interaksi yang berencana, terarah serta terkontrol dengan lebih memperhatikan
kondisi dari individu ataupun kelompok dan daya dukung sarana dan
lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa remedial teaching adalah suatu layanan
pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan
dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami
kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

2.2.2.2 Tujuan

Tujuan pengajaran remedial secara umum tidak berbeda dengan


pengajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
khusus pengajaran perbaikan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar
dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan.
Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar dengan memeperbaiki prestasi belajarnya. [ CITATION
Ahm04 \l 1033 ]

2.2.1.4 Strategi
Sugihartono, dkk (2007: 176-178) pendekatan dalam remedial teaching
dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan yang bersifat kuratif, preventif, dan
pengembangan.
a. Starategi Kuratif (penyembuhan)
Strategi kuratif diberikan kepada siswa yang telah mengalami
kesulitan dalam proses belajar mengajar, sehingga perlu disembuhkan
atau dikoreksi. Strategi kuratif dilakukan setelah program
pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru
akan menemukan bagian dari siswa yang tidak mampu menguasai
seluruh bahan yang telah disampaikan. Guru mengambil sikap dengan
memberikan bimbingan belajar remedial teaching, sedangkan siswa
yang hampir berhasil dan berhasil dapat diberikan layanan pengajaran
pengayaan atau diarahkan pada program pembelajaran selanjutnya.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pengulangan, pengayaan dan
pengukuhan, serta percepatan.
1) Pengulangan (repetition) dapat dilakukan setiap akhir jam
pertemuan, akhir unit pembelajaran, atau setiap pokok bahasan.
Pelaksanaannya bias secara individual maupun kelompok.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement),
layanan pengayaan ditujukan pada siswa yang mempunyai kelemahan
ringan secara akademik, mungkin siswa itu cerdas. Program ini dapat
dilakukan dengan memberikan tugas rumah atau tugas yang dikerjakan
di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
3) Percepatan (acceleration), layanan ini diberikan kepada siswa yang
berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial. Pelaksanaanya
bagi siswa yang berbakat dengan dinaikkan pada kelas yang lebih
tinggi sesuai kemampuannya tetapi statusnya sama dengan teman
seangkatannya.

b. Strategi Preventif (pencegahan)


Strategi preventif (pencegahan) diberikan kepada siswa untuk
mengantisipassi jangan sampai menemui kesulitan. Dengan demikian
guru dapat mencegah kesulitan berkembang serta berlarut-larut
menggunakan multi media, multi metode, alat peraga yang lengkap
dan gaya mengajar yang menarik dalam proses belajar mengajar.
Strategi ini diberikan pada siswa yang diduga akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh.
Pendekatan ini bertolak dari hasil pretes atau evaluasi reflektif. Dari
hasil pretes, guru dapat mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi
tiga golongan, yaitu siswa yang diperkirakan mampu menyelesaikan
program sesuai waktu yang disediakan, siswa yang diperkirakan dapat
menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang ditetapkan dan siswa yang
diperkirakan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program sesuai
waktu yang telah ditetapkan. Dari penggolongan tersebut maka teknik
layanan yang dapat dilakukan adalah:
1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini siswa diberi
pelajaran, waktu dan tes yang sama
2) Layanan individual, pembelajarannya disesuaikan dengan keadaan
siswa, sehingga setiap siswa mempunyai program sendiri.
3) Layanan pembelajaran dengan kelas khusus, siswa mengikuti
program pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Siswa yang
mengalami kesulitan dibidang tertentu disediakan kelas khusus
remedial. Dan bagi siswa yang cepat belajarnya disediakan paket
program pengayaan. Setelah selesai kembali ke dalam kelompok dan
mengikuti pembelajaran di kelasnya.
c. Strategi pengembangan
Strategi Pengembangan merupakan upaya dianostik yang
dilakukan guru selama pembelajaran. Tujuannya agar siswa dapat
segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti
pembelajaran. Tentunya dengan adanya bantuan dan bimbingan juga
dari guru.
Strategi pengembangan juga dilakukan dimana guru secara terus-
menerus memonitor kegiatan belajar mengajar, yang setiap ditemui
hambatan segera dipecahkan. Guru secara sistematis mengikuti
perkembangan siswa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesmipulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa diperlukan kemampuan mendiagnosa permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya guru dapat mengaplikasikan kegiatan remedial teaching.

Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu proses upaya untuk memahami


jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan – kesulitan belajar dengan
menghimpun berbagai informasi selengkap mungkin sehingga mempermudah dalam
pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
Tujuannya yaitu menemukan penyebab timbulnya masalah guna menetapkan
kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan diberikan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan dalam pengaplikasiannya terdapat strategi umum
dan secara khusus.

Remedial teaching sendiri merupakan suatu layanan pendidikan atau suatu


bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang
diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Terdapat pula strategi untuk melakukan kegiatan ini yaitu; strategi kuratif,
preventif, dan pengembangan.

3.2 Saran
Diagnostik kesulitan belajar peserta didik dan remedial teaching merupakan
dua hal yang berkaitan. Untuk itu dalam implementasinya diharapkan dapat
menghubungkan dua hal tersebut. Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi siswa, guru, dan terkhusus bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Semoga pembaca dapat mengikuti strategi yang telah dipaparkan karena


tedapat langkah preventif dan represif dalam hal mengatasi kesulitan belajar siswa.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharpkan pembaca untuk
menelsuri lebih dalam lagi tentang topik yang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., & Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amti, E. d. ( 2004). Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang: Jurusan Bimbingan
dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.

Arintoko. (2011). Wawancara Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi.

Depdiknas. (Jakarta). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan bimbingan


dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. 2009: Depdiknas.

Djamarah, S. B., & Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hagen, E. &. (1955). Measurement and Evaluation In. New York: Wiley.

Makmun, A. S. (2002). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marsetyorini, A. D. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Mulyono, A. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, M. N. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shertzer, B. &. (1981). Fundamentals of Guidance. Boston: Houghton Mifflin Company.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Syah, M. (2004). Strategi Belajar. Bandung: Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai