yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu
asam standar atau yang sering disebut asidimetri) dan reaksi asam bebas (asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa
standar atau alkalimetri) yang reaksinya melibatkan bersenyawanya ion hidrogen
dan ion hidroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).
Titrasi asam basa mengacu pada reaksi protolisis (perpindahan proton antar
senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa). Umumnya digunakan larutan
baku asam kuat (HCl, H2SO4, dan HClO4) untuk titrasi basa. Sedangkan asam
dititrasi dengan larutan baku basa kuat (NaOH dan KOH) yang titik akhir titrasi
dapat ditetapkan dengan bantuan indikator asam basa yang sesuai atau secara
potensiometri. Reaksi asidi alkalimetri pada dasarnya melibatkan indikator asam
basa yang akan berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada
suatu interval pH tertentu. (Rivai, 1995).
Pengujian dan penetapan kadar tidak terlepas dari peran pentingnya suatu
indikator untuk menunjukkan kesempurnaan reaksi kimia dalam analisis volumetri
atau menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (pH) larutan Larutan (Anonim,1995).