Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ESTERIFIKASI

Oleh:
Ade Ary Priyono (01175230003)
Eka Lubis (01174220017)
Laurencia Chrisiana E (01174230009)
Miracle Grace (01175230003)
Vande Christian Sirait (01174230013)

Pengajar:
Karnelasatri, M.Si
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ester merupakan senyawa dengan kandungan atom C yang netral dapat


dikategorikan menjadi Ester yang memiliki bentuk cairan dan bau buah-buahan
adalah Ester dengan atom C yang rendah, sedangkan Ester yang memiliki bentuk
minyak serta lemak, larut dalam bensin dan Eter, tidak dengan pelarut polar seperti
air adalah Ester dengan atom C yang tinggi. Esens makanan dan parfum diperoleh
dari senyawa Ester yang memiliki aroma. Proses pembuatan senyawa Ester
melibatkan Alkohol dan Asam Karboksilat disebut esterifikasi (Rohmatun, 2010).

Hidrokarbon yang diturunkan dari Asam Karboksilat ialah salah satu cara
menghasilkan senyawa Ester dan reaksinya disebut esterifikasi. Gugus -COOR
suatu Asam Karboksilat bersama dengan R dapat membentuk alkil serta aril. Reaksi
langsung esterifikasi menggunakan asam sebagai katalisator di reaksi yang
reversible ini (Carey, 1993). Penamaan suatu Ester terdiri dari dua kata. Gugus alkil
R- yang terikat gugus -OR pada Ester ditempatkan sebagai kata pertama, sedangkan
nama Asam Karboksilat diganti dengan kata asam ditempatkan pada kata kedua.
Adanya kemiripan antara pemberian nama Ester dengan penamaan garam
Karboksilat seperti Metil Propionat (Williamson, 1999).

Proses esterifikasi dalam keadaan asam (Karboksilat) dan basa (Alkohol)


dapat menghasilkan Ester. Reaksi ini menggunakan katalisator dari asam yaitu
H₂SO₄. Dimana terjadi pergantian gugus hidroksilnya Asam Karboksilat oleh
gugus alkoksil -OR’ Alkohol (Fessenden, 1997). Tahap protonasi dan deprotonasi
membentuk esterifikasi Asam Karboksilat. Protonasi oksigen karbonil kemudian
karbon positif diserang Alkohol nukleofilik terjadi eliminasi air yang menghasilkan
Ester/mekanisme reaksi esterifikasi (Susilo, 2017).

2
Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran mengenai reaksi esterifikasi dari
Alkohol dan Asam Karboksilat dengan bantuan katalisator untuk mempercepat laju
reaksi.

1.2 Tujuan

Praktikum bertujuan untuk mempelajari dan memahami reaksi esterifikasi


yaitu proses terbentuknya senyawa ester dari asam karboksilat dengan alkohol
dan mengetahui mekanisme esterifikasi melalui percobaan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Esterifikasi adalah reaksi kimia yang terjadi karena adanya pembentukan


senyawa ester melalui prekursor dengan mekanisme tertentu. Reaksi ini biasa
digunakan di berbagai industri polimer, industri tekstil, industri parfum, dan lain
lain. Esterifikasi ini adalah reaksi yang terjadi antara asam karboksilat atau
turunannya dengan alkohol, biasanya melalui adanya pelarut air yang
menghasilkan produk berupa senyawa ester. Senyawa ester ini terbentuk
tergantung pada asam karboksilat dan alkohol yang akan digunakan sebagai
prekursor. Asam karboksilat dan juga alkohol merupakan senyawa organik dasar
yang mempunyai struktur tertentu, sehingga memungkinkan adanya suatu reaksi
yang terbentuk antar kedua senyawa ini (Junilawati, 2019).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan sangat berpengaruh dalam


esterifikasi meliputi suhu (pemanasan), waktu untuk bereaksi, jumlah molekul
Alkohol sebagai pereaksi dan kadar katalisator. Dalam keadaaan fase cair serta
penggunaan asam sebagai katalis dapat dilakukan proses esterifikasi. Asam
(homogen atau heterogen) fungsinya sebagai katalisator mampu mempercepat
pembentukan reaksi. Reaksi langsung yang terjadi pada Alkohol dan Asam
Karboksilat dikenal sebagai reaksi reversible (Widyawati, 2007).
Salah satu senyawa dari klasifikasi senyawa organik yang memiliki fungsi
dan mengalami perubahan, membentuk senyawa lain yang beragam adalah Ester.
Biasanya ditemukan di alam seperti lemak atau lilin. Manfaat Ester contohnya
adalah suatu Poliester dalam polimer sintetik terhadap dakron. Wangi harum yang
terkandung dalam buah dan parfum ditimbulkan oleh Ester atsiri. Buah alamiah
sangat bervariasi ramuannya kompleks, perbedaan terletak pada jumlah atau ragam
Ester, dibandingkan dengan buah sintetik umumnya hanya ramuan sederhana. Oleh
sebab itu, cita rasanya antar keduanya tidak dapat disamakan (Fessenden, 1986).

Reaksi Esterifikasi sangat lambat dan termasuk reaksi reversible (bolak-


balik/dua arah). Oleh karena itu, kedua katalis mineral seperti Asam Sulfat
(H2SO4) atau Asam Klorida (HCl) sering digunakan, sehingga kesetimbangan
dapat diperoleh dalam waktu yang cepat serta terbentuknya senyawa intermediate.
Penambahan katalis asam dalam suatu reaksi esterifikasi bervariasi. Pemanasan

4
juga dapat mempercepat terjadinya reaksi. Namun, perlu diperhatikan karakteristik
zat yang bereaksi dan sifat pereaksi karena panas berlebih dapat merusak proses
reaksi. Kesetimbangan dapat diperoleh pada waktu optimum dan menggunakan
pereaksi berlebih (Morrinson, 2002).

Protonasi adalah langkah awal dari mekanisme reaksi pembuatan Ester


dengan cara muatan positif ditambahkan pada gugus karbonil. Hal tersebut menjadi

penyebab meningkatnya reaktivitas terhadap Alkohol. Mekanisme rangkaian reaksi


tersebut merupakan langkah protonasi dan deprotonasi, sering kali kesetimbangan
terjadi dalam keadaan asam. Secara ringkas langkah reaksi menghasilkan Ester
melalui hasil antara pertukaran gugus -OH dari Asam Karboksilat dengan -OR’ dari
Alkohol. Hasil akhir dari reaksi berupa Ester dan air (Susilo, 2017).

Menurut Jaya (2019) suatu reaksi esterifikasi yang melalui proses


berlangsung lama akan membutuhkan banyak energi. Selain itu diperlukan adanya
waktu optimum pada saat terjadi penurunan konsentrasi metil larutan, dengan
tujuan agar metil ester yang terbentuk dapat terhidrolisis oleh air dan membentuk
asam lemak kembali.

Ester adalah salah satu senyawa yang berasal dari defrat asam karboksilat
dan dapat dibuat melalui cara mereaksikan karboksilat dengan alkohol. Reaksi
pada pembuatan ester dapat dikenal sebagai reaksi esterifikasi yaitu adanya proses
gugus hidroksil (-OH) yang berasal dari asam karboksilat dan dapat
disubstitusikan oleh suatu gugus alkoksi (-OH) dari alkohol. Keseimbangan reaksi
ini bersifat reversible (Luthfiahna, 2022)

Menurut Prihanto & Irawan (2018), peningkatan jumlah katalis NaOH dapat
menurunkan derajat suatu energi aktivasi sehingga laju reaksi dapat meningkat dan
produk yang dihasilkan semakin besar. Ketinggian katalis dan waktu reaksi yang
digunakan akan mempengaruhi yield sehingga yang dihasilkan semakin rendah.

Metil ester dari asam lemak adalah suatu produk kimia yang memiliki
potensi besar untuk digunakan secara langsung maupun dapat digunakan sebagai
bahan baku intermediet dalam produk lainnya. Battle Esther yang merupakan
bahan baku pada produksi Fatih alkohol yang dapat dijadikan sebagai substraktan
pada deterjen, kosmetik maupun cairan pembersih (Rabiu, et al 2018).

Metil ester memiliki banyak keuntungan dan proses pemurniannya lebih


mudah melalui reaksi esterifikasi untuk mereaksikan asam lemak dengan
5
menggunakan alkohol mekanal yang dibantu katalis asam homogen dengan
selektivitas yang tinggi. Agar hasil esterifikasi berjalan dengan cepat maka hasil
ini sangat dipengaruhi adanya penambahan katalis, pemilihan katalis yang tepat
dapat menyebabkan adanya proses reaksi yang diinginkan memperoleh hasil
optimal (Suleman et al., 2019)

Transesterifikasi merupakan proses yang terjadi dengan mereaksikan


trigliserida dalam lemak hewani atau minyak nabati beserta gugus alkohol rantai
pendek seperti etanol atau metanol, yang menghasilkan metil ester asam lemak
atau biodisel yang sebagai produk samping (Daryono, 2020).

6
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet
tetes, beker glas, penangas air dan stopwatch.

Dalam praktikum ini bahan yang digunakan adalah Iso Amyl Alkohol,
Octanol, Etanol, Metanol, Asam Asetat, Asam Butirat, Asam Salisilat dan H2SO4
pekat.

3.2 Cara Kerja

Tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan kemudian diberi label pada setiap
tabung reaksi dari nomor 1 hingga nomor 7

Dimasukan 1 ml alkohol kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1ml asam


karboksilat dan dikocok hingga homogen. Penambahan ini sesuai pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Tabel Pembentukan Ester

Asam Karboksilat Alkohol Ester


Asam asetat Iso amyl alkohol Iso amyl acetace
Asam asetat Octanol Octyl acetace
Asam asetat Etanol Etil asetat
Asam butirat Etanol Etil butirat
Asam butirat Methanol Metil butirat
Asam salisilat Methanol Metil salisilat
Asam salisilat Iso amyl alkohol Iso amyl salisilat

Ditambahlan 4 tetes H2SO4 pekat agar mempercepat reaksi esterifikasi

70 Campuran dipanaskan dengan penangas air bersuhu 700C selama 5 menit

7
Diamati, dan cium aroma ester yang terbentuk. Cara indentifikasi aroma, dicium
dengan cara pada lubang tabung reaksi telapak tangan dikibas-kibaskan ke atas
diarahkan ke hidung

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Pada praktikum ini, dilakukannya esterifikasi dari Asam Karboksilat denganAlkohol.
Hasil pengamatan pembentukan Ester dapat dilihat pada Tabel4.1

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Pembentukan Ester


No Asam Alkohol Katalis Waktu Hasil Warna
Karboksi (1 mL) Asam Tunggu (10 Identifikasi Alkohol +
lat(1 mL) (4 tetes) menit) Dan Aroma As.karboksil
Pemanasan (Bau) Yang at + H2SO4
Pada Suhu Tercium
70°C
Ester Yang
Dihasilkan
1 Asam Iso Amyl H2SO4 Iso Amyl Wangi Putih jernih
Asetat Alkohol Asetat seperti atau bening
pisang
matang
2 Asam Octanol H2SO4 Oktil Asetat Wangi semut Putih agak
Asetat sedikit kekuningan
menyengat
3 Asam Etanol H2SO4 Etil Asetat Berbau Putih Jernih
Asetat seperti atau bening
bubble gum
(harum)
4 Asam Etanol H2SO4 Etil Butirat Berbau Putih Jernih
Butirat buah nanas atau bening

5 Asam Etanol H2SO4 Metil Butirat Aroma seperti Putih Jernih


Butirat bau lem atau bening

6 Asam Metanol H2SO4 Metil Wangi seperti Putih Jernih


Salisilat Salisilat balsam atau bening

7 Asam Iso amyl H2SO4 Iso Amyl Seperti buah Putih Jernih
Salisilat alkohol Salisilat pear atau apel atau bening

9
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan diatas,dapat diketahui bahwa larutan yang


dihasilkan adalah senyawa Ester sehingga reaksi tersebut disebut reaksi esterifikasi yang
melibatkan Asam Karboksilat yaitu Asetat dan Alkohol dengan bantuan katalis H₂SO₄
dan memperoleh hasil air dan Ester (Etil Etanoat).

Katalis menjadi salah satu faktor yang berkaitan dan memiliki pengaruh terhadap
esterifikasi (Hakim, 2010). Zat yang mempunyai andil dalam membuat laju reaksi kimia
menjadi lebih cepat pada suhu tertentu disebut katalis, di akhir reaksi tidak terjadi
perubahan kimia (Purnami, 2015). Suatu katalis memicu reaksi terjadi lebih cepat, maka
jika tidak menggunakan katalis, dapat dipastikan reaksi berjalan sangat lambat,
bergantung pada auto protonasi dari asam karboksilat (Kadu,2011).

Penambahan katalis baik enzim (lipase) atau asam anorganik seperti Asam Sulfat
atau Asam Klorida termasuk pereaksi dari senyawa Alkohol biasanya Metanol, Etanol,
1-Propanol, 1-Butanol, Amyl Pentanol dan lain-lain diperlukan dalam Esterifikasi
(Ozgulsun, 2000).

Pada percobaan pertama dilakukan pencampuran antara Iso amyl alkohol dan
Asam asetat, lalu ditambahkan dengan 4 tetes H2SO4. Seperti yang diketahui bahwa
H2SO4 bersifat eksoterm, sehingga pada saat penetesan, H2SO4 diteteskan tetes demi
tetes karena dapat menimbulkan asap dan ledakan. H2SO4 berfungsi sebagai katalis
(untuk mempercepat reaksi). Selanjutnya dilakukan pemanasan yang bertujuan
mempercepat reaksi, sehingga reaksi kimia tersebut dapat berlangsung secara sempurna.
Setelah dipanaskan selama 10 menit campuran berwarna putih jernih atau bening. Bau
(aroma) yang terbentuk adalah aroma seperti pisang yang matang, dimana ester yang
terbentuk adalah Iso amyl asetat. Menurut Fessenden (1986), Isoamil merupakan salah
satu contoh ester yang disebut juga dengan minyak pisang karena

10
aromanya yang harum seperti pisang. Reaksi ini merupakan reaksi esterifikasi.

Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOH + C5H11OH ↔ CH3COOC5H11 + H2O

Praktikum yang dilakukan sesuai dengan literatur Fessenden bahwa reaksi yang
terbentuk antara asam asetat dan isoamyl alkohol adalah reaksi esterifikasi yaitu iso amil
asetat yang memiliki aroma seperti pisang yang matang.

Pada percobaan kedua dilakukan pencampuran antara octanol dan Asam asetat, lalu
ditambahkan dengan 4 tetes H2SO4. Seperti yang diketahui bahwa H2SO4 bersifat
eksoterm, sehingga pada saat penetesan, H2SO4 diteteskan tetes demi tetes karena dapat
menimbulkan asap dan ledakan. H2SO4 berfungsi sebagai katalis (untuk mempercepat
reaksi). Selanjutnya dilakukan pemanasan yang bertujuan mempercepat reaksi, sehingga
reaksi kimia tersebut dapat berlangsung secara sempurna. Setelah dipanaskan selama 10
menit campuran berwarna putih agak kekuningan, hal ini dikarenakan kelebihan
penambahan asam sulfat pekat (katalis) menurut Ramadhas et all (2005. Bau (aroma)
yang terbentuk adalah aroma bau semut yang sedikit menyengat, dimana ester yang
terbentuk adalah octyl asetat. Asam Asetat (CH₃COOH) suatu senyawa Asam Karboksilat
yang terpenting dalam dunia laboratorium dan industri, senyawa yang mengandung gugus
-COOR dengan R yang akan membentuk senyawa alkil.

Pada percobaan ini praktikkan mereaksikan oktanol dengan asam asetat sehingga
dihasilkan octyl asetat. Reaksi yang terjadi adalah

CH3COOH + C2H5OH H2 SO4 CH3COOC2H5 + H2O

Ester yang tersusun atas 10 atom C atau kurang biasanya (Etil Asetat) berbentuk
cairan dan mudah menguap dengan wangi mirip buah-buahan dan bunga- bungaan.
Senyawa Ester ada yang alami atau buatan dapat dipakai sebagai zat tambahan pemberi
rasa dan juga sebagai pelarut dalam pelarut cat, cat kuku serta perekat. Senyawa Ester
yang memiliki bau khas serta rasa pisang, contohnya seperti Etil Asetat, N-Butil Asetat dan
N-Pentil Asetat (Keenan, 1986). Percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur
Keenan.

Pada percobaan ketiga dilakukan pencampuran antara etanol dan Asam asetat, lalu
ditambahkan dengan 4 tetes H2SO4. Seperti yang diketahui bahwa H2SO4 bersifat
eksoterm, sehingga pada saat penetesan, H2SO4 diteteskan tetes demi tetes karena dapat
11
menimbulkan asap dan ledakan. H2SO4 berfungsi sebagai katalis (untuk mempercepat
reaksi). Selanjutnya dilakukan pemanasan yang bertujuan mempercepat reaksi, sehingga
reaksi kimia tersebut dapat berlangsung secara sempurna. Setelah dipanaskan selama 10
menit campuran berwarna putih. Bau (aroma) yang terbentuk adalah aroma seperti bubble
gum (harum), dimana ester yang terbentuk adalah etil asetat.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, senyawa etil asetat yang dibuat berasal dari
etanol dan asam asetat dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan memiliki aroma
aroma khas melalui proses esterifikasi. Ketika asam asetat dan alkohol dipanaskan untuk
bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air. Artinya, ester dan
air yang terbentuk dapat kembai menghasilkan reaktan reaktan-reaktannya yaitu asam
asetat dan alkohol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka
dalam percobaan reaktan dibuat berlebih, dalam percobaan ini alkohol dibuat berlebih
Ketika direaksikan dengan asam asetat.

Pada percobaan ini praktikkan mereaksikan etanol dengan asam asetat sehingga
dihasilkan etil asetat. Reaksi yang terjadi adalah

CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O

Menurut Raymond (1986) Senyawa Ester yang mudah menguap, tak berwarna dan
wanginya harum adalah Etil Asetat yang disintesis melibatkan proses esterifikasi Fischer
menggunakan Asam Asetat dan Etanol. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan
literatur.

Pada percobaan keempat dilakukan pencampuran antara etanol dan Asam butirat,
lalu ditambahkan dengan 4 tetes H2SO4. Seperti yang diketahui bahwa H2SO4 bersifat
eksoterm, sehingga pada saat penetesan, H2SO4 diteteskan tetes demi tetes karena dapat
menimbulkan asap dan ledakan. H2SO4 berfungsi sebagai katalis (untuk mempercepat
reaksi). Selanjutnya dilakukan pemanasan yang bertujuan mempercepat reaksi, sehingga
reaksi kimia tersebut dapat berlangsung secara sempurna. Setelah dipanaskan selama 10
menit campuran berwarna putih keruh, hal ini dikarenakan kelebihan penambahan asam
sulfat pekat (katalis) Menurut Ramadhas et all (2005). Bau (aroma) yang terbentuk
adalah aroma seperti bau buah nanas, dimana ester yang terbentuk adalah etil butirat.

Persamaan reaksi yang terbentuk adalah:

CH3CH2CH2COOH + C2H5OH H2SO4 CH3CH2CH2COOC2H5 + H2O

12
Etil Butirat adalah suatu senyawa yang dihasilkan dari reaksi etanol dan Asam
Butirat. Reaksi ini merupakanan reaksi kondensasi artinya air adalah produksi dalam
reaksi biproduk. Secara umum digunakan untuk aroma buatan diantaranya aroma nanas
dalam minuman beralkohol dan pencampuran dalam produk parfum. Etil Butirat sering
juga ditambahkan ke dalam jus jeruk, paling umum karena kebanyakan mengasosiasikan
bau dengan jus jeruk segar (bau asam/segar) (Praja, 2015). Hasil percobaan sesuai
dengan literatur.

Pada percobaan kelima, 1 mL Etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi nomor 5,


lalu ditambahkan 1 mL Asam Butirat dan ditambahkan 4 tetes H2SO4 pekat, kemudian
tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air yang telah disiapkan sebelumnya
bersuhu 70°C selama 10 menit, lalu sampel didiamkan, setelah 10 menit sampel mulai
mengeluarkan aroma yang khas, pada tabung reaksi nomor 5 menghasilkan Ester yaitu
Metil Butirat dan sampel tercium seperti bau lem. Penambahan senyawa Alkohol dan
Karboksilat pada tabung reaksi di dalam percobaan menggunakan pipet volumetrik dan
untuk penambahan Asam Asetat dan H₂SO₄ pekat, langkah tersebut dilakukan dilemari
asam. Identifikasi aroma atau bau yang dihasilkan oleh sampel dengan cara mengibas-
ngibaskan telapak tangan ke atas mengarah ke hidung.

Persamaan reaksi yang terbentuk adalah:

Pada percobaan keenam, 1 mL Metanol dImasukkan kedalam tabung reaksi nomor 6,


lalu ditambahkan 1 mL Asam Salisilat dan ditambahkan 4 tetes H2SO4 pekat, kemudian
tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air yang telah disiapkan sebelumnya
bersuhu 70°C selama 10 menit, lalu sampel didiamkan, setelah 10 menit sampel mulai
mengeluarkan aroma yang khas, pada tabung reaksi nomor 6 menghasilkan Ester yaitu
Metil Salisilat dan sampel tercium bau atau wangi seperti bau balsam. Penambahan
senyawa Alkohol dan Karboksilat pada tabung reaksi di dalam percobaan menggunakan

13
pipet volumetrik dan untuk penambahan Asam Asetat dan H₂SO₄ pekat, langkah tersebut
dilakukan dilemari asam. Identifikasi aroma atau bau yang dihasilkan oleh sampel dengan
cara Mengibas-ngibaskan telapak tangan ke atasmengarah ke hidung. Metil Salisilat
merupakan senyawa Ester pada suhu ruangan berfase cair (tidak berwarna). Metil Salisilat
juga merupakan senyawa yang larut dalam Alkohol dan sukar larut dalam air (Fessenden,

1997). Metil Salisilat disebut juga Asam-2-Hidroksi Benzoat Metil Ester. Metil Salisilat
(minyak gandapura) adalah suatu senyawa organik yang memiliki cincin aromatik dan
merupakan keturunan Metil Ester atau Asam Salisilat. Bentuk fisik Metil Salisilat adalah
cairan berwarna kuning kemerahan dengan bau wintergreen, memiliki kelarutan dalam
Alkohol sehingga dapat dibuat melalui reaksi kondensasi Asam Salisilat dan Metanol
(Nisyak, 2019). Persamaan reaksi yang terbentuk adalah:

Pada percobaan ketujuh, 1 mL Iso Amyl Alkohol dimasukkan kedalam tabung


reaksi nomor 7, lalu ditambahkan 1 mL Asam Salisilat dan ditambahkan 4 tetes H2SO4
pekat, kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air yang telah disiapkan
sebelumnya bersuhu 70°C selama 10 menit, setelah 10 menit sampel mulai mengeluarkan
aroma yang khas, pada tabung reaksi nomor 7 menghasilkan Ester yaitu Iso Amyl
Salisilat dan sampel tercium bau seperti buah pear. Penambahan senyawa Alkohol dan
Karboksilat pada tabung reaksi di dalam percobaan menggunakan pipet volumetrik dan
untuk penambahan Asam Asetat dan H₂SO₄ pekat, langkah tersebut dilakukan dilemari
asam. Identifikasi aroma atau bau yang dihasilkan oleh sampel dengan cara mengibas-
ngibaskan telapak tangan ke atas mengarah ke hidung.

14
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari


esterifikasi jika senyawa alkohol yang dicampurkan dengan asam karboksilat
akan menghasilkan aroma khas yang wangi seperti pada praktikum yang
dilakukan ternyata menghasilkan aroma atau bau manis seperti wangi buah
pisang, wangi buah nanas, wangi permen karet, dan wangi buah pear, sehingga
hasil dari reaksi tersebut menurut literatur Byjus’s (2022) dapat disebut sebagai
reaksi esterifikasi.Proses esterifikasi membutuhkan katalisator untuk
mempercepat laju reaksi, dapat diketahui juga bahwa jika didiamkan lebih lama
di dalam penangas air, semua sampel semakin mengeluarkan wangi yang khas
hingga menyebar ke semua ruangan. Begitu juga ketika larutan hasil dibersihkan
dan tabung reaksi masuk dalam tahap pencucian. Hal ini diduga karena
kesetimbangan telah diperoleh melalui waktu optimum dan dengan bantuan
pemanasan pada suhu 70°C.Kemudian jika suatu hasil ester menghasilkan bau
aroma yang tidak manis, seperti asam butirat dengan etanol yang menghasilkan
bau ester semacam bau lem atau asam salisilat dengan metanol memberikan bau
balsam hal tersebut merupakan hasil esterifikasi yang bersifat balik (reversible)
dikarenakan sifat asam karboksilatnya terlalu besar dikarenakan terjadi reaksi
esterifikasi yang lambat, sehingga bau khas dari ester tersebut tertutupi oleh bau
dari asam karboksilat, sebaliknya jika peran dari asam karboksilat tersebut kecil,
maka hasil esterifikasi yang dihasilkan akan besar, sehingga membentuk bau
aroma khas manis yang tercium. Senyawa Ester bermanfaat untuk kehidupan
manusia khususnya bidang farmasi seperti Metil Salisilat yang dapat memiliki
fungsi meredakan nyeri, Iso Amyl Asetat untuk campuran dalam proses
pembuatan obat atau zat penambah rasa (essens sintesis ) di industri farmasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Byjus’s. 2022. Esterification. BYJU’S IAS Academy: Bangalore.


Carey, F.1993. Advanced Organic Chemistry Part B: Reaction a Synthesis.
Carey, F.A., & Sundberg, R. J. 2000. Advanced Organic Chemistry, Part A:
Co- solvent dan Waktu Reaksi. Jurnal Teknik Kimia USU, 9 (2): 51-56
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik,
Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fonseca, J. M., & Spessato, L., & Cazetta, A. L., & Bedin, K. C., & Melo, S. A.
R., & Souza, F. L., & Almeida, V. C. 2020. Optimization of Sulfonation
Process for the Development of Carbon-Based Catalyst from Crambe Meal
via Response Surface Methodology. Energy Conversion and Management,
217 (112975): 1–11
Hakim, A. R., & Irawan, S. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel Dari Minyak
Dedak Padi Proses Esterifikasi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
UNDIP
Jaya, J. M., & Susanti, M. M., & Hunga Aida, A., & Nikmah, S. 2019. Sintesis
senyawa Etil Slaurat menggunakan Variasi Volume Katalis Asam Sulfat
Pekat. Jurnal Labora Medika, 3 (1): 1–9
Kadu S. S., Kulkurnia S. J., & Tapre RW. 2011. Kinetics of Esterification of p- Tert
Butyl Cyclohexanol With Acetic Over Ion Exchange Resin Catalyst.
International Conference on Current Trends in Technology. NUICONE.
382 (428), 1-4.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C. & Wood, J. H., 1986. Ilmu Kimia Untuk
Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
London: Plenum Press.
Luthfiahna, D., & Roosdiana, A., & Sutrisno. 2022. Esterifikasi Gliserol dengan
Asam Laktat Menggunakan Lipase yang Diamobilisasi dalam Karagenan.
Jurnal Multidisiplin Ilmu, 1: 02 Malang: Tim UB Press.
Morrinson RT, Boyd RN. 2002. Organic Chemistry sixth edition. New Delhi:
Prentice – Hall of India.
Nisyak, Khoirun dan Hibisyah, A’yunil. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Sintesis
Program Studi S1 Farmasi. Jawa Timur: Qiara Media.
Ozgulsun A, F. Karaosmanoglu, M. Tuter. 2000. Esterification Reaction of Oleic
Acid With a Fusel Oil Fraction for Production of Lubricating Oil. J. Am.
Oil Chem. Soc., 77(1). pp. 105-109.
Ozgulsun, A., F. Karaosmanoglu dan M. Tuter. 2000. Esterification Reaction of
Oleic Acid With a Fusel Oil Fraction for Production of Lubricating Alkyl-
1,3-Dioxane-5-yl Sulfates. J. Am. Oil Chem. Soc. 74 (1): 33-37.
Praja, D. I. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat Dan Bahayanya. Yogyakarta:
Garudhawaca

16
Prihanto, A., & Irawan, T. A. B. 2018. Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis
Dan Rasio Molar Metanol-Minyak Terhadap Yield Biodisel Dari Minyak
Goreng Bekas Melalui Proses Netralisasi-Transesterifikasi. Metana, 13
(1): 30 12
Purnami ING Wardana, K. Veronika. 2015. Pengaruh Penggunaan Katalis
Terhadap Laju dan Efisiensi Pembentukan Hidrogen. Jurnal Rekayasa
Mesin. Vol. 6(1). pp. 51-59.
Rohmatun, Yuli. 2010. Ensiklopedia Sistem Koloid dan Senyawa Hidrokarbon.
Semarang: ALPRIN.
Siswandono,. & Soekardjo, B., 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University
Press: Surabaya
Siswandono., & Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal, Edisi 2. Airlangga
University Press: Surabaya
Structure and Mechanism, 5th Ed. Springer: Virginia
Suleman, N., & Paputungan, M. (2019). Esterifikasi dan Transesterifikasi Stearin
Sawit untuk Pembuatan Biodiesel. Jurnal Teknik, 17 (1): 66–77
Susilo, Bambang. Damayanti, Retno & Izaa, Ni’matul. 2017. Teknik Bioenergi.
Widyawati, Y. 2007. Desain Proses Dua Tahap Esterifikasi-Transesterifikasi
(Estrans) pada Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Jarak Pagar
(Jatrophacurcas, L). Thesis. Institut Pertanian Bogor.
Williamson, K. L. 1999. Macroscale and microscale organic
experiments.Houghton Mifflin Company. Boston:ix = 799 hlm.

17

Anda mungkin juga menyukai