1. Pendahuluan
Etilendiamin merupakan senyawa yang memiliki banyak kegunaan. Penggunaan yang
utama adalah sebagai bahan baku pestisida (fungisida), bahan untuk mengolah selulosa pada
industri pulp dan kertas, zat aditif pada minyak pelumas dan bahan bakar, bahan baku pembuatan
lem dan bahan pelapis. Selain itu etilendiamin juga digunakan untuk serat sintetik, dispersan
pada detergen, serta pada industri farmasi. Pengguanaan etilendiamin pada tahun 1990 sebesar
84.000 tin dan pada tahun 2003 mencapai 140.000 ton. Dengan semakin beragam dan
meningkatnya penggunaan etilendiamin, maka diperkirakan permintaan pasar dunia terhadap
etilendiamin akan meningkat secara tajam. Etilendiamin termasuk kedalam golongan senyawa
amina.
Aminasi dengan ammonlisis adalah proses pembentukan amina dengan mereaksikan
ammonia menggunakan agen aminasi primer dan sekunder. Reaksi tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan katalis hidrogenasi agar campuran ammonia-hidrogen dapat mengalami
reaksi hidroammonolisis. Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk amina secara langsung
dari bahan dasar komponen gugus karbonil yang akan menghasilkan pembentukan nitril dan
aldimina lebih banyak. Adapun reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
ETILENDIAMIN
Page 1
Berdasarkan sifat dari ammonia, reaksi ammonolitik untuk menghasilkan amina dapat
mencakup :
1. Double Decomposition
Pada dekomposisi yang terjadi sebanyak dua kali ini, molekul NH 3 dipecah atau
dipisahkan menjadi -NH2 dan fragmen -H, dari kasus tersebut dapat terjadi
pembentukan senyawa amina baru apabila senyawa radikal -Cl2, -SO3H, -NO2 DAN
senyawa radikal lain disubsitusikan pada gugus -NH2 .
2. Dehidrasi
Amina dapat dibuat dari reaksi amonolisis dengan menggunakan alkohol atau fenol
dan dari reaksi hidroammonolisis dari gugus karbonil yang akan menghasilkan amina
dan air.
3. Reaksi Adisi
Dari kedua fragmen molekul NH3 apabila molekul baru dimasukkan atau
ditambahkan pada fragmen tersebut seperti alkanolamina dari alkilen oksida,
aminonitril dari nitril tak jenuh, dan urea serta thiourea kan menghasilkan amina.
4. Multiple Activity
Amina sekunder dan tertier dapat dibentuk dari amina hasil recycled dengan
direaksikan menggunakan ammonia sebagai koreaktan sehingga terjadi proses reaksi
aminolisis.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik dari reaksi
ammonolitik dalam pembentukan amina dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Agen aminasi dapat berupa NH3 sebagai ammonia dalam fase liquid, yang dilarutkan
dalam air atau dalam pelarut anorganik atau ammonia tersebut dapat berupa gas dalam reaksi
fase uap atau dapat brupa penyusunan ammonia dari komponen solid (padat) seperti urea atau
garam ammonium (Groggins, 388)
ETILENDIAMIN
Page 2
Pada paper ini dibahas reaksi aminasi pada pembuatan etilendiamin. Etilendiamin
merupakan suatu senyawa yang termasuk golongan amina yang memiliki struktur molekul
seperti berikut :
Pada reaksi tersebut terbentuk hidrogen klorida dan amina. Amina dapat dipisahkan dengan
menggunakan sodium hidroksida (NaOH) dan dapat diperoleh kembali dengan reaksi rektifikasi
sehingga akan terbentuk dietilenetriamin (DETA) dan trietilentetramin (TETA) sebagai produk.
Reaksi lain pada skala industri untuk pembuatan etilendiamin adalah pada reaksi etanolamin
dengan ammonia, dapat dilihat pada gambar :
(Wikiepedia, Etilendiamin)
Adapun sifat fisis dan sifat kimia dari etilendiamin adalah :
a. Sifat Fisis
ETILENDIAMIN
Page 3
Rumus molekul
: C2H8N2
: Cair
: 60,099
: 390,41
: 284,29
: 0,983
: 72,45
: 62,90
: 593,0
(Yaws, 1999)
b. Sifat Kimia
1. Etilendiamin bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan etilendinitramin dan air
pada suhu tinggi
2. Etilendiamin bereaksi dengan epoksi, seperti etilen oksida atau propilen oksida
yang menghasilkan campuran hidroksialkil.
3. Etilendiamin bereaksi dengan aziridin menghasilkan epoksi. Distribusi produk
dikendalikan oleh perbandingan etilendiamin dan aziridin
4. Etilendiamin bereaksi secara eksotermis dengan aldehid menghasilkan mono dan
disubtitued imidozolidines. Distribusi produk tergantung pada stoikiometri dan
kondisi reaksi
5. Etilendiamin bereaksi dengan formaldehid dan sodium sianida, dalam kondisi
basa, akan menghasilkan garam tetrasodium dan etilendiamintetraasetikacid
6. Etilendiamin bereaksi dengan karbon disulfide menghasilkan etilen-bisdithiokarbamat
7. Etilendiamin jika direaksikann dengan urea, dietilkarbonat, karbondioksida, atau
fosgen menghasilkan etilen urea
(Kirk & Othmer, 1983)
ETILENDIAMIN
Page 4
satu
contoh
langkah
reaksi
katalitik
pembentukan
ethylendiamine
dari
Page 5
Suhu
Semakin tinggi suhu, maka harga k (konstanta kecepatan reaksi) akan semakin besar
sehingga reaksi berjalan semakin cepat
Katalis
Katalis juga berperan dalam menurunkan energi aktivasi pada pembuatan ethylendiamine
dan monoethanolamine dan ammonia adalah sebagai berikut :
MEA(g) + NH3 (g)
DETA ( g ) + H2O( g )
ETILENDIAMIN
Page 6
Page 7
tinggi, yaitu minimal 3000 psia atau sekitar 200 atm. Selain itu, dalam
prosesnya memerlukan ammonia dalam jumlah yang sangat besar.
c. Metode Ammonolysis Monoethanolamine
Metode ini ditemukan sejak akhir tahun 1960 dan diharapkan dapat
menjadi metode alternative sebagai pengganti proses pembuatan etilendiamin
dari etilen diklorida yang dinilai kurang menguntungkan dari segi korosivitas
terhadap peralatan. Pada metode ini, etilendiamin dibuat dengan cara
mereaksikan monoethanolamine dan ammonia di dalam suatu reaktor fixed
bed dengan suhu dan tekanan tinggi. Reaksi ini menghasilkan etilendiamin
sebagai hasil utama dan dietilentriamin, piperazin serta air sebagai hasil
samping.
Reaksi :
Page 8
dengan
mereaksikan
Page 9
Sifat Kimia
1. Dengan bantuan air, monoetanolamin bereaksi dengan CO 2 membentuk
karbamat
2. Monoetanolamin ,jika bereaksi dengan formaldehid akan membentuk senyawa
hidroksimetil
3. Monoetanolamin
bereaksi
dengan
karbon
disulfide
membentuk
2-
mertothiazoline
4. Reaksi antara monoetanolamin dengan asam akan membentuk garam
5. Monoetanolamin bereaksi dengan asam atau asam klorida membentuk amides
6. Monoetanolamin jika bereaksi dengan ammonia dapat membentuk
ethyleneamines
(Ulmann, 1999)
b. Amonia
Sifat Fisis :
1. Rumus molekul
2. Bentuk (pada 25oC)
3. Berat molekul, [g/mol]
4. Titik didih (pada 1 atm), [oK]
5. Titik beku (pada 25oC), [oK}
6. Densitas (pada 25oC), [g/ml]
7. Viskositas cairan (pada 25oC), [CP]
8. Viskositas gas (pada 25oC), [P]
9. Tekanan Kritis, [bar]
10. Temperatur kritis, [oK]
: NH3
: Gas
: 17,031
: 239,72
: 195,41
: 0,602
: 0,135
: 101,28
: 112,78
: 405,65
(Yaws, 1999)
Sifat Kimia :
1. Amonia stabil pada temperature sedang, tetapi terdekomposisi menjadi
hidrogen dan nitrogen pada temperature yang tinggi. Pada tekanan atmosfer
dekomposisi terjadi pada 450-500oC.
2. Oksidasi ammonia pada temperatur yang tinggi menghasilkan nitrogen dan air
3. Reaksi antara ammonia dengan karbondioksida menghasilkan ammonium
karbamat, reaksinya adalah :
ETILENDIAMIN
Page 10
8. Kelarutan ammonia dalam air turun dengan cepat dengan naiknya temperatur
9. Halogen bereaksi dengan ammonia. Klorin dan bromine melepaskan nitrogen
dari ammonia yang berlebihan untuk menghasilkan garam-garam ammonium
10. Reaksi antara ammonia dengan etilen oksida akan membentuk mono-, di- dan
trietanolamin
(Kirk& Othmer, 1983)
ETILENDIAMIN
Page 11
ETILENDIAMIN
Page 12
ETILENDIAMIN
Page 13
dalam katalis
Adsorbsi reaktan ke permukaan katalis
Reaksi pembentukan produk
Desorpsi produk dari dalam butir katalis ke permukaan katalis
Difusi produk dari dalam butir katalis ke permukaan katalis
Transfer massa produk dari permukaan luar butir katalis ke aliran utama fluida
(gas)
Pada reaksi heterogen fase gas yang antara monoetanolamin dan ammonia
etilendiamin
dari
monoetanolamin
dan
ammonia
berlangsung pada suhu 235-335oC dan tekanan antara 31-33 atm. Reaksi berlangsung
pada single bed catalytic reactor. Reaktan masuk reaktor pada suhu 235oC dan
tekanan 33 atm dan merupakan reaksi eksotermis. Katalis yang digunakan adalah
Raney Nickel. (Morris, 1981)
Distribusi produk dan konversi selain ditentukan oleh suhu dan tekanan reaktor,
juga dipengaruhi oleh perbandingan mol umpan monoetanolamin dan ammonia. Pada
proses ini digunakan perbandingan mol monoetanolamin dan ammonia dengan
perbandingan 1 : 5,6 dengan tekanan operasi reaktor 31-33 atm dan suhu 235-335 oC,
maka akan diperoleh konversi total monoetanolamin sebesar 75 % . Pada kondisi
ETILENDIAMIN
Page 14
tersebut, tidak akan terbentuk produk samping yang berupa piperazine. (Morris,
1981)
d. Tinjauan Termodinamika
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis atau endotermis maka
diperlukan perhitungan panas pembentukan standar pada 1 atm dan 298 K.
ETILENDIAMIN
Page 15
ETILENDIAMIN
Page 16
ETILENDIAMIN
Page 17
ETILENDIAMIN
Page 18
Page 19
Page 20
digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar mesin diesel yang
berguna
untuk
menaikkan
angka
cetane
sehingga
dapat
Metode
Ammonolysis
Ethylene
Glicol,
Metode
Ammonolysis
Monoethanolamine.
3. Proses
Ammonolysis
Monoethanolamine
yang
menggunakan
bahan
baku
Page 21
www.en.wikipedia.org/wiki/Ethylenediamine
www.google.com/patents/US8188318
www.scifun.chem.wisc.edu/chemweek/ChelatingAgents/ChelatingAgents.html
ETILENDIAMIN
Page 22