Anda di halaman 1dari 58

I.

JUDUL PERCOBAAN :
A. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah
B. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat
II. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 7 November 2017, pukul 12.00
III. SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 7 November 2017, pukul 15.00
IV. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan Orde Reaksi dari Hidrolisis
Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Dalam Suasana Asam Kuat
V. DASAR TEORI
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecahkan molekul air
menjadi kation hidrogen dan anion hidroksida melalui suatu proses kimia.
Dalam hal ini hidrolisis merupakan reaksi antara senyawa dan aitr yang
membentuk reaksi kesetimbangan. Senyawa tersebut merupakan senyawa
organk maupun anorganik. Pada proses hidrolisis, aram akan terurai aleh
air menghasilkan larutan bersifat asam atau basa. Berikut adalah proses
hidrolisis etil asetat adalah :

KIMIA FISIKA III

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus


CH3CH2OC(O)CH3/ CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari
etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi
memiliki aroma yang khas. Etil asetat merupakan pelarut polar menengah
yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat
dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi,
namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam. Etil
asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali.

Katalis yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4), karena


berlangsungnya reaksi. Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher.
Untuk memperoleh hasil rasio yang tinggi biasanya digunakan asam kuat
dengan proposi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini

1 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
menghasilkan etanol dan natrium asetat yang tidak dapat di reaksi lagi
dengan etanol.

 Proses Pembuatan Etil Asetat


Etil asetat yang merupakan senyawa ester dapat dibuat melalui reaksi
asam karboksilat dengan alkohol yang dikenal dengan nama esterifikasi,
dan biasanya menggunakan katalis asam. Katalis asam yang biasa
digunakan yaitu asam sulfat dan asam klorida. Reaksi antara etil alkohol
dan asam asetat menghasilkan etil asetat, juga air. Etil asetat juga dapat
dibuat dengan reaksi anhidrida asetat dengan etil alkohol, selama reaksi
selain etil asetat juga dihasilkan asam asetat, yang selanjutnya akan
diesterifikasi dengan etil alkohol. Esterifikasi adalah reaksi kesetimbangan
dan dipercepat oleh kehadiran katalis asam. Asam karboksilat dan alkohol
dengan bantuan sam akan dihasilkan eter. Proses ini disebut dengan reaksi
esterifikasi ficher, dimana reaksi dapat dilihat di bawah ini:
R-COOH + R-OH  R-COOR + H2O

KIMIA
Tahap – tahap pembuatan etil asetat adalah sebagai FISIKA III
berikut:
1. Esterifikai Ficher
Proses esterifikasificher yaitu mereaksikan antara asam karboksilat dengan
alkohol. Asam karboksilat yang digunakan adalah asam asetat (CH 3COOH)
dan alkohol yang digunakan adalah metanol (CH3OH). Reaksi sebagai
berikut: H2SO4

CH3COOH + C2H5OH CH3COOCH2CH3 + H2O


Asam Asetat Etanol Etil Asetat Air

2. Proses Pencucian Dan Pemisahan Dengan Aquadest


Pencucian pemilihan dilakukan dicorong pisah, kemudian didiamkan
sampai terbentuknya bidang batas.

3. Pemurnian

2 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Pemurnian bertujuan untuk memisahkan air yang masih terikat dengan
menggunakan adsorben.

Sifat-Sifat Kimia etil asetat:

Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah
monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat
(CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Dimer Siklis
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul
asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan
hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer
juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen,
KIMIA FISIKA III
dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.Dimer dirusak dengan
adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer
tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J
mol–1 K–1.Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat
sederhana lainnya.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip
seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang
sedang yaitu 6.2, sehingga asam asetat bisa melarutkan baik senyawa polar
seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti
minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air,
kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari
asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.

3 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa
menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Ketika menghidrolisis
dengan menggunakan asam asetat volume NaOH yang dibutuhkan lebih
sedikit jika dibandingkan dengan asam klorida, karena dalam hidrolisis etil
asetat katalis yang digunakan adalah asam asetat, dan asam asetat
merupakan asam lemah yang memiliki ion H + lebih sedikit daripada asam
klorida, sementara pada hidrolisis menggunakan HCl dibutuhkan volume
NaOH yang lebih banyak karena asam klorida merupakan asam kuat yang
memiliki ion H+ lebih banyak daripada asam asetat. HCl dan asam astetat
bertindak sebagai katalis. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, dapat
digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium
hidroksida. Reaksi ini menghas ilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak
dapat bereaksi lagi dengan etanol :

1. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah


 CH 3 COOH ( aq ) + H 2 O ( l ) →CH 3 COOH (aq)
 KIMIA FISIKA III
+¿
CH 3 COO C 2 H 5 ( aq ) + H 2 O ( l ) H CH 3 COOH ( aq )+ C2 H 5 OH (aq)¿

 CH 3 COOH ( aq ) + NaOH ( aq ) → CH 3 COONa ( aq )+ H 2 O(l)


2. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat
 HCl ( aq ) + H 2 O ( l ) → HCl( aq)

CH 3 COO C 2 H 5 ( aq ) + H 2 O ( l ) H + ¿ CH 3 COOH ( aq )+ C2 H 5 OH (aq)¿


 HCl ( aq ) + NaOH ( aq ) → NaCl ( aq ) + H 2 O(l)

Laju reaksi adalah laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju


bertambahnya produk (hasil reaksi). Laju reaksi ini juga menggambarkan
cepat lambatnya suatu reaksi kimia, sedangkan reaksi kimia merupakan
proses mengubah suatu zat (pereaksi) menjadi zat baru yang disebut
sebagai produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Luas permukaan sentuhan

4 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting
dalam banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu
juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin
kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun
semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut
berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu,
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila


suhu pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka
menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang
terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar.
Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif,
sehingga laju reaksi semakin kecil. Suhu merupakan properti fisik dari
KIMIA
materi yang kuantitatif mengungkapkan gagasan umum FISIKA
dari panas III
dan
dingin.

Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu
sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat
atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang
dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan
dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan ke
dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda
dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis
homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk
katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di

5 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan
dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah,
sehingga akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan
satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang
selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses
yang memulihkan katalisnya. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan
satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia yang
selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses
yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema
umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:

... (1)
... (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan
kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

KIMIA FISIKA III


Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis
Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi
masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal
adalah proses Haber, yaitu sintesisamonia menggunakan besi biasa sebagai
katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan
produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat
dari platina dan rodium.

Molaritas

Adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas
suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian
pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat
daripada molaritas yang tinggi.

6 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk


konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula
kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin
banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi
meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat pula laju
reaksinya.

Pada umumnya hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat-


zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen. Bilangan pangkat
yang menyatakan hubungan konsentrasi zat pereaksi dengan laju reaksi
disebut orde reaksi.

KIMIA FISIKA III

r = laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi zat A dalam mol per liter
[B] = konsentrasi zat B dalam mol per liter
m = orde reaksi terhadap zat A
n = orde reaksi terhadap zat B

Berikut ini dijelaskan penentuan orde reaksi melalui grafik.


1. Grafik Orde Nol

7 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi pereaksi.
Persamaan laju reaksinya ditulis:

Bilangan dipangkatkan nol sama dengan satu sehingga persamaan laju


reaksi menjadi: r » k. Jadi, reaksi dengan laju tetap mempunyai orde
reaksi nol. Grafiknya digambarkan seperti Grafik diatas.

2. Grafik Orde Satu


KIMIA FISIKA III

Gambar 4.9 Hubungan kecepatan dengan konsentrasi


Untuk orde satu, persamaan laju reaksi adalah :

Persamaan reaksi orde satu merupakan persamaan linier berarti laju


reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya pereaksinya. Jika
konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali, maka laju reaksi
akan menjadi 41 atau 4 kali lebih besar.

3. Grafik Orde Dua

8 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Gambar 4.10 Hubungan konsentrasi dengan waktu
Persamaan laju reaksi untuk reaksi orde dua adalah:

Apabila suatu reaksi berorde dua terhadap suatu pereaksi berarti laju
reaksi itu berubah secara kuadrat terhadap perubahan konsentrasinya.
Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali, maka laju reaksi
akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar.

 Penentuan Orde Reaksi Bentuk Integral


KIMIA
Untuk menghitung laju reaksi jika diperoleh dataFISIKA III
konsentrasi,
maka dapat digunakan metode integral baik secara grafik maupun non-
grafik. Dengan metode non-grafik, dapat ditentukan konstanta laju (k) dari
beberapa orde secara trial dan error.Nilai k yang berdekatan menunjukkan
orde yang sesuai. Sedangkan untuk metode grafik, orde yang sesuai
diketahui dengan nilai regresi linier yang mendekati 1. Secara teori laju
hidrolisis etil asetat memiliki orde 2. Artinya, setiap penambahan
konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula, maka laju akan bertambah
menjadi 22 kali laju semula, dan begitu seterusnya untuk penambahan
pereaktan sebesar n-kali. Hukum laju reaksi untuk orde 2 adalah :

dx
=k ( a−x ) ( b−x )
dt
a = konsentrasi awal (mol/L)

b = konsentrasi awal OH- (mol/L)

x = konsentrasi ester atau basa (M)

9 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
k = konstanta laju reaksi

Intregasi :
1 b ( a−x )
k2 = ln
t ( a−b ) a ( b−x )

2,303 b ( a−x )
k2 = log
t ( a−b ) a ( b−x )
Untuk dapat menentukan apakah suatu reaksi orde dua atau bukan dapat
diselidiki seperti pada reaksi tingkat satu yaitu :

1. Dengan memasukkan harga a, b, t dan x pada persamaan :


1 b ( a−x )
k 2= ln
t( a−b ) a ( b−x )

Bila harga-harga k2 tetap maka reaksi orde dua.

2. Secara grafik
2,303 b ( a−x ) 2,303 b
t= log + log
k 2 ( a−b ) a ( b−x ) k 2 ( a−b ) a KIMIA FISIKA III

( a−x )
Bila reaksi orde dua maka grafik t terhadap log ( b−x ) merupakan garis
lurus tangen atau slope :

2,303
slope=
k 2 ( a−b )
2,303
k 2=
slope ( a−b )

Untuk konsentrasi sama :

1 1
k 2= =
a−x a
1 1
t= −
k 2 ( a−b ) k 2 a

1
Jadi grafik a−x harus lurus bila reaksi orde dua.

10 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
 Metode Integral Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen. Untuk Orde 2 berlaku :

 Metode Integral Non Grafik


Untuk orde 2:

dx dx
=k (a−x )2  =k dt
dt (a−x)2

dx
−∫ =k ∫ dt KIMIA FISIKA III
(a−x)2

1
=k t +C
(a−x)

Ketika t = 0 dan x = 0

1
=k 0+C
(a−0)

1
=C
a

Sehingga persamaannya menjadi :

1 1
=k t +
(a−x) a

x
k t=
a( a−x )

11 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
VI. CARA KERJA
 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Erlenmeyer 3 buah
2. Stopwatch 1 buah
3. Gelas ukur 50 mL 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas kimia 400 mL 1 buah
6. Pipet tetes 1 buah
7. Buret 2 buah
8. Statif dan klem 2 set
b. Bahan
1. Asam asetat 0.5 M 50 ml
2. Larutan NaOH 0.2 M Secukupnya
3. Aquades dingin 50 ml x 14
KIMIA FISIKA III
4. Aquades 45 ml x 2
5. Indikator pp Secukupnya
6. Etil asetat 2 M 5 ml x 2
7. Asam klorida 0.5 M 50 ml
 Prosedur Percobaan
1. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah

50 ml 45 ml ai aquades
CH3COOH 0,5
M
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer A
Diletakkan pada suhu ruang selama 15
menit

Larutan CH3COOH

12 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
20 ml CH3COOC2H5
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer B
Diletakkan pada suhu ruang selama 15
menit
Diambil 5 ml
Dituang dalam erlenmeyer A
Diaduk
Diambil 10 ml setelah 5 menit dalam
erlenmeyer C yang telah diisi dengan 50
ml aquades yang sebelumnya diletakkan
dalam lemari es
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH 0,2 M
Diulangi dengan waktu 10, 20, 30, 50,
dan 65 menit

Volume NaOH

2. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat


KIMIA FISIKA III
50 ml HCl 2 M 45 ml ai aquades

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer A


Diletakkan pada suhu ruang selama 15
menit

Larutan HCl

20 ml CH3COOC2H5

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer B


Diletakkan pada suhu ruang selama 15
menit
Diambil 5 ml
Dituang dalam erlenmeyer A
Diaduk
Diambil 10 ml setelah 5 menit dalam
erlenmeyer C yang telah diisi dengan 50
ml aquades yang sebelumnya diletakkan
dalam lemari es
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH 0,2 M
Diulangi dengan waktu 10, 20, 30, 50,
dan 65 menit
13 | Hidrolisis
VolumeEtil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
NaOH
KIMIA FISIKA III

14 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
VII. HASIL PENGAMATAN

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah  Aquades: tidak  CH3COOH +  CH3COOH (aq) +  Berdasarkan percobaan
berwarna Aquades: laruatn H2O (l) → yang telah dilakukan
50 ml CH3COOH 45 ml ai aquades  CH3COOH : tidak berwarna CH3COOH (aq) didapatkan reaksi
0,5 M larutan tidak  CH3COOC2H5  CH3COOC2H5 hidrolisis etis asetat
berwarna didiamkan : (aq) + H2O (l) → dalam suasana asam
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer A  CH3COOC2H5 : larutan tidak CH3COOH (aq) + lemah dan asam kuat
Diletakkan pada suhu ruang selama 15 larutan tidak berwarna C2H5OH (aq) adalah reaksi berorde 2
menit berwarna  CH3COOC2H5 +  CH3COOH (aq) +
 Erlenmeyer C : CH3COOH : NaOH (aq) ) →
Larutan CH3COOH larutan tidak CH3COONa (aq)
aquades tidak
20 ml CH3COOC2H5 berwarna berwarna + H2O (l)
 Indikator PP :  Erlenmeyer A +
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer B
larutan tidak aquades dingin :
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15
berwarna larutan tidak
menit
 NaOH : larutan berwarna
- Diambil 5 ml
tidak berwarna  Erlenmeyer C +
- Dituang dalam erlenmeyer A
idikator PP :
- Diaduk
larutan tidak
- Diambil 10 ml setelah 5 menit dalam
berwarna
erlenmeyer C yang telah diisi dengan 50
 Dititrasi : larutan
ml aquades yang sebelumnya diletakkan
dalam lemari es berwarna soft
pink

15 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
 Volume NaOH :
5 menit : 8,8 ml
Ditambah 2 tetes indikator PP 10 menit : 9 ml
Dititrasi dengan NaOH 0,2 M 20 menit : 9,1 ml
Diulangi dengan waktu 10, 20, 30, 50, dan 30 menit : 9,2 ml
65 menit 50 menit : 9,2 ml
65 menit : 9,3 ml
Volume NaOH

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

16 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Perc Sebelum Sesudah
2. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat  Aquades: tidak  HCl + Aquades:  HCl (aq) + H2O
berwarna laruatn tidak (l) → HCl (aq)
50 ml HCl 2 M 45 ml ai aquades
 HCl : larutan berwarna  CH3COOC2H5
tidak berwarna  CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) →
 CH3COOC2H5 : didiamkan : CH3COOH (aq) +
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer A larutan tidak larutan tidak C2H5OH (aq)
Diletakkan pada suhu ruang selama 15
berwarna berwarna  HCl (aq) +
menit
 Erlenmeyer C :  CH3COOC2H5 + NaOH (aq) ) →
aquades tidak HCl : larutan NaCl (aq) + H2O
Larutan HCl
berwarna tidak berwarna (l)
 Indikator PP :  Erlenmeyer A +
20 ml CH3COOC2H5
larutan tidak aquades dingin :
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer B berwarna larutan tidak
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15  NaOH : larutan berwarna
menit tidak berwarna  Erlenmeyer C +
- Diambil 5 ml  idikator PP :
- Dituang dalam erlenmeyer A larutan tidak
- Diaduk berwarna
- Diambil 10 ml setelah 5 menit dalam  Dititrasi : larutan
erlenmeyer C yang telah diisi dengan 50 berwarna soft
ml aquades yang sebelumnya diletakkan pink
dalam lemari es  Volume NaOH :
5 menit : 10,4 ml
10 menit : 10,6 ml
20 menit : 10,7 ml
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH 0,2 M
Diulangi dengan waktu 10, 20, 30, 50, dan
65 menit 17 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat

Volume NaOH
30 menit : 10,8 ml
50 menit : 11 ml
65 menit : 11,1 ml

18 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
VIII. ANALISIS PEMBAHASAN

Percobaan yang telah dilakukan berjudul “Hidrolisis Etil Asetat dalam


Suasana Asam Lemah dan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat”.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah dan asam kuat. Orde reaksi adalah jumlah pangkat
faktor konsentrasi dalam hukum laju differensial. Penentuan orde reaksi dapat
ditentukan dengan 3 cara yaitu metode differensial, metode integral dan metode
waktu fraksi.
Hidrolisis merupakan suatu reaksi antara senyawa dan air agar senyawa
tersebut dapat terpecah atau terurai. Senyawa yang digunakan dapat berupa
senyawa organik dan anorganik (Fessenden,R.J.,& Fessenden, J.S., 1982). Pada
percobaan ini senyawa yang digunakan senyawa organik yaitu etil asetat. Etil
asetat adalah senyawa yang berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Rumus kimia etil asetat adalah
CH3CH2OC(O)CH3 atau CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol
dan asam asetat, sehingga pada percobaan ini senyawa etil asetat akan dihidrolisis
sehingga dapat terurai menjadi etanol dan asam asetat (Fessenden,R.J.,&
Fessenden, J.S., 1982).
Pada percobaan ini digunakan 2 suasana dalam hidrolisis etil asetat yaitu
suasana asam lemah dan suasana asam kuat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh laju hidrolisis dalam 2 suasana. Suasana ini juga dapat dikatakan
sebagai katalis, dimana katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat atau
memperlambat laju reaksi. Katalis yang dapat mempercepat laju reaksi bekerja
dengan cara membuka mekanisme baru yang memiliki energi pengaktifan (energi
minimum yang digunakan untuk terjadinya reaksi) lebih rendah sehingga
mempercepat laju reaksi (Suyono & Yonata,B., 2017).
Ester dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa. Hidrolisis
ester disebut juga reaksi penyabunan. Hidrolisis ester yaitu mengubah ester
alkohol dan garam yang berasal dari turunannya. Misalnya, hidrolisis etil asetat,
proses hidrolisis berlangsung sempurna jika didihkan dengan pelarut basa,
seperti NaOH. Reaksi penyabunan bukan merupakan reaksi kesetimbangan

19 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
sebagaimana pada esterifikasi sebab pada akhir reaksi ion alkoksida mengikat
proton dari asam karboksilat dan terbentuk alkohol yang tidak membentuk
kesetimbangan. Reaksi hidrolisis ester dilakukan dalam suasana asam atau basa
menghasilkan asam karboksilat dengan alkohol, hidrolisis ester dalam suasana
basa disebut dengan saponifikasi (penyabunan), etil asetat dapat dihidrolisis pada
keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis
asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Oleh karena itu, hidrolisis ini
merupakan kebalikan dari reaksi esterifikasi di mana hirolisis merupakan reaksi
pemecahan ester.
Percobaan ini dilakukan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah
perlakuan untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah, bagian kedua
adalah perlakuan untuk hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat. Dan setiap
bagian terdapat beberapa tahap. Berikut adalah penjelasan dari bagian tiap tahap
tersebut:
1. Hidrolisis Etil Asetat dalm Suasana Asam Lemah
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
yang akan dibutuhkan. Persiapan ini dilakukan untuk mempermudah dan
mempersingkat waktu percobaan. Alat yang disiapkan antara lain pipet tetes, statif
dan klem, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia dan stopwatch. Alat-alat ini
dipastikan berfungsi semuanya, agar tidak menggangu jalannya percobaan. Selain
itu dipastikan bahwa alat-alat yang akan digunakan telah bersih semua. Jika
belum, cuci dengan sabun, dan bilas alat dengan aquades. Hal ini dilakukan agar
tidak ada bahan pengotor yang ikut dalam percobaan, yang dapat mempengaruhi
hasil akhir. Setelah dicuci, alat-alat di keringkan dan dipastikan benar-benar
kering dan siap untuk digunakan.
a. Tahap pertama pembuatan larutan di Erlenmeyer A
Pada tahap pertama, percobaan ini diawali dengan memasukkan 50 mL
asam asetat (CH3COOH) 0,5 M yang berupa larutan tak berwarna kedalam
erlenmeyer yang diberi tanda “A”. Pengambilan ini dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Memilih gelas ukur yang
digunakan untuk mengukur larutan. karena memiliki tingkat ketelitian 99%

20 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
dibandingkan jika diukur dengan menggunakan gelas kimia dengan tingkat
ketelitian 95%. Pipet tetes digunakan untuk mengurangi/ menambah jumlah zat
dalam jumlah kecil. Sedangkan gelas kimia digunakan utuk menuang larutan-
larutan dari botol penyimpanan sebelum diukur. Hal ini dilakukan agar tidak
semua bahan yang ada dalam botol ikut tercemar. Pengukuran ini harus tepat pada
ukuran yang diinginkan atau tepat membentuk meniscus. Cara membaca meniscus
harus tepat, dengan arah tegak lurus dengan mata praktikan. Setelah itu,
menambahkan 45 mL aquades (tidak berwarna) kedalam erlenmeyer A, yang
diambil dengan proses yang sama ketika pengambilan asam asetat. Berikutnya,
Erlenmeyer “A” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit. Setelah 15 menit,
larutan A (di dalam erlenmeyer A) sudah siap untuk digunakan. Pada perlakuan
ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna dalam erlenmeyer A.
Hal ini sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
CH3COOH (aq) + H2O (l)  CH3COOH (aq)
Pada percobaan ini, fungsi penambahan CH3COOH sebagai katalis yang
mempercepat laju reaksi untuk reaksi hidrolisis etil asetat, dengan cara memilih
tahap reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga kompleks
teraktivasi lebih mudah terbentuk dan reaksi menjadi lebih cepat. Proton H + dari
asam asetat disumbangkan dalam reaksi hidrolisis tersebut sehingga membantu
H+dari H2O untuk menghidrolisis etil asetat. Asam asetat juga akan memberikan
suasana asam lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat jika
direaksikan dengan air akan terjadi proses hidrolisis, kemudian garam akan terurai
oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. 
Asam asetat memiliki harga Ka sebesar 1,8 x 10 -5. Asam asetat adalah
asam lemah yang memiliki struktur sebagai berikut :
O

3HC C OH
.
Penambahan aquades disini berfungsi sebagai pengencer dari larutan asam
asetat yang akan menurunkan harga konsentrasi. Pengenceran dianggap perlu
karena untuk keefisienan dari bahan. Dengan pengenceran maka bahan yang akan
digunakan lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanpa proses pengenceran.
Selain itu, pengenceran berfungsi agar hasil reaksi dapat diidentifikasi oleh mata

21 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
praktikan. Jika menggunakan larutan pekat, maka reaksi akan berjalan sangat
cepat yang berakibat pada sulitnya melakukan pengamatan.
Berikutnya, Erlenmeyer “A” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Hal ini bertujuan untuk mengkonstankan suhu larutan asam asetat. Langkah ini
dianggap perlu dilakukan karena suhu merupakan salah satu faktor yang bisa
berpengaruh terhadap laju suatu reaksi. Sehingga suhunya dijaga konstan agar
suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, karena jika reaksi berjalan terlalu cepat
maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk diamati.

b. Tahap kedua Larutan di Erlenmeyer B


Kemudian, 5 mL larutan etil asetat yang tak berwarna dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah diberi tanda “B”. Pengambilan etil asetat ini dilakukan
dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Memilih gelas ukur
yang digunakan untuk mengukur larutan. karena memiliki tingkat ketelitian 99%
dibandingkan jika diukur dengan menggunakan gelas kimia dengan tingkat
ketelitian 95%. Pipet tetes digunakan untuk mengurangi/ menambah jumlah zat
dalam jumlah kecil. Sedangkan gelas kimia digunakan utuk menuang larutan-
larutan dari botol penyimpanan sebelum diukur. Hal ini dilakukan agar tidak
semua bahan yang ada dalam botol ikut tercemar. Pengukuran ini harus tepat pada
ukuran yang diinginkan atau tepat membentuk meniscus. Cara membaca meniscus
harus tepat, dengan arah tegak lurus dengan mata praktikan.
Berikutnya, Erlenmeyer “B” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Setelah 15 menit, larutan B (di dalam erlenmeyer B) sudah siap untuk digunakan.
Pada perlakuan ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna dalam
erlenmeyer B.
Fungsi penggunaan bahan dan penggunaan alat yang digunakan dalam tahap
kedua yakni etil asetat berfungsi sebagai reaktan dalam reaksi ini. Reaktan adalah
zat yang akan bereaksi dan membentuk suatu produk. Etil asetat adalah pelarut
polar menengah yang volatile (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang

22 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
mengandung asam atau basa. Etil asetat juga dapat dihidrolisis pada keadaan asam
atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali.
Berikutnya, Erlenmeyer “B” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Hal ini bertujuan untuk mengkonstankan suhu larutan asam asetat. Langkah ini
dianggap perlu dilakukan karena suhu merupakan salah satu faktor yang bisa
berpengaruh terhadap laju suatu reaksi. Sehingga suhunya dijaga konstan agar
suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, karena jika reaksi berjalan terlalu cepat
maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk diamati.

c. Tahap 3 pembuatan campuran larutan A dan B (A + B)


Langkah pertama adalah mengambil 5 mL larutan B (di dalam Erlenmeyer
“B”) (tidak berwarna). Pengambilan etil asetat ini dilakukan dengan menggunakan
gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Setelah itu di tuangkan ke dalam
Erlenmeyer A (berisi larutan A) (tidak berwarna). Selanjutnya campuran (tidak
berwarna) diaduk agar homogen sambil dijalankan stopwatch tepat saat larutan B
dituang ke dalam Erlenmeyer “A”.
Fungsi penggunaan alat dari tahap tiga ini yakni gelas ukur digunakan
karena gelas ukur dipilih karena memiliki tingkat ketelitian 99% dibandingkan
jika diukur dengan menggunakan gelas kimia dengan tingkat ketelitian 95%. Pipet
tetes digunakan untuk mengurangi/ menambah jumlah zat dalam jumlah kecil.
Sedangkan gelas kimia digunakan utuk menuang larutan-larutan dari botol
penyimpanan sebelum diukur. Hal ini dilakukan agar tidak semua bahan yang ada
dalam botol ikut tercemar. Pengukuran ini harus tepat pada ukuran yang
diinginkan atau tepat membentuk meniscus. Cara membaca meniscus harus tepat,
dengan arah tegak lurus dengan mata praktikan.
Sedangkan Stopwatch ini berfungsi sebgai alat untuk mengetahui waktu,
karena waktu disini dijadikan sebagai variable bebas. Campuran ini akan diambil
pada waktu telah mencapai 10, 20, 30, 40, 50, 60 menit dan 1 hari. Penentuan
rentang waktu ini tidak boleh terlalu dekat agar hasilnya tidak saling mendekati
(terlalu dekat sehingga sulit dibedakan).

23 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
d. Tahap Titrasi
Setelah campuran larutan A + B yang ada di Erlenmeyer A (tidak berwarna)
telah melalui selang 5 menit, campuran segera diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet dan diukur dalam gelas kimia. Kemudian campuran
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C, yang telah berisi 50 mL aquades dingin
(tidak berwarna) dan kemudian ditambahkan dengan indikator PP sebanyak 2
tetes. Dari pencampuran ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak
berwarna.
Dengan demikian larutan siap untuk dititrasi. Akan tetapi sebelum titrasi,
alat untuk titrasi telah dirangkai dan siap untuk digunakan. Buret dipasang ke
klem yang telah terpasang ke statif. Posisikan skala buret menghadap ke
pengamat. Kemudian diturunkan dari meja praktikum untuk mengisi buret dengan
larutan standar NaOH 0,2 M yang digunakan untuk membilas buret dengan
dengan menggunakan corong. Kemudian larutan di keluarkan dengan membuka
kran dan dimasukkan ke gelas kimia. Setelah itu larutan NaOH dimasukkan ke
buret dengan menggunakan corong sampai diatas skala 0, dengan posisi kran
bawah tertutup. Usahakan tidak sampai ada gelembung udara dan diturunkan
larutan dalam buret sampai skala 0. Setelah tepat pada skala nol, larutan standar
NaOH dan serangkaian alat titrasi, percobaan dapat langsung dilanjutkan.
Rangkaian alat titrasi kurang lebih sebagai berikut :

NaOH

24 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Kemudian, larutan pada erlenmeyer C dititrasi dengan dengan menggunakan
larutan NaOH 0,2 M yang tak berwarna. Proeses titrasi yang dilakukan cara
meletakkan Erlenmeyer di bawah kran. Kemudian kran dibuka perlahan-lahan
sehingga larutan NaOH akan keluar tetes demi tetes. Saat ada tetesan NaOH yang
jatuh ke erlenmeyer, erlenmeyer digoyang.
Titrasi akan dihentikan sampai mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen
tercapai saat mol titran dan mol analit sama serta tepat bereaksi, namun titik
ekivalen tidak dapat diukur dalam percobaan ini sehingga yang dapat diukur
hanyalah titik akhir titrasi yaitu dimana terjadi perubahan warna larutan menjadi
pink. Setelah itu, dibaca angka pada buret saat akhir titrasi dan dicatat volume
NaOH yang diperlukan. Pembacaan skala yang berada tepat dibawah meniskus
larutan yang ada dala buret. Ketika mebaca skala, maka posisi mata harus tegak
lurus terhadap skala pada buret tersebut. Berikut ilustrasinya.

Setelah proses titrasi dilakukan, larutan


yang dihasilkan berupa larutan yang berwarna pink soft. Perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi pink soft menujukkan bahwa kelebihan asam (H +) yang
berada pada larutan campuran tersebut telah dinetralkan oleh ion OH - dari NaOH.
Hal ini menandakan bahwa indikator yang digunakan telah bereaksi dan
menunjukkan bahwa reaksi tersebut telah mencapai titik akhir. Pada titrasi
tersebut, titik ekivalen sangat sulit untuk dilihat disebabkan keterbatasan yang
dimiliki oleh pengamat. Oleh karena itu, titik akhir titrasi dapat disebut sebagai
Persamaan dari reaksi sebagai berikut ini :
CH3COOC2H5(aq)+ H2O (l) C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)

Dari reaksi diatas maka terlihat jika sebenarnya reaksi tersebut merupakan
reaksi kesetimbnagan yang dapat bergeser ke kanan maupun ke kiri. Akan tetapi
dalam percobaan ini diharapkan terjadi ke arah kanan atau pembentukan produk

25 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
(proses hidrolisis). Oleh karena tujuan ini maka ditambahakan katalis berupa asam
asetat. Tanpa katalis reaksi ini akan sangat sulit untuk terjadi. Asam sulfat tidak
dipilih karena dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi
kebalikan hidrolisis yakni esterifikasi ester. Reaksi ini tidak diharapkan untuk
terjadi.
Fungsi penambahan dari bahan dan perlakuan yang digunkan, diantaranya
adalah 50 mL air aquades dingin ini berfungsi untuk memperlambat reaksi
hidrolisis antara campuran larutan etil asetat, asam klorida dan NaOH.
Perlambatan ini bertujuan agar praktikan dapat mengamati reaksi yang terjadi,
karena jika reaksi berjalan terlalu cepat maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk
diamati.
Larutan NaOH dipilih karena memiliki sifat basa kuat yang mampu untuk
menetralkan sifat asam yang dimiliki oleh asam asetat. Goyangan Erlenmeneyer
pada saat titrasi ini berfungsi untuk membuat larutan homogen dan untuk
mengetahui apakah titik akhir telah tercapai. Pada penambahan indikator PP ini
berfungsi sebagai indikator penentu tercapainya titik akhir dari proses titrasi
dimana indikator ini akan bereaksi dengan excess (kelebihan) dari NaOH yang
ditandai dengan berubahnya warna latutan yang mulanya tak berwarna menjadi
berwarna pink soft. PP mampu mendeteksi tercapainya titik akhir dari larutan
tersebut. PP memiliki rentang pH antara 8,3 - 10. Dari hal ini, dapat dikatakan jika
pada rentang pH 8,3 – 10, larutan telah mencapai titik akhir, maka titik ekivaen
larutan telah tercapai sebelum rentang pH tersebut.
Percobaan ini dilanjutkan dengan memanipulasi waktu pengambilan
larutan etil asetat dengan asam asetat yaitu dengan rentang waktu 20, 30, 40, 50
dan 65 menit. Sehingga diperoleh data sebagai berikut

Waktu
V NaOH (mL)
menit sekon

5 300 8,8
Mol ekivalen
10 600 9
CH3COOH produk
yang 20 1200 9,1 dihasilkan
30 1800 9,2

50 3000 9,2
26 | Hidrolisis65Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah
3900 9,3 dan Asam Kuat
dalam hidrolisis dapat diperoleh dengan: molek NaOH = molek produk + molek
katalis, dengan cara memasukkan rumus: MNaOH x VNaOH = MCH3COOH x VCH3COOH+
MCH3COOC2H5 x VCH3COOC2H5.
Berdasarkan volume yang dihasilkan, menjelaskan bahwa semakin
bertambahnya waktu, semakin banyak volume NaOH, sehingga dapat
mempengaruhi suhu antara asam asetat dengan etil asetat. Hal ini dikarenakan
pada saat proses pencampuran suhunya semakin menurun karena terjadi
penambahan aquades dingin, sehingga reaksi hidrolisis berjalan dengan lambat
dan volume NaOH semakin banyak.
Untuk penentuan orde dengan metode non grafik (trial and error). Dimana
nilai a dan x yang didapat dari percobaan dimasukkan satu per satu kedalam
persamaan orde 1 sampai orde 2. Jika mendapatkan harga k yang konstan dari t =
0 sampai t = tak hingga maka itulah ordenya. Dalam perhitungan ini digunakan
tabel sebagai berikut. Berdasarkan hasil perhitungan orde 1 dengan metode
integral non grafik menggunakan persamaan :
k t=ln a−ln (a−x)
Untuk reaksi berorde 2 dengan metode integral non grafik menggunakan

1 1
persamaan k = −
(a−x) a

Dengan menggunakan langkah berikut maka dapat dicari orde reaksi baik
dengan metode grafik maupun non grafik. Dengan catatan metode tersebut
menggunakan persamaan integral. Hal ini karena data yang diketahui berupa
konsentrasi setiap saat etil asetat dan waktunya. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Dicari mmol etil asetat dan asam asetat katalis
mmol CH3COOC2H5 = M CH3COOC2H5 x V CH3COOC2H5
mmol CH3COOH (Katalis) = M CH3COOH x V CH3COOH
2. Dicari mmol etil asetat yang bereaksi dengan sisitem M,R dan S kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan berikut (untuk setiap t-nya):
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+ produk
mmol H+ produk = mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (x)

27 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
dari rumus ini akan didapatkan konsentrasi etil asetat yang bereaksi (x).
3. Kemudian dicari konsentrasi etil asetat sisa pada tiap waktu , dengan
persamaan sebagai berikut :
mmol [CH3COOC3H5] – mmol H+ produk
4. Akhirnya diperoleh hasil sebagai berikut:
t V a x a-x ln a 1/a
ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol)
300 8,8 1 -0,04 1,04 0 1 0,03922071 0,96153846
600 9 1 0 1 0 1 0 1
120 1 0,02 1
9,1 0,98 -0,02020271 1,02040816
0 0
180 1 0,04 1
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0 0
300 1 0,04 1
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0 0
390 1 0,06 1
9,3 0,94 -0,0618754 1,06382979
0 0

Diperoleh harga k dari reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam
lemah adalah:

Orde 1 Orde 2
k1 -0,00013 -0,00013
k2 0 0
-5
k3 1,68 x 10 1,7 x 10-5
k4 2,27 x 10-5 2,31 x 10-5
k5 1,36 x 10-5 1,39 x 10-5
Berdasarkan k6 1,59 x 10 -5
1,64 x 10-5 perhitungan
dengan metode grafik untuk orde 1
diperoleh grafik.
t a x a-x
V NaOH ln(a-x) 1/(a-x)
(s) (mmol) (mmol) (mmol)
300 8,8 1 -0,04 1,04 0,03922071 0,96153846
600 9 1 0 1 0 1
120 1 0,02
9,1 0,98 -0,02020271 1,02040816
0
180 1 0,04
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0
300 1 0,04
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0
390 1 0,06
9,3 0,94 -0,0618754 1,06382979
0

28 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
0
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.01

-0.02

f(x) = − 0 x − 0.01
-0.03 R² = 0.83
ln (a-x)

-0.04
Linear ()

-0.05

-0.06

-0.07
waktu

Berdasarkan perhitungan dengan metode grafik untuk orde 2


diperoleh grafik

29 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
1.07

1.06
f(x) = 0 x + 1.01
R² = 0.83
1.05

1.04
1/(a-x)
1.03

1.02 Linear ()

1.01

0.99
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
waktu

Dari data diatas, menunjukkan bahwa hidrolisis etil asetat


dalam suasana asam lemah, mempunyai orde 2, karena nilai k yang
diperoleh mempunyai rentang yang tidak jauh berbeda atau hampir
konstan. Kemudian dibuktikan lagi melalui metode grafik dan
menunjukkan regresi linier yang tepat pada orde 2.
Melalui perhitungan dan grafik yang didapatkan dari
percobaan satu maupun dua menghasilkan nilai yang negatif, dan nilai k
yang berbeda-beda. Hal ini tidak dengan sesuai teori yang mengatakan
bahwa untuk hidrolisis etil asetat adalah orde 2. Nilai k yang berbeda-
beda ini dikarenakan saat perhitungan (a-x)>1, yang seharusnya (a-x) <
1. Selain itu semua volume NaOH yang digunakan pada percobaan

30 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
dibawah 12,5. Sehingga tidak sesuai dengan volume NaOH yang telah
diperhitungkan secara teori yakni 12,5 mL – 17,5 mL (perhitungan
terlampir). Faktor-faktor tersebutnyang dapat menyebabkan hidrolisis
etil asetat dengan suasana asam lemah tidak dapat ditentukan orde
reaksinya.

2. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat


Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
yang akan dibutuhkan. Persiapan ini dilakukan untuk mempermudah dan
mempersingkat waktu percobaan. Alat yang disiapkan antara lain pipet tetes, statif
dan klem, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia dan stopwatch. Memilih gelas ukur
yang digunakan untuk mengukur larutan. karena memiliki tingkat ketelitian 99%
dibandingkan jika diukur dengan menggunakan gelas kimia dengan tingkat
ketelitian 95%. Pipet tetes digunakan untuk mengurangi/ menambah jumlah zat
dalam jumlah kecil. Sedangkan gelas kimia digunakan utuk menuang larutan-
larutan dari botol penyimpanan sebelum diukur. Hal ini dilakukan agar tidak
semua bahan yang ada dalam botol ikut tercemar. Pengukuran ini harus tepat pada
ukuran yang diinginkan atau tepat membentuk meniscus. Cara membaca meniscus
harus tepat, dengan arah tegak lurus dengan mata praktikan.
Alat-alat ini dipastikan berfungsi semuanya, agar tidak menggangu jalannya
percobaan. Selain itu dipastikan bahwa alat-alat yang akan digunakan telah bersih
semua. Jika belum, cuci dengan sabun, dan bilas alat dengan aquades. Hal ini
dilakukan agar tidak ada bahan pengotor yang ikut dalam percobaan, yang dapat
mempengaruhi hasil akhir. Setelah dicuci, alat-alat di keringkan dan dipastikan
benar-benar kering dan siap untuk digunakan.
a. Tahap pertama pembuatan larutan di Erlenmeyer A
Pada tahap pertama, percobaan ini diawali dengan memasukkan 50 mL
asam asetat (HCl) 0,5 M yang berupa larutan tak berwarna kedalam erlenmeyer
yang diberi tanda “A”. Pengambilan ini dilakukan dengan menggunakan gelas
ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Setelah itu, menambahkan 45 mL aquades (tidak
berwarna) kedalam erlenmeyer A, yang diambil dengan proses yang sama ketika
pengambilan asam asetat. Berikutnya, Erlenmeyer “A” diletakkan pada suhu

31 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
ruang selama 15 menit. Setelah 15 menit, larutan A (di dalam erlenmeyer A)
sudah siap untuk digunakan. Pada perlakuan ini, dihasilkan suatu larutan
campuran yang tak berwarna dalam erlenmeyer A. Hal ini sesuai dengan
persamaan reaksi berikut ini :
HCl (aq) + H2O (l)  HCl (aq)
Fungsi penambahan bahan dan penggunaan alat yang diguanakan dalam
tahap pertama yakni asam klorida berfungsi sebagai katalis. Hal ini merupakan
proses yang melibatkan salah satu katalis, yakni suasana asamnya. Tanpa katalis
ini reaksi akan sulit untuk berjalan. Katalis bekerja dengan mencari mekanisme
lain yang memiliki energi aktivasi lebih rendah. Asam klorida adalah asam kuat
yang memiliki struktur sebagai berikut :
H Cl

Penambahan aquades disini berfungsi sebagai pengencer dari larutan asam


asetat. Pengenceran dianggap perlu karena untuk keefisienan dari bahan. Dengan
pengenceran maka bahan yang akan digunakan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan tanpa proses pengencran. Selain itu, pengenceran berfungsi agar hasil
reaksi dapat diidentifikasi oleh mata praktikan. Jika menggunakan larutan pekat,
maka reaksi akan berjalan sangat cepat yang berakibat pada sulitnya melakukan
pengamatan.
Berikutnya, Erlenmeyer “A” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Hal ini bertujuan untuk mengkonstankan suhu larutan asam asetat. Langkah ini
dianggap perlu dilakukan karena suhu merupakan salah satu faktor yang bisa
berpengaruh terhadap laju suatu reaksi. Sehingga suhunya dijaga konstan agar
suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, karena jika reaksi berjalan terlalu cepat
maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk diamati.

b. Tahap kedua Larutan di Erlenmeyer B


Kemudian, 5 mL larutan etil asetat yang tak berwarna dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah diberi tanda “B”. Pengambilan etil asetat ini dilakukan
dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Berikutnya,

32 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Erlenmeyer “B” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit. Setelah 15 menit,
larutan B (di dalam erlenmeyer B) sudah siap untuk digunakan. Pada perlakuan
ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang tak berwarna dalam erlenmeyer B.
Fungsi penambahan bahan dan penggunaan alat yang diguanakan dalam
tahap kedua yakni etil asetat berfungsi sebagai reaktan dalam reaksi ini. Reaktan
adalah zat yang akan bereaksi dan membentuk suatu produk. Etil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatile (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung asam atau basa. Etil asetat juga dapat dihidrolisis pada keadaan asam
atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali.
Memilih gelas ukur yang digunakan untuk mengukur larutan. karena
memiliki tingkat ketelitian 99% dibandingkan jika diukur dengan menggunakan
gelas kimia dengan tingkat ketelitian 95%. Pipet tetes digunakan untuk
mengurangi/ menambah jumlah zat dalam jumlah kecil. Sedangkan gelas kimia
digunakan utuk menuang larutan-larutan dari botol penyimpanan sebelum diukur.
Hal ini dilakukan agar tidak semua bahan yang ada dalam botol ikut tercemar.
Pengukuran ini harus tepat pada ukuran yang diinginkan atau tepat membentuk
meniscus. Cara membaca meniscus harus tepat, dengan arah tegak lurus dengan
mata praktikan.
Berikutnya, Erlenmeyer “B” diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Hal ini bertujuan untuk mengkonstankan suhu larutan asam asetat. Langkah ini
dianggap perlu dilakukan karena suhu merupakan salah satu faktor yang bisa
berpengaruh terhadap laju suatu reaksi. Sehingga suhunya dijaga konstan agar
suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, karena jika reaksi berjalan terlalu cepat
maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk diamati.

c. Tahap 3 pembuatan campuran larutan A dan B (A + B)


Langkah pertama adalah mengambil 5 mL larutan B (di dalam Erlenmeyer
“B”) (tidak berwarna). Pengambilan etil asetat ini dilakukan dengan menggunakan
gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Setelah itu di tuangkan ke dalam

33 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Erlenmeyer A (berisi larutan A) (tidak berwarna). Selanjutnya campuran (tidak
berwarna) diaduk agar homogen sambil dijalankan stopwatch tepat saat larutan B
dituang ke dalam Erlenmeyer “A”.
Fungsi penggunaan alat dari tahap tiga ini yakni gelas ukur digunakan
karena gelas ukur dipilih karena memiliki tingkat ketelitian 99% dibandingkan
jika diukur dengan menggunakan gelas kimia dengan tingkat ketelitian 95%. Pipet
tetes digunakan untuk mengurangi/ menambah jumlah zat dalam jumlah kecil.
Sedangkan gelas kimia digunakan utuk menuang larutan-larutan dari botol
penyimpanan sebelum diukur. Hal ini dilakukan agar tidak semua bahan yang ada
dalam botol ikut tercemar. Pengukuran ini harus tepat pada ukuran yang
diinginkan atau tepat membentuk meniscus. Cara membaca meniscus harus tepat,
dengan arah tegak lurus dengan mata praktikan.
Sedangkan Stopwatch ini berfungsi sebgai alat untuk mengetahui waktu,
karena waktu disini dijadikan sebagai variable bebas. Campuran ini akan diambil
pada waktu telah mencapai 10, 20, 30, 40, 50, 65 menit dan 1 hari. Penentuan
rentang waktu ini tidak boleh terlalu dekat agar hasilnya tidak saling mendekati
(terlalu dekat sehingga sulit dibedakan).
d. Tahap Titrasi
Setelah campuran larutan A + B yang ada di Erlenmeyer A (tidak berwarna)
telah melalui selang 5 menit, campuran segera diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet dan diukur dalam gelas kimia. Kemudian campuran
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C, yang telah berisi 50 mL aquades dingin
(tidak berwarna). Dari pencampuran ini, dihasilkan suatu larutan campuran yang
tak berwarna.
Dengan demikian larutan siap untuk dititrasi. Akan tetapi sebelum titrasi,
alat untuk titrasi telah dirangkai dan siap untuk digunakan. Buret dipasang ke
klem yang telah terpasang ke statif. Posisikan skala buret menghadap ke
pengamat. Kemudian diturunkan dari meja praktikum untuk mengisi buret dengan
larutan standar NaOH 0,2 M yang digunakan untuk membilas buret dengan
dengan menggunakan corong. Kemudian larutan di keluarkan dengan membuka
kran dan dimasukkan ke gelas kimia. Setelah itu larutan NaOH dimasukkan ke
buret dengan menggunakan corong sampai diatas skala 0, dengan posisi kran

34 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
bawah tertutup. Usahakan tidak sampai ada gelembung udara dan diturunkan
larutan dalam buret sampai skala 0. Setelah tepat pada skala nol, larutan standar
NaOH dan serangkaian alat titrasi, percobaan dapat langsung dilanjutkan.
Rangkaian alat titrasi kurang lebih sebagai berikut :

NaOH

Setelah itu, larutan pada erlenmeyer C ditambah


dengan 2 tetes larutan indikator PP. Kemudian, larutan pada erlenmeyer C dititrasi
dengan dengan menggunakan larutan NaOH 0,2 M yang tak berwarna. Proeses
titrasi yang dilakukan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah kran. Kemudian kran
dibuka perlahan-lahan sehingga larutan NaOH akan keluar tetes demi tetes. Saat
ada tetesan NaOH yang jatuh ke erlenmeyer, erlenmeyer digoyang.
Titrasi akan dihentikan sampai mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen
tercapai saat mol titran dan mol analit sama serta tepat bereaksi, namun titik
ekivalen tidak dapat diukur dalam percobaan ini sehingga yang dapat diukur
hanyalah titik akhir titrasi yaitu dimana terjadi perubahan warna larutan menjadi
pink. Setelah itu, dibaca angka pada buret saat akhir titrasi dan dicatat volume
NaOH yang diperlukan. Pembacaan skala yang berada tepat dibawah meniskus
larutan yang ada dala buret. Ketika mebaca skala, maka posisi mata harus tegak
lurus terhadap skala pada buret tersebut. Berikut ilustrasinya.

35 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Setelah proses titrasi dilakukan, larutan yang dihasilkan berupa larutan
yang berwarna pink soft. Perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink soft
menujukkan bahwa kelebihan asam (H+) yang berada pada larutan campuran
tersebut telah dinetralkan oleh ion OH- dari NaOH. Hal ini menandakan bahwa
indikator yang digunakan telah bereaksi dan menunjukkan bahwa reaksi tersebut
telah mencapai titik akhir. Pada titrasi tersebut, titik ekivalen sangat sulit untuk
dilihat disebabkan keterbatasan yang dimiliki oleh pengamat. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi dapat disebut sebagai titik ekivalen.
Persamaan dari reaksi sebagai berikut ini :
CH3COOC2H5(aq)+ H2O (l) C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)

Dari reaksi diatas maka terlihat jika sebenarnya reaksi tersebut merupakan
reaksi kesetimbnagan yang dapat bergeser ke kanan maupun ke kiri. Akan tetapi
dalam percobaan ini diharapkan terjadi ke arah kanan atau pembentukan produk
(proses hidrolisis). Oleh karena tujuan ini maka ditambahakan katalis berupa asam
asetat. Tanpa katalis reaksi ini akan sangat sulit untuk terjadi. Asam sulfat tidak
dipilih karena dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi
kebalikan hidrolisis yakni esterifikasi ester. Reaksi ini tidak diharapkan untuk
terjadi.
Fungsi penambahan dari bahan dan perlakuan yang digunkan, diantaranya
adalah 50 mL air aquades dingin ini berfungsi untuk memperlambat reaksi
hidrolisis antara campuran larutan etil asetat, asam asetat dan NaOH. Perlambatan
ini bertujuan agar praktikan dapat mengamati reaksi yang terjadi, karena jika
reaksi berjalan terlalu cepat maka reaksi yang terjadi akan sulit untuk diamati.
Setelah alat tersebut terpasang, maka diturunkan dari meja praktikum
untuk mengisi buret dengan larutan standar NaOH 0,2 M. Hal tersebut dilakukan
untuk meminimalisir kecelakaan saat pengisian larutan pada buret.
Pengisian ini dilakukan hingga larutan NaOH dengan menurunkan
rangkaian alat titrasi dari meja praktikum untuk untuk meminimalisir kecelakaan

36 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
saat pengisian larutan pada buret. Selain itu pengisian yang melebihi batas skala
yang paling atas. Hal ini dilakukan agar diperoleh meniskus yang tepat skala atas
tersebut. Meniskus yang tepat skala tersebut diperoleh dengan mengeluarkan
larutan NaOH yang melebihi skala dengan memutar kran buret hingga meniskus
bawah larutan tepat pada skala 0.
Larutan NaOH dipilih karena memiliki sifat basa kuat yang mampu untuk
menetralkan sifat asam yang dimiliki oleh asam klorida. Goyangan Erlenmeneyer
pada saat titrasi ini berfungsi untuk membuat larutan homogen dan untuk
mengetahui apakah titik akhir telah tercapai. Pada penambahan indikator PP ini
berfungsi sebagai indikator penentu tercapainya titik akhir dari proses titrasi
dimana indikator ini akan bereaksi dengan excess (kelebihan) dari NaOH yang
ditandai dengan berubahnya warna latutan yang mulanya tak berwarna menjadi
berwarna pink soft. PP mampu mendeteksi tercapainya titik akhir dari larutan
tersebut. PP memiliki rentang pH antara 8,3 - 10. Dari hal ini, dapat dikatakan jika
pada rentang pH 8,3 – 10, larutan telah mencapai titik akhir, maka titik ekivaen
larutan telah tercapai sebelum rentang pH tersebut.
Percobaan ini dilanjutkan dengan memanipulasi waktu pengambilan
larutan etil asetat dengan asam asetat yaitu dengan rentang waktu 20, 30, 40, 50
dan 65 menit. Sehingga diperoleh data sebagai berikut
Waktu V
Menit sekon NaOH (mL)

5 300 10,4

10 600 10,6

20 1200 10,7

30 1800 10,8

50 3000 11,0

65 3900 11,1
Dengan
menggunkan langkah berikut maka dapat dicari orde reaksi baik dengan metode
grafik maupun non grafik. Dengan catatan metode tersebut menggunakan

37 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
persamaan integral. Hal ini karena data yang diketahui berupa konsentrasi setiap
saat etil asetat dan waktunya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Dicari mmol etil asetat dan asam asetat katalis
mmol CH3COOC2H5 = M CH3COOC2H5 x V CH3COOC2H5
mmol HCl (Katalis) = M HCl x V HCl
2. Dicari mmol etil asetat yang bereaksi dengan sisitem M,R dan S
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan berikut (untuk setiap t-nya):
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+ produk
mmol H+ produk = mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (x)
dari rumus ini akan didapatkan konsentrasi etil asetat yang bereaksi (x).
3. Kemudian dicari konsentrasi etil asetat sisa pada tiap waktu ,
dengan persamaan sebagai berikut :
mmol [CH3COOC3H5] – mmol H+ produk
4. Akhirnya diperoleh hasil sebagai berikut:
t V a x a-x
ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol)
300 10,4 1 0,28 0,72 -0,32850407 -3,04410234
600 10,6 1 0,32 0,68 -0,38566248 -2,59294085
120 1 0,34
10,7 0,66 -0,41551544 -2,40664941
0
180 1 0,36
10,8 0,64 -0,4462871 -2,24071006
0
300 1 0,4
11 0,6 -0,51082562 -1,95761519
0
390 1 0,42
11,1 0,58 -0,54472718 -1,83578137
0

5. Untuk metode non grafik, orde reaksi dicari dengan mecari nilai k
dari masing-masing nilai t. Setelah itu dibandingkan jika harga k saling mendekati
maka dapat dikatakan jika reaski tersebut merupakan orde dengan persamaan
tersebut. Karena tidak diketahui ordenya maka kita harus mengasumsikan terlebih
dahulu jika reaksi tersebut merupakan orde 1, selanjutnya dihitung juga orde 2-
nya. Kemudian dibandingkan yang mana yang harga k-nya lebih saling
mendekati. Jika mendapatkan harga k yang konstan dari t = 0 sampai t = tak
hingga, maka itulah ordenya.

38 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Berdasarkan hasil perhitungan orde 1 dengan metode integral non grafik
menggunakan persamaan :

Untuk Penentuan orde 2 dengan menggunakan metode integral non grafik


menggunkan persamaan:

Diperoleh harga k dari reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat
adalah:
Orde 1 Orde 2
k1 -0,00013 -0,00013
k2 0 0
k3 1,68 x 10-5 1,7 x 10-5
k4 2,27 x 10-5 2,31 x 10-5
-5
k5 1,36 x 10 1,39 x 10-5
k6 1,59 x 10-5 1,64 x 10-5

Berdasarkan perhitungan dengan metode grafik untuk orde 1 diperoleh


grafik.
t V a x a-x
ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol)
300 10,4 1 0,28 0,72 -0,32850407 -3,04410234
600 10,6 1 0,32 0,68 -0,38566248 -2,59294085
120 1 0,34
10,7 0,66 -0,41551544 -2,40664941
0
180 1 0,36
10,8 0,64 -0,4462871 -2,24071006
0
300 1 0,4
11 0,6 -0,51082562 -1,95761519
0
390 1 0,42
11,1 0,58 -0,54472718 -1,83578137
0
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

-0.1

-0.2
ln(a-x)

-0.3

Linear ()
f(x) = − 0 x − 0.34
-0.4 R² = 0.96

-0.5

39 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
-0.6
waktu
Dan berdasarkan perhitungan dengan metode grafik untuk orde 2 diperoleh
grafik sebagai berikut :
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.5

-1

-1.5
1/(a-x)

f(x) = 0 x − 2.88
-2 R² = 0.88 Linear ()

-2.5

-3

-3.5
waktu

Dari data diatas, menunjukkan bahwa hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam kuat, mempunyai orde 1 karena dilihat dari nilai regresi lebih besar pada
reaksi orde 1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam percobaan hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah dan dalam percobaan hidrolisis etil asetat dalam
suasana asam kuat didapatkan volume NaOH yang berbeda. Volume NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi pada asam kuat lebih banyak daripada volume NaOH
yang dibutuhkan untuk titrasi pada asam lemah.
Dari hasil titrasi diatas, diperoleh baahwa volume NaOH yang dibutuhkan
ketika katalisnya asam lemah adalah lebih sedikit dari pada katalisnya asam kuat.
Hal ini karena, pada asam kuat larutan NaOH tidak langsung menetralisir asam
asetat produk, tetapi harus menetralisir asam klorida terlebih dahulu. Dengan
demikian volume NaOH yang akan diperlukan jauh lebih banyak.
Melalui perhitungan dan grafik yang didapatkan dari percobaan satu
maupun dua menghasilkan nilai yang negatif, dan nilai k yang berbeda-beda. Hal
ini tidak dengan sesuai teori yang mengatakan bahwa untuk hidrolisis etil asetat
adalah orde 2. Nilai k yang berbeda-beda ini dikarenakan saat perhitungan (a-

40 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
x)>1, yang seharusnya (a-x) < 1. Selain itu semua volume NaOH yang digunakan
pada percobaan dibawah 12,5. Sehingga tidak sesuai dengan volume NaOH yang
telah diperhitungkan secara teori yakni 12,5 mL – 17,5 mL (perhitungan
terlampir). Faktor-faktor tersebutnyang dapat menyebabkan hidrolisis etil asetat
dengan suasana asam lemah tidak dapat ditentukan orde reaksinya.

DISKUSI
Dari data yang dihasilkan dari percobaan, didapatkan yang negatif, dan nilai
k yang berbeda-beda. Hal ini tidak dengan sesuai teori yang mengatakan bahwa
untuk hidrolisis etil asetat adalah orde 2. Nilai k yang berbeda-beda ini
dikarenakan saat perhitungan (a-x)>1, yang seharusnya (a-x)<1. Selain itu semua
volume NaOH yang digunakan pada percobaan dibawah 12,5. Sehingga tidak
sesuai dengan volume NaOH yang telah diperhitungkan secara teori yakni 12,5
mL – 17,5 mL (perhitungan terlampir). Faktor lain juga dapat mempengaruhi hasil
tersebut, diantaranya dikarenakan jumlah volume yang diambil kurang tepat, suhu
pada saat diidnginkan dari masing Erlenmeyer tidak sama, suhu aquades yang
kurang dingin yang dapat menyebabkan reaksi berjalan cepat sehingga kurangnya
dalam pengamatan, dan juga dapat dikarenakan oleh praktikan yang kurang teliti
dalam melakukan percobaan. Faktor-faktor tersebut dimungkinkan yang dapat
menyebabkan hidrolisis etil asetat dengan suasana asam lemah tidak dapat
ditentukan orde reaksinya.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang kami peroleh, yaitu :
1. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi pada asam kuat lebih
banyak daripada volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi pada
asam lemah.
2. Dapat ditentukan orde reaksi dari hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam lemah reaksi berorde 2 dan tidak dapat ditentukan orde reaksi
pada suasana asam kuat.

41 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
DAFTAR PUSTAKA

Atkins,P.W. 1986. Physical Chemistry Edition 8th . England : Oxford


University.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.

Keenan, C.W. 1999. Kimia Untuk universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Suyono dan Bertha Yonata. 2016. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.
Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press.

Tjahyani, Siti, dkk. 2000. Kimia Fisika 3. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mengetahui, Surabaya, 12 November 2017

Dosen/ Asistem Pembimbing Praktikan,

(..................................) (..................................)

42 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
JAWABAN PERTANYAAN
Soal :
Jika dilihat dari hasil percobaan apa yang membedakan antara percobaan 3A dan
percobaan 3B? Berikan penjelasan dan kaitkan dengan kajian pustaka anda!
Jawab :
Dari hasil percobaan 5A dan 5B dapat dilihat bahwa yang membedakan
antara hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan asam kuat adalah
volume NaOH yang dibutuhkan dalam suasana asam lemah lebih sedikit daripada
volume NaOH yang dibutuhkan dalam suasana asam kuat. Hal ini sesuai dengan
kajian pustaka yang telah didapat, dimana volume yang dibutuhkan untuk
menitrasi dalam suasana asam kuat lebih banyak dikarenakan dalam suasana asam
kuat, H+ yang dikeluarkan lebih banyak daripada H+ dalam suasana asam lemah
sehingga untuk menetralkannnya dibutuhkan volume NaOH yang lebih banyak
dalam suasana asam kuat.

43 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
LAMPIRAN

A. Lampiran Foto

No. Alur Kerja Gambar Keterangan


1. Disiapkan alat-alat 1. Erlenmeyer
2. Stopwatch
praktikum sebelum
3. Gelas ukur
melakukan 50 mL
4. Gelas ukur
percobaan
10 mL
5. Gelas kimia
400 mL
6. Pipet tetes
7. Buret
8. Statif dan
klem

2. Disiapkan bahan- 1. Asam asetat


bahan sebelum 0.5 M
melakukan 2. Larutan
percobaan NaOH 0.2 M
3. Aquades
dingin
4. Aquades
5.
Indikator pp
5. Etil asetat 2
M
6. Asam
klorida 0.5 M

44 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
3. Memasukkan asam Larutan
asetat dan kemudian menjadi tidak
ditambah dengan berwarna
aquades (pada asam
lemah)

4. Membuat Larutan
erlenmeyer B menjadi tidak
berisikan setil asetat berwarna
dan didiamkan
kemudian
dicampurkan

5. Memberikan Larutan tidak


indikator pp berwarna
memudahkan saat
pengamatan

45 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
5. Menitrasi dengan Hasil titrasi
NaOH setelah larutan
ditambahkan berwarna soft
aquades dingin pink
dengan selang waktu
yang ditentukan

6. Memasukkan asam Larutan tidak


HCl dan kemudian berwarna
ditambah dengan
aquades (pada asam
kuat)

7. Membuat Larutan tidak


erlenmeyer B berwarna
berisikan setil asetat
dan didiamkan
kemudian
dicampurkan

46 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
8. Memberikan Larutan tidak
indikator pp berwarna
memudahkan saat
pengamatan

5. Menitrasi dengan Hasil titrasi


NaOH setelah larutan
ditambahkan berwarna soft
aquades dingin pink
dengan selang waktu
yang ditentukan

47 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
B. Lampiran Perhitungan
1. Perhitungan Range Volume NaOH
Diketahui :
H+
CH3COOC2H5 + H2O C2H5OH + CH3COOH

5 mL 45 mL 50 mL

1 : 9 : 10

Blanko asam asetat :

VNaOH x MNaOH = V CH3COOH x M CH3COOH

8,9 x 0,2 = 5 x M CH3COOH

M CH3COOH = 0,356 M

= 0,36 M

[CH3COO C2H5] =2M

[NaOH] = 0,2 M

[CH3COOH] = 0,36M

V CH3COOH = 50 mL

V CH3COOC2H5 = 5 mL

Ditanya : tentukan Range volume NaOH yang dibutuhkan ?

Jawab:
H+
CH3COOC2H5 + H2O C2H5OH + CH3COOH

5 mL 45 mL 50 mL

1 : 9 : 10

½ : 4,5 : 5

 mmol CH3COOC2H5 = [CH3COOC2H5] x V CH3COOC2H5


= 2 M x ½ mL
= 1 mmol

48 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
 mmol CH3COOH (katalis) = [CH3COOH] x V CH3COOH
= 0,36 M x 5 mL
= 1,8 mmol
 Produk
mmol CH3COOH = M NaOH x V NaOH
1 mmol = 0,2 M x V NaOH
1mmol
V NaOH = = 5 mL
0,2 M
 Saat t = 0
[ CH 3COOH ] x V CH 3 COOH
V NaOH =
[ NaOH ]
0,36 M x 5 mL
=
0,2 M
= 9 mL
 Saat t = ∞
V NaOH = ek H+ + ek H+ katalis

= V NaOH produk + V NaOH katalis

= 5 mL + 9 mL

= 14 mL

2. Perhitungan Konsentrasi Akhir Asam Lemah


Diketahui :

[CH3COO C2H5] = 0,5M

[NaOH] = 0,2 M

[CH3COOH] = 0,36 M

V CH3COOH = 50 mL

V CH3COOC2H5 = 5 mL

V NaOH yang digunakan:

 5 menit = 8,8 mL
 10 menit = 9 mL
 20 menit = 9,1 mL
 30 menit = 9,2 mL
 50 menit = 9,2 mL

49 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
 65 menit = 9,3 mL
Ditanya : Konsentrasi akhir dan Orde reaksi ..... ?

Dijawab :

1. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 5 menit


dengan volume NaOH 11,6 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = ( 8,8 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 1,76 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = -0,04

2. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 10


menit dengan volume NaOH 11,7 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (9 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36 M)
mmol mmol H+ produk = 1,8 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0 mmol

3. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 20


menit dengan volume NaOH 11,6 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = ( 9,1 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 1,82 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,02 mmol

4. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 30


menit dengan volume NaOH 11,5 mL

50 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (9,2 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 1,84 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,04 mmol

5. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 50


menit dengan volume NaOH 11,5 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (9,2mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 1,84 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,04 mmol

6. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 65


menit dengan volume NaOH 11,4 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (9,3mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 1,86 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,06 mmol

t V a x a-x ln a 1/a
ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol)
300 8,8 1 -0,04 1,04 0 1 0,03922071 0,96153846
600 9 1 0 1 0 1 0 1
120 1 0,02 1
9,1 0,98 -0,02020271 1,02040816
0 0
180 1 0,04 1
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0 0
300 1 0,04 1
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0 0
390 9,3 1 0,06 0,94 0 1 -0,0618754 1,06382979

51 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
0

Orde 1 Orde 2
1 1
k=
( lna - ln(a-x))
t
( -
k = (a-x) a )
t

(0−0,03922071) 0,96153846−1
k1 = =¿ -0,00013 k1 = =
300 300
-0,00013

(0−0) 1−1
k2 = =¿ 0 k2 = =0
600 600

(0−(−0,02020271)) 1,02040816−1
k3 = =¿ 1,68 x 10-5 k3 =
1200 1200
= 1,7 x 10 -5

(0−(−0,04082199)) 1,04166667−1
k4 = =¿ 2,27 x 10-5 k4 =
1800 1800
= 2,31 x 10-5
(0−(−0,04082199)) 1,04166667−1
k5 = =¿ 1,36 x 10-5 k5 =
3000 3000
= 1,39 x 10-5
(0−(−0,0618754)) 1,06382979−1
k6 = = 1,59 x 10-5 k6 =
3900 3900
= 1,64 x 10-5

Orde 1 Orde 2
k1 -0,00013 -0,00013
k2 0 0
k3 1,68 x 10-5 1,7 x 10-5
k4 2,27 x 10-5 2,31 x 10-5
-5
k5 1,36 x 10 1,39 x 10-5
k6 1,59 x 10-5 1,64 x 10-5

3. Perhitungan Konsentrasi Akhir Asam Kuat


Diketahui :

[CH3COO C2H5] = 0,5M

52 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
[NaOH] = 0,2 M

[HCl] = 0,5 M

V HCl = 50 mL

V CH3COOC2H5 = 5 mL

V NaOH yang digunakan:

 5 menit = 10,4mL
 10 menit = 10,6 mL
 20 menit = 10,7 mL
 30 menit = 10,8mL
 50 menit = 11 mL
 65 menit = 11,1 mL
Ditanya : Konsentrasi akhir dan Orde reaksi ..... ?

Dijawab :

1. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 5 menit


dengan volume NaOH 11,6 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = ( 10,4 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,08 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,28 mmol

2. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 10


menit dengan volume NaOH 11,7 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = ( 10,6 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,12 mmol – 1,8 mmol

53 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
mmol mmol H+ produk = 0,32 mmol

3. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 20


menit dengan volume NaOH 11,9 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (10,7mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,14 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,34 mmol

4. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 30


menit dengan volume NaOH 12 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = ( 10,8 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,16 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,36 mmol

5. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 50


menit dengan volume NaOH 12,3 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (11 mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,2 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,4 mmol

6. mmol CH3COOC2H5 yang bereaksi (X) bereaksi (x) pada t = 65


menit dengan volume NaOH 12,5 mL
mmol NaOH titrasi = mmol H+ katalis + mmol H+
produk

54 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
mmol mmol H+ produk = mmol NaOH titrasi – mmol H+
katalis
mmol mmol H+ produk = (11,1mL x 0.2 M) – ( 5 mL x 0.36
M)
mmol mmol H+ produk = 2,22 mmol – 1,8 mmol
mmol mmol H+ produk = 0,42 mmol

t V a x a-x ln
1/a ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol) a
300 10,4 1 0,28 0,72 0 1 -0,32850407 -3,04410234
600 10,6 1 0,32 0,68 0 1 -0,38566248 -2,59294085
1200 10,7 1 0,34 0,66 0 1 -0,41551544 -2,40664941
1800 10,8 1 0,36 0,64 0 1 -0,4462871 -2,24071006
3000 11 1 0,4 0,6 0 1 -0,51082562 -1,95761519
3900 11,1 1 0,42 0,58 0 1 -0,54472718 -1,83578137

Orde 1 Orde 2
1 1
k=
( lna - ln(a-x))
t
( -
k = (a-x) a )
t
(0−(−0,32850407))
k1 = = 0,001095 k1=
300
(−3,04410234−1)
= -3,04744
300
(0−(−0,38566248))
k2 = = 0,000643 k2 =
600
(−2,59294085−1)
= -2,59461
600
(0−(−0,41551544))
k3 = = 0,000346 k3 =
1200
(−2,40664941−1)
= -2,40748
1200
(0−(−0,4462871))
k4 = = 0,000248 k4 =
1800
(−2,24071006−1)
= -2,24127
1800
(0−(−0,51082562))
k5 = = 0,00017 k5 =
3000
(−1,95761519−1)
= -1,95795
3000

55 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
(0−(−0,54472718))
k6 = = 0,00014 k6 =
3900
(−1,83578137−1)
= -1,83604
3900

Orde 1 Orde 2
k1 0,001095 -3,04744
k2 0,000643 -2,59461
k3 0,000346 -2,40748
k4 0,000248 -2,24127
k5 0,00017 -1,95795
k6 0,00014 -1,83604

 Metode Grafik
Asam Lemah

t a x a-x
V NaOH ln(a-x) 1/(a-x)
(s) (mmol) (mmol) (mmol)
300 8,8 1 -0,04 1,04 0,03922071 0,96153846
600 9 1 0 1 0 1
120 1 0,02
9,1 0,98 -0,02020271 1,02040816
0
180 1 0,04
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0
300 1 0,04
9,2 0,96 -0,04082199 1,04166667
0
390 1 0,06
9,3 0,94 -0,0618754 1,06382979
0

0
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.01

-0.02

-0.03 f(x) = − 0 x − 0.01


ln (a-x)

R² = 0.83
-0.04
Linear ()
-0.05

-0.06

-0.07
waktu

56 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Grafik Orde 1
1.07
1.06
f(x) = 0 x + 1.01
1.05 R² = 0.83

1.04
1/(a-x)

1.03
1.02
Linear ()
1.01
1
0.99
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
waktu

Grafik Orde 2

Asam Kuat

t V a x a-x
ln(a-x) 1/(a-x)
(s) NaOH (mmol) (mmol) (mmol)
300 10,4 1 0,28 0,72 -0,32850407 -3,04410234
600 10,6 1 0,32 0,68 -0,38566248 -2,59294085
120 1 0,34
10,7 0,66 -0,41551544 -2,40664941
0
180 1 0,36
10,8 0,64 -0,4462871 -2,24071006
0
300 1 0,4
11 0,6 -0,51082562 -1,95761519
0
390 1 0,42
11,1 0,58 -0,54472718 -1,83578137
0
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.1

-0.2
ln(a-x)

-0.3

f(x) = − 0 x − 0.34 Linear ()


-0.4
R² = 0.96

-0.5

-0.6
waktu

57 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat
Grafik Orde 1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
-0.5

-1

-1.5
1/(a-x)

-2 f(x) = 0 x − 2.88
R² = 0.88 Linear ()
-2.5

-3

-3.5
waktu

Grafik Orde 2

58 | Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan Asam Kuat

Anda mungkin juga menyukai