Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA III

PEMBUATAN ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA

Disusun Oleh

Yoga Maulana Rahman

2015430118

P2K TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017
I. JUDUL PERCOBAAN :

Pembuatan Etil Asetat dari Alkohol dan Asam Cuka

II. PRINSIP PERCOBAAN


Esterifikasi yaitu reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu
asam karboksilat dengan suatu alkohol

III. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Memahami proses esterifikasi dengan bahan dasar ethanol dan asam asetat.
2. Memahami proses pemurnian etil asetat dengan jalan destilasi.
3. Mengetahui sifat fisik dan kimia etil asetat.
4. Mengetahui refraksi dari etil asetat praktis
5. Mengetahui rendemen etil asetat yang diidapat dari percobaan.

IV. REAKSI

V. TINJAUAN PUSTAKA
Esterifikasi
Reaksi Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk
membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh ion
H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi
ini. Nama ester berasal dari Essig-ther Jerman, sebuah nama kuno untuk
menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah
asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat. Pembentukan ester melalui
asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi
Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam ( atom yang
rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi
langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi
dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi
hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Strak atau
penggunaan saringan molekul.

Ester adalah campuran organik dengan simbol R yang menggantikan suatu atom
hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak tersusun teratur;
sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut asam belerang, dimethyl ester
(Anonim, 2006).

Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering
disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus
-COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
dapat balik (reversible).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk alasan sterik, urutan
reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah metanol > alkohol 1 > alkohol
2 > alkohol 3.

Variabel yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi yaitu:

Suhu
Hal ini di karenakan sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat mempengaruhi
harga konstanta kecepatan reaksi.

Perbandingan zat pereaksi


Dikarenakan sifatnya yang reversible,maka salah satu perekatan harus di buat
berlebih agar optimal saat pembentukan ester.

Pencampuran
Dengan adanya pengadukan pada saat pencampuran,molekul-molekul pereaktan
dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan
secara optimal.

Katalis
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi.
Kereakifan dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang digunakan.

Waktu reaksi
Jika waktu bereaksi lama maka kesempatan molekul-molekul pertumbukan
semakin sering

Sifat Laju Reaksi Esterifikasi

Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan
radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta
mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang
perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum
laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut :
Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling
lambat alkohol tersier.
Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai
batas konversi yang tinggi.
Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak
terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.

Penggolongan Proses Esterifikasi


Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi
dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi
esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka konversi sempurna tidak mungkin
tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai
98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar.

Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong konversi
sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini
bergantung kepada volatilitas ester, yaitu :
Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat, dan
etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester
segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan
metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol
dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan
sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di
dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut
dalam kolom distilasi yang kedua.
Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara
menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran
terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk
dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan
sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan
terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke
bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester
terakumulasi dalam sistem.
Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul.
Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan
alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat.
Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil)
dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk
memperbesar air yang terdistilasi.dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil,
furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan
kandungan air dari campuran.

Mekanisme Reaksi Esterifikasi

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat


berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen
karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi
air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi

Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O
asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari
ester, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk
mencapainya adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara
berlebihan. Teknik lain yaitu membuang salah satu produk dalam campuran reaksi
(misalnya dengan destilasi air secara azeotropik).
Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester
akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena
esterifikasi itu merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang
kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah
(bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi
antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif
daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik.
Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam
karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada
produk. Ester fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih
reaktif.
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium (III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida
asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan).
Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang
rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan
pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi
Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.

Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah:

Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga


meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol,
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi.
Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester.
Pembuatan Ester

Pembuatan ester dari alkohol dan asil klorida (klorida asam)


Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi
yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar
menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam
dan beruap. Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol klorida kedalam
etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair
etil etanoat.
Pembuatan ester dari alkohol dan anhidrida asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi-
reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang
terbentuk perlu dipanaskan. Contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat
sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol. Reaksi
berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak
ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah
campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.
Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan
bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang
juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung
melibatkan ester-ester aromatic (yakni ester yang mengandung sebuah cincin
benzen).

Sifat Bahan Pereaksi dan Produk

Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa
ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak
berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et
mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala
besar sebagai pelarut.

Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari Etil Asetat. Sifat fisik dari Etil Asetat:
Nama sistematis : Etil etanoat ,Etil asetat
Nama alternative : Etil ester,Ester asetat, Ester etanol
Rumus molekul : C4H8O2
Massa molar : 88.12 g/mol
Densitas dan fase : 0.897 g/cm, cairan
Titik lebur : 83.6 C (189.55 K)
Titik didih : 77.1 C (350.25 K)
Penampilan : Cairan tak berwarna
Sifat Kimia dari Etil Asetat adalah:
1. Pelarut polar menengah yang volatil.
2. Tidak beracun.
3. Tidak Higroskopis.

Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Etanol adalah suatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol banyak digunakan
sebagai pelarut sebagai bahan bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi
dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna
makanan, dan obatobatan. Dalam kimia etanol adalah pelarut yang penting
sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya ethanol telah lama di gunakan sebagai bahan bakar. Sifat fisika dan
kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga mempunyai Rumus molekul etanol
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisik Etanol antara lain :
1. Massa molekul relatif : 46,07 gr/mol.
2. Titik beku : -114,1oC.
3. Titik didih normal : 78,32oC.
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan
dengan gugus Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat
dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada
fungsi gugus Hidroksil.

Asam Sulfat ( H2SO4 )


Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan, asam sulfat mempunyai kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang
mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan
menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan
merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada
umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam
sulfat. Sifat sifat Asam Sulfat ialah :
1. Nama sintesis : Asam sulfat
2. Rumus molekul : H2SO4
3. Massa molar : 98,078 gr/mol
4. Penampilan : Bening, tidak berwarna, tidak berbau
5. Densitas : 1,84 gr/cm3 , cairan
6. Titik leleh : 10oC, 283 K, 50o F
7. Titik didih : 290o C, 563oK, 554oF
8. Kelarutan dalam air : Bercampur penuh
9. Viskositas : 26,7 CP pada 20oC
10. Klasifikasi : Sangat korosif
11. Titik nyala : Tak ternyalakan

Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni ( asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di
rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per
tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh
dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Sifat-sifat dari Asam Asetat ialah :
1. Nama Sistematis : Asam etanoat, asam asetat
2. Nama Alternatif : Asam metanakarboksilat, hidrogen asetat,
asam cuka
3. Rumus Molekul : CH3COOH
4. Massa Molar : 60,05 gr/mol
5. Titik lebur : 16,5 C
VI. DIAGRAM ALIR

kedalam Labu alas


bulat dimasukan Lapisan atas
Lalu dipisahkanpakai
campuran 17 ml dimurnikan dengan
corong pisah
alkohol dan 17 ml cara destilasi
H2SO4

Rangkaian alat Lapisan atas dikocok Fraksi yang diambil


dirangkai dengan hati menggunakan CaCl2 adalah antara 77-
hati exicatus 78C

Panasakan diatas oil Dua lapisan tersisa Hitung hasil yang


bath hingga dipisahkan didapatkan
temperatur mencapai menggunakan corong
140oC pisah

Teteskan campuran
80 ml alkohol dan Asam cuka dihilangkan
dengan penambahan
67 ml asam cuka
larutan soda 10%
dalam corong
pemisah

Kecepatan tetesan 3 Destilat yang didapat


berbanding satu mengandung ester
dengan destilat cuka, alkohol, asam
cuka dan air
VII. ALAT DAN BAHAN

Alat-Alat Yang Digunakan


1. Labu alas bulat
2. Oil bath
3. Pendingin
4. Erlenmeyer
5. Gelas piala
6. Corong pemisah
7. Gelas ukur
8. Thermometer
9. Labu Destilasi

Bahan-Bahan Yang Digunakan


1. Alkohol
2. Asam Asetat glasial
3. Asam sulfat pekat
4. CaCl2 anhidrat
5. Lakmus biru
6. Larutan NaOH 10%
VIII. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Suatu labu alas bulat bervolume 0,5 liter diberi tutup gabus yang berlubang dua.
2. Dalam lubang pertama dimasukkan corong pemisah, sedangkan yang lainnya
dimmasukkkan alat pendingin yang dihubungkkan dengan pipa.
3. Labu di isi campuran 17 cc alkohol dan 17 cc asam sulfat kuat, dicampur secara
perlahan dan hati-hati (reaksi eksotermis).
4. Kemudian labu dipanaskan dalam oil bath pada suhu 140C (termometer dimasukkan
dalam minyak)
5. Jika temperatur sudah dicapai maka diteteskan secara perlahan campuran 80 cc
alkohol dan 67 cc asam cuka murni yang sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam
corong pemisah.
6. Kecepatan tetesan itu harus sesuai dengan kecepatan tetesan hasil sulingan(distilat)
7. Hasil sulingan ini mengandung ester cuka, alkohol, asam cuka, dan air.
8. Dari hasil sulingan diatas asam cuka harus di netralkan dulu dengan larutan NaOH
10% hingga lapisan atas dari cairan tidak lagi memerahkan lakmus biru.
9. Kedua lapisan cairan ini dipisahkan memakai corog pemisah.
10. Lapisan atas (yang mengandung asamm cuka) dikocok dengan CaCl 2 exicatus untuk
menyerap alkohol yang masih terperangkap dalam cairan.
11. Kedua lapisan yang terbentuk dipisahkan lagi menggunakan corong pemisah.
12. Lapisan atas dimurnikan dengan jalan destilasi.
13. Fraksi yang diambil adalah antara suhu 77C - 78C.
14. Dihitung presentasi hasil praktis dan teoritis.

RANGKAIAN ALAT
Gambar Unit Esterifikasi

(Proses mereaksikan alkohol dengan asam karboksilat)

9
Keterangan

1. Labu destilasi
2. Kondensor
3. Termometer
4. Colokan listrik
5. Oil Bath
6. Erlenmeyer
7. Kaki tiga dan kassa
8. Statif dan klem
9. Corong Pemisah

Gambar Unit Destilasi

(Saat Pemurnian)

Keterangan

1. Labu destilasi
2. Kondensor
3. Termometer
4. Colokan listrik
5. Heating mantle
6. Erlenmeyer
penampung
7. Kaki tiga dan kassa
8. Statif dan klem

IX. DATA PERCOBAAN


Data perhitungan
Volume yang
Nama Zat digunakan Mr
Ethanol 97 mL 46 g/mol
Asam Sulfat Pekat 17 mL 98 g/mol
Asama Asetat 67 mL 60 g/mol
Etil Asetat - 88 g/mol
Alkohol

Massa Alkohol =xV

= 0,79 gr/ml x 97 ml

= 76,63 gr

Mol Alkohol = m/ MR

= 76,63gr/46gr/mol

= 1,665 mol

Asam Cuka

Massa Asam Cuka =xV

= 1,05 gr/ml x 67ml

= 70,35 gr

Mol Asam Cuka = m/ MR

= 70,35gr/60gr/mol

= 1,1725 mol

Reaksi yang terjadi

H2SO4 (p)
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O

Mula-mula : 1,1725 mol 1,665 mol - -


Reaksi :x mol x mol x mol x mol -

Sisa (1,1725-x) (1,665-x) x x

Tetapan Kesetimbangan Etil Asetat

K =1/4=0,25 = [CH3COOCH2CH3][H2O]
x1
[CH3COOH][CH3CH2OH]
=
0,25 = x . x .
x2
(1,1725-x)(1,665-x)
=
0,25 = x2 .

CH3COOH
((1,9522 +2,8375x
CH3CH+2OH
x2) H2SO4 (p) CH3COOCH2CH3
+ H2O
0 = 0,75x2 + 0,709x 0,488

Mula-mula : 1,1725 mol 1,665 mol - -


,Reaksi x1,x2 : 0.4620 mol 0.4620 mol 0.4620 mol 0.4620 mol

Sisa (1,1725-0.4620) (1,665-0.4620) 0.4620 mol 0.4620 mol

Massa etil
Asetat Teoritis

Massa Etil Asetat = mol x MR


, di dapat = 0,462mol x 88 gr/mol

= 40,656 gr

Berat Erlenmeyer + isi = 169.887 gram

Berat Erlenmeyer = 95.002 gram -

Berat Isi (Etil Asetat) = 74.8850 gram

Volume Etil asetat = 86 ml


Densitas Etil asetat = (74.885 gram / 86 mL)

= 0,87
% Rendeman Etil asetat = x 100%

= (74.885 gram / 40.660 gram) x 100%

= 184.17 %

Data Pengamatan

Pada saat 17 ml alkohol (bening) + 17 ml H2SO4 Larutan berwarna bening,suhu


larutan tinggi (panas/eksoterm)
Pada penambahan alkohol dalam asam cuka akan menimbulkan bau yang khas
Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 140oC selama dan diteteskan asam cuka dan
alkohol, muncul destilat tetes demi tetes yang jernih
Larutan dimasukkan dalam corong pemisah dan terdapat 2 lapisan. Lapisan atas
ditambahkan larutan soda 10% sebanyak 100ml hingga bila di masukkan lakmus
biru tidak berubah warna.
Lapisan atas tersebut dicuci dengan CaCl2 exicatus untuk menghilangkan air dan
alkohol, kemudian larutan CaCl2 mengendap dibawah berwana pputih, lalu di
pisahkan,
Destilasi akhir dicapai pada suhu 77-78C dengan hasil distilat larutan jernih agak
kuning.
Bobot Etil asetat yang diperoleh : 74.8850 gr berwarna kuning bening.

X. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, tujuan kami adalah mensintesis etil asetat dari etil alcohol
(etanol) dan asam asetat. Bahan dasar yang kami gunakan adalah etanol dan asam
asetat Dan sebagai katalis kami menggunakan asam sulfat pekat.
Langkah pertama adalah kami memasukkan bahan dasar satu persatu kedalam labu
didih. Bahan harus dimasukkan dengan hati-hati sekali melalui dinding labu,dan
sambil didinginkan karena reaksi yyang berlangsungg adalah reaksi eksotermis yaitu
reaksi yang menghasilkan panas.

Pemanas yang digunakan adalah oil bath karena pemanasan yang dilakukan hingga
mencapai suhu 140C, pemanas air (water bath) hanya mampu mencapai suhu
maksimal 100C.

Saat pemanasan berlangsung dan telah mencapai suhu destilasi maka destilat akan
keluar, bersama ini pula keran corong pemisah dibuka perlahan disesuaikan dengan
kecepatan aliran destilat agar ester yang dihasilkan dapat optimal.

Setelah proses destilasi selesai maka akan terpisah 2 lapisan, dilapisan pertama
masih terdapat sisa asam cuka berlebih yang tidak ikut bereaksi membentuk ester,
karenanya sisa asam ini harus di netralkan dengan larutan soda 10% agar menjadi
garam netral dan air, yang nantinya tidak akan ikut terdestilasi pada suhu 77-78C.
Indikasi proses netrallisasi selesai adalah dengan tidak berubahnya warna lakmus
biru menjadi merah

Fungsi CaCl2 exicatus adalah untuk menyerap air dan alkohol yang mungkin masih
terdapat dalam cairan ester.

XI. KESIMPULAN
Kesimpulan
Rendemen Ester yang diperoleh = 184.17 %
Massa Etil Asetat yang diperoleh = 74.8850 gr
Densitas = 0,87 gram/mL
XII. TUGAS

1. Analisa kesalahan minimal 5 !


Rendamen tinggi ini bisa disebabkan beberapa faktor kesalahan :
a. Saat mencampurkan antara 80mL alkohol dan 67mL
asam asetat tidak tercampur secara homogen, karena lupa mengocok corong
pemisah, kita hanya mengaduk saja dengan batang pengaduk karena rangkaian
alat sudah dirakit dan tidak mungkin dibongkar kembali. Sehingga saat di
teteskan ke labu dasar bulat (pada 140C) ada alkohol yg tidak tercampur dengan
asetat sehingga hanya alkohol yang terdestilasi, soalnya masih banyak sisa asam
asetat dalam labu dasar bulat yang tidak ikut bereaksi.
b. Alkohol masih sisa banyak dalam campuran karena kita
hanya menambahkan 1 spatula CaCl2 , tanpa mengecek lagi atau menambahkan
lagi CaCl2 untuk kedua kalinya.
c. Karena alkohol belum sepenuhnya terbuang atau
terpisahkan dari campuran, sehingga pada fraksi 77-78 C , alkohol ikut
terdestilasi, karena titik didih alkohol berada dibawah titik didih etil asetat yaitu
di sekitar 60C
d. Karena alkohol ikut terdestilasi, maka alkohol ikut
tertimbang sehingga Rendamen yang didapat sangat tinggi.
e. Kemungkinan tambahan adalah, dikarenakan kita tidak
menjaga suhunya stabil di 140C, karena suhunya sempat naik turun.

2. Macam macam Destilasi !


Destilasi Sederhana
Memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih yang
jauh berbeda.

Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)


Sama dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian
alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.

Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit
dipisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat mencegah
ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.

Destilasi Kering
Memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya
digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.

Destilasi Vakum
Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan
adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm sehingga titik
didihnya menjadi lebih rendah. Dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk
mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi.

3. Fungsi Bahan bahan dalam esterifikasi ?


a. Asam Asetat.
Sebagai bahan baku pembuatan ester, karena esterifikasi merupakan reaksi antara
alkohol dengan asam karboksilat dalam dengan bantuan katalis asam.
b. Alkohol
Sebagai bahan baku pembuatan ester, karena esterifikasi merupakan reaksi antara
alkohol dengan asam karboksilat dalam dengan bantuan katalis asam.
c. Asam Sulfat
Sebagai katalis dalam rekasi esterifikasi, untuk menaikkan energi aktivasi agar
reaksi berlangsung spontan.
d. Larutan Soda 10%
Larutan soda untuk menetralkan asam asetat yang masih tersisa dalam campuran
hasil desstilasi, sehingga akan membentuk garam dan air, lapisan air dipisahkan
dan dibuang.
e. CaCl2
Berfungsi untuk memisahkan alkohol dalam campuran, karena CaCl2 dapat
menggumpalkan alkohol dan membentuk lapisan baru dalam campuran sehingga
mudah untuk dipisahkan.

4. Faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi


a. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab
semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak,
sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin
kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
b. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan
laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
c. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi
seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil
volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju
reaksi.
d. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada
suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
e. Luas Permukaan Sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi,
sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi
semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh,
maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut
berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar akmal, 2013, Mekanisme Esterifikasi, akmalbahtiar.com

Mugi, 2016, Macam-macam destilasi

Leni dkk.2012, Faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Fessenden, Ralph J dan Joan S Fessenden, 1982.Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

Clark Jim, 2007, Reaksi Esterifikasi, Chem-is-try.org


Amir Faisal, 2016, Esterifikasi, academia.edu

Anda mungkin juga menyukai