SINTESIS ASPIRIN
2.1. Tujuan Percobaan
- Memahami reaksi esterifikasi fenol
- Memahami reaksi pembuatan aspirin
- Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi
2.2. Tinjauan Pustaka
Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus OH oleh gugus OR. Ester
dinamai dengan cara yang sama dengan garam asam karboksilatnya. Bagian R dari
gugus OR ditulis dahulu, diikuti dengan nama asam, dengan akhiran at tidak berubah.
Kebanyakan ester merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan
harum dari banyak buah-buahan dan bunga. Campuran ester digunakan dalam parfum
dan cita rasa buatan (Suminar, 2003).
Reaksi Esterifikasi secara umum adalah suatu reaksi antara asam alkanoat dan
alkanol yang membentuk suatu ester dan air (Fessenden, 1992).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol
dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan
kecil dalam laju pembentukkan ester. Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk
memperoleh rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi
ester. Satu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi uang
murah secara berlebihan.
Suatu anhidrida asam karboksilat mempunyai struktur dua molekul asam
karboksilat dengan satu molekul air dibuang (anhidrida berarti tanpa air)
Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan asam etanoat
merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang asam dan
baunya yang menyengat. Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari
senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini
berasal dari kata latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini
adalah asam etanoat (Fanst, 2011).
Fenol atau asam karbolat atau benzenol merupakan senyawa aromatik, turunan
benzene dengan gugus hidroksi (OH) yang terikat pada cincin benzene. Fenol atau
asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas.
Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksi (OH) yang
berikatan dengan cincin fenil (Mulyadi, 2009).
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga
salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung (Irvanda, 2010). Struktur kimianya dapat dilihat pada gambar 2.4.
Aspirin banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Efek farmakologi
aspirin antara lain analgesik (melawan sakit dan nyeri), antipiretik (menurunkan
demam), anti inflamasi serta anti koagulan (Nuraeni, 2010).
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu
asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrat atau dapat juga direaksikan
dengan asam asetat glasial. Asam asetat anhidrat dapat diganti dengan asam asetat
glacial karena bersifat murni dan tidak mengandung air. Pada proses pembuatan reaksi
esterifikasi juga ditambahkan suatu katalis asam untuk mempercepat reaksi seperti
H2SO4 atau H3PO4. Pada percobaan ini dilakukan sintesis asam asetil salisilat (aspirin)
melalui reaksi esterifikasi antara asam salisilat dan anhidrida asam asetat. Dalam reaksi
tersebut gugus OH berasal dari fenol pada asam salisilat. Sedangkan gugus asetil
COCH3 berasal dari anhidrida asetat. Apabila asam salisilat yang digunakan maka
reaksinya akan menghasilkan asam asetil salisilat dan air. Adanya air ini akan
mengakibatkan asam asetil salisilat terhidrolisis dan membentuk asam salisilat dan asam
asetat kembali. Penggunaan anhidrida asam asetat mencegah reaksi reversible tersebut
terjadi. Selain itu dibandingkan dengan asam asetat, anhidrida asam asetat digunakan
karena memiliki waktu reaksi yang lebih cepat yaitu 15 menit. Reaksi esterifikasi ini di
katalisis oleh H2SO4.
Mekanisme reaksi:
- Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan
elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
- Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang
bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
- Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks
teraktivasi
- Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul
air menghasilkan ester (Paramitha, 2014).
Rendemen secara kimia adalah berat produk yang dihasilkan dari reaksi kimia.
Rendemen adalah berat murni produk yang sudah terisolasi dari reaksi. Persen
rendemen dapat ditulis sebagai berikut:
% Rendemen
erat roduk
endemen eoritis
100% (2.1.a)
Keberhasilan reagen dinilai dari persen rendemen, menjadi unggulan (> 90%), sangat
baik (> 80%), baik (> 70%), standar (> 50%) dan buruk (<40%) (Vogel, 1989).
Uji yang dilakukan terhadap aspirin adalah uji FeCl3, Besi (III) klorida bereaksi
dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Besi (III) klorida ditambahkan lalu
mebentuk warna ungu maka terdapat asam salisilat pada aspirin, karena asam salisilat
mempunyai gugus fenol. Uji titik lebur juga dapat digunakan karena titik lebur
merupakan sifat spesifik suatu zat. Ada percobaan ini sedikit kristal diukur titik
leburnya dengan menggunakan alat elektrotermal. Aspirin murni memiliki titik lebur
135-136 oC. Apabila aspirin tidak murni, maka titik leburnya kurang dari 135 oC atau
range titik leburnya lebih dari 2 oC. Selain uji FeCl3 dan uji titik lebur ada beberapa cara
untuk uji kemurnian asam asetil salisilat, yaitu uji organoleptik, uji rotasi optik,
spektroskopi IR, spektroskopi massa, spektrofotometer UV-Vis, NMR dan XRD
(Paramitha, 2014).
: H2O
- Berat molekul
: 18,02 g/mol
- Bentuk
: Cair
- Warna
: Tidak berwarna
- Berat molekul
: 18,02 g/mol
- Titik beku
: 0 oC
- Titik didih
: 100 oC
B. Besi klorida
- Rumus molekul
: FeCl3
- Berat molekul
: 162,21 g/mol
- Densitas
: 2,9 g/cm3
- Titik didih
: 316 oC
- Titik lebur
: 306 oC
C. Asam salisilat
- Rumus kimia
: C7H6O3
- Berat molekul
: 138,12 g/mol
- Bentuk
: Padat
- Warna
: Putih
- Densitas
: 1,443 g/cm3
- Titik didih
: 211 oC
- Titik lebur
: 159 oC
: C4H6O3
- Berat molekul
: 102,09 g/mol
- Bentuk
: Cair
- Densitas
: 1,08 g/cm3
- Titik didih
: 139,9 oC
- Titik lebur
: -73,1 C
E. Asam fosfat
- Rumus kimia
: H3PO4
- Berat molekul
: 98 g/mol
- Bentuk
: Cair
- Warna
: Tidak berwarna
- Titik didih
: 158 oC
- Titik lebur
: 21C
F. Aspirin
- Rumus molekul
: C9H8O4
- Berat molekul
: 180,15 g/mol
- Bentuk
: padat
- Titik lebur
: 139 oC
G. Asam asetat
- Rumus molekul
: CH3COOH
- Berat molekul
: 60,05 g/mol
- Bentuk
: Cair
- Warna
- Densitas
: 10,5 g/cm3
- Titik didih
: 118,1 oC
- Titik lebur
: 16,6 oC
- batang pengaduk
- Aquadest (H2O)
- Beakerglass
- botol Aquadest
- corong kaca
- corong Bcher
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- kertas saring
- labu ukur
- neraca
- penjepit
- pipet tetes
- Waterbath shaker
% Rendemen
endemen eoritis
100% (2.1.b)
Perlakuan
Pembuatan Aspirin
C7H6O3 + C4H6O3
Lar. B
Lar. B + H3PO4
Lar. C
Pengadukan Lar. C
Lar. D
Pengamatan
Lar. D
Lar. E
Lar. E + H2O
Lar. F
Warna : Putih
Bentuk : Kental
Lar. G
Warna : Putih
Bentuk : Cair, ada
kristal
(2 mL)
Lar. F + H2O
(20 mL)
Lar. H
Terbentuk 2 lapisan,
Lapisan atas : air
Lapisan bawah :
Kesimpulan
Endapan putih
kristal
Lar. H didinginkan
Lar. I
Lar. I disaring
kristal
Endapan
Endapan + C2H5OH
Lar. J + H2O
Lar. K
Lar. J
Lar. K
Lar. L
Lar. M
Endapan
Bentuk : Kristal
Warna : Putih
Terbentuk
kristal
aspirin
Bentuk : Cair
Warna : Putih
Bentuk : Cair
Warna : Putih
Bentuk : Cair
Warna : Tidak
Berwarna
Lar. L didinginkan
Lar. M disaring
kristal
Terbentuk 2 lapisan,
Lapisan atas : air
Lapisan bawah :
Endapan putih
kristal
Bentuk : Terlihat
kristal
Warna : Putih
Bentuk : Semi padat
Warna : Putih
Warna : Ungu
Terbentuk
kristal
aspirin
Terbukti
adanya asam
salisilat
2.9. Pembahasan
Pada praktikum ini, pembuatan aspirin dilakukan melalui proses esterifikasi antara
1,4 gram asam salisilat dengan 4 mL anhidrida asam asetat dan menggunakan 5 tetes
katalis asam fosfat 85%. Beberapa alasan digunakannya asam fosfat daripada asam
sulfat adalah karena asam fosfat tidak menghasilkan produk samping yang tidak
diinginkan dan asam fosfat memiliki keasaman yang lebih rendah dari asam sulfat
sehingga lebih aman.
Pengadukan dan pemanasan selama 5 menit dilakukan supaya semua bahan dapat
larut dan tercampur dengan sempurna.
Penambahan 2 mL aquadest. Selanjutnya menunggu dua sampai tiga menit dan
menambahkan 20
mL aquadest
kemudian dipanaskan sampai larut dan didinginkan kembali sehingga terbentuk kristal
kemudian disaring kembali dan dikeringkan di udara.
Berat Aspirin teoritis adalah 1,818 gram sedangkan dari percobaan yang
dilakukan adalah 1,62 gram. Sehingga persen Rendemennya adalah 89,92%. Hasil
tersebut belum maksimal mengingat hasil maksimalnya adalah 100%, hal ini
dikarenakan kesalahan-kesalahan dalam praktikum seperti masih adanya kristal aspirin
yang tertinggal di Erlenmeyer dan tidak tersaringnya kristal oleh corong Bcher.
Setelah produk terbentuk, dilakukan identifikasi produk melalui uji kemurnian
dengan FeCl3. Penambahan FeCl3 pada larutan aspirin, akan merubah warna larutan
menjadi ungu. Dari hasil praktikum, hasil larutan setelah ditambahkan FeCl3 berubah
warna menjadi ungu. Percobaan tersebut membuktikan bahwa didalam aspirin
mengandung asam salisilat, karena Besi (III) bereaksi dengan gugus fenol yang dimiliki
oleh asam salisilat.
2.10. Kesimpulan
- Reaksi Esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam alkanoat & alkanol yang
membentuk suatu ester dan air. Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk
memperoleh rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke
arah sisi ester (kanan).
- Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin
yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrat. Sebagai katalis,
digunakan asam fosfat. Reaksi ini akan mengahasilkan aspirin sebagai produk
utama dan asam asetat sebagai produk samping.
- Uji terhadap aspirin menggunakan FeCl3 menghasilkan larutan berwarna ungu,
karena adanya kandungan asam salisilat dalam aspirin. Dari hasil percobaan
didapatkan randemen sebesar 89,92%
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Ganjar, Ibnu Gholib. 2011. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Edisi kesebelas
Fanst. 2011. Jurnal Teknik Kimia (Bab II Tinjauan Pustaka). Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22761/4/Chapter%20II.pdf)
diakses 15 Nopember 2014
Furniss, Brian S, dkk. 1989. Textbook Of Practical Organic Chemistry Fifth Edition. New
Histopatologi
Hepar
Tikus
Wistar.
Semarang:
Universitas
2009.
Jurnal
Teknik
Kimia
(Bab
II
Tinjauan
Pustaka).
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-mulyadig0c-5289-2
bab2.pdf), diakses 14 Nopember 2014
Nuraeni, Dindarti. 2007. Pengaruh Pemberian Aspirin Dosis Toksik Per Oral Terhadap
Gambaran Histopatologi Gaster, Duodenum, dan Jejunum Tikus Wistar.
Semarang: Universitas Diponegoro.
(http://eprints.undip.ac.id/22600/1/Dindarti.pdf), diakses 14 Nopember 2014
II.
Sintesis Aspirin
A.
Preparasi Larutan
Membuat larutan 10% FeCl3 sebanyak 50 ml
% FeCl3
0,1
0,1
WFeCl3
WFeCl3 (Vair air )
WFeCl3
WFeCl3 (50 mL 0,998)
WFeCl3
WFeCl3 (49,9)
WFeCl3
0,1WFeCl3 4,99
0,9 WFeCl3 4,99
WFeCl3
5,54 gr
Jadi, untuk membuat larutan 10% FeCl3 sebanyak 50 mL dibutuhkan 5,54 gr
FeCl3
B.
Perhitungan Teoritis
gr
mol
berat molekul
1,4 gr
138 gr/mol
mol anhidrida as. asetat 0,0101 mol
mol anhidrida as. asetat
4,32 gr
102 gr/mol
0,0424 mol
C7H6O3
(CH3CO)2
C9H8O4 +
CH3COOH
M=
0,0101 mol
0,0424 mol
B =
0,0101 mol
0,0101 mol
0,0101 mol
0,0101 mol
S =
0,0323 mol
0,0101 mol
0,0101 mol
D.
100%
1,818
89,92%
Jadi, aspirin yang dibuat pada percobaan mempunyai rendemen sebesar 89,92%.