Laporan Praktikum
Pengolahan Limbah Industri
MODUL : Sedimentasi
PEMBIMBING : Ir. Emma Hermawati Muhari, MT
Oleh :
Kelompok 7
Vieska Rofianissa 161411058
Widya Klara G. S. 161411059
Yasintha Amellia 161411060
Yuliana Nur Amanah 161411061
3B D3-Teknik Kimia
Zona Inlet, zona ini mendistribusikan aliran air secara merata pada bak
sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua
fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih
mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik.
Zona inlet didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular.
Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun
menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding
memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi.
Didesain dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan bak
sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
Zona Pengendapan, dalam zona ini air mengalir pelan secara horizontal ke
arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel
tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.
Zona Lumpur:
- Lumpur terakumulasi
- Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scapper
Zona Outlet, seperti zona inlet, zona outlet atau struktur effluent
mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan
karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir
(pelimpah) dan bak penampun limpahan digunakan untuk mengontrol
outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice
terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang
lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil
selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.
12
10
Kekeruhan (NTU)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (menit)
70
60
Efisiensi (%)
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
VII. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum sedimentasi dengan tujuan mengetahui
efisiensi sedimentasi terhadap waktu proses sedimentasi untuk menghasilkan air
bersih .Air baku yang digunakan pada praktikum ini adalah air sungai Sarijadi
dengan kekeruhan awal 15,88 NTU dan pH 5. Kekeruhan awal pada air baku
telah memenuhi standar air bersih menurut Permenkes tentang Standar Kualitas
Air Bersih dan Air Minum Nomor 416/MENKES /PER/IX/1990 dengan
kekeruhan akhir antara 5-25 NTU. Sebelum proses sedimentasi dilakukan
terlebih dahulu proses koagulasi dengan menggunakakan koagulan tawas
sebanyak 8,8 gram dalam 40 L air baku. Penambahan koagulan bertujuan untuk
mendestabilkan partikel koloid dan partikel tersuspensi dalam air baku agar
proses sedimentasi berjalan lebih cepat.
Proses sedimentasi dilakukan secara batch. Bak sedimentasi dilengkapi
dengan plate settler yang dipasang dengan posisi miring dan berlapis-lapis yang
bertujuan untuk memperluas permukaan pengendapan sehingga lebih banyak
flok yang menempel pada plate. Pada praktikum ini penurunan nilai kekeruhan
yang signifikan terjadi pada menit ke 5 dengan efisiensi 61.056%. Hal ini
disebabkan pada waktu 5 menit sudah banyak flok yang mengendap akibat
penambahan koagulan. Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa dengan
bertambahnya waktu sedimentasi efisiensi pun ikut meningkat karena semakin
banyak partikel tersuspensi yang terendapkan. Pada menit ke 30 sampa menit ke
50 nilai kekeruhan air baku mengalami penurunan yang sangat sedikit. Hal
tersebut dikarenakan pada menit ke 25 sudah banyak partikel tersuspensi yang
terendapkan sehingga.
VIII. Kesimpulan
Proses sedimentasi selama 50 menit secara batch dengan menggunakan
bak sedimentasi yang dilengkapi dengan plate settler dapat menurunkan nilai
kekeruhan dari 15,88 NTU hingga 2,73 NTU dengan efisiensi 74,2% dan sudah
sesuai dengan standar air bersih menurut Permenkes tentang Standar Kualitas
Air Bersih dan Air Minum Nomor 416/MENKES /PER/IX/1990.
DAFTAR PUSTAKA