ALVIN ALBAIHAQI
260110160156
ABSTRACT
Esters are compounds result from the reaction of carboxylic acids with
alcohol. Esterification is the name of reaction of ester formation. Methyl benzoate
is a compound formed by the reaction of benzoic acid Fischer esterification with
methanol by the addition of concentrated sulfuric acid as a catalyst. The reaction
that occurs is reversible. This practicum conducted to study the esterification of
the carboxylic acid and also make methyl benzoate on a laboratory scale with
reflux process, extraction using separating funnel, and a simple distillation.
II. PRINSIP
III. REAKSI
(Fessenden, 1982).
IV. TEORI DASAR
5.1 Alat
a. Beaker glass
b. Corong pisah
d. Erlenmeyer
e. Kertas saring
f. Penangas minyak
5.2 Bahan
a. Asam benzoate
b. Aquadest
c. Batu Didih
d. CCl4
e. H2SO4 pekat
f. Methanol
5.3 Gambar
a. b. c.
d. e. f.
VI. PROSEDUR
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dicampurkan 15 gram asam
benzoat; 50,5 ml methanol dan 1,35 ml asam sulfat pekat kedalam beaker glass dan
ditambahkan batu didih, kemudian dipanaskan dengan menggunakan pemanas pada
suhu 70oC selama 10 menit. Setelah suhunya sesuai, larutan di dinginkan. Lalu
ditambahkan 62,5 ml aquadest, dipanaskan kembali menggunakan pemanas dan
didinginkan kembali. Endapan (senyawa ester) yang terbentuk disaring menggunakan
kertas saring lalu filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah. Ditambahkan 15 ml
CCl4. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Terakhir larutan disaring kembali
kemudian endapan atau residu yang ada dalam penyaring ditimbang dan dihitung
rendemennya.
IX. PEMBAHASAN
(Fessenden, 1982).
Larutan yang sudah menjadi homogen dipanaskan di atas destilator untuk
menghilangkan sisa metanol yang tidak bereaksi dengan asam benzoat. Namun,
karena tidak tersedianya alat destilator di lab kimia medisinal, sebagai pengganti
digunakan penangas air untuk proses penguapan metanol tersebut. Larutan
dipanaskan hingga suhu 600C selama beberapa menit. Selanjutnya Larutan
didinginkan. Selama proses pendinginan tersebut, larutan kembali membeku
dengan sendirinya dan membentuk semacam endapan putih yang melapisi setiap
sisi larutan. Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 62,5 ml aquadest sehingga terjadi
reaksi dibawah ini.
(Fessenden, 1982).
Endapan tersebut disaring hingga terpisah dari larutannya kemudian
ditimbang massanya dan diperoleh 26,4 gram.
Pada pustaka dan teori teori, seharusnya prosedur terus dilanjutkan dengan
mengocok larutan yang telah ditambahkan aquadest di dalam corong pisah dan
ditambahkan CCl4 untuk memperjelas batas antara fase air dan fase ester. CCl4
berfungsi sebagai pelarut organik nonpolar yang membantu memisahkan dua
larutan, dalam hal ini adalah fase air dengan ester, dengan kelarutan yang masing
masing berbeda. Saat dilakukan pengocokan, CCl4 akan menarik ester karena
ester dapat larut dalam pelarut organik dan sukar larut dalam air, sehingga
hasilnya akan terjadi pemisahan kedua fase antara air dengan CCl4 yang
membawa ester. Setelah Fase air dibuang, fase CCl4 yang mengandung ester
direaksikan kembali dengan natrium bikarbonat yang berfungsi sebagai pelunak
air dan pengemulsi serta melarutkan asam sulfat yang masih tersisa. Lalu corong
pisah dikocok hingga suasana netral, dimana tidak terdapatnya CO2 karena CO2
ditarik oleh natrium bikarbonat tersebut yang mempunyai fungsi untuk
menghilangkan CO2.
Setelah dicuci sampai bersih dengan menggunakan air, fase CCl4 yang
membawa ester tadi didestilasi kembali sehingga mendapatkan hasil akhir metil
benzoat.
(Fessenden, 1982).
Hasil akhir yang diperoleh dari proses proses tersebut adalah metil benzoat
dan air. Untuk mendapatkan hasil akhir yang benar-benar murni, air yang menjadi
produk sampingan harus ditiadakan. Caranya adalah dengan penambahan MgSO4
anhidrat kemudian dikocok. MgSO4 ada yang bersifat hidrat ada pula yang
bersifat anhidrat. Magnesium sulfat hidrat memiliki koordinasi dengan air, seperti
MgSO4. 10 H2O. Magnesium sulfat anhidrat adalah sebagai bahan pengering,
bersifat higroskopis atau menyerap air di udara. Fungsi dari penambahan MgSO4
anhidrat adalah untuk mengikat molekul-molekul air yang terbentuk dari proses
sebelumnya sehingga dihasilkan ester yang lebih murni, MgSO4 anhidrat akan
berubah menjadi MgSO4 hidrat.
Cairan metil benzoat disaring dan dimasukkan ke dalam labu destilasi.
Dilakukan penambahan batu didih untuk menghindari bumping atau letupan pada
saat dilakukannya destilasi. Bentuk dari batu didih ini biasanya tidak rata dan
memiliki pori-pori, serta terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, karbon,
maupun porselen. Pori-pori yang terdapat dalam batu didih akan membantu
penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan dan
menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada permukaan batu didih.
Jika pada larutan yang dipanaskan tidak dimasukkan batu didih tersebut, maka larutan
akan menjadi overheating pada bagian terentu dan mengeluarkan uap panas yang
menimbulkan ledakan atau bumping.
Proses pemanasan dilakukan perlahan hingga suhu mendekati 76,72 0C yaitu
titik didih CCl4 untuk menghilangkan CCl4. Sebagai salah satu tanda bahwa CCl4
telah habis terdestilasi adalah dengan menetesnya zat yang diketahui CCl 4 pada suhu
tersebut. Jika tetesan telah berhenti, maka CCl4 telah habis. Panaskan kembali hingga
suhu 2000C karena titik didih metil benzoat adalah 199,5 0C dan panas yang diatur
harus dilebihkan sedikit. Di akhir akan diperoleh destilat metil benzoat yang berisi zat
metil benzoat yang murni.
X. KESIMPULAN