Anda di halaman 1dari 11

Dasar Teori Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah
asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai
katalis biasanya adalah asam sulfat. Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam
karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi
dengan anhidrida asam ( atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan).
Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal
ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang
menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Strak atau penggunaan
saringan molekul.
Ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang menggantikan suatu atom
hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak tersusun teratur; sebagai
contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam belerang, dimethyl ester” (Anonim, 2006).
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi
suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi
Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat
berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis
asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan
peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk
reaksi esterifikasi adalah metanol > alkohol 1º > alkohol 2º > alkohol 3º.

Variabel yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi yaitu:


1. Suhu
Hal ini di karenakan sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat mempengaruhi harga
konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversible,maka salah satu perekatan harus di buat berlebih
agar optimal saat pembentukan ester.
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan pada saat pencampuran,molekul-molekul pereaktan dapat
mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan secara optimal.
4. Katalis
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi. Kereakifan
dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang digunakan.
5. Waktu reaksi
Jika waktu bereaksi lama maka kesempatan molekul-molekul pertumbukan semakin
sering

Sifat Laju Reaksi Esterifikasi


Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal
yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun
berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan
sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat
sebagai berikut.

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat
alkohol tersier.
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas
konversi yang tinggi.
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu
berpengaruh terhadap laju reaksi.

Penggolongan Proses Esterifikasi


Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi dikehendaki
untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi esterifikasi merupakan
kesetimbangan, maka konversi sempurna tidak mungkin tercapai, dan sesuai informasi yang
ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai 98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai
dengan ekses reaktan yang besar.

Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong konversi
sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung
kepada volatilitas ester, yaitu :

Golongan 1

Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat, dan etil
format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester segera dapat
dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode distilasi Bachaus
merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol dan asam asetat diumpankan ke dalam
kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian
atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol
dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi yang kedua.

Golongan 2

Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan


air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari alkohol, air dan
ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat,
semua bagian ester dipindahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air,
sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air
dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester
terakumulasi dalam sistem.

Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul.
Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan alkohol.
Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan
ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon
seperti benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdistilasi.dengan alkohol bertitik
didih tinggi (benzil, furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk
menghilangkan kandungan air dari campuran.

Mekanisme Reaksi Esterifikasi

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat berlangsung
melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol
nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang
dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi :

mekanisme reaksi esterifikasi


Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O
asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.

Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester,
kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah
menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain yaitu
membuang salah satu produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara
azeotropik).

Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan
menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu
merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi)
akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik
digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau
klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak
dapat balik.

Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam
karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada produk. Ester
fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih reaktif. 

Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan
sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti skandium (III) triflat.

Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti
pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam (ekonomi
atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi
langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan
menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi.
Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.

Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah:


1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan
elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang
bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks
teraktivasi.
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul
air menghasilkan ester.

Contoh Reaksi Esterifikasi


Contoh reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam asetat dan etanol membentuk etil
asetat. Reaksinya adalah :

Pembuatan Ester
1. Pembuatan ester dari alkohol dan asil klorida (klorida asam)
 Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka
reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu
kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen
klorida yang asam dan beruap.
 Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol klorida kedalam etanol,
maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil
etanoat.
2. Pembuatan ester dari alkohol dan anhidrida asam
 Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding
reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi
yang terbentuk perlu dipanaskan.
 Contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah
reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol.
 Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada
pemanasan). Tidak ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak
berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.

3. Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol


 Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol
dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat.
Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis
ini cenderung melibatkan ester-ester aromatic (yakni ester yang
mengandung sebuah cincin benzen).

Kegunaan Ester

a. Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).


b. Sebagai zat wangi dan untuk esterifikasi fenol sintesis aspirin
c. Berperan pada saat pembuatan biodiesel

Metil Ester
Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat macam cara, yaitu
pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking), dan
transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk pembuatan metal ester adalah
transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak atau minyak) dengan
methanol untuk menghasilkan metil ester dan gliserol.

Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak nabati,
misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh dari minyak biji
bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari itali diperoleh dari minyak biji bunga
matahari, di Amerika Serikat dan Brazil diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh
dari minyak kelapa sawit, dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak
pagar, minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut, minyak
safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam pembuatan
senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di atas juga di hasilkan gliserol
sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen dalam
produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi. Gliserol yang diperoleh sebagai hasil
samping pengolahan minyak nabati ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah
(crude glycerol), biasanya memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi kimia
dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya. Minyak ini dapat
didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi transesterifikasi, sehingga minyak jelantah
yang sebelumnya merupakan limbah yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan
dapat menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi
jumlah limbah minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam
pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga minyak
jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru. Kekurangannya adalah
komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak dapat berubah akibat pemanasan
dan terikat dengan bahan makanan yang digunakan pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formulasi
kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic triglyceride yang telah
digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien. Oleh karena itu, tidak menutup
kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya juga dapat digunakan sebagai zat tambahan,
baik sebagai emolien maupun fungsi lainnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan ditetapkan
kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil ester yaitu kromatografi
gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis tipis.

Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis

Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi. Pembutan biodesel
relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk berupa Fatty Acid Metyl Ester (FAME)
yang melalui proses Transesterifikasi. Proses Transesterifikasi adalah proses pertukaran
antara gugus alkyl dari trigliserida dengan gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga
terbentuk FAME dan gliserin
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan
gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel
antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang.

Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel


dibutuhkan katalis untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati
yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari
bahan baku tersebut.Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah
methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu
diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan
mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan
trigiserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi
proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung,
umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium
metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan, apabila
digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %, disamping terbentuk
sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi
membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang
diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang
baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat.
Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air
pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam
phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4).

Uji analisis yang dapat dilakukan adalah

a. Uji Indeks Bias

b. Uji FFA

% FFA = Vol. Titran × N × BM asam lemak × 100

Berat sampel × 1000

c. Uji Konversi

XA = FFA0 - FFA
FFA
d. Uji Massa jenis

e. Uji Viskositas

DAFTAR PUSTAKA
http://www.suryadi.webege.com/web_documents/_presentasi-ayndri.pdf. Diakses 21 Mei
2017.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa organik /alkohol1/
reaksi_pengesteran _esterifikasi/. Diakses 21 Mei 2017.
http://Students.chem.itb.ac.id/organic/kimia%20karbon.pdf. Diakses 21 Mei 2017.
Ria, Mesriah. 2016. “Reaksi Esterifikasi”. http://www.matadunia.id/2016/05/reaksi-
esterifikasi.html. Diakses 21 Mei 2017.
Wahyudi, Wanda. 2013. “Pembuatan Metil Ester”.
http://namikazewand.blogspot.co.id/2013/09/pembuatan-metil-ester_23.html. Diakses 21 Mei
2017.

Anda mungkin juga menyukai